• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas), faktor kebutuhan (kondisi ibu) yang memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara yang terdiri dari 11 Desa. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Marbau tahun 2016, Puskesmas Marbau memiliki cakupan ANC yang rendah pada tahun 2014 yaitu 82,5% dan K4 79,5%, tahun 2015 cakupan K1 84,2% dan K4 80,52% dan tahun 2016 cakupan K1 84,78% dan K4 81,10% . Cakupan ini belum mencapai standar pelayanan minimal kesehatan kabupaten/ kota yang telah di tetapkan pemerintah yaitu : K1 100% dan K4 100%. 3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan 9 bulan dan ibu yang mempunyai bayi yang berumur < 4 bulan pada tahun 2016 yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berjumlah 582 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Besar sampel yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus Taro Yamane (Riduwan dan Adkon dalam Siswanto et. al, 2014) sebagai berikut:

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0.1) Maka,

(3)

random sampling), yaitu memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Digunakan rumus :

Maka pada masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini : Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Proporsi Responden Ibu Hamil No. Desa/Kelurahan Jumlah Ibu

Hamil

Data primer menurut Sugiyono (2014) adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

(4)

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Puskesmas Marbau. Data-data sekunder penelitian ini meliputi data yang berhubungan dengan topik penelitian.

3.9 Variabel dan Definisi Operasional (DO) 3.9.1 Variabel Independen

Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Siswanto et.al, 2014). Variabel independennya adalah faktor pemudah (pengetahuan, sikap, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pendapatan ), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan) dan faktor kebutuhan (kondisi ibu)

3.9.2 Variabel Dependen

Variabel dependen (Variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Siswanto et.al, 2014). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan pelayanan antenatal yaitu jumlah kunjungan ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan sesuai dengan standar minimal kunjungan ANC yakni pada trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan timester III minimal 2 kali.

3.9.3 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan

(5)

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang berhasil ditamatkan oleh responden berdasarkan ijazah terakhir.

1. SD sederajat 2. SMP sederajat 3. SMA sederajat 4. Perguruan Tinggi

4. Paritas adalah jumlah kelahiran baik lahir hidup maupun lahir mati yang di alami ibu. Paritas terbagi menjadi 3 yaitu : primipara, multipara dan grand multipara

5. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu hamil secara rutin sebagai kegiatan utama untuk mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

1. Ibu Rumah Tangga 2. Wiraswasta

3. Pegawai Negeri 4. Pegawai Swasta

6. Pendapatan adalah jumlah uang rupiah dari hasil pekerjaan pokok dan sampingan ibu hamil serta anggota keluarganya dalam satu bulan.

1. < Rp. 2.080.000/bulan UMK 2. > Rp. 2.080.000/bulan UMK

(6)

8. Dukungan petugas kesehatan adalah dukungan atau motivasi serta pelayanan yang diberikan petugas kesehatan dalam memanfaatkan ANC. 9. Kondisi ibu adalah ada tidaknya penyakit yang dialami ibu selama

kehamilan. Ada keluhan jika ibu mempunyai masalah kesehatan selama kehamilan, seperti penyakit yang diderita ibu dan ada oedema selama kehamilan. Tidak ada keluhan jika ibu tidak mengalami masalah kesehatan selama kehamilan.

10.Pemanfaatan pelayanan antenatal yaitu jumlah kunjungan ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan sesuai dengan standar minimal kunjungan ANC yakni pada trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan timester III minimal 2 kali.

3.10 Aspek Pengukuran

3.10.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ( Independen )

(7)

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ( Independen )

6. Pendidikan termasuk dalam skala ukur ordinal dengan kategori pendidikan rendah (SD, SMP), kategori pendidikan menengah (SMA), kategori pendidikan tinggi (Perguruan tinggi).

7. Paritas termasuk dalam skala ukur ordinal, apabila memiliki anak 1 yaitu primipara, 2-4 multipara, >4 grandmultipara.

8. Pekerjaan termasuk dalam skala ukur ordinal dengan kategori bekerja (wiraswasta, pegawai negeri, pegawai swasta), kategori tidak bekerja (ibu rumah tangga ).

(8)

3.10.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Aspek pemanfaatan pelayanan antenatal care pada ibu hamil diukur melalui ibu memeriksakan kehamilan sesuai jadwal yang telah ditentukan atau dengan menggunakan 3 pertanyaan. pemanfaatan pelayanan antenatal care pada ibu hamil diukur dengan menggunakan skala nominal. Dengan kategori pemanfaatan antenatal care :

1. Lengkap, bila responden memanfaatkan ANC ≥ 4 kali yaitu trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali, dan trimester III minimal 2 kali sesuai jadwal yang telah ditentukan.

2. Tidak Lengkap, bila responden memanfaatkan ANC kurang dari 4 kali dan apabila tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa regresi logistik berganda pada = 0,05, dengan alasan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas), faktor kebutuhan (kondisi ibu) dengan variabel terikat (pemanfaatan pelayanan antenatal).

(9)

variabel dominan yang memengaruhi terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care.

Log (P / 1 – p) = Keterangan :

B : Koefisien regresi

Y(1) : Pemanfaatan pelayanan antenatal care X1 : Pengetahuan

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Marbau yang beralamat di jalan Soekarno Hatta No. 4 Kelurahan Marbau, Kecamatan Marbau, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Letak Puskesmas Marbau memiliki akses darat yang memadai dan cukup strategis karena berada di pinggir jalan lintas dan berada di sekitar perumahan warga. Luas wilayah kerja Puskesmas Marbau memiliki luas wilayah 14. 211 Km dengan ketinggian dari permukaan laut rata-rata 43 m.

Secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Marbau sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Aek Kuo 2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat 3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan NA IX-X

Wilayah kerja Puskesmas Marbau terdiri dari 10 desa dan 1 kelurahan yaitu Kelurahan Marbau, Desa Aek Tapa, Desa Pernantian, Desa Lobu Rampah, Desa Simpang Empat, Desa Brussel, Desa Bulungihit, Desa Aek Hitetoras, Desa Babussalam, Desa Marbau Selatan, Desa Perkebunan Marsel.

4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Marbau

(11)

1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Marbau adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

2. Mendorong kemandirian bagi keluarga dan masyarakat unuk hidup sehat di wilayah kerja Puskesmas.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan

4.1.3.1Sarana dan Prasarana Puskesmas Marbau

Saat ini Puskesmas Marbau memiliki sarana dan prasarana kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Puskesmas Pembantu : 6

2. Poskesdes : 11

3. Polindes : 1

4. Posbindu : 11

(12)

6. Toko Obat Swasta : 2

7. Ambulans : 2

4.1.3.2Sumber Daya Manusia

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Marbau terdiri dari 3 orang Dokter Umum, 15 Bidan Desa, 52 Bidan, 1 Dokter Gigi, 1 Analisis, 2 Apoteker, dan 19 Perawat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas Marbau No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang)

1. Dokter Umum 3

2. Bidan Desa 15

3. Bidan 52

3. Dokter Gigi 1

4. Analisis 1

5. Apoteker 2

6. Perawat 19

Jumlah 93

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan 9 bulan dan ibu yang mempunyai bayi yang berumur dibawah <4 bulan pada tahun 2017 yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Marbau. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 85 orang. Dengan karakteristik responden meliputi umur dan suku responden

(13)

37 responden (43,5%) dan suku padang yaitu 8 responden (9,4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden

No. Karakteristik N Persentase (%)

1. Umur

<20 tahun 6 7,1

20-35 tahun 62 72,9

>35 tahun 17 20,0

Jumlah 85 100,0

2. Suku

Batak 40 47,1

Jawa 37 43,5

Padang 8 9,4

Jumlah 85 100,0

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan) dan faktor kebutuhan (kondisi ibu) terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau. 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pemudah (Predisposing)

Faktor pemudah mencakup pengetahuan, sikap, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pendapatan sebagai berikut:

4.3.1.1Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

(14)

Tinggi sebanyak 11 responden (12,9%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pendidikan Ibu N Persentase (%)

1. Rendah (SD, SLTP) 28 32,9

2. Menengah (SLTA) 46 54,1

3. Tinggi (Akademi/Perguruan TInggi 11 12,9

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan uraian diatas diketahui distribusi kategori berdasarkan pendidikan dari 85 responden, sebanyak 28 responden (32,9%) memiliki kategori pendidikan rendah, sebanyak 46 responden (54,1%) memiliki kategori pendidikan menengah dan sebanyak 11 responden (12,9%) memiliki kategori pendidikan tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Ibu N Persentase (%)

1. Rendah (SD, SLTP) 28 32,9

2. Menengah (SLTA) 46 54,1

3. Tinggi (Akademi/Perguruan TInggi 11 12,9

Jumlah 85 100,0

4.3.1.2Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

(15)

sebanyak 79 responden (92,9%) menjawab benar yaitu untuk memantau dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan nifas, sedangkan sebanyak 6 responden (7,1%) yang menjawab salah.

Pertanyaan (3) menurut ibu, berapa kali sebaiknya pemeriksaan kehamilan dalam masa kehamilan, sebanyak 55 responden (64,7%) menjawab benar yaitu minimal 4 kali, sedangkan sebanyak 30 responden (35,3%) yang menjawab salah. Pertanyaan (4) menurut ibu, kapan sebaiknya pertama kali pemeriksaan kehamilan, sebanyak 71 responden (83,5%) menjawab benar yaitu trimester pertama (1-3 bulan), sedangkan sebanyak 14 responden (16,5%) yang menjawab salah. Pertanyaan (5) menurut ibu, pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan pada, sebanyak 82 responden (96,5%) menjawab benar yaitu dukun bayi, sedangkan sebanyak 3 responden (3,5%) yang menjawab salah.

Pertanyaan (6) menurut ibu, manfaat dari tablet Fe (zat besi) tersebut adalah, sebanyak 34 responden (40,0%) menjawab benar yaitu Mencegah anemia (kurang darah) , sedangkan sebanyak 51 responden (60,0%) menjawab salah. Pertanyaan (7) keuntungan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan kehamilan antenatal care, sebanyak 42 responden (49,4%) menjawab benar yaitu menjaga

(16)

Pertanyaan (9) menurut ibu, pada trimester ketiga (7-9 bulan) pemeriksaan dilakukan sebaiknya, sebanyak 72 responden (84,7%) menjawab benar yaitu minimal 2 kali, sedangkan sebanyak 13 responden (15,3%) yang menjawab salah. Pertanyaan (10) dengan pemeriksaan kehamilan ibu mendapatkan pelayanan. Menurut ibu, pelayanan apa saja yang sebaiknya diperoleh pada saat pemeriksaan kehamilan, sebanyak 67 responden (78,8%) menjawab benar yaitu Didata, mengukur Tinggi badan, Berat badan, Tekanan Darah, Lingkar lengan dan pemeriksaan perut, sedangkan sebanyak 18 responden (21,2%) yang menjawab salah. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah

n % n % n %

1. Pemeriksaan antenatal care disebut juga pemeriksaan kehamilan atau antenatal care adalah? 6. Pada pemeriksaan kehamilan ibu

diberikan tablet Fe (zat besi) oleh petugas kesehatan. Menurut ibu, manfaat dari tablet Fe (zat besi) tersebut adalah?

