• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Parjambaran Pada Upacara Adat Saurmatua Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotik Parjambaran Pada Upacara Adat Saurmatua Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistimatis dalam beberap waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan berlaku. Metode untuk merumuskan ide dan pikiran secara ilmiah didasarkan pada pendekatan secara ilmiah,hal ini berarti bahwa metode penelitian diperlukan dalam mencapai sebuah sasaran penelitian, seperti Sudaryanto (1993 : 25) yang mengatakan bahwa metode penelitian sangat dibutuhkan untuk menuntun seorang peneliti menuju sebuah kebenaran dan juga menuntun pada kajian penelitian.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecah masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. (Nanawi 1991 :63). dalam metode deskriptif, penulis akan berusaha mengungkapkan dan memaparkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan keadaannya sekarang.

(2)

Peranan narasumber sangat menentukan keakuratan data yang diperoleh peneliti. Untuk mendapat hasil yang baik, narasumber tersebut harus benar-benar mengetahui kebudayaannya. Pemilihan narasumber didasarkan pada persyaratan-persyaratan berikut:

1. Berjenis kelamin pria dan wanita 2. Lahir dan besar di daerah penelitian. 3. Berusia antara 30-70

4. Memiliki kebanggaan terhadap kebudayaannya.

5. Masyarakat yang mengetaui dengan jelas tentang seluk-beluk adat-istiadat.

6. Mempunyai ketertarikan didalam penelitian mengenai kebudayaan dan,

7. Sehat jasmani (tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang baik) dan rohani( tidak gila atau pikun) (Mahsun, 1995: 25)

3.2 Lokasi Penelitian

(3)

3.3 Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data penulisan ini adalah :

a. Pengetua adat dan masyarakat setempat yang dijadikan penulis sebagai informan dalam melakukan penelitian langsung kelapangan dan bertanya langsung kepada pengetua adat dan masyarakat setempat agar penelitian yang didapat lebih konkret dan bisa dipertanggung jawabkan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman masyarakat Toba yang ada di lokasi tersebut.

b. Penelitian kepustakaan dengan cara mencari sumber data dari buku-buku yang sesuai dengan judul skripsi ini. Penelitian ini menggunakan referensi yang berhubungan dengan buku-buku yang digunakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3.4 Instrumen Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yang melalui wawancara dengan beberapa informan yang tinggal di desa tersebut. Dalam melakukan wawancara dengan informan, penulis menggunakan instrument penelitian berupa daftar yang diajukan penulis dalam melakukan wawancara dengan informan. Alat bantu yang digunakan yaitu:

1. Alat rekam (tape recorder) 2. Kamera digital

(4)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan antara lain : 1. Metode observasi yaitu penulis langsung kelapangan melakukan pengamatan

terhadap objek penelitian.

2. Metode wawancara (Depth interview) digunakan untuk memperoleh informasi tentang upacara kepada tokoh-tokoh adat yang ada di Kecamatan Doloksanggul. Wawancara ini juga akan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan dan disusun terlebih dahulu.

3. Metode Kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data melalui buku-buku yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian tersebut. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang digariskan. Dalam metode ini penulis mencari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dari suatu uraian dasar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai dengan metode struktural.

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut :

(5)

b. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

c. Menganalisis fungsi simbol-simbol parjambaran pada upacara adat saurmatua pada etnik Batak Toba.

(6)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tahapan-Tahapan Parjambaran dalam Upacara Adat Saurmatua di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Masyarakat Batak khususnya masyarakat Batak Toba mengenal parjambaran sebagai bagian dari beberapa upacara adat yang masih dilaksanakan sampai saat ini, dan Parjambaran ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan pada semua kerabat keluarga, baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan atau dari keluarga ayah maupun keluarga ibu, yang di bentuk dalam struktur dalihan na tolu sebagai falsafah masyarakat Batak Toba.

Upacara adat saurmatua merupakan upacara adat yang masih menggunakan parjambaran sebagai bagian dari upacara adat tersebut. Kata saurmatua adalah sebuah rujukan status orang tua yang sudah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan di mana semua anaknya sudah menikah dan orang tua tersebut sudah mendapat cucu dari anak-anaknya yang telah menikah.

