vii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... vii
E-BUSINESS
E-WORD OF MOUTH DAN VIRAL MARKETING
Bambang Setiyo Pambudi ... 3
PENGARUH SELF EXPRESSIVE BRAND YANG DI “LIKE” PADA FACEBOOK TERHADAP BRAND LOVE, BRAND ACCEPTANCE, DAN WORD OF MOUTH DI SURABAYA
Cristian Pratama Tanaya, Silvia Margaretha, Christina R. Honantha... 14
PENGARUH KEPUASAN DAN KEPERCAYAAN MEREK PADA LOYALITAS MEREK YANG DIMEDIASI OLEH KETERIKATAN MEREK (Studi Kasus Ojek Online di Surabaya)
Dyah Anindita Dewangga Puri ... 26
THE ONLINE MARKETING OF TRANSPORTATION BUSSINESS
M.C. Tri Atmodjo ... 35
PENGARUH ATTACHMENT TO SOCIAL MEDIA DAN ATTITUDE TOWARD SOCIAL MEDIA TERHADAP CC ADVOCACY DAN CB SUPPORTIVE BEHAVIOR BAGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL LINE DI SURABAYA
Nonik Natalia Sabanari, Indarini, Dudi Anandya ... 38
ILMU EKONOMI
PENGEMBANGAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER MELALUI FORM APLIKASI TEST
Ayu Sinta Dewi, Muhammad Edwar ... 49
ANALISIS NILAI TAMBAH KOMODITI AGROINDUSTRI BERBASIS SEREAL DI KABUPATEN JOMBANG
Dwi Bhakti Iriantini, Mohamad Tohiron ... 59
PERAN PENDIDIKAN EKONOMI KELUARGA BERLATAR BISNIS DAN NON BISNIS TERHADAP PERILAKU EKONOMI
Noor Azizah ... 73
PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI MYOB ACCOUNTING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
viii
PENGARUH KARAKTERISTIK DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI SURABAYA Widhayani Puri Setuoningtyas ... 89
PENGARUH NILAI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP
SOCIOPRENEURSHIP PADA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
Yuli Kurnia F, Bisma Ariyanto ... 97
KEWIRAUSAHAAN
FAKTOR KREATIFITAS DALAM PENGEMBANGAN MODEL INKUBATOR BISNIS DI ERA DIGITAL
Anna Pudianti, Anita Herawati, Anna Purwaningsih ... 113
UPAYA MEMBANGUN KEWIRAUSAHAAN BERKELANJUTAN BERSKALA BESAR DENGAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM Bagas Mullanda Saputra ... 121
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL MELALUI PENGELOLAAN USAHA KRIPIK TEMPE LUPIN
Dedi Rianto Rahadi, Etty Susilowaty ... 127
ANALISIS KELAYAKAN DAN SENSITIVITAS: STUDI KASUS INDUSTRI KECIL TEMPE KOPTI SEMANAN, KECAMATAN KALIDERES, JAKARTA BARAT
Etty Susilowati dan Haruni Kurniati ... 137
CINTA UMKM : SADAR SEPENUHNYA ATAU SETENGAH-SETENGAH (?)
Ismayantika Dyah Puspasari , Erna Puspita , dan Dyah Ayu Paramitha ... 149
PENERAPAN ANALISIS STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT PADA INDUSTRI BATIK DI JAWA TIMUR
Lestari, Kristiningsih dan Wiwik Herawati ... 161
REVITALISASI BATIK JUNJUNG SUNAN DRAJAT SEBAGAI PRODUK FASHION WISATA RELIGI
Khozinatus Sadah, Yan Yan Sunarya ... 171
FINANCIAL LITERACY DALAM KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI KONSEP AWAL DALAM BERWIRAUSAHA
Lik Anah ... 187
ENTREPRENEURIAL STRESS, DILIHAT DARI FACTOR TANGGUNG JAWAB, PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
ix
INKUBASI BISNIS MAHASISWA FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS NAROTAMA BERDASARKAN KURIKULUM
KEWIRAUSAHAAN
Natalia Damastuti, Santirianingrum Soebandhi ...201
PENGARUH KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, EFIKASI DIRI DAN KESIAPAN INSTRUMEN TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA FAKULTAS BISNIS, FAKULTAS TEKNIK, DAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA P. Julius F Nagel, Ani Suhartatik ...207
STRATEGI PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN SENTRA UMKM KAWASAN WISATA RELIGI DI JAWA TIMUR
Wahyudiono), JFX. Susanto Soekiman, Veronika Nugraheni Sri Lestari ...240
PERAN UKM DALAM MENETAPKAN POSISI (POSITIONING) PRODUK KHAS DAERAH MELALUI MANAJEMEN IMAGE DI ERA PERSAINGAN GLOBAL: KAJIAN UKM DI KABUPATEN JOMBANG
Wiwik Maryati ...254
KREATIFITAS DAN INOVASI
KOMPETENSI DAN KRATIVITAS TEAM PADA UMKM DI WILAYAH KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP
Andi Hendrawan dan Aneu Yulianeu ...265
PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK KERAJINAN BATU AKIK LEWAT PENGATURAN ARAH PANCAR ENERGI
Felix Rebhung ...277
PERANAN INOVASI DAN KREATIVITAS DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM PENGOLAH MANGGA PODANG (STUDI PADA DESA TIRON, KECAMATAN BANYAKAN, KABUPATEN KEDIRI)
Martina Purwaning Diah ...283
MODEL PENGEMBANGAN DESA INOVATIF DI KABUPATEN BLORA JAWA TENGAH
Moh. Arif Bakhtiar E dan Choirum Rindah Istiqaroh...284
MANAJEMEN KEUANGAN
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2010-2014)
x
ANALISIS FUNGSI BIAYA INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG KOTA SURAKARTA
Agung Riyardi, Vidi Pramady Sakti dan Candra Tri Jatmiko ... 312
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP STOCK RETURN SYNCHRONICITY PERUSAHAAN SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI DI MASA YANG AKAN DATANG PADA SEKTOR CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK ASEAN PERIODE 0-05
Christha Meirin Diana Situmorang, Bertha Silvia Sutejo, dan Werner Ria Murhadi ... 325
INDIKATOR MAKROEKONOMI DAN RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
Dian Oktarina ... 334
ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI AKTIVA TETAP UNTUK MENGHEMAT PAJAK TERHUTANG WAJIB PAJAK BADAN PADA PT. X
Dini Arwati ... 352
UPAYA PENINGKATAN HUMAN CAPITAL DAN KINERJA UKM MELALUI PENGEMBANGAN MODAL SOSIAL
Eviatiwi Kusumaningtyas Sugiyanto, Mira Meilia Marka ... 364
FAKTOR - FAKTOR PENENTU MANFAAT YANG DIHARAPKAN UKM PADA LAYANAN KREDIT PERBANKAN BERDASARKAN WILAYAH Faizatul Hiqmah ... 373
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX)
Iman Karyadi, Ismangil, dan Siti Djamilah ... 385
PENGUJIAN TRADE OFF THEORY AND PECKING ORDER THEORY DI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Ira Wikartika dan Zumrotul Fitriyah ... 397
PENGARUH KEBERADAAN BLOCKHOLDERS TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM
Latifah Anom, Abdul Azis Safii ... 407
IMPLIKASI PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN FINANCIAL MANAGEMENT PADA PELAKU HOME INDUSTRY MANIK-MANIK KACA KECAMATAN GUDO KABUPATEN JOMBANG
Meta Ardiana, Rachma Agustina, Susanti ... 415
xi
Mochamad Kohar Mudzakar...421
STUDI LITERATUR : PERAN MANAJEMEN KEUANGAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA BAGI PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
Noor Safrina, Akhmad Soehartono dan Aura Asrina Savitri ...432
PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS SAK ETAP: KONSEP DAN FAKTA DI KOPERASI SYARIAH SEMARANG
Saifudin, Ardiani Ika Sulistyawati ...448
MAKROEKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP NON PERFORMING FINANCING BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Sholikha Oktavi Khalifaturofi’ah ...454
PENGARUH ENTERPRISE RISK MANAJEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN VARIABEL KONTROL: UKURAN PERUSAHAAN DAN DER
Umi Murtini ...468
MANAJEMEN PEMASARAN
PENILAIAN KUALITAS JASA (LAYANAN) DENGAN PENDEKATAN KONSEPTUAL KUALITAS SOFT DAN HARD
Albari ...485
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI KEGUNAAN TERHADAP MINAT WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENGGUNAKAN E-FILLING. (STUDI KASUS PADA WAJIB PAJAK PRIBADI DI KEL. TEGALSARI KEC. CANDI SARI KOTA SEMARANG) Asih Niati, Ratna Tunjungsari...497
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EXPERIENTIAL MARKETING
Atty Erdiana, Dijah Julindrastuti, Surenggono ...507
POLA STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN FURNITUR INDONESIA Darwin Simanjuntak, Dihin Septianto ...519
STUDI DESKRIPTIF CUSTOMER EXPERIENCE BERDASARKAN KANO’S MODEL DI STARBUCKS GALAXY MALL SURABAYA
Ella Angelia Hongari, Fitri Novika Widjaja, dan Elsye Tandelilin ...539
xii
SUDI ANALISIS PENERAPAN RANTAI PASOKAN PADA KINERJA PEMASARAN
Novi Marlena, Tias A. Indarwati ... 557
ASAL DAERAH DAN SELERA MAKAN MAHASISWA UPH-TEACHERS COLLEGE
Selvi Esther Suwu, David Matahari ... 561