(17)

7. Keuntungan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan kehamilan antenatal care ?

42 49,4 43 50,6 85 100,0

8. Manfaat yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain adalah ?

10. Menurut ibu, pelayanan apa saja yang sebaiknya diperoleh pada saat pemeriksaan kehamilan?

67 78,8 18 21,2 85 100,0

Distribusi kategori berdasarkan pengetahuan di dapat dari 85 responden, sebanyak 34 responden (40,0%) memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 49 responden (57,6%) memiliki pengetahuan yang kurang baik dan sebanyak 2 responden (2,4%) memiliki pengetahuan yang tidak baik Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan

No. Pengetahuan N Persentase (%)

(18)

tidak setuju sebanyak 5 responden (5,9%). Pertanyaan (3) sebanyak 29 responden (34,1%) yang menyatakan setuju setiap ibu harus memeriksakan kehamilan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, kurang setuju sebanyak 37 responden (43,5%) dan tidak setuju sebanyak 19 responden (22,4%). Pertanyaan (4) sebanyak 14 responden (16,5%) yang menyatakan setuju pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan harus dilakukan sesuai dengan jadwal sekurang- kurangnya = 4 kali selama kehamilan, kurang setuju sebanyak 52 responden (61,2%) dan tidak setuju sebanyak 19 responden (22,4%). Pertanyaan (5) sebanyak 17 responden (20,0%) yang menyatakan setuju, kurang setuju sebanyak 42 responden (49,4%) dan tidak setuju sebanyak 26 responden (30,6%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pertanyaan Setuju Kurang

Setuju kehamilan walaupun tidak ada keluhan kehamilan yang dilakukan oleh petugas kesehatan

29 34,1 37 43,5 19 22,4 85 100,0

(19)

Distribusi kategori berdasarkan sikap dari 85 responden, sebanyak 42 responden (49,4%) memiliki sikap yang baik, sebanyak 40 responden (47,1%) memiliki sikap yang kurang baik dan sebanyak 3 responden (3,5%) memiliki sikap yang tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap

No. Sikap N Persentase (%)

1. Baik 42 49,4

2. Kurang Baik 40 47,1

3. Tidak Baik 3 3,5

Jumlah 85 100,0

4.3.1.4Distribusi Responden Berdasarkan Paritas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pernah melahirkan 1 kali (primipara) sebanyak 20 responden (23,5%), responden pernah melahirkan 2-4 kali (multipara) sebanyak 43 responden (50,6%) dan responden pernah melahirkan >4 kali (grandmultipara) sebanyak 22 responden (25,9%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Paritas N Persentase (%)

1. 1 kali (Primipara) 20 23,5

2. 2-4 kali (Multipara) 43 50,6

3. >4 kali (Grandmultipara) 22 25,9

Jumlah 85 100,0

4.3.1.5Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

(20)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pekerjaan Jumlah

Berdasarkan uraian distribusi pekerjaan responden secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sebanyak 28 responden(32,9%) bekerja dan sebanyak 57 responden (67,1%) tidak bekerja. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Kategori Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan N Persentase (%)

1. Bekerja 28 32,9

2. Tidak Bekerja 57 67,1

Jumlah 85 100,0

4.3.1.6Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) atau < Rp 2.080.000,- per bulan sebanyak 69 responden (81,2%), sedangan yang memiliki pendapatan besar dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) atau > Rp. 2.080.000,- per bulan sebanyak 16 responden (18,8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(21)

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pemungkin (Enabling) Faktor pemungkin mencakup dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan sebagai berikut:

4.3.2.1Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami/Keluarga

Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden mengenai dukungan suami/keluarga maka di peroleh jawaban responden terhadap pernyataan (1) Apakah dalam pemeriksaan kehamilan ibu mendapat anjuran dari keluarga (suami, orangtua, atau saudara), sebanyak 70 responden (82,4%) menjawab ya, sedangkan 15 responden (17,6%) menjawab tidak. Pertanyaan (2) Apakah suami sering mengantarkan ibu ke tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan, sebanyak 59 responden (69,4%) menjawab ya, sedangkan 26 responden (30,6%) menjawab tidak. Pertanyaan (3) Apakah keluarga (suami, orangtua, atau saudara) selalu memotivasi ibu dalam menjaga kesehatan selama kehamilan, sebanyak 66 responden (77,6%) menjawab ya, sedangkan 19 responden (22,4%) menjawab tidak.