(7)

Penulis menemukan beberapa tahapan dalam sebuah upacara adat saurmatua sebelum masuknya ke tahapan parjambaran yaitu dimulai dari :

4.1.1 Manghatahatai

Tahap awal adalah tahapan manhatahatai, yaitu tahapan yang pertama sekali dilaksanakan oleh sanak-saudara dan keluarga dekat almarhum ketika baru mengetahui saudara mereka telah meninggal dunia. Mereka akan berkumpul dan membuat rapat kecil untuk berbagi tugas untuk memberitahukan kabar duka cita kepada pihak hulahula (saudara semarga dari pihak perempuan) , hasuhuton (saudara semarga dari pihak laki-laki), dan boru (saudara perempuan dari pihak laki-laki).

4.1.2 Mandungoi

(8)

4.1.3 Marriaraja

Tahapan selanjutnya adalah marriaraja, yang artinya berkumpulnya raja-raja dari setiap elemen struktur dari dalihan na tolu melakukan musywarah bersama untuk kelanjutan pelaksanaan upacara adat kepada almarhum. Marriaraja akan dilakukan setelah raja-raja dari setiap elemen dari daliha na tolu almarhum datang melayat dan menghadiri undangan dari hasuhuton untuk acara pelaksanaan marriaraja. Pelaksanaan marriaraja dilaksanakan mulai dari jam 19.00 WIB dan dihadiri oleh semua elemen dalihan na tolu beserta dongan sahuta, marriaraja terdiri atas :

4.1.3.1 Hulahula Pangalapan Boru

Hulahula pangalapan boru adalah saudara kandung/semarga dari istri alamarhum jika baoa ‘laki-laki’ yang meninggal. atau saudara kandung/semarga almarhum borua ‘wanita’. Saudara semarga istri almarhum menjadi pihak hulahula yang paling dekat kepada almarhum. Karena pihak keluarga dari istri si suami adalah pihak pemberi dara/gadis. Ada anggapan dalam masyarakat Batak Toba, bahwa “sambola langit do pasupasu ni tulang” terjemahannya sebesar langit yang mengitari bumilah berkat yang dari paman. Jadi hulahula pangalapan boru adalah ‘tulang’paman’ anaknya almarhum.

4.1.3.2 Hulahula na Mamupus

(9)

pihak pemberi dara/gadis kepada ayah almarhum laki-laki. Almarhum atau suami almarhum (jika istrinya yang meninggal) adalah bere ‘keponakan’ dari hulahula mamupus. Almarhum akan memanggil tulang kepada hulahula mamupus.

4.1.3.3 Tulang Rorobot

Tulang rorobot adalah saudara laki-laki kandung/saudara semarga dari ibunya istri almarhum jika yang meninggal adalah baoa’laki-laki’ atau saudara laki-laki kandung/saudara semarga dari ibunya almarhum jika yang meninggal adalah borua’wanita’. Tulang rorobot menjadi pemberi berkat kepada istri almarhum jika yang meninggal adalah baoa’lakilaki’ atau kepada almarhum jika yang meninggal adalag borua’wanita’. Suami dari almarhum borua’wanita’ yang meninggal memanggil tulang rorobot kepada saudara semarga pamanya istri.

4.1.3.4 Bona Tulang

(10)

4.1.3.5 Bona ni ari

Bona ni ari adalah saudara semarga dari paman kakek almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’ atau pamannya kakek dari suami almarhum jika yang meninggal adalah borua ‘wanita’. Bona ni ari adalah pihak pemberi dara/gadis kepada ayah kakek almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’ dari bona ni ari lah sumber keturunan dari almarhum. Merekalah yang memberkati kakek almarhum, maka hasuhuton/almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’. sangatlah wajar menghormati pihak pemberi gadis yang menjadi sumber garis keturunan semarga dari almarhum laki-laki dan yang sekalihus memberkati mereka.