PENGARUH FOOD EXPERIENCE TERHADAP SATISFACTION WISATAWAN: STUDI KASUS KULINER KHAS JAWA TIMUR
Siti Rahayu ... 569
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KELOMPOK REFERENSI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI ALFAMARET. (Studi Kasus di Alfamaret Bandung)
Sri Wiludjeng SP dan Muhammad Nada Yudhana ... 580
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN ARTI PENTING IMPULSE BUYING DALAM PEMASARAN
Suyono ... 591
ANALISIS CUSTOMER EXPERIENCE, EMOTIONAL VALUE TERHADAP NET PROMOTORE SCORE PADA KELAS MENENGAH KATEGORI CLIMBER DI KOTA MEDAN
Syafrizal Helmi Situmorang , Hardi Mulyono, Natasha Situmorang ... 595
PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN
Yosoca Kristian Antoh, dan Agustini Dyah Respati ... 606
MANAJEMEN PRODUKSI
STUDI FENOMENA RESILIENSI STRATEGI RANTAI PASOK UMKM SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DI PROVINSI JAWA TIMUR
Lilia Pasca Riani ... 625
MANAJEMEN SDM
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PENGEMBANGAN IDE PADA UMKM BORDIR DI TASIKMALAYA JAWA BARAT
Aneu Yulianeu dan Andi Hendrawan ... 639
TRAINING, TURNOVER DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEWIRAUSAHA UMKM
xiii
OPTIMALISASI PARTISIPASI ANGGOTA DAN PENGURUS DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING KOPERASI DI KOTA BANDUNG
Benny Christian Sembiring, Wa Ode Zusnita Muizu, Yunizar ... 658
RANCANGAN EVALUASI PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA)
Elok Damayanti, Mohammad Wasil, Sugito Muzaqi ...668
BUDAYA PEMBELAJARAN ORGANISASI UNTUK MENCIPTAKAN DAYA SAING UMKM MADURA
Fathor. AS, Mohammad Arief ...684
ANALISIS MANAJEMEN KOMPLAIN PADA OBJEK WISATA DI KOTA BATU
Mohamad Nur Singgih dan Priyo Sudibyo ...699
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN TERHADAP INOVASI DAN KINERJA INDIVIDU
Riane Johnly Piodan Danny David Samuel Mukuan ...713
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KNOWLEDGE MANAGEMENT DI PT. PELINDO III (PERSERO)
Wa Ode Zusnita Muizu, Ernie Tisnawati Sule, dan Maria Anindita Deitas ...730
ANALISIS KEBUTUHAN GROUND SUPPORT EQUIPMENT (GSE)
TRAINING APPROVE SEBAGAI UPAYA TERHADAP PENINGKATAN
KOMPETENSI OPERATOR DI PT. GMF AEROASIA
Wa Ode Zusnita Muizu, Annisa Dewinta Putri ...743
KAJIAN
KNOWLEDGETRANSFER PADA KINERJA UMKM
EKSPOR KOTA BANDUNG
Wa Ode Zusnita Muizu, Unggul Pandugo Saget, Merita Bernik ...753
PERAN SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI KEUNGGULAN BERSAING PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KOPERASI BERDASARKAN PERSEPSI ANGGOTA (STUDI KASUS PADA KOPERASI KOPERTIS JAWA BARAT)
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 625
STUDI FENOMENA RESILIENSI STRATEGI RANTAI
PASOK UMKM SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DI
PROVINSI JAWA TIMUR
Lilia Pasca Riani
Universitas Nusantara PGRI Kediri Email korespondensi: liliapasca@unpkediri.ac.id
Abstract
The age of uncertainty conjuncture and economic turbulence causes all sectors of the economy to reside in order to survive. MSME sustainability as an important role holder is required to synergize with all stakeholders, through the choice of synergy strategy with the suppliers (upstream sector) to the distributor and consumer (downstream sector). SME producers of food and beverage is a pioneer in beresiliensi with stakeholders. This research uses qualitative approach with phenomenology study, mapping the phenomenon of supply chain resilience of SMEs producing food and beverage in East Java Province. Data collection techniques used interviews and focus group discussions with 16 owners / managers of food and beverage MSEs in 8 cities. The result of this research are 6 (sixth) identification of supply chain resilience phenomenon by SMEs producing food and beverage in East Java Province.
Keywords: Supply Chain Strategy, Resilience phenomenon, MSME Food beverage, East
Java Province.
