• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTERVENSI SPIRITUAL EMOTIONAL. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INTERVENSI SPIRITUAL EMOTIONAL. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERVENSI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)TERHADAP TINGKAT DEPRESI, KECEMASAN, DAN STRES PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI BENKULU

Derison Marsinova Bakara,1 Yusniarita,2 Yanti Sutriyanti3

ABSTRAK

Latar Belakang: Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit penyebab kematian. Gejala depresi kecemasan, dan stres meningkat pada pasien GGK. Gejala ini dapat mempengaruhi proses pengobatan dan penyembuhan serta menimbulkan komplikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK yang dirawat di ruang haemodilisis.

Metode: Rancangan penelitian menggunakan quasi experimental, teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling, ukuran sampel 30 orang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan SEFT selama 15 menit. Sebelum dan sesudah intervensi diukur tingkat depresi, kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stress Scales (DASS). Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil: Hasil menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi SEFT (p <0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05). Intervensi SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK.

Kesimpulan: Implikasi penelitian ini bahwa intervensi SEFT dapat menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK.

Kata kunci :Intervensi SEFT, Depresi, Kecemasan, Stres, Gagal Ginjal Kronik (GGK)

1 Peneliti adalah dosen di Prodi Keperawatan Curup Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Bengkulu Alamat korespondensi: E-mail: derisonmarsinovab@yahoo.com

(2)

ABSTRACT

Background : Chronic Renal Failure ( CRF ) is a disease cause of death . Symptoms of depression anxiety and stress increased in CRF patients . These symptoms can affect the treatment and healing process and cause complications . This study aims to determine the effect of the intervention Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT ) to decrease depression , anxiety , and stress in CRF patients were treated in haemodilisis.

Methods: The study used a quasi -experimental design , sampling techniques with consecutive sampling , sample size of 30 people divided into intervention and control groups . The intervention group was given SEFT for 15 minutes . Before and after intervention measured levels of depression , anxiety , and stress using the Depression Anxiety Stress questionnaire Scales ( DASS ). Data were analyzed with the Wilcoxon and Mann Whitney .

Results : The results showed no significant differences between levels of depression , anxiety , and stress before and after the intervention SEFT ( p < 0.05 ) between the intervention group and the control group ( p < 0.05 ). SEFT intervention helps reduce depression , anxiety , and stress in patients with CRF .

Conclusions : The implications of this study that SEFT intervention can reduce depression , anxiety , and stress in patients with CRF.

(3)

PENDAHULUAN

Pasien selama mengalami hemodialisis akan mengalami peningkatan depresi. Depresi

dan kecemasan dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri (Patel, Sachan, Nischal, and Surendra, 2012). Depresi dan kecemasan merupakan permasalahan psikiatri yang utama pada pasien gagal ginjal kronik, depresi dan kecemasan merupakan gejala psikopatologi yang meningkat pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik (Drayer, Piraino, dan Reynolds. 2006). Hemodialisis menimbulkan pengaruh terhadap fisik dan psikologi, dan berpengaruh terhadap keluarga, pekerjaan, menimbulkan ketergantungan terhadap pengobatan, kualitas hidup yang negatif serta berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengontrol diri dalam berhubungan (Kimmel, 2001). Beberapa memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah (Kimmel, 2000 dan Boulware, 2006). Menurut Suharjono (2006) mengemukakan bahwa penyakit gagal ginjal kronis dapat digolongkan sebagai stressor yaitu peristiwa yang menimbulkan stres pada seseorang.

Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, umumnya pasien juga tidak dapat mengatur dirinya sendiri dan biasanya tergantung kepada para profesi kesehatan. Kondisi tersebut, tentu saja menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual pasien. Seperti, perilaku penolakan, marah, perasaan takut, cemas, rasa tidak berdaya, putus asa bahkan bunuh diri (IKCC, 2010)

(4)

sistem energi tubuh dalam menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi secara cepat.mulai dari rasa takut, kecemasan, sedih, kecewa, stress, pobia, trauma, mentalitas kelangkaan dan penyakit psikologis (Anwar, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intervensi SEFT terhadap tingkat depresi, kecemasan dan stres pada pasien gagal ginjal kronik.

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Quasi Eksperimental, dengan pre test and post test design

with control group. Kelompok intervensi dalam penelitian ini adalah pasien gagal

ginjal kronik yang mengalami depresi, kecemasan, dan stres dan mendapatkan intervensi SEFT.Sebelum dan sesudah dilakukan pengukuran depresi, kecemasan, dan stres. Sedangkan kelompok kontrol dilakukan pre test dan post test untuk mengukur depresi, kecemasan, dan stres.

Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mengalami terapi hemodialisis di ruangan hemodialisis RSUD Curup dan RSUD M. Yunus Bengkulu. Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ádalah 30, dengan pembagian 15 sampel untuk kelompok intervensi diruangan hemodialisis RSUD Curup dan 15 sampel untuk kelompok kontrol diruangan hemodialisis RSUD M. Yunus Bengkulu. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2012.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian adalah menggunakan Depression Anxiety Sress Scale 21 (DASS 21) Lovibond & Lovibond (1995).DASS 21 merupakan hasil revisi dari DASS 42 yang digunakan untuk mengukur depresi, kecemasan, dan stres.DASS dirancang dan digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan emosinal negatif yang meliputi depresi, kecemasan, dan stres.

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

(5)

Karakteristik Kelompok pendidikan, pekerjaan, antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi menunjukan nilai p<0,05. Hasil hasil uji beda karakteristik responden tersebut dapat disimpulkan bahwa antara karakteristik responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

B. Analisis Bivariat

1. Hasil Uji Normalitas Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Uji normalitas tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Pengukuran Waktu Kelompok Rerata SD Nilai p

(6)

- Intervensi 16,00 3,464 0,004

Pada tabel 2 ditampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik

Shpiro-Wilk. Hasil uji normalitas menunjukan nilai p tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebagian besar kurang dari 0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stress pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal, sehingga uji statistik yang tepat untuk dilakukan adalah dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu Wilcoxon.

2.Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol

Uji statistik yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres adalah non parametrik Wilcoxon karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan tidak homogen.

(7)

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 3 didapatkan nilai p 0,05. Hasil˃ tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan dan stres sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna.

3. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi

Uji statistik yang yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres adalah non parametrik Wilcoxon karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

Tabel 4. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Sebelum

- Sesudah

21,73 16,00

- 3,316 0,001

Kecemasan - Sebelum

- Sesudah

16,87 12,93

- 3,571 0,001

Stres - Sebelum

- Sesudah

22,67 17,47

- 3,347 0,001

Uji statistik yang ditampilkan pada tabel 4 pada skala ukur depresi, kecemasan, dan stres didapatkan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna.

4. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

(8)

Tabel 5. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Kontrol

- Intervensi 18,9321,73 - 1,445 0,146

Kecemasan - Kontrol

- Intervensi 17,2016,87 - 0,839 0,402

Stres - Kontrol

- Intervensi 17,2022,67 -3 ,152 0,200

Hasil uji statistik beda rerata tingkat depresi sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan nilai z adalah -1,445 dan nilai p 0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi˃ sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada beda rerata tingkat kecemasan sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan nilai z adalah -0,839 dan nilai p 0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata˃ tingkat kecemasan sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak ada perbedaan yang bermakna.

Hasil uji statistik beda rerata tingkat stres sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang ditampilkan pada tabel 5 didapatkan nilai z adalah -3,152 dan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat stres sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna.

(9)

Uji statistik yang yang digunakan melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres adalah non parametrik Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

Tabel 6. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres SesudahIntervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Kontrol

- Intervensi 18,9316,00 - 2,214 0,027

Kecemasan - Kontrol

- Intervensi 12,9317,20 - 2,647 0,008

Stres - Kontrol

- Intervensi 17,4717,20 - 3,152 0,002

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 6 didapatkan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna.

6. Perbedaan Selisih Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi.

Uji statistik yang yang digunakan untuk melihat rerata depresi, kecemasan, dan stres adalah non parametrik Mann-Whitney karena hasil uji beda rerata sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan hasil distribusi data tidak normal.

Tabel 7 Perbedaan Selisih Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Pengukuran Kelompok Rerata Z P

Depresi - Kontrol

- Intervensi 0,0004,421 0,000 0,001

Kecemasan - Kontrol

- Intervensi 0,0005,894 0,000 0,001

(10)

- Intervensi 4,000

Hasil uji statistik yang ditampilkan pada tabel 7 didapatkan nilai p<0,05. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa data rerata tingkat depresi, kecemasan, dan stres sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien GGK

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatdepresi sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna dengan nilai z adalah -2,214 dan p >0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh intervensi SEFT terhadap penurunan depresi pada pasien GGK. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna tingkat depresi responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi SEFT pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi SEFT tidak mengalami penurunan tingkat depresi.

(11)

Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistim limbik dan saraf otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia gamma amino butric acid, enchepalin dan beta endorfin yang akan mengeliminasi neurotranmiter rasa nyeri maupun kecemasan sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood) pasien. Endorfin adalah polipeptida yang mengandung 30 unit asam amino yang mengikat pada reseptor opiat di otak dan dapat menimbulkan perasaan euforia, lepaskan nafsu makan, modulasi hormon dan memiliki sifat menghilangkan rasa sakit. Endorfin adalah neurotransmitter yang berinteraksi dengan neuron reseptor morfin untuk mengurangi rasa sakit. Pada gangguan nyeri kronis, endorfin ditemukan dalam jumlah tinggi (Bailey, 2006).

2. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien GGK Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatkecemasan sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna dengan nilai z adalah -2,647 dan p>0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh intervensi SEFT terhadap penurunan kecemasan pada pasien GGK. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah di berikan intervensi SEFT pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi SEFT tidak mengalami penurunan tingkat depresi.

(12)

memudahkan seseorang untuk mengatasi perubahan emosional selama sakit (Lueckenotte, 1995).

3. Pengaruh Intervensi SEFT Terhadap Tingkat Stres pada Pasien GGK

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkatstres sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna dengan nilai z adalah -3,152 dan p>0,05. Hal ini menunjukan ada pengaruh intervensi SEFT terhadap penurunan stres pada pasien GGK. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna tingkat stres responden sebelum dan sesudah di berikan intervensi SEFTpada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi SEFT tidak mengalami penurunan tingkat stres.

Spiritual dapat mempengaruhi psikoneuroimunologi yang merangsang imunitas sehingga mempengaruhi relaksasi dan dapat menyebabkan sistem syaraf mengeluarkan endorfin, delison dan berbagai neurotransmiter yang lain yangmembawa manfaat pada peningkatan imunitas, peningkatan aktifitasinterferon dan makrofag (Spencer & McEwen, 1990).

KESIMPULAN

Pemberian intervensi SEFT menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres pada pasien GGK secara bermakna karena intervensi SEFT memiliki nilai spiritual sehingga dapat memberi efek ketenangan dan nilai spiritual, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode intervensi SEFT pada pasien yang menderita penyakit lain yang memiliki respon depresi, kecemasan, dan stres, serta respon tubuh yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar.Z. (2010).Terapi SEFT.Diunduh 6 Juni 2012 dari

http://zainulanwar.staff.umm.ac.id.

Bailey R. (2006).The Power Of Endorphins Diunduh tanggal 20 September 2012 dari

(13)

Cohen LM, Dobscha SK, Hails KC, (2002). Depression and suicidal ideation in Patients who discontinue the life-support treatment of dialysis.Psychosom Med; 64:889– 896

Drayer RA, Piraino B, Reynolds CF 3rd, et al (2006). Characteristics of depression in hemodialysis patients: symptoms, quality of life, and mortality risk. Gen Hosp Psychiatry 2006; 28:306–312

Hughes, (2005).Nursing Faculty Attitudes, Knowledge and Practice Of Therapeutic Touch, Thesis. Montana State University

IKKC (2010).Mengatasi Dampak Psikologis Pasien Gagal Ginjal.Diunduh tanggal 5 Juni 2012dari http://www.ikcc.co.id

Kimmel, P.L. , (2000). Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.

Kimmel. (2001). PL: Psychosocial factors in dialysis patients. Kidney Int ; 59:1599–1613.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik (Vol. 2). New Jersey: EGC.

Lueckenotte Annette G. (1995). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book

Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. (1995).Manual for the Depression Anxiety Stress Scales (2nd ed.). Sydney: Psychology Foundation.

Patel ML, Sachan R, Nischal A, and Surendra (2012).Anxiety and Depression - A Suicidal Risk in Patients with Chronic Renal Failure on Maintenance hemodialysis.International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 3

Spencer RL & McEwen BS.(1990). Adaptation of the hypothalamic pituitary-adrenal axis stress tochronic ethanol.Neuroendocrinol.: 52; 481-89. 1. Atkinson

Syed. I.B,. (2003). Spiritual Medicine in the History of Islamic Medicine. Medicine University of Louisville School of Medicine Louisville

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum danSesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol  dan Kelompok Intervensi
Tabel 3. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum
Tabel 4. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelumdan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi
Tabel 5. Perbedaan Rerata Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres Sebelum
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jadi secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa tes psikologi dalam proses rekrutmen bagi perusahaan/instansi adalah untuk mengetahui kemampuan dan karakter kita,

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention yang diantaranya Usia, lama bekerja, tingkat pendidikan, keikatan terhadap organisasi,

Pada penelitian ini dosis efektif yang diperoleh yaitu pada pemberian infusa sarang semut dengan konsentrasi 100 gram/2 liter , berdasarkan hasil data statistika,

Sehubungan dengan Evaluasi penawaran pada paket pekerjaan : Belanja Persediaan. Makanan

Di bidang politik, karena otonomi daerah adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokratisasi, ia harus dipahami sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya

Timur lokasi prospeksi yang dipilih adalah Kambaratu dan sekitarnya yang secara admin- istratif berada di wilayah Kecamatan Haharu dan Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur

Skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut.. Pada semua ibu hamil dilakukan skrining.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan di Balai Diklat Industri Makassar, (2) menganalisis efektivitas pelatihan melalui tingkat