4.1.3.6 Hulahula ni Anak Namanjae

(11)

4.1.3.7 Hulahula ni Anak Na Marhahamaranggi

Hulahula ni anak namarhahamaranggi adalah kelompok saudara semarga dari abang kandung/adek kandung almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’. Mereka datang menghibur helana ‘menantu’ atas kepergian salah seorang saudara kandung dari hela nya. Hulahula ni anak na marhahamaranggi adalah kelompok pihak semarga dari setiap istri saudara kandung almarhum jika yang meninggal adalah laki-laki. Saudara kandung almarhum laki-laki akan memanggil mereka dengan sebutan tulang.

4.1.3.8 Boru Suhut

Boru suhut adalah anak gadis/perempuan kandung dari hasuhuton. Jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’, atau saudara semarga dari suami almarhum jika yang meninggal adalah borua’wanita’. Boru suhut yang sudah berkeluarga akan datang bersama keluarganya. Boru dalam adat dalihan na tolu berposisi sebagai penerima harta ibu nya berupa uang, emas, dan harta benda lainnya. Merekalah yang membantu jalannya pelaksanaan acara adat saurmatua ini, baik dengan moril maupun materil.

4.1.3.9 Boru Hatopan

(12)

sebelum marhasohotan ‘menikah’, begitu juga sesudah menikah. Dan hasuhuton termasuk almarhum laki-laki memberkati anak-anak dari ito atau boru hatopan, karena hasuhuton berposisi sebagai tulang kepada semua anak-anak (anak laki-laki dan perempuan) boru hatopan. Boru hatopan yang selalu menyayangi almarhum begitu juga sebaliknya, makanya dalam dalihan na tolu ada di sebutkan elek marboru yaitu harus mengayomi saudara perempuannya. Sehingga dalam segala sesuatu kebutuhan hasuhuton, harus siap selalu bermurah hati atau mengayomi pihak perempuannya.

4.1.3.10 Boru Hatopan Dua

Boru hatopan dua adalah sauadara perempuan kandung dari ayah almarhum laki-laki. Boru hatopan menjadi namboru/bibi hasuhuton dan boru hatopan 2 akan memanggil bapa kepada hasuhuton karena hasuhuton sudah di anggap sebagai ayah dalam bentuk penyembahan hulahula secara adat dalihan na tolu. Karena boru dalam sebuah keluarga akan memanggil saudara laki-lakinya menjadi hulahula karena mereka yang mengijinka kepada siapa dia akan menikah dan juga yang akan memberkati anak-anak dari boru hatopan dalam adat dalihan na tolu.

4.1.3.11 Parsaut

(13)

termasuk acara adat saurmatua. Ada kalimat yang menjadi kontras pada pelakasanaan sebuah upacara adat yang sifatnya membangun yaitu “Halaki do na pasauthon uloan i” artinya merekalah yang menyiapkan acara itu, sehingga posisi dari parsaut menunjukkan berjalannya sebuah acara adalah arahan dari parsaut yang sudah di bicarakan pada saat marriaraja.

4.1.3.12 Panamboli

Panamboli adalah saudara semarga dari ayah almarhum laki-laki. Mereka yang menjadi ayah dari hasuhoton maka panamboli harus dihormati, panamboli diartikan sebagai sekelompok orang yang menyembelih, sedangkan panambol adalah sebutan secara individu. Dalam posisinya sebagai adat dalihan na tolu, panamboli bermakna menyembelih artinya segala sesuatu kegiatan atau pekerjaan , jika ada yang mengganggu maka panamboli akan menghadapinya.

4.1.3.13 Pangalapa

(14)

4.1.3.14 Panungkunan

Panungkunan adalah saudara semarga dari ayah kakek almarhum laki-laki. Panungkunan adalah orang tertua yang semarga dan yang paling dihormati. Hasuhuton tanpa panungkunan akan susah melaksanakan acara adat. Mereka di panggil amang mangulahi oleh hasuhuton, karena hasuhuton sudah dianggap anak sendiri dan panungkunan sebagai orang tertua akan di selalu di hormati. Fungsi panungkunan adalah menjadi pemberi arahan jika hasuhuton kurang mengerti melaksanakan acara itu dan kepada panungkunan lah mereka marpanungkun ‘bertanya’.