1. PENDAHULUAN
Kuliner merupakan usaha yang banyak diminati oleh masyarakat, sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mempromosikan ciri khas daerahnya sebagai ujung tombak pariwisata. Inovasi beragam produk kuliner khas sebuah daerah menjadi sebuah keharusan untuk menunjukkan eksistensinya. Hamidin et, al. (2013) menyebutkan bahwa karakteristik yang menonjol dalam memahami UMKM adalah produk yang dihasilkan oleh UMKM mayoritas merupakan produk untuk memenuhi keinginan pelanggannya, bukan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini sebagai contoh adalah pengusaha kuliner, pengolah makanan dan minuman. Meskipun makanan merupakan kebutuhan pokok, pengelola ragam kuliner perlu menyediakan fasilitas tambahan berupa kenyamanan dalam konsep cafe atau restoran.
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
626 Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya Dengan berbagai kemudahan fasilitas pendanaan dari pemerintah masing-masing daerah dalam mengembangkan kuliner daerah tersebut, terindentifikasi masih banyak hambatan yang dialami para pengusaha kuliner ini, antara lain ketersediaan bahan baku, beberapa bahan baku makanan dan minuman harus diimpor dari daerah atau propinsi lain seperti singkong, daging, dan ketan.
Standarisasi bahan baku yang digunakan belum dapat dilakukan, bahan baku yang tersedia di pasar-pasar tradisional atau pasar grosir yang mereka gunakan untuk membuat produk olahan makanan dan minuman. Kurangnya kesadaran dalam membuat produk yang berkualitas, kebersihan bahan dan peralatan yang digunakan, dan masih menggunakan teknologi sederhana, serta belum mampu memproduksi dalam jumlah yang besar membuat mereka terlokalisir hanya dapat memasarkan produknya secara langsung di daerah mereka sendiri. Meskipun ada beberapa produsen makanan dan minuman yang sudah memiliki merek dagang tertentu sudah menerapkan teknologi tepat guna agar makanan dan minuman yang dihasilkan memiliki jangka waktu kadaluwarsa yang relatif lebih lama.
Permasalahan lain yakni dalam penyediaan bahan-bahan baku maupun bahan pembantu dan komponennya, para pengusaha kuliner ini masih membeli secara insidental, belum ada pemikiran untuk berkolaborasi permanen dengan penyedia bahan bakunya. Mereka biasanya membeli di pasar tradisional atau pasar grosir, bahkan sering juga membeli di warung / toko terdekat secara insidental. Permasalahan lain terkait dengan produk jadi yang siap dipasarkan. Belum memiliki merek dagang sendiri merupakan sebuah kelemahan yang dimanfaatkan oleh distributor di kota-kota besar untuk membeli produk dari UMKM dengan harga yang murah kemudian diberi label tertentu dan di jual pada gerai gerai atau outlet/toko pusat oleh-oleh dengan harga yang berlipat ganda. Strategi pemasaran yang tidak terstruktur seringkali menyulitkan bagi pengusaha kecil untuk menjual barang dagangannya secara langsung.
Kondisi-kondisi yang tidak terkendali seperti diatas menuntut pengusaha kuliner untuk beradaptasi, berevolusi dengan melakukan resiliensi menjalin kolaborasi penuh secara profesional dengan stakeholdernya, baik dengan menyedia bahan-bahan baku, sampai pada penyedia distribusi dan pusat oleh-oleh sebagai tempat men-display barang dagangannya. Konsep menjalin kolaborasi penuh dengan para pemasok dan distributor ini dalam ilmu manajemen tercakup dalam konsep Supply Chain Management (manajemen rantai pasok) yaitu proses pengintegrasian seluruh aktifitas mulai dari pengadaan bahan hingga pelayanan, perubahan bahan baku menjadi barang setengah jadi maupun produk jadi, serta proses pengiriman kepada pelanggan dengan sistem distribusi (Heizer dan Render, 2014). Lebih lanjut Hayati (2014) menyebutkan bahwa mnajemen rantai pasok adalah pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan baku, ditansformasikan menjadi produk dalam proses, menjadi produk yang siap di distribusikan ke konsumen. Apabila tidak ada koordinasi yang baik dengan semua pihak yang terkait dalam rantai pasokan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pelaku usaha, efektivitas dan efisiensi tidak dapat ditingkatkan. Hayati (2014) menyebutkan rantai pasok dalam sistem manajemen rantai pasokan terdiri dari supplier, manufacturers, warehouse, dan stores.