(22)

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami/Keluarga Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pertanyaan Ya Tidak Jumlah

n % N % n %

1. Apakah dalam pemeriksaan kehamilan ibu mendapat anjuran dari keluarga (suami, orangtua, atau saudara)? orangtua, atau saudara) selalu memotivasi ibu dalam

Berdasarkan uraian distribusi dukungan suami/keluarga secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sebanyak 45 responden (52,9%) mendukung dan sebanyak 40 responden (47,1%) kurang mendukung. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.14 Distribusi Kategori Berdasarkan Dukungan Suami/Keluarga

(23)

4.3.2.2Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden mengenai dukungan suami/keluarga maka di peroleh jawaban responden terhadap pernyataan (1) Apakah petugas kesehatan selalu menyarankan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, sebanyak 26 responden (30,6%) menjawab pernah, sedangkan 59 responden (69,4%) menjawab tidak pernah. Pertanyaan (2) Sewaktu ibu hamil apakah petugas kesehatan pernah memberikan penerangan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, sebanyak 27 responden (31,8%) menjawab pernah, sedangkan 58 responden (68,2%) menjawab tidak pernah.

(24)

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pertanyaan Pernah Tidak

Pernah

Jumlah

n % n % n %

1. Apakah petugas kesehatan selalu menyarankan ibu untuk

3. Apakah petugas kesehatan selalu menyemangati (memotivasi dan mendorong) ibu agar terus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap bulannya?

35 41,2 50 58,8 85 100,0

4. Apakah petugas kesehatan pernah menyarankan ibu untuk melahirkan di pelayanan

Berdasarkan uraian distribusi dukungan petugas kesehatan secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sebanyak 19 responden (22,4%) mendukung dan sebanyak 66 responden (77,6%) tidak mendukung. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :

(25)

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kebutuhan (Need Factors) Faktor kebutuhan mencakup kondisi ibu sebagai berikut:

4.3.3.1Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Ibu

Berdasarkan dua pertanyaan maka di peroleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) Apakah selama hamil ibu pernah mual-mual, sebanyak 67 responden (78,8%) menjawab pernah, sedangkan 18 responden (21,2%) menjawab tidak pernah. Pertanyaan (2) Apakah selama hamil ibu pernah mengalami bengkak pada kaki, sebanyak 63 responden (74,1%) menjawab pernah, sedangkan 22 responden (25,9%) menjawab tidak pernah. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini :

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Ibu Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

No. Pertanyaan Pernah Tidak

Pernah

Jumlah

n % n % n %

1. Apakah selama hamil ibu pernah mual-mual atau muntah-muntah?

67 78,8 18 21,2 85 100, 0 2. Apakah selama hamil ibu pernah

mengalami bengkak pada kaki?

63 74,1 22 25,9 85 100, 0

Berdasarkan uraian distribusi kondisi ibu secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sebanyak 69 responden (81,2%) ada keluhan dan sebanyak 16 responden (18,8%) tidak ada keluhan. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini :

Tabel 4.18 Distribusi Kategori Berdasarkan Kondisi Ibu

No. Kondisi Ibu N Persentase (%)

1. Ada Keluhan 69 81,2

2. Tidak Ada Keluhan 16 18,8

(26)

4.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan (1) Pada kehamilan trimester pertama (1-3) bulan, berapa kali ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 3 responden (3,5%) menjawab tidak pernah, sedangkan 39 responden (45,9%) menjawab 1 kali dan 43 responden (50,6%) jawab >1 kali. Pertanyaan (2) Pada kehamilan trimester kedua (4-6) bulan, berapa kali ibu memeriksakan kehamilan, sebanyak 15 responden (17,6%) menjawab tidak pernah, sedangkan 59 responden (69,4%) menjawab 1 kali dan 21 responden (12,9%) jawab >1 kali.

Pertanyaan (3) Pada kehamilan trimester kedua (7-9 ) bulan, berapa kali ibu memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan, sebanyak 51 responden (60,0%) menjawab 1 kali dan 34 responden (40,0%) jawab >1 kali. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini :

Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

(27)

Distribusi kategori berdasarkan variabel pemanfaatan pelayanan antenatal care didapat bahwa dari 85 responden hanya ada 34 responden (40%) yang

memeriksakan kehamilan dengan lengkap dan 51 responden (60%) yang tidak lengkap atau tidak sesuai jadwal dalam memeriksakan kehamilan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini :

Tabel 4.20 Distribusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

No. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Persentase (%)

1. Lengkap 34 40,0

2. Tidak Lengkap 51 60,0

Jumlah 85 100,0

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas meliputi faktor pemudah (pengetahuan, sikap, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan) dan faktor kebutuhan (kondisi ibu) dengan variabel terikat yaitu pemanfaatan pelayanan antenatal care dengan menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan α = 0.05, sebagai berikut :

4.4.1 Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Hubungan antara pendidikan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 28 responden yang berpendidikan rendah, terdapat 8

(28)

memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 27 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dan dari 11 responden yang berpendidikan tinggi, terdapat 7 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 4 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,472 (p>0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut ini :

4.4.2 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Hubungan antara pengetahuan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 34 responden yang berpengetahuan baik, terdapat 17

(29)

tidak baik, terdapat tidak ada responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 2 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,038 (p<0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini :

4.4.3 Hubungan Antara Sikap dengan Pemanfaatan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(30)

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,045 (p<0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut ini :

Tabel 4.23 Hubungan Antara Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Sikap