4.1.3.15 Hasuhuton

Hasuhuton adalah kelompok saudara semarga almarhum dan yang paling berposisi pada hasuhuton ini adalah anak-anak dan saudara kandung almarhum. Merekalah yang menjadi raja pada pelaksanaan upacara adat saurmatua itu. Hasuhuton lah yang sedang berduka dan akan melaksanakan upacara adat dengan bimbingan dan arahan dari parsaut, panambol, pangalapa dan panungkun.

4.1.3.16 Dongan Sahuta

(15)

ada perumpamaan yang mengatakan “ hau na jonok do marsiososan” artinya pohon yang dekat yang akan saling bergesekan”. Pepatah ini bermakna saudara dekat seperti keluarga yang sering mengalami perdebatan hingga akhirnya ada jarak.

Pada saat marriaraja, pihak dari dongan Tubu yaitu pihak hasuhuton akan membuat kesepakatan sesama dongan tubu dan boru almarhum mengenai apa program yang akan dilaksanakan Hasuhuton bersama boru pada upacara adat yang akan dilaksanakan, dan Hasuhuton bersama semua dongan tubu meminta pencerahan dari pihak hulahula, berikut adalah poin-poin yang akan dipaparkan pada saat marria raja.

- Riwayat hidup singkat almarhum - Jumlah anak dari almarhum, serta .

- Status anak (menikah berapa,dan yang belum menikah berapa ?). - Tempat pemakaman.

- Ternak boan yang akan menjadi simbol tanda pada parjambaran. - Pelaksanaan mompo (memasukkan jenazah dalam peti mayat). - Acara partuat ni natua-tua (hari pemakaman).

- Acara mangarapot - Ungkap hombung

(16)

kah, atau saurmatua kah atau yang lainnya. Setelah marriaraja selesai dilaksanakan, maka boru bersama hasuhuton akan mengadakan makan bersama (mardaon pogu) dengan semua elemen dalihan na tolu. Makanan yang di makan bersama disebut dengan galang ni namate yaitu sebagai bentuk terakhir almarhum memberikan makan masyarakatnya sebagai bentuk penggalangan terakhir almarhum pada elemen dalihan na tolu.

4.1.4 Mompo.

Sesuai hasil dari acara marriaraja, tahap selanjutnya yang dilaksanakan adalah mompo (memasuk kan jenazah ke dalam jabujabu na (peti mayat)). Mompo dilaksanakan oleh pihak hulahula. Jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’, maka yang memasukkan adalah tulangnya. Sedangkan jika yang meninggal adalah borua ‘wanita’ maka yang memasukkan jenazah adalah hulahula (saudara semarga dari almarhum).

(17)

Fungsi ulos pada penutupan jenazah, menurut Sinaga Richard (2010 : 92) “penutupan jenazah dengan ulos hanyalah sebagai lambang rasa kasih dan pernyataan rasa duka yang mendalam dari kerabat yang memberi.”

Akan tetapi karena acara tersebut adalah upacara adat saurmatua maka nama ulos tujung diganti menjadi ulos sampetua karena semua anak dari almarhum sudah menikah, dan ulos sampetua dilambang dengan umur yang panjang dan semua generasinya mendapatkan umur yang panjang seperti almarhum yang sudah mendahului mereka. Kemudian hulahula dan tulang melanjutkan memberikan ulos dan yang mendapat ulos akan memberikan ringgit sitio suara sebagai bentuk penyembahan pada hulahula sembari acara panortorion berjalan dan acara ini termasuk merujuk pada falsafah dalihan na tolu yaitu somba marhulahula dan elek marboru. Sesuai dengan hasil dari musyarah marriaraja Ulos saput tergolong pada jenis ulos sibolang dan ulos sampetua tergolong pada ulos ragidup.

Biasanya acara mompo ini dilaksanakan pada malam hari, karena ada aanggapan masyarakat Batak Toba, di Kecamatan Doloksannggul, Kabupaten Humbang Hasundutan pada malam hari lah istirahat dan pagi hari adalah bangun dari tidur.

