• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Katalis merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan biodiesel. Jenis katalis yang biasanya digunakan untuk produksi biodiesel seperti katalis homogen, katalis heterogen dan enzim [1].Umumnya katalis heterogen basa/asam digunakan dalam pembuatan biodiesel komersial melalui proses transesterifikasi [2]. Katalis basa telah diakui memberikan konversi yang lebih besar daripada katalis asam [3].Kulit buah kakao (CPH/Cocoa Pod Husk) adalah salah satu jenis katalis basa heterogen [4].

Kakao (Theobrema cacao L.) adalah salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan. Kakao menempati luar areal keempat terbesar untuk sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit, kelapa, dan karet. Menurut data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, perkembangan luas areal kakao di Indonesia selama periode tahun 1980-2013 cenderung meningkat, yaitu dari 37,08 ribu ha pada tahun 1980 menjadi 1,74 juta ha pada tahun 2013. Rata-rata peningkatan luas areal kakao mencapai 13,29% pertahun. Sedangkan perkembangan produktivitas kakao di Indonesia selama tahun 2006-2013 cenderung berfluktuasi dapat dilihat pada gambar berikut [5].

(2)

Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)merupakan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini limbah kulit kakao biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah kota, yang berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang ada.

Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)adalah limbah pertanian utama dari industri kakao dan telah ditemukan untuk menjadi sumber yang kaya kalium karbonat (K2CO3).Saat ini, teknologi yang digunakan untuk memproduksi K2CO3 membuat produk yang lebih mahal dan tidak aman lingkungan.Sementara itu, K2CO3 dari abu CPH (Cocoa Pod Husks) merupakan sumber potensi tinggi sebagai katalis untuk produksi biodiesel [4].Salah satu cara untuk memanfaatkan kandungan K2CO3 dari kulit buah kakao yaitu dengan proses kalsinasi [4].

Kalsinasi merupakan proses pemberian panas (thermal treatment) terhadap suatu material padatan untuk terjadinya dekomposisi termal, transisi fasa atau penghilangan fraksi-fraksi yang volatil, selain dekomposisi, selama kalsinasi terjadi pula : Sintering prekursor atau pembentukan oksida seperti kalium oksida (K2O) dan reaksi oksida dengan penyangga [6]. Selain itu kalsinasi bertujuan untuk memperbesar pori-pori [7].Kalsinasi biasanya dilakukan dibawah titik leleh produk yang diinginkan, hal ini karena kalsinasi dilakukan dalam kondisi vakum, maka diperkirakan kalium karbonat telah mengalami dekomposisi termal, membentuk sisi aktif basa yaitu K2O [6].Kulit buah kakao (CPH) setelah mengalami proses kalsinasi akan mengubah K2CO3 menjadi K2O yang dapat digunakan sebagai katalis untuk produksi biodiesel [4].

(3)

3

Salah satu bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah minyak goreng bekas/minyak jelantah (Waste Cooking Oil/WCO). Minyak jelantah adalah bahan baku yang menjanjikan sebagai pengganti dari minyak nabati untuk produksi biodiesel [2]. Hal ini karena minyak jelantah merupakan sisa bekas penggorengan minyak goreng. Selain itu, harga minyak jelantah kira-kira 40 – 70 % lebih murah dari minyak goreng murni sehingga dapat mengurangi harga produksi biodiesel secara efektif hingga 60-70 % [2; 10 ; 11]. Lebih lagi, produksi biodiesel dari minyak jelantah tidak hanya menghindari kompetisi dari penggunaan WCO sebagai sumber pangan tetapi juga dapat memecahkan berbagai masalah limbah pembuangan WCO. Diperkirakan bahwa sekitar 20 ribu - 29 juta ton WCO dihasilkan per tahun [10 ;12].