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Care Total P

value

Lengkap Tidak Lengkap

F % F % F %

Baik 22 25,9 20 23,5 42 49,4 0,045

Kurang Baik 11 12,9 29 34,1 40 47,1

Tidak Baik 1 1,2 2 2,4 3 3,5

Jumlah 34 40,0 51 60,0 85 100,0

4.4.4 Hubungan Antara Paritas dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Hubungan antara paritas responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 20 responden yang memiliki anak 1, terdapat 11 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 9 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dari 43 responden yang memiliki anak 2-4, terdapat 20 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 23 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dan dari 22 responden yang memiliki anak >4, terdapat 3 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 19 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

(31)

pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini :

Tabel 4.24 Hubungan Antara Paritas dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Paritas

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Care Total P

value

Lengkap Tidak Lengkap

F % F % F %

1 (primipara) 11 12,9 9 10,5 20 23,4 0,008

2-4 (multipara 20 23,6 23 27,1 43 50,7

>4 (grandmultipara) 3 3,5 19 22,4 22 25,9

Jumlah 34 40,0 51 60,0 85 100,0

4.4.5 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Hubungan antara pekerjaan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 28 responden yang bekerja, terdapat 19 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 9 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dari 57 responden yang tidak bekerja, terdapat 15 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 42 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

(32)

Tabel 4.25 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan

4.4.6 Hubungan Antara Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 69 responden yang berpenghasilan dibawah UMK atau <UMK, terdapat 24 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 45 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dari 16 responden yang berpengahasilan besar dari UMK atau

>UMK, terdapat 10 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 6 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

(33)

4.4.7 Hubungan Antara Dukungan Suami/Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Hubungan antara dukungan suami/keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 45 responden yang mendapat dukungan, terdapat 23 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 22 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dari 40 responden yang kurang mendapat dukungan, terdapat 11 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 29 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,027 (p<0,027) berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut ini :

Tabel 4.27 Hubungan Antara Dukungan Suami/Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Dukungan

4.4.8 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(34)

66 responden yang kurang mendapat dukungan, terdapat 28 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 38 responden yang kurang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,040 (p<0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.28 berikut ini :

Tabel 4.28 Hubungan Antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Dukungan Petugas

4.4.9 Hubungan Antara Kondisi Ibu dengan Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Hubungan antara kondisi ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care diperoleh dari 69 responden yang mengalami keluhan, terdapat 30 responden

yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 39 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care. Dari 16 responden yang tidak ada keluhan, terdapat 4 responden yang lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care dan 12 responden yang tidak lengkap memanfaatkan pelayanan antenatal care.

(35)

pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.29

4.4.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik Chi-square

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statisti chi-square, maka didapatkan enam variabel yang berhubungan terhadap pemanfaatan

pelayanan antenatal care. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.30 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat No. Variabel Bebas Variabel Terikat Nilai p Keterangan

1. Pendidikan Tidak ada hubungan

2. Pengetahuan

5. Pekerjaan Tidak ada hubungan

6. Pendapatan Tidak ada hubungan

(36)

4.5 Analisis Multivariat

Dalam analisis bivariat diketahui bahwa variabel pengetahuan, sikap, paritas, dukungan suami/keluarga, dukungan petugas kesehatan dan kondisi ibu memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care dan dapat dilanjutkan ke analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care. Dalam uji ini variabel pendapatan dan pendidikan tidak dilanjutkan ke analisis multivariat karena berdasarkan uji hasil uji bivariat variabel tersebut memiliki p>0,25. Variabel pekerjaan tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care namun memenuhi untuk dilanjutkan uji regresi logistik berganda.

(37)

Tabel 4.31 Identifikasi Variabel Dominan Pengaruh Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Marbau

No. Subvariabel B Nilai p Exp (B)

Adapun variabel yang masuk kedalam model regresi logistik ganda adalah sebagai berikut :

Tabel 4.32 Hasil Uji Regresi Logistik

No. Subvariabel B Nilai p Exp (B)

Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah variabel sikap karena memiliki nilai Exp (B) yang

(38)

memanfaatkan pelayanan antenatal care dari pada ibu yang memiliki paritas multipara dan grandmultipara. Variabel kondisi ibu mempunyai nilai Exp (B) 1,803 artinya responden yang mempunyai keluhan pada kehamilan 1,8 kali lebih akan lengkap dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care dari pada ibu yang tidak memiliki keluahan pada kehamilan. Secara keseluruhan dijelaskan bahwa nilai Overal pertentage sebesar 63,5%, artinya variabel pengetahuan, sikap, paritas dan kondisi ibu memberikan pengaruh sebesar 63,5% terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care, selebihnya dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini.

Dari hasil diatas maka dapat diketahui model persamaan regresi logistik yang terbentuk adalah s1ebagai berikut :

Ln P/1-P = -4,407(konstanta + 0,248 (X1) + 0,933 (X2) + 0,066 (X3) + 0,590 (X4)

X1 = pengetahuan X2 = sikap

X3 = paritas X4 = Kondisi ibu

(39)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Antenatal care merupakan perawatan asuhan yang diberikan kepada ibu

hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan jumlah pemeriksaan kehamilan sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan yakni minimal satu kali pada trimester pertama (K1), minimal satu kali pada trimester kedua (K2) minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) (Kemenkes RI, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 responden diperoleh rata-rata pemanfaatan pelayanan antenatal care yang dilakukan ibu hamil dalam kategori tidak lengkap atau belum sesuai standar minimal 4 kali sesuai jadwal yang telah ditentukan sebanyak 51 responden sedangkan pemanfaatan pelayanan antenatal care dalam kategori lengkap yang berarti ibu memeriksakan kehamilan

(40)

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden mereka memeriksakan kehamilan jika ada keluhan atau sakit saja pada kehamilan jika tidak mengalami keluhan ibu tidak akan pergi memeriksakan kehamilan. Responden yang sudah memiliki anak lebih dari satu sering tidak memeriksakan kehamilan karena pada kehamilan sebelumnya tidak terjadi masalah dan menganggap sudah berpengalaman dalam menjaga kesehatan.

Berdasarkan pendapat peneliti bahwa masih banyaknya ibu tidak lengkap memeriksakan kehamilan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal. Kurangnya dukungan dari keluarga seperti keluarga tidak mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilan. Selain itu kurangnya informasi mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan di masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang antenatal care dari petugas kesehatan. 5.2 Pengaruh Faktor Pemudah (Predisposing) Terhadap Ibu hamil Dalam

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Komponen faktor pemudah (meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan, pendapatan). Adapun faktor pemudah yang mempunyai pengaruh dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah variabel pengetahuan (p=0,038), sikap (p=0,045), paritas (p=0,008). Sedangkan pendidikan (p=0,472), pendapatan (p=0,132), dan pekerjaan (p=0,821) tidak mempunyai pengaruh dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care.

5.2.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Ibu hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(41)

tidak ada hubungan yang bermakna atau pengaruh antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, latar belakang pendidikan tidak memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care setelah dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh hasil tertinggi yaitu tingkat pendidikan menengah (SMA). Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan dari tingkat pendidikan dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care secara lengkap. Hal ini berarti rendahnya pendidikan bukan berarti ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, karena pendidikan tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah saja tetapi bisa diperoleh dari luar sekolah seperti penyuluhan tentang pemeriksaan kehamilan di posyandu atau puskesmas ataupun informasi dari bidan di desa, dengan begitu ibu akan mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2011) orang dengan pendidikan formal yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan pendidikan formal yang rendah, karena akan mampu dan mudah memahami. Adanya perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan terhadap suatu masalah. Selain itu akan berbeda pula tingkat pemahaman terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal antenatal care. Demikian pula halnya semakin tinggi pendidikan ibu maka akan

(42)

adanya hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan formal ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi, sedang, dan rendah tidak dapat dipastikan bahwa dia melakukan tindakan yang baik. Meskipun sebagian mereka sudah berpendidikan baik belum tentu mereka mau memanfaatakan pelayanan antenatal care secara lengkap. Kenyataannya dilapangan masih banyak dengan pendidikan

menengah tidak mau memeriksakan kehamilan secara lengkap dengan alasan tidak adanya keluhan pada ibu selama kehamilan. Untuk itu pentingnya adanya penyuluhan atau promosi tentang pemeriksaan antenatal care oleh petugas kesehatan akan membantu ibu dalam mengambil tindakan yang tepat.

5.2.2 Pengaruh Pengetahuan Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Hasil analisis multivariat untuk variabel pengetahuan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda di peroleh hasil p=0,047 (p<0,05) dan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 1,281. Berdasarkan hasil analisis berarti pengetahuan ibu hamil berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

(43)

kemudian sebagian besar responden juga masih banyak yang belum mengetahui jumlah kunjungan minimal pemeriksaan kehamilan sehingga masih banyak ibu yang beranggapan bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan ketika merasa ada keluhan dan sebagian ibu hanya datang memeriksakan kehamilan ketika awal hamil dan ketika mau melahirkan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak memeriksakan kehamilan secara lengkap yaitu mereka yang memeriksakan kehamilan ketika sakit atau ada keluhan pada kehamilannya saja. Mereka lebih suka memeriksakan kehamilan ke dukun bayi (tukang urut) karena menurut anggapan mereka hal tersebut lebih menyehatkan badan. Jadi ketika mereka sudah urut, mereka tidak akan memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan. Hal demikian merupakan anggapan yang salah dan perlu diperbaiki oleh petugas kesehatan melalui edukasi dan sosialisasi/penyuluhan agar kepercayaan seperti tersebut dapat berubah.

Berdasarkan hasil penelitian dibuktikan bahwa tidak selamanya orang yang memiliki pengetahuan yang baik dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care akan memiliki tindakan yang baik pula yaitu memeriksakan kehamilan

secara lengkap kepada petugas kesehatan. Karena tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tetapi juga harus diikuti dengan tindakan yang nyata yaitu mau melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap ke petugas kesehatan.

(44)

penurunan jumlah kunjungan tersebut antara lain masalah kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan Antenatal Care. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Yanti, 2016) di wilayah kerja Puskesmas Teupah Barat menemukan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan denagan pemanfaatan ANC.

Ketidaktahuan responden dikarenakan peranan petugas kesehatan dalam melakukan sosialisasi dan edukasi terkait antenatal care masih sangat kurang. Sering sekali ketika kegiatan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan posyandu tidak disertai dengan pemberian informasi dan edukasi tentang pelayanan antenatal care. Kemauan ibu untuk memeriksakan kehamilan secara lengkap merupakan hal yang sangat penting. Namun permasalahan yang penting adalah pengetahuan ibu yang masih kurang tetang pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal. Masyarakat setempat perlu diyakinkan melalui penyuluhan bahwa kematian ibu dan anak dapat dicegah melalui pemanfaatan pelayanan antenatal care secara lengkap minimal 4 kali selama kehamilan.