4.1.5 Panambolion.

(18)

menjadi awal dari pelaksanaan upacara adat saurmatua. Panambolion adalah penyembelihan kerbau (gaja Toba) yang dilaksanakan oleh pihak hasuhuton bersama dongan tubu lainnya. Tujuan dilaksanakannya panambolion ini sebagai bentuk awal dari pembagian parjambaran. Pihak hasuhuton melaksanakannya sesuai dengan arahan dari hasil musyawarah pada saat marriaraja, dan hewan yang di sembelih pada saat tahap panambolion tadi adalah sigagat duhut (kerbau) atau yang disebut dengan gaja Toba, sebagai lambang kerajaan hasuhuton.

Setelah selesai acara pasahat ulos dan manortor, kemudian berjalanlah acara makan kemudian masuk kedalam tahap terakhir yaitu tahap parjambaran atau tahap pembagian jambar juhut (kerbau yang disembelih pada saat acara panambolion),tahap ini di awali dengan boru memberikan pisang sitonggitonggi langsung dengan menyuapi tulangnya/hasuhuton.

4.1.6 Mambagi Jambar atau Parjambaran

(19)

Gbr 4.1 Boru (posisi membungkuk) memberikan pisang kepada hasuhuton (posisi duduk bersilah). Pada tahapan parjambaran ini, semua elemen akan dari dalihan na tolu akan mendapatkan bagian sesuai dengan posisinya. Berikut parjambaran akan di gambarkan sesuai dengan pembagiannya pada elemen dalihan na tolu yaitu :

(20)

1. Ulu himpal dan Ihurihur di berikan kepada hasuhuton. 2. Suhi niampang na opat ada 4 yaitu :

2a. Bunian Tondi diberikan kepada parsaut. 2b. Panamboli di berikan kepada panambol. 2c. Lapaan di berikan kepada pangalapa. 2d. Gonting diberikan kepada panungkun.

3. Tanggalan untuk boru ada 3 yaitu : 3a. Tanggalan di berikan kepada boru suhut. 3b. Tanggalan di berikan kepada boru hatopan 3c. Tanggalan diberikan kepada boru hatopan 2.

4. Tulan untuk hulahula ada 5 ditambah 1 sombasomba yaitu : 4a. Tulan Tombuk diberikan kepada pangalapan boru.

4b. Tulan Bona diberikan kepada hulahula na mamupus. 4c. Tulan panjungkot diberikan kepada tulang rorobot. 4d. Tulang panjungkot diberikan kepada bona tulang. 4e. Tulan Panjungkot diberikan kepada tulang bona ni ari.

(21)

4.2 Fungsi Dan Makna Simbol/Tanda dalam Parjambaran pada Upacara Adat Kematian Saurmatua.

(22)

4.2.1 Ulu himpal

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.1 Ulu himpal.

Ulu himpal adalah bagian kepala kerbau secara utuh, ulu himpal memiliki tanduk dan bentuk kepala yang besar. Kerbau adalah hewan peliharaan masyarakat Batak Toba yang berbeda dengan ternak lainnya, selain memiliki badan besar, kerbau ini juga memiliki kekuatan

Ulu himpal (kepala kerbau) berfungsi menjaga bagian tubuh lainnya dengan menggunakan tanduk yang melekat pada kepalanya. Begitu juga posisinya di tengah adat pada upacara adat kematian saurmatua, ulu himpal menjadi simbol/tanda yang di berikan kepada raja atau hasuhuton yang berkuasa pada acara itu, hasuhuton lah yang mengatur

Ulu himpal sebagai

(23)

yang besar sehingga bisa di gunakan oleh masyarakat secara umum untuk membajak sawah. adalah raja pada saat pelaksanaan upacara adat kematian saurmatua itu.

jalannya acara itu dan hasuhuton jugalah yang menjadi raja yang sedang berduka saat itu.

(24)

4.2.2 Ihurihur

Bentuk Fungsi Makna

Gbr 4.2 Ihurihur.