Metode yang umum digunakan dalam menghasilkan biodiesel adalah transesterifikasi.Transesterifikasi (alkoholisis) adalah reaksi kimia antara minyak atau lemak dengan alkohol yang dikatalisasi oleh katalis asam atau basa untuk membentuk ester dan gliserol [13]. Alkohol seperti metanol, etanol, propanol, butanol dan amil alkohol dapat digunakan dalam proses transesterifikasi [14]. Umumnya, metanol dan etanol merupakan yang paling banyak digunakan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi transeterifikasi, karena biayanya murah dan keuntungan fisik dan kimianya dibandingkan dengan alkohol rantai panjang [1; 13; 15].

Oleh Karena itu dalam penelitiaan ini, digunakan Kulit buah kakao (CPH)sebagai katalis basa heterogen dalam pembuatan biodiesel berbasis minyak jelantah sebagai bahan baku, dan metanol sebagai pelarut (reaktan).

(4)

Cocoa pod husk (Abu kulit

kakao)

Cocoa Pod Husk: A New Source of CLEA-Lipase for Preparation Oflow-Cost Biodiesel: an Optimized Process

[16]

− bahan baku : Jatropha curcas oil (minyak bijik jarak)

− Pelarut : Etanol

− Metode: : Transesterifikasi dan Ekstraksi Enzim Lipase dari Kulit Kakao

Hasil analisa diperoleh yield tertinggi dari asam lemak bebas dan gliserida menjadi biodiesel sebesar 93 % pada rasio mol minyak : etanol 1:6, katalis 3 % (b/b) dan waktu reaksi 4 jam

Cocoa Pod husk (CPA) dan Rice husk ash (RHA)

Production of Biodiesel from Parinari polyandra B. Seed Oil using Bio-Based Catalysts [17]

− Bahan baku : Parinari Polyandra B. Seed Oil

− Rasio Molar minyak : Metanol = 1 : 6

− T reaksi = 2 jam − T kalsinasi 600 oC − t kalsinasi = 35 menit − % katalis = 0,5-4 %

(5)

5

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Terdahulu tentang Pembuatan Biodiesel (Lanjutan)

Cocoa Pod Husk (Abu kulit

kakao)

Biodiesel Production in Nigeria using Cocoa Pod Ash as a Catalyst Base

[18]

− Bahan baku : waste vegetable oil

− Rasio Molar minyak : Metanol = 1 : 50

Yield biodiesel tertinggi yang dihasilkan adalah 94 %

Cocoa Pod Husk (Abu kulit kakao : MgO) dan CPH

ash

The Potential of using Cocoa Pod Husks as Green Solid Base

Catalysts for the Transesterification of Soybean

Oil into Biodiesel: Effects of Biodiesel on Engine Performance

[4]

− Bahan baku : Soybean oil (minyak kedelai)

− Rasio Molar minyak: Metanol = 1 : 6 (untuk CPH/MgO dan CPH ash catalysts)

− T reaksi = 40, 50, 60, 70, 80 oC (untuk katalis CPH/MgO dan CPH ash)

− t reaksi = 60 menit (untuk katalis CPH/MgO) dan 120 menit (untuk katalis CPH

− % katalis = 0,5 ; 1 ; 1,5 % − T kalsinasi = 650 oC − t Kalsinasi = 4 jam

(6)

Tabel 1.2 Penelitian-penelitian Terdahulu tentang Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah

Katalis Basa NaOH

A Two-Step Biodiesel Production Process from Waste Cooking Oil via Recycling Crude Glycerol Esterification Catalyzed by Alkali Catayst

[10]

− Bahan baku : Waste Cooking Oil (Minjak jelantah)

− Rasio Metanol : Minyak dari 0.8:1 sampai 1.7:1 dengan interval 0,1 :1

− % katalis : 0% sampai 0.7 % (b/b) dengan interval 0.1 % (b/b)

− T reaksi : 190, 200, dan 210 °C − t reaksi : 2, 3, dan4 jam

− Metode : Esterifikasi dengan katalis NaOH dan melalui daur ulang gliserol mentah hasil esterifikasi

Hasil:

Konversi FFA dalam WCO (kadar asam : 124,9 mg KOH/g) menjadi asilgliserol 99,6 % dibawah kondisi optimal (1,4:1 rasio molar gliserol menjadi FFA, 4 jam, 210 oC, beban katalis 0,5 % berat berdasarkan berat WCO.

Setelah transesterifikasi dari ester WCO dengan katalis metanol oleh NaOH, produk yield terakhir adalah 93,1 % berat dan 98,6 % berat dari asam lemak metil ester (FAME)

Calcium Diglyceroxide

Enhancement in biodiesel production using waste cooking oil and calcium diglyceroxide as a heterogeneous catalyst in presenceof ultrasound

[11]

− Pelarut : Metanol

− Metode : Transesterifikasi − Rasio Molar minyak : Metanol

= 1 : 6, 1:9, 12:1, 14:1

− T reaksi = 45, 50, 55, 60, 65oC − t reaksi = 5-40menit (interval 5

menit)

− % katalis = 0,5; 0,75; 1; 1,25 %

(7)

7

Berdasarkan uraian diatas, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang potensi penggunaan katalis heterogen K2O hasil kalsinasi dari limbah kulit buah kakao dengan mengkaji pengaruh suhu kalsinasi untuk menghasilkan kemurnian dan yield biodiesel, memperoleh kajian lebih lanjut tentang karakteristik analisa proksimat, kandungan komponen dan morfologi dari katalis abu kulit kakao sertamemperoleh kondisi maksimum padapengujian katalis abu kulit buah kakao dalam pembuatan biodiesel berbasis minyak goreng bekas (WCO) dengan proses transesterifikasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Kulit buah kakao merupakan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini limbah kulit biah kakao biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah kota, yang berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang ada. Kulit buah kakao memiliki kandungan mineral yang tinggi berupa K2CO3 untuk dimanfaatkan sebagai katalis basa heterogen.Kulit buah kakao (CPH) setelah mengalami proses kalsinasi akan menghasilkan K2O yang berpotensi dapat digunakan sebagai katalis untuk produksi biodieseldari minyak jelantah. Penelitian ini diarahkan kepada penyelidikan potensi penggunaan katalis heterogen K2O hasil kalsinasi dari limbah kulit buah kakao, pengaruh variasi suhu kalsinasi katalis kulit buah kakao untuk menghasilkan kemurniaan dan yield biodiesel yang tinggi dari Minyak Jelantah.

Untuk itu perlu dilakukan penelitiaan untuk memperoleh pengaruh katalis kulit kakao, variasi suhu kalsinasi katalis,pengujian katalis dalam produksi biodiesel, memperoleh analisa proksimat, komponen dan morfologi dari katalis dan kondisi maksimum dari variabel operasi terhadap kemurniaan dan yield biodiesel berbasis minyak jelantah.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memperoleh pengaruh variasi suhu kalsinasi katalis terhadap kemurniaan dan yield.

(8)

3. Mendapatkan kondisi maksimum dari variabel proses dalam pengujian katalis buah kakao dalam produksi biodiesel berbasis minyak jelantah. 4. Memperoleh kemampuan katalis heterogen kulit kakao dalam pembuatan

biodiesel.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Memberikan informasi katalis basa heterogen Kulit kakao dalam pembuatan biodiesel berbasis WCO (Waste Cooking Oil)

2. Memperoleh pengaruh variasi suhu kalsinasi katalis terhadap kemurniaan dan yield biodiesel yang dihasilkan.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dan mengembangkan proses dengan katalis kulit kakao ini.

4. Memanfaatkan limbah kulit buah kakao dan minyak jelantah menjadi produk yang lebih berguna sekaligus mengatasi masalah limbah minyak jelantah.

1.5 RUANG LINGKUP

1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bahan baku yang digunakan adalah Waste Cooking Oil (WCO) yang diperoleh dari penjual makanan gorengan yang ada di sekitar kampus USU, Kulit buah kakao (K2O) sebagai katalis, dan bahan kimia seperti Aquadest (H2O), Karbon Aktif, Natrium Hidroksida (NaOH), Phenolftalein (C20H14O4), Metanol (CH3OH), Etanol (C2H5OH).