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 627
bertahan dari gangguan, dengan kata lain diartikan sebagai kemampuan sebuah system untuk melenting kembali setelah terjadi goncangan tanpa mengubah identitas dari fungsi masing-masing komponen dalam system tersebut. Lebih lanjut Dwiartama (2016) menegaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan bertahan suatu kelompok sosial masyarakat setelah dilanda krisis tertentu. Pada konsep model pengembangan ekonomi dunia, resiliensi lebih sering disebut sebagai pengganti istilah keberlanjutan (sustainability), businesss continuity, daya tanggap (responsivenesss), dan kegesitan (agility). Untuk dapat bertahan hidup dan berkelanjutan, menjadi lenting (being resilient) merupakan syarat mutlak (Christopher and Peck, 2004). Literatur yang lebih lama tentang resilieni dikemukakan oleh Holling dan Gunderson (2002), resiliensi adalah jumlah gangguan yang mampu diterima oleh system sebelum bergeser dari titik kestabilan ke titik kestabilan berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model resiliensi rantak pasok yang diterapkan oleh pengusaha kuliner di Propinsi Jwa Timur.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi fenomenologi, studi fenomenologi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif yang melibatkan dan menemukan informasi berdasarkan pengalaman peserta/informan (babbie, 1998). Sejalan dengan itu Arifuddin dan Saebani (2009) menjelaskan fenomenologis merupakan salah satu dasar filosofis yang berpengaruh dalam penelitian kualitatif, yaitu yaitu mengungkap kebenaran atau suatu fakta dengan melihat gejala atau fenomena yang memancar dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini yaitu membuat peta model resiliensi rantai pasok UMKM sector makanan dan minuman di Propinsi Jawa Timur.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) dan focus grup discussion dengan 16 pengusaha kuliner di 8 kota/kabupaten sebagai ifnorman yang ditetapkan secara purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Berstatus UMKM
2. Merupakan pengusaha yang membuat / memproduksi makanan minuman atau camilan khas daerah
3. Posisi pengusaha dalam system rantai pasokan andalah sebagai manufacturer
4. Sudah / telah bergerak disektor ini selama lebih dari 5 tahun
Tahap awal peneliti berselancar melalui internet tentang profil beberapa pengusaha kuliner di Jawa Timur untuk memperoleh informai mengenai nama dan alamat usaha, kemudian peneliti melakukan follow up dengan dengan mengontak secara langsung dan memastikan informan tersebut sesuai dengan kriteria responden, kemudian peneliti berkunjung untuk wawancara mendalam dengan pengusaha kuliner tersebut di masing-masing lokasi yang berbeda. Adapun partisipasi informan dalam penelitian ini berssifat sukarela, dan semua informan tidak menerima insentif khusus atass partisipasinya.
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
628 Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya mengidentifikasi pengalaman-pengalaman hidup/ketrampilan yang dimiliki informan dan tindakan-tindakan yang diambil pada saat mengalami/menghadapi situasi tertentu secara spesifik dan mendalam. Untuk masing-masing informan membutuhkan waktu wawancara 60-120 menit.
Tahap berikutnya adalah reduksi data berupa transkrip wawancara dan rekaman audio dan interpretasi oleh peneliti dengan mendesskripsikan berbagal hal dan menyimpulkan untuk menjawab bertanyaan penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Demografi Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 16 pengusaha kuliner yang merupakan pemilik usaha makanan dan minuman yang berada di 8 kota/kabupaten di Propinsi Jawa Timur dengan pengalaman usaha lebih dari 5 tahun dan memiliki karyawan antara 5 – 20 orang.
Adapun jenis makanan dan minuman khas daerah yang di produksi dan kota asal pengusaha kulier dipaparkan dalam table berikut dengan memberikan kode untuk nama pengusaha :
Tabel 1. Daftar Responden berdasarkan jenis kuliner yang diproduksi dan kota asal
No. Nama Jenis Makanan dan Minuman yang diproduksi
Kota Asal
1. A Sambel pecel Kota Madiun
2. B Brem
3. C Alen-alen dan Manco Kabupaten
Trenggalek 4. D Nasi Ayam Lodho
5. E Rujak Cingur Kota Surabaya
6. F Sate Klopo
7. G Bipang Jangkar Kabupaten
Pasuruan 8. H Rawon Sate Komo
9. I Legen dan Tuak Kabupaten Tuban
10. J Olahan Rajungan dan belut
11. K Tape manis Kabupaten
Bondowoso 12. L Kopi Blangkon
13. M Carang Mas dan Tahu Taqwa Kabupaten Kediri
14. N Nasi Pecel Sambal Tumpang
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 629
No. Nama Jenis Makanan dan Minuman yang diproduksi
Kota Asal
16. P Jubada/Jubedhe Sampang
Identifikasi elemen sistem rantai pasok
Sebuah system rantai pasok terdiri atas berbagai elemen rantai pembentuknya, komponen tersebut berperan sebagai penghasil masukan terhadap elemen berikutnya. Setiap rantai menentukan kualitas dan nilai dari sebuah produk yang dihasilkan.
a) Suplliers : merupakan elemen penyedia bahan-bahan untuk produksi, baik bahan baku utama, bahan-bahan pembantu, komponen-komponen, penyedia mesin-mesin dan onderdil mesin, serta penyedia bahan setengah jadi. Supplier yang menyediakan bahan baku kemungkinan juga merupakan usaha kecil dan menengah atau perusahaan besar. Elemen ini memiliki peran yang sangat besar terkait kualitass dan keterjangkauan harga bahan baku yang digunakan. Pengusaha kecil penyedia bahan baku produk makanan dan minuman ini biasanya merupakan petani atau perkebunan penghasil sayuran, buah buahan, dan hasil kebun seperti singkong dan umbi umbian, bahan baku kue seperti tepung tapioka, tepung terigu, pabrik tahu, dan pengolah kedelai, peternakan ayam penghasil telur, daging sapi dan pengepul kelapa. Bahan baku yang disediakan tidak dapat distandarisasikan.
b) Manufacturer : merupakan elemen tempat sebuah produk dibuat. Dalam konteks UMKM pengolah makanan dan minuman, biasanya merupakan industri rumah tangga dengan skala produksi kecil dan pilihan produk tidak banyak. Lebih menekankan pada ciri khas makanan/minuman pada daerah tertentu. Inovasi dan penggunaan teknologi modern biasanya hanya pada pengemasan. Hasil produksi pada elemen ini sangat tergantung pada bahan baku yang disediakan oleh supplier. Harga pokok produksi sangat bergantung pada harga bahan baku yang ditetapkan oleh supplier, terutama untuk bahan baku yang bersifat musiman dan harus tersedia dalam kondisi masih segar. Menjadi kendala tersendiri ketika bahan baku yang tersedia tidak memenuhi kualitas yang diinginkan.
c) Distributor : merupakan elemen yang mengelola pengiriman barang, baik pengiriman bahan mentah dari supplier menuju manufacturer, maupun produk jadi dari manufacturer menuju gudang-gudang atau outlet-outlet di luar daerah. Kualitas distribusi sangat penting terkait lead time, dan tracking sehingga barang sampai di tujuan dengan cepat dan tidak mengalami kerusakan.
d) Wholeseller : merupakan elemen yang berupa perusahaan yang membeli produk dari manufacturer dalam jumlah yang besar untuk berikutnya dijual ke pengecer atau langsung ke konsumen. Pada elemen rantai ini, biasanya terjadi
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
630 Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya e) Konsumen : merupakan pembeli akhir atau pengguna produk. Permintaan
konsumen sangat beragam namun dalam jumlah sedikit sehingga menulitkan bagi manufacturer untuk memenuhinya.
Identifikasi peta resiliensi rantai pasok berdasarkan hasil diskusi mendalam
Supply Chain Management merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai stakeholder organisasi agar lebih efisien dimulai dari supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer sehingga dapat meminimalkan biaya secara keseluruhan antara lain biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya bahan baku, biaya transportasi, dan biaya kehabisan persediaan (Levi et al., 2000 dan Li et al., 2011). Membangun system yang resilien merupakan hal yang esensial dalam menciptakan keunggulan bersaing (Blackhurst et al., 2011)
Responden dalam penelitian ini sebanyak 16 pengusaha kuliner dipilih secara
purposive berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Kuliner yang dimaksud adalah UMKM yang memproduksi makanan dan minuman khas suatu daerah, baik makanan berat seperti masakan yang disajikan dengan nasi atau camilan ringan sebagai oleh-oleh khas daerah. Berikut adalah identifikasi peta strategi resiliensi rantai pasok yang diterapkan oleh UMKM penghasil makanan dan minuman di propinsi Jawa Timur sesuai dengan karakteristik bersadarkan jangka waktu kadaluwarsa :
a. Makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari seminggu
Pengusaha UMKM makanan dan minuman yang memiliki jangka waktu kadaluwarsa kurang dari seminggu, seperti pengusaha restoran atau café penyedia makanan khas Nasi Ayam Lodho di Kabupaten Trenggalek, warung nasi tumpang sambel pecel khas Kediri dan sate ayam khas Ponorogo.
Pengusaha restoran, café, atau warung membutuhkan bahan-bahan yang segar, menyediakan bahan baku langsung dari supplier yang memproduksi bahan tersebut, misalnya supplier daging sapi, daging ayam, dan pembudidaya ikan air tawar. Penyedia bahan-bahan juga merupakan UMKM.
Gambar 1. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari seminggu
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 631
ssupplier jauh lebih mudah daripada bahan baku yang dibeli dari pasar tradisional atau pusat-pusat grosir.
Manufacturer menjalin kolaborasi dengan para petani untuk memasok beras dan sayuran segar (supplier 1), peternak/penyedia daging sapi/ayam (supplier 2), dan pembudidaya ikan air tawar atau ikan laut (supplier 3).