5.2.3 Pengaruh Sikap Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

(45)

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diketahui masih banyak responden dengan sikap kurang baik dan tidak memanfaatkan pelayanan anc secara lengkap. Sikap kurang baik dan tidak baik pada responden yang tidak lengkap memeriksakan kehamilan secara lengkap disebabkan pengetahuan dari ibu yang masih kurang baik dan tidak baik pula dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care secara lengkap. Ibu merasa memeriksakan kehamilan itu tidak

penting kecuali ibu mengalami kondisi kesehatan yang menurun atau sakit.

Menurut Notoatmodjo (2012) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab seringkali terjadi seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Situmeang di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Saraduik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun (2010) menemukan ada pengaruh signifikan sikap dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.

(46)

bisa dimanfaatkan dan didasari peran perilaku ibu yang merespon terhadap pemeriksaan kehamilan secara lengkap ke petugas kesehatan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan membantu meningkatkan sikap masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah melaksanakan sosialisasi tentang usaha-usaha peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal care oleh petugas kesehatan. Peningkatan pendekatan kepada masyarakat sangat penting sehingga petugas kesehatan mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat dalam setiap kesempatan.

5.2.4 Pengaruh Paritas Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care

Hasil analisis multivariat untuk variabel paritas dengan menggunakan uji regresi logistik ganda di peroleh hasil p=0,019 (p<0,05) dan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 1,069. Berdasarkan hasil analisis berarti paritas ibu hamil berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden dengan kategori multipara (2-4 anak) dan grandmultipara (4 anak ) cenderung tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal tersebut disebabkan karena ibu beranggapan bahwa berdasarkan pengalaman melahirkan anak sebelumnya, kondisi ibu dan bayi yang dilahirkan baik-baik saja walaupun ibu tidak lengkap dalam memeriksakan kehamilan.

(47)

sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, ibu yang memiliki > 2 orang anak mengatakan kehamilan adalah hal biasa sehingga tidak diperlukan pemeriksaan lengkap dan berpendapat ibu tersebut sudah berpengalaman dalam menjalani kehamilannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sriwahyu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara tahun (2013) yang menemukan adanya pengaruh paritas dengan pemanfaatan ANC dan juga (Yanti, 2016) di wilayah kerja Puskesmas Teupah Barat menemukan bahwa ada pengaruh antara paritas denagan pemanfaatan ANC

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Masalah paritas juga menjadi faktor yang di pertimbangkan, dimana ibu yang mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan resiko terhadap ibu dan bayinya. Terlebih lagi jika jarak antara kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Hal ini sering mengakibatkan berbagai masalah kesehatan pada ibu seperti ibu yang menderita anemia, odema, kurang gizi, dan bahkan sering terjadi pendarahan setelah melahirkan yang membahayakan nyawa ibu.

5.2.5 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(48)

yang bermakna atau pengaruh antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

Dari hasil penelitian dan setelah dilakukan olahan data, pekerjaan ibu tidak memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Marbau, mayoritas para ibu menajdi responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang dikategorikan ibu rumah tangga. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tidak menjadi alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care. Ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan. Akan tetapi, pekerjaan tersebut memberikan akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan.

(49)

Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam memeriksakan kehamilan secara lengkap. Seorang ibu yang tidak bekerja akan mempunyai kesempatan untuk memeriksakan kehamilannya dibanding dengan ibu yang bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering kali tidak mempunyai kesempatan untuk datang memeriksakan kehamilan karena mungkin mereka lelah setelah seharian bekerja. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya lupa akan memeriksakan kehamilannya.

5.2.6 Pengaruh Pendapatan Terhadap Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Hasil analisis bivariat untuk variabel pendapatan dengan menggunakan uji chi-square di peroleh hasil p=0,821 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan

yang bermakna atau pengaruh antara pendapatan keluarga ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

(50)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yanti di wilayah kerja Puskesmas Teupah Barat Kecamatan Teupah Barat (2010) menemukan tidak ada pengaruh antara pendapatan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.

Pendapatan pada saat ini bukan menajdi penghalang ibu memanfaatkan pelayanan antenatal care, karena sudah banyak program dari pemerintah seperti pemeriksaan kehamilan gratis di Puskesmas. Oleh karena itu, pendapatan responden kurang dari UMK itu lebih banyak, namun apabila pengetahuan dan sikap ibu baik maka ibu mampu dan mau memanfaatkan pelayanan ANC secara teratur.

5.3 Pengaruh Faktor Pemungkin (Enabling) Terhadap Ibu hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Komponen faktor pemungkin (meliputi dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan). Adapun faktor pemungkin yang mempunyai pengaruh dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah variabel dukungan suami (p=0,027) dan dukungan petugas kesehatan (p=0,040). Kedua variabel ini mempunyai pengaruh dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care.

5.3.1 Pengaruh Dukungan Suami/Keluarga Terhadap Ibu hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

(51)

Berdasarkan wawancara pada keluarga yang kurang mendukung ibu hamil kurang mendapat dukungan dari suami/keluarga seperti ibu yang sudah mempunyai anak lebih dari 2 karena suami/keluarga merasa ibu sudah berpengalaman dalam menjaga kesehatan pada waktu kehamilan sebelumnya. Sementara itu, sebagian ibu yang tinggal bersama orang tua kurang mendapat anjuran memriksakan kehamilan karena menurut orangtua mereka tidak perlu dalam memeriksakan kehamilan. Karena kehamilan menurut mereka merupakan hal yang biasa yang dialami setiap wanita.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang Sriwahyu di wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara tahun (2013) menemukan ada pengaruh dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.