Ihurihur adalah bagian ekor kerbau yang berada di belakang tubuh kerbau. Ekor pada tubuh

Ihurihur memiliki fungsi sebagai bagian tubuh yang sifatnya mengeluarkan, baik demi kehidupan maupun untuk berkembang biak. Posisinya dalam upacara adat kematian saurmatua adalah melambangkan bahwa suhutlah sebagai penanggung jawab acara itu.

Ihurihur memiliki makna dari bagian ekorlah mengeluarkan segala sesuatu yang berasal dari tubuh untuk kehidupan dan berkembang biak, artinya ihurihur memberi makna bahwa dari ihurihur

sebagai sumber pengeluaran segala sesuatu

yang berasal dari dalam tubuh termasuk sebagai sumber perkembang biakan. Ihurihur dalam

(25)

kerbau memiliki arti sebagai penutup kemaluan dari kerbau, sedangkan bagian ekor kerbau atau yang disebut dengan ihurihur adalah bagian tubuh kerbau yang sifatnya mengeluarkan segala sesuatu yang berasal dari tubuh.

(26)

4.2.3 Penamboli.

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.3. Panamboli.

Panamboli adalah bagian bawah leher sampai bagian pundak kerbau, bagian tubuh

Panamboli berfungsi sebagai penopang/penyambung kepala, jika panamboli lemah maka kepala akan mudah terpenggal. Artinya panamboli sebagai kakek dari hasuhuton sebagai penyambung hasuhuton kepada kerabat lainnya dan hasuhuton lah yang akan tetap mempertahankan keutuhuan sebuah keluarga besar dari hasuhuton ditengah elemen dalihan na tolu dan juga masyarakat.

(27)

inilah yang menjadi sasaran untuk membunuh kerbau tersebut, karena bagian ini menjadi penyambung bagian tubuh lainnya ke kepala dan dari leherlah darah kerbau akan keluar dan kerbau akan mati.

(28)

4.2.4 Lapaan.

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.4 Lapaan.

Lapaan adalah bagaian perut

Lapaan sebagai bagian perut berfungsi mengolah makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai energi dan energi tersebut digunakan untuk kekuatan tubuh dalam beraktifitas dalam kehidupan kesehariannya, artinya dalam posisinya ditengah adat lapaan yang diberikan kepada pangalapa berfungsi sebagai pengajari apa yang akan dilakukan oleh hasuhuton dan pangalapa menjadi energi/kekuatan dalam

Lapaan bermakna bahwa tanpa bagian perut dalam tubuh maka tubuh tidak akan mendapat energi yang baik, artinya di tengah adat tanpa pangalapa, hasuhuton akan lemah dan mudah runtuh dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, baik itu dalam posisinya di tengah eleman dalihan na tolu. Lapaan ini diberikan kepada pangalapa yaitu saudara dari kakek kandung parsaut.

(29)

kerbau, dalam perut kerbau terdapat organ-organ tubuh yang mengolah makanan yang masuk dari bagian mulut kepala kerbau.

(30)

4.2.5 Gonting

Bentuk Fungsi Makna

Gbr.4.5 Gonting.

Gonting adalah bagian punggung kerbau yang menjadi pangkal berdirinya kaki (tulan),

Gonting berfungsi penyambung dan penegak semua organ tubug kerbau. Gonting berfungsi menjadi panutan dan pemberi teladan dalam upacara adat kematian saurmatua, dan juga dalam elemen dalihan na tolu, gonting menjadi pembentuk dan memiliki tugas yang sangat berat dalam mempertahankan keutuhan tubuhnya. Gonting bertugas menegakkan dan menguatkan semua unsur-unsur

(31)

sekaligus menjadi bagian tubuh yang menjadi penyatu tubuh lain seperti bagian bokong (ihurihur) dan perut (lapaan). Bagian ini memiliki posisi yang sangat penting sebagai bagian tubuh yang sangat keras dan berpengaruh.

kekeluargaannya dan adat, karena posisi gonting pada elemen dalihan na tolu adalah posisi yang paling tua pada bagian dongan tubu.

dipercayai yang sudah memahami dan mengerti segala sesuatu yang akan menjadi kebutuhan hasuhuton. Hasuhuton dalam upacara adat saurmatua tidak sepenuhnya memahami dan mengetahui tentang acara itu, dan posisi panungkun sangat dibutuhkan oleh hasuhuton untuk meperlancar acara tersebut.