Gambar 2. Model resiliensi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari seminggu
Beberapa pemilik restoran yang menjadi responden dalam penelitian dalam wawancara menyebutkan telah membeli peternakan ayam dan budidaya ikan gurame sebagai pemasok bahan baku masakannya. Hal inni merupaka bentuk integrassi supply chain yang dilakukan dalam rangka resiliensi dari kondisi fluktuasi harga bahan baku dan menjaga kualitasnya.
b. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari seminggu sampai sebulan
Wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan pemilik usaha produksi makanan minuman dalam kemasan dengan karakteristik jangka waktu kadaluwarsa antara seminggu sampai sebulan adalah dengan pengusaha kue-kue basah yang tidak langsung dijual ke konsumen, namun ada distributor produk yang mengelola pengiriman ke berbagai daerah.
Gambar 3. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa seminggu sampai sebulan
Berdasarkan klasifikasi produk kuliner dengan masa kadaluwarsa seminggu sampai dengan sebulan, rantai pengepul memiliki peran penting sebagai pembeli pasti produk-produk kuliner yang dihasilkan. Namun keberadaan pengepul ini menjadi permasalahan tersendiri terkait dengan penetapan harga jual produk. Biasanya pengepul melakukan mark up harga sangat besar, data wawancara menunjukkan mark up harga mencapai 50 - 80% dari harga yang ditetapkan oleh
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
632 Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
manufacturer. Hal ini menyebabkan harga produk ditangan konsumen menjadi sangat mahal dan sering tidak terjangkau oleh semua kalangan.
UMKM kuliner pembuat sambel pecel di kota Madiun menjelaskan dampak negative dari harga produknya yang mahal dipasaran. Meskipun dengan bantuan pengepullah produk sambel pecel kemasan yang diproduksi UMKM kuliner di kota Madiun bisa dijual di kota-kota besar seperti Jakarta dan Balikpapan. Berikut adalah model resiliensi rantai pasoknya :
‘
Gambar 4. Resiliensi rantai pasok UMKM makanan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa seminggu sampai sebulan
Gambar diatas menunjukkan bahwa UMKM penghasil makanan dan minuman berusaha melakukan labeling produknya sendiri, hal ini disebabkan kemudahan yang diberikan pemerintah melalui dinass terkait dalam perijinan usaha dan mengurus merek. Sehingga pengusaha kuliner ini memiliki merek sendiri yang dikelola edemikian rupa melalui promosi-promosi di media social memperkenalkan merek produknya sehingga lambat laun mulai dikenal masyarakat luas. Hasil wawancara mendalam dengan peengusaha kuliner dari Kabupaten Bondowoso, bahwa produk Tape yang mereka hasilkan langsung dipasok ke toko-toko atau pusat oleh-oleh dan tempat-tempat wisata di luar Bondowoso dengan memakai merek mereka sendiri, sehingga ketika sampai ditangan konsumen, harganya lebih murah dan bersaing.
Seorang informan pengusaha kuliner tape manis di Kabupaten Bondowoso nenjelaskan bahwa tren saat ini adalah dengan memangkas rantai outlet atau toko, melainkan pengusaha kuliner tersebut langsung “menjemput bola” dengan memasarkan langsung produknya melalui online dan di kirimkan menggunakan layanan jasa ekspedisi atau membuka outlet non permanen (mobil pick up) dan di jajakan dipusat-pusat keramaian diberbagai kota.
c. Makanan dan minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari sebulan
Gambar 5. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari sebulan
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 633
Peta resiliensi rantai pasok yang dapat di identifikasi berdasarkan gambar 4 untuk pengusaha kuliner dengan jangka waktu kadaluwarsa produknya lebih dari 3 bulan. Produk dengan msa kadaluwarsa lebih dari 3 bulan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pengusaha jajanan khas Kabupaten Trenggalek yaitu kue Manco dan Alen-alen. Jajanan khas ini sangat popular di kalangan wisatawan yang berkunjung di lokasi-lokasi wisata di Kabupaten Trenggalek. Harganya cukup murah dan merupakan makanan ringan atau cemilan. Menurut responden, justru model rantai pasokan yang ada lebih panjang dari yang dipaparkan oleh peneliti sesuai konsep teori. Pada rantai distributor memungkinkan lebih dari satu rantai. Outlet-outlet yang berada diluar kota yang menjual cemilan khas ini membeli bukan langsung dari pabrik namun mereka membeli melalui distributor tangan kedua atau ketiga. Sehingga harga nya menjadi relative lebih mahal ditangan konsumen. Semisal outlet di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya atau di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan atau Sumatera.manufacturer pembuat produk alen-alen ini biasanya kurang menguasai teknologi e-commerce, hal ini dimanfaatkan oleh pengepul-pengepul untuk menjualkan produknya pada jangkauan yang lebih jauh. Berikut gambar resiliensi rantai pasokannya:
7
Gambar 6. Resiliensi rantai pasok UMKM makanan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari sebulan
Pengusaha kuliner yang memproduksi cemilan khas dengan masa kadaluwarsa lebih dari sebulan biasanya lebih berani dalam memasarkan dan menerima order dari luar kota dan jangkauan pasarnya lebih luas dibandingkan dengan makanan atau minuman yang memiliki jangka waktu kadaluwarsa pendek. Mereka cenderung lebih berani menerapkan system make to stock, yakni membuat produk sebagai persediaan sambil menunggu pesanan. Kebanyakan pesanan datang dari luar kota.
