• Tidak ada hasil yang ditemukan

AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KES"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PERKULIAHAN

PENDIDIKAN AGAMA

AJARAN AGAMA YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KESEHATAN

OLEH :

MUZIBURRAHMAN, S. Pd. I

AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KARYA HUSADA MANDIRI

BANJARBARU

(2)

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Untuk mengetahui dan memahami ajaran agama yang berhubungan dengan kesehatan.

2. Tujuan Khusus

 Untuk memenuhi tugas kelompok pendidikan agama dan ke’aisyiyahan

 Untuk mengetahui pengertian ibadah

 Untuk mengetahui pengaruh ibadah yang berhubungan dengan kesehatan

 Untuk mengetahui manfaat sholat dan puasa bagi kesehatan

 Untuk mengetahui pengertian akhlak terpuji

 Untuk mengetahui macam-macam akhlak terpuji

 Untuk mengetahui tentang akhlak manusia kepada yang Pencipta

 Untuk mengetahui tentang akhlak manusia kepada sesama manusia

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

 Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

 Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

2. Pengaruh Ibadah Terhadap Kesehatan

(5)

Di dalam kegiatan sehari-hari manusia sehari-hari manusia sering kali dihadapkan berbagai macam masalah dari hal yang paling kecil sampai yang paling besar, dari yang simple sampai yang paling rumit dan kompleks. Yang bisa menyebabkan atau menimbulkan sebab-sebab gangguan kejiwaan, oleh karena itu banyak media-media sebagai sarana solusi untuk mengatasi masalah-masalah dalam kejiwaan. Macam-macam media yang berkembang saat ini, antara lain: Psikologi, terapi kejiwaan, yoga, dll.

Secara psikis, ibadah sangat cocok sebagai mediator dalam merileksasikan dan menentramkan kejiwaan. Definisi ibadah menurut pengamatan saya yang dilihat dari segi riilnya, ibadah yaitu sebagai kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan oleh umat islam maupun umat beragama lainnya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Tapi pada kenyataannya walaupun ibadah terkesan hanya untuk mendapatkan pahala atau untuk sekedar menjalankan kewajiban sebagai umat beragama. Tetapi disisi lain saya melihat umat beragama yang beribadah hanya sebagai sarana rileksasi, dikarenakan dalam ibadah bisa mengembalikan pikiran dan stamina yang sudah terpakai karena kegiatan rutinitas sehari-hari, sehingga pikiran menjadi normal kembali dan hati menjadi tenang, serta membuat manusia lebih bersemangat menjalankan kegiataan rutinitas sehari-hari.

Karena ini pelajaran tentang masalah fiqh, jadi saya mengambil dua sample ibadah sebagai sarana kesehatan dari ajaran agama Islam, yaitu shalat dan puasa. walaupun masih banyak Ibadah-ibadah yang lain yang bisa dijadikan sebagai pembahasan.

SHALAT

(6)

’fakta-fakta’ ini; kita menyadarkan diri kembali akan kebesaran Allah, sehingga kita melihat segenap masalah yang kita hadapi adalah kecil dan mudah di hadapan Allah. (Ingat, dalam salat, kita mengulang-ulang ucapan Allâhu akbar, yang berarti: Allah Mahabesar; segala sesuatu yang ada di dunia ini kecil, dan Allahlah Yang Besar). Oleh karena itu, menjalankan salat sebenarnya juga berarti membuka jalan bagi datangnya pertolongan.











































45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Al Baqarah : 45) penolongmu1, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(Al Baqarah :

153)

Salat dengan demikian menjadikan muslim lebih siap menghadapi hidup dan problematikanya dibanding sebelumnya. Kesiapan ini terwujud salah satunya karena aktivitas mengingat Allah itu membuat hati kita

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Ar-Ra’du: 28)

(7)

Pada sisi lain, ketenteraman hati ini sangatlah bermanfaat bagi kesehatan psikis kita. Berbagai penyakit mental orang zaman sekarang acap kali adalah dampak dari hilangnya perasaan tenteram di hati mereka. Melalui salat, ketenteraman ini bisa kita peroleh. Wajar bila para pakar ilmu jiwa berhasil menunjukkan berbagai pengaruh positif aktivitas menjalankan salat terhadap kesehatan mental pelakunya.

Kesehatan psikis telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik. Ini berarti aktivitas salat juga akan berdampak secara tidak langsung pada kesehatan tubuh kita. Akan tetapi, para pakar kesehatan pun telah menunjukkan bahwa salat (terutama gerakan-gerakan salat) memiliki pengaruh-langsung yang nyata pada kesehatan jasmani. Dengan demikian, salat itu menyehatkan tidak saja bagi kondisi kejiwaan, namun pula bagi kondisi badan. Kesehatan raga dan jiwa yang seimbang tentu akan memudahkan orang untuk menghindari perbuatan-melanggar-batas dan kemungkaran (sehingga salat memang benar mencegah orang dari fakhsyâ’ dan munkar [sesuai surah al-‘Ankabût ayat 45]).

PUASA

Menjalankan ibadah puasa adalah sebuah kewajiban bagi umat muslim, namun jika dilihat dari sisi kesehatan dibalik nilai ibadah yang dijalankan sebulan penuh tiap tahun ini, juga tersimpan banyak manfaat. Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa, yang mensyaratkan pelakunya untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani pelakunya.

(8)

dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.

Pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek kesehatan, diantaranya yaitu:

1. Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan. 2. Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh. 3. Memperbaiki fungsi hormon, meremajakan sel-sel tubuh. 4. Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). 5. Menambah jumlah sel darah putih.

6. Meningkatkan fungsi organ tubuh.

B. Akhlak Terpuji 1. Pengertian Akhlak

Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq. Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani. Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti. Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia, kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak. Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain, perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah. Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.

(9)

 Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.

 Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika)

2. Macam-macam Akhlak Terpuji

Akhlakul karimah (sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya, diantaranya adalah husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela berkorban, tata karma terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal shaleh, sabar, tawakal, qona’ah, bijaksana, percaya diri, dan masih banyak lagi. Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive thinking. Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka buruk atau negative thinking. Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha.

(10)

Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita. Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif atau bermanfaat. Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan. Qona’ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..

Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.

Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh, keturunan, status social, pekerjaan ataupun pendidikan.

C. Akhlak Kepada Sang Pencipta

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

(11)

pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya.

Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. An Nisa : 65):

























































65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).

(12)

apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:

Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim)

3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.

Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

"sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Bukhari)

(13)

yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.

Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. Al Imran : 135)

































































































135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri2, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap

dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus mendapatkan ‘ketidaksukaