PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing merupakan hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia.
Kambing berasal dari hewan liar (Capra hircus aegagrus) yang hidup di daerah
yang sangat sulit dan berbatu. Diperkirakan pada permulaannya
pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak
kambing itu dipelihara didesa sebagai hewan kesayangan, kemudian dimanfaatkan
untuk diambil susu, daging dan kulitnya. Di Indonesia kambing banyak ditemukan
di daerah pedesaan.
Beternak kambing sudah lama di usahakan oleh petani atau masyarakat
sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil
produksinya baik (daging, susu, kotoran dan kulitnya) relatif mudah, meskipun
cara beternaknya dilakukan secara tradisional.
Jumlah kambing di Asia ditaksir sekitar 225 juta atau 52% dari total
populasi didunia. Di Indonesia dalam tahun 2014 memiliki jumlah 19,2 juta
kambing untuk dipelihara. Ternak yang dikatakan sebagai ruminansia kecil ini
sebagian besar berada ditangan peternak kecil, dengan usaha pokoknya adalah
bercocok tanam, dan selebihnya dijadikan sebagi usaha sampingan.
Dari berbagai jenis bangsa kambing yang ada di Indonesia diketahui
memiliki berbagai macam sifat-sifat kuantitatif yang sangat berbeda dan relatif
seragam dengan bangsanya. Untuk dapat mengetahui jenis dan bangsa kambing
tersebut salah satunya dari sifat-sifat kuantitatifnya.
Sifat-sifat yang diinginkan peternak adalah sifat yang bermanfaat atau
menguntungkan, seperti daya produksi tinggi, jumlah dan bobot anakan saat lahir
yang baik, pertumbuhan cepat, mortalitas rendah serta efisiensi penggunaan
makanan yang tinggi (Fahmy dan Bernard, 1972). Produktivitas ternak
ditingkatkan melalui perbaikan genetik dengan seleksi dan perkawinan serta
melalui perbaikan lingkungannya (Lasley, 1978).
Salah satu metode perbedaan fenotip yang dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui jarak genetik adalah analisis keragaman (Komenes, 1999).
Keragaman fenotip dapat diketahui dengan mengukur bagian-bagian tubuh atau
morfometrik. Pengukuran ukuran tubuh digunakan untuk membedakan keragaman
baik ukuran maupun bentuk tubuh. Analisis keragaman dan korelasi banyak
digunakan dalam mengkarakterisasi hubungan sifat-sifat fenotip dan genetik
(Salako dan Ngere, 2002).
Untuk meningkatkan produksi ternak salah satunya yang diperhatikan
ialah faktor genetik, ternak yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat
dapat diduga akan kecil peluangnya untuk meningkatkan heterosis dalam
persilangannya. Oleh sebab itu sebelum melakukan perkawinan perlu diperhatikan
jarak genetik antar ternak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sifat yang lebih
unggul atau yang menguntungkan.
Untuk meningkatkan produksi kambing tidak cukup hanya faktor pakan
dan lingkungan melainkan faktor genetik. Hubungan kekerabatan yang dekat atau
jarak genetik yang rendah memiliki peluang yang kecil untuk mendapatkan
sifat-sifat yang unggul dalam persilangan.
Dari hal itu, penulis tertarik ingin melakukan sebuah penelitian berkaitan
dengan faktor jarak genetik dari beberapa bangsa kambing yang ada di Sumatera
Utara. Yaitu estimasi jarak genetik dan faktor peubah pembeda antara kambing
Kacang, Muara dan Samosir melalui analisis kraniometri.
Tujuan Penelitian
Estimasi jarak genetik dan faktor peubah pembeda dari beberapa bangsa
kambing di Sumatera Utara (Kacang, Muara dan Kambing Samosir ) dan untuk
mengetahui keragaman kraniometri dari beberapa bangsa kambing di Sumatera
Utara (Kacang, Muara dan Kambing Samosir) yang ada di kecamatan Hamparan
Perak, kecamatan Muara dan kabupaten Samosir.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi peternak, peneliti dan
masyarakat mengenai estimasi jarak genetik dan faktor peubah pembeda dari
beberapa bangsa kambing di Sumatera Utara (Kacang, Muara dan Kambing
Samosir ). Kegunaan penelitian ini juga sebagai bahan penulisan skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Program Studi
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.