(9)

9

1. Proses Persiapan Kulit Buah KakaoSebagai Katalis

Adapun proses persiapan kulit buah kakao sebagai katalis dengan mengadopsi prosedur yang dilakukan oleh Ofori-Boateng and Keat [4] dan Khanahmadi et al. [16] antara lain:

• Kulit buah kakao dicuci bersih dan dipotong ukuran kecil dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 minggu.

• Kulit kering dihaluskan dengan ballmill dan diayak dengan ayakan 100 mesh.

• Temperatur Kalsinasi : 650, 700, dan 750 0C. • Waktu Kalsinasi : 4 jam [4].

• Abu hasil kalsinasi di analisa dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrometer).

2. Proses Persiapan Bahan Baku

Adapun proses persiapan bahan baku dengan mengadopsi prosedur yang dilakukan oleh Tan, et al. [19] antara lain:

• Penyaringan bahan baku minyak jelantah dengan kertas saring. • Bahan baku ditampung dan didiamkan selama beberapa hari. • Terbentuk dua lapisan emulsi minyak-air.

• Emulsi minyak - air dipanaskan selama ± 30 menit pada suhu 110 oC untuk menghilangkan kandungan air dengan menggunakan hot plate. • Analisa bahan baku dengan menggunakan GC (Gas

Chromatography).

3. Proses Penurunan FFA Bahan Baku (Waste Cooking Oil)

Adapun proses penurunan FFA bahan baku (Waste Cooking Oil) dengan mengadopsi prosedur yang dilakukan dengan Putra, et al. [42] :

• Penyaringan langsung dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan zat padat.

(10)

• Sebanyak 1 % (b/b) karbon aktif dari minyak dituangkan ke dalam minyak dan kemudian diaduk selama 80 menit.

• Campuran tersebut kemudian disaring

• Kadar FFA dari minyak jelantah <1%, dilanjutkan proses transesterifikasi.

Adapun pengujiaan Analisa yang akan dilakukan pada produksi Biodiesel yang dihasilkan antara lain:

1. Analisa proksimat katalis buah kakao yang meliputi analisa kadar air (Moisture), Volatile matters, kadar abu, rendemen abu, fix carbon, dan pH

2. Analisa kadar K2O dari K2CO3 setelah kalsinasi dengan metode AAS dan analisa SEM-EDS.

3. Analisa kadarFree Fatty Acid (FFA) bahan baku WCO dengan metodeAOCS ca5a-40.

4. Analisa komposisi bahan baku WCO dan biodiesel yang dihasilkan dengan menggunakan GC (Gas Chromatography) type Shimadzu QP 2010 Brands.

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Produktivitas Kakao di Indonesia, dari tahun 2006-2013
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Terdahulu tentang Pembuatan Biodiesel dengan Menggunakan Katalis Kalium Oksida

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh aladetuyi et all, diperoleh perbandingan hasil yield biodiesel menggunakan katalis Cocoa Pod Ash dan KOH dengan bahan baku palm kernel oil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dari senyawa aktif yang terdapat pada kulit buah kakao untuk dimanfaatkan sebagai senyawa antimikroba

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pengaruh Suhu Reaksi Dan Jumlah Katalis Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Lemak Sapi Dengan Menggunakan Katalis Heterogen CaO

Biodieselmerupakan bahan bakar alternatif ramah lingkungan karena diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani.Minyak jelantah merupakan minyak limbah yang berasal dari jenis

Inovasi pemanfaatan limbah kulit buah kakao pada pertanaman kakao berpotensi untuk diolah menjadi pupuk organik dalam bentuk kompos, berperan dalam memperbaiki sifat fisik

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Molar Metanol Dengan Minyak dan Waktu Reaksi Pada Pembuatan Biodiesel dari Limbah Minyak Jelantah dengan Menggunakan..

1 Bagaimana yield dan karakteristik biodiesel yang dihasilkan melalui pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku dan katalis K 2 O dari limbah kulit pisang kepok

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kondisi operasi optimum pada proses pembuatan biodiesel minyak jelantah dengan katalis CaO dari limbah kulit