(32)

4.2.6 Tanggalan

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.6 Tanggalan/rukkung

Tanggalan/rukkung adalah leher kerbau sepenuhnya, leher kerbau sebagai bagian tubuh yang

Tanggalan/rungkung berfungsi sebagai penyambung bagian kepala dengan tubuh lainnya, dan juga leher berfungsi sebagai bagian tubuh yang di gunakan sebagai tempat perhiasan, artinya fungsi dari tanggalan/rukkung ini secara adat adalah sebagai penghubung hasuhuton dengan dongan tubu lainnya jika ada masalah dan yang menerima inilah yang menjadi

(33)

menjadi saluran masuknya makanan/minuman dan juga sebagai saluran pernapasan dan menjadi penetral oksigen dalam tubuh.

penengah dan yang siap membantu. kerbau diberikan kepada pihak boru. Secara umum dalam kehidupan bermasyarakat posisi leher adalah sebagai tempat perhiasan berupa kalung yang menjadi lambang kekayaan, artinya boru ‘purti’ dari hasuhuton lah yang membantu hasuhuton secara materi maupun moril. Penerima ini disebut dengan pananggal. Pananggal terbagi atas 3 bagian yaitu :

(34)

dari hasuhuton.

2. Pananggal yaitu Bibi dari hasuhuton atau saudara perempuan ayah dari almarhum (jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’.

(35)

4.2.7 Tulan Tombuk

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.7 Tulan tombuTulan tombuk adalah bagian paha kaki bagian belakang,

Tulan tombuk berfungsi sebagai otot kaki bagian belakang yang menjadi penguat kaki bagian belakang berdiri, tulan tombuk pada posisinya di tengah adat berfungsi sebagai pendorong kaki untuk berdiri, artinya hasuhuton akan susah untuk berdiri jika tulan bona/penerima tulan bona tidak ada.

(36)

bagian paha pada kaki kerbau adalah bagian tubuh yang paling dekat dengan ihurihur, bagian ini diberikan kepada pihak hulahula pangalapan boru, hulahula pangalapan boru adalah saudara kandung dari istri almarhum/dari almarhum jika yang meninggal adalah borua (wanita).

pangalapan boru lah hulahula pangalapan boru mendapatkan keturunan yang melanjutkan marganya.

(37)

4.2.8 Tulan bona

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.8 Tulan bona.

Tulan bona adalah bagian kaki kerbau tepat

Tulan Bona berfungsi sebagai pembantu jalannya kaki bagian belakang. Tulan bona secara adat memiliki fungsi bahwa dengan dorongan kaki belakang maka kita punya kekuatan untuk berjalan.

Tulan bona memiliki makna bahwa asal dari keturunan kita adalah saudara kandung dari istri, maka tulan bona menjadi pengganti istri untuk anak-anak kita, jika istri kita sudah tidak ada.

(38)

dibawah kaki belakang bagian bawah (Tulan Tombuk). Tulan Bona menjadi pendorong kaki depan saat berpindah tempat begitu juga dengan pada saat berlaga dengan lawan. Kaki bagian belakang sangat berpengaruh karena dekat dengan lutut sebagai pelentur untuk mendorong tubuh maju ke depan.

kepada hulahula na mamupus, yaitu saudara semarga dari ibu almarhum jika yang borua (ibu) yang meninggal. Jika yang meninggal adalah baoa (laki-laki) maka yang menerima ini adalah hulahula pangalapan boru.

(39)

4.2.9 Tulan panjungkot

Bentuk Fungsi Makna

Gbr 4.9. Tulan panjungkot.

Tulan panjungkot adalah kaki bagian depan, kaki bagian depan menjadi pembawa

Tulan panjungkot berfungsi membawa jalan, artinya penerima tulan panjungkot akan siap mengarahkan dan membawa hasuhuton kemana hasuhuton akan melangkah, karena posisi tulang adalah memberikan pasupasu pada boru nya atau hasuhuton.