(52)

menurunkan angka kematian ibu adalah suami dapat memastikan selama istri mengalami kehamilan harus melakukan pemeriksaan kehamilan pada sesuai anjuran antenatal care.

5.3.2 Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Ibu hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Dari hasil analisis multivariat untuk variabel dukungan petugas kesehatan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda di peroleh hasil p=0,093 (p>0,05). yang berarti dukungan petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap ibu hamil pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

Hasil penelitian dan setelah dilakukan olahan data, kategori dukungan petugas kesehatan kurang mendukung Berdasarkan wawancara pada responden dengan dukungan petugas kategori kurang mendukung namun memanfaatkan pelayanan antenatal care lengkap karena kurangnya informasi petugas kesehatan terutama bidan dalam menjelaskan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan, bidan juga tidak mendatangi rumah ibu hamil jika ibu tidak memeriksakan kehamilannya. Jadwal posyandu sering tidak sesuai dengan jadwal yang tealah ditetapkan bersama dan berubah tiap bulan sehinga ibu hamil sering tidak memeriksakan kehamilannya karena ada kesibukan lain. Sebagian masyarakat juga tidak mau memeriksakan kehamilan ke puskesmas karena kurang ramahnya para bidan/perawat dan usia para bidan yang masih muda sehingga sering dianggap bidannya belum berpengalaman.

(53)

menemukan ada pengaruh dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.

Dukungan petugas kesehatan merupakan hal yang penting. Peran petugas kesehatan dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care seperti meyakinkan ibu untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care., memberikan pengetahuan kepada ibu tentang manfaat, jumlah kunjungan secara teratur serta dampak apabila tidak teratur dalam pemeriksaan kehamilan. Pemanfaatan anc dapat berjalan dengan lancar dan sesuai apabila didukung oleh petugas kesehatan dan kemauan ibu.. 5.4 Pengaruh Faktor Kebutuhan (Need Factors) Terhadap Ibu hamil

Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Komponen faktor kebutuhan (kondisi ibu). Faktor kebutuhan yang mempunyai pengaruh dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care (p=0,032). 5.4.1 Pengaruh Kondisi Ibu Terhadap Ibu hamil Dalam Pemanfaatan

Pelayanan Antenatal Care

Dari hasil analisis multivariat untuk variabel kondisi ibu dengan menggunakan uji regresi logistik ganda di peroleh hasil p=0,024 (p<0,05) dan nilai Exp (B) sebesar 1,0830 yang berarti kondisi ibu berpengaruh terhadap ibu hamil pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

(54)

mengetahui perkembangan kehamilannya dan untuk mengetahui resiko yang mungkin terjadi saat persalinan nanti.

Menurut Hutahaean 2013, selama masa kehamilan seorang ibu mengalami perubahan yang berbeda-beda setiap bulannya, kondisi ibu selama kehamilan harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan) normal atau tidak. Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti bentuk tubuh. Keluhan atau keadaan yang membahayakan seperti pendarahan baik sedikit atau banyak, pembengkakan pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat yang disetai sakit kepala, nyeri ulu hati, keluar cairan ketuban sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau jarang dalam sehari semalam dan berat badan yang tidak bertambah bahkan turun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Situmeang di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Saraduik Kabupaten Tapanuli Tengah (2010) menemukan ada pengaruh yang signifikan antara kondisi ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. oleh ibu hamil.

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, paritas dan kondisi ibu mempunyai pengaruh terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017 2. Variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dukungan suami/keluarga dan

dukungan petugas kesehatan tidak mempunyai pengaruh terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

3. Variabel sikap merupakan variabel yang dominan berpengaruh sehingga menjadi model terbaik dalam menentukan faktor yang memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

6.2 Saran

Kepada Petugas Kesehatan

(56)

Gambar

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Proporsi Responden Ibu Hamil
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ( Independen )
Tabel 4.1 Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas Marbau
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkawinan outbreeding antara induk lokal dengan pejantan introduksi dari luar populasi (jauh) yang tidak memiliki hubungan kekerabatan akan menghasilkan ternak

Dapat disimpulkan bahwa persentase nasabah bank yang memiliki status kredit lancar berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 adalah pada segmen ke-4 yaitu nasabah yang

Abstrak : Tulisan ini mengungkap tentang Pemikiran K. Ahmad Dahlan yang menyatukan dikotomi ilmu pengetahuan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat

Sedangkan untuk pengintegrasian teknologi terendah berada pada level Entry yang terdapat pada karakteristik lingkungan belajar Collaborative , Authentic dan

APHA (American Public Health Association): Standard Method for The Examination of Water and Wastewater 19th ed., AWWA (American Water Works Association), and WPCF

Berdasarkan hasil simulasi pada Tx1, dapat diketahui bahwa jumlah Rx yang memiliki daya terima terbaik (ditetapkan untuk daya terima kecil dari -45 dBm) sebanyak 12 Rx yaitu Rx1

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Financial Ditress Terhadap Manajemen Laba( Studi KasusPada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

DAN PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT SAMIN DI BOJONEGORO.. Slamet Widodo Dosen Jurusan