4. KESIMPULAN
Tujuan utama penerapan manajemen rantai pasok adalah mengelola aliran barang, uang, dan informasi secara efektif dan efisien. Merespon gangguan dan melakukan recovery setelah melewati gangguan (Arisha, 2017), berinteraksi dengan pihak-pihak yang mendukung UMKM beresiliensi (Bode et al., 2011)
Kebutuhan untuk beresiliensi di era kemajuan teknologi dan perubahan selera konsumen yang pesat ini menjadi kebutuhan mutlak bagi UMKM pengolah
Perusahaan besar produk jadi : Distributor
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
634 Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya makanan dan minuman khas daerah. Inovasi dapat dikaitkan dengan berbagai sisi, tanpa meninggalkan ke-khas-an produk asli daerah tersebut sehingga konsumen yang berada diluar daerah tetap memandang bahwa ketika menggunakan atau membeli atau mengkonsumsi sebuah produk mind set nya tetap mengarah pada sebuah daerah yang menjadi pioneer dalam membuat produk tertentu. Terdapat enam (6) identifikasi strategi resiliensi rantai pasok UMKM pengolah makanan dan minuman khas daerah berdasarkan karakteristik jangka waktu kadaluwarsa. Semakin lama jangka waktu kadaluwasrsa ebuah produk maka semakin banyak kesempatan untuk memasarkannya ke jangkauan daerah yang lebih luas, begitu juga sebaliknya.
5. REFERENSI
Arisha, Abubakar Ali Amr Mahfouz. 2017. “Analising Supply Chain Resilience: Integrating the construct in a concept mapping framework via a systematic literature review”. Supply Chain Management: An International Journal. Vol. 22 Iss 1.
Blackhurst, J., Dunn, K.S. and Craighead, C.W. 2011. “An empirically derived framework of Global Supply Chain Resiliency” Journal of Business Logistics. Vol. 32. No. 4, pp. 374-391.
Bode, c., Wagner, M.S., Petersen, J.K., and Ellram, M.L. 2011, “Understanding Responses to Supply Chain Disruptionss : Insight From Information Processing Dependence Perspective”, Academy of Management Journal, Vol. 54 No. 4, pp. 833-856.
Christopher, M. and Peck, H. 2004. “Building the resilient supply chain” The International Journal of Logisstic Management. Vol 15 No. 2, pp. 1-13.
Creswell, J.W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Approach, Second Edition. Sage Publication, California, USA.
Dwiartama, Angga. (2016). “Membangun Kerangka Teoretis untuk Memahami Resiliensi Sistem Pertanian Pangan di Indonesia.” Lembaga Penelitian Sosial AKATIGA, Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB : Bandung. [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia di https://dwiartama.files.wordpress.com/2016/08/makalah_angga_akatiga.pdf
Haizer, J., & Render, B., (2014). Manajemen Operasi. Edisi Sebelas. Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Hamidin, Dini, Yunani, Akhmad, Zakish, Azizah, 2013. “Penciptaan Kolaborasi Pada Manajemen Rantai Pasok UKM.” [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia di: http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/276/281.
Seminar Nasional dan Call for Papers
(SENIMA 2)
Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 635
Holling, C.S., Gunderson, L.H. (2002). “Resilience and Adaptive Cycles”. In L.H Gunderson & C.S Holling (Eds.). Panarchy : Understanding Transformations in Human and Natural Systems. Washington : Island Press.
Kaplan, J.M. 2003. Paterns of Entrepreneurship. Upper Saddle River, NJ: Wiley, USA.
Levi, David Simchi, Philip Kamin Sky & Edith Simchi Levi. (2000). Designing And Managing The Supply Chain : Concept, Strategies, and Case Studies. McGraw Hill.
Li, S., Ragu-Nathan, B., Ragu-Nathan, T.S. & Subba Rao, S. 2006. “The Impact of Supply Chain Management Practise on Competitive Advantage and Organizational Performance”. Omega, Volume 34 No. 1 pp. 107-124.