(40)

jalan, kemana kerbau itu akan melangkah. Dan menjadi pondasi awal pada saat berlaga dengan lawan.

(41)

4.2.10 Sombasomba

Bentuk Fungsi Makna

Gbr. 4.10. sombasomba

Sombasomba adalah tulang rusuk kerbau, yang berfungsi menjaga organ-organ tubuh paling dalam, artinya yang menerima ini memiliki fungsi sebagai menjaga dan melindungi hasuhuton dari marabahaya dan menjadi tempat berlindung hasuhuton.

Sombasomba bermakna hulahula yang menerima ini menjadi penolong, dan yang menerima ini menjaga dan mendoakan hasuhuton tanpa pamrih, bagaikan ibu yang menjaga dan merawat anaknya tanpa balasan budi.

(42)

Sombasomba adalah tulang rusuk kerbau. Tulang rusuk kerbau merupakan pelindunng organ-organ tubuh yang sangat penting pada tubuh. Tulang rusuk kerbau terdapat tulang-tulang yang kuat yang menjadi pelindung organ tubuh di dalam tubuh.

(saudara semarga perempuan dari semua saudara laki-laki almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’ dan kepada dongan sahuta yang menjadi sauadara dekat selain dari elemen dalihan na tolu. Dongan sahuta adalah kerabat/tetangga atau teman dekat di kampung itu termasuk STM, huria ‘jemaat’, dan kelompok lainnya.

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Parjambaran pada upacara adat saurmatua bertujuan untuk menunjukkan bentuk penghormatan secara umum bentuk penghormatan kepada semua elemen dalihan na tolu ada beberapa kesimpulan yang penulis berikan di dalam skripsi ini yaitu :

1. Pada pelaksanaan parjambaran pada upacara adat saurmatua terdapat beberapa tahapan yang dilaksanakan yaitu marriaraja, mandungoi, manghatahata, mompo, panambolioon dan mambagi jambar /parjambaran.

2. Parjambaran pada upacara adat saurmatua terdapat 10 simbol/bentuk lambang yaitu ulu himpal, ihur-ihur, panamboli, lapaan, gonting, tanggalan, tulan bona, tulan tombuk, tulan panjungkot dan sombasomba 3. Fungsi dan makna parjambaran ini diberikan sebagai bentuk norma dalam

adat dalihan na tolu pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.

5.2Saran

Penulis memberika saran yang berhubungan dengan parjambaran yaitu : 1. Parjambaran saat ini sudah mulai kurang di perhatikan, untuk itu perlu

pemahaman budaya parjambaran melalui tulisan ini.

(44)

dan dilanjutkan oleh generasi muda. Melalui media-media termasuk media cetak yaitu skripsi.

3. Penulis mengharapkan kepada generasi penerus untuk mempelajari adat budaya Batak Toba dalam pelaksanaan parjambaran pada upacara adat saurmatua sesuai dengan dalihan na tolu.

4. Penulis sangat berharap pemahaman dari setiap individu pada masyarakat Batak khususnya Batak Toba yang tinggal di daerah Kecamatan Doloksanggul.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada

Untuk menentukan ruang mana yang akan ditempati oleh kombinasi antara mata kuliah, kelas mahasiswa, dosen dan waktu kuliah adalah bila ada dua titik memiliki warna yang

Menurut Florensia yang dikemukakan oleh Sularso dkk (2014:3) bahwa Eksekutif juga memiliki power yang lebih besar karena memiliki pemahaman terhadap birokrasi dan administrasi,

Secara umum proses kerja dari sistem informasi geografis berbasis web ini adalah menampilkan informasi yang dibutuhkan user untuk mengenai informasi mengenai potensi- potensi

Namun demikian, penelitian yang dilakukan Ardhini (2011) bertolak belakang dengan hal tersebut dimana SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal pada periode

kerja merupakan suatu pola yang timbul dari suatu keadaan, yang secara umum.. terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi

Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks pada Golongan Ekonomi Rendah yang Mengikuti Program Kemoterapi di RSUD Dr. (Diakses pada tanggal 9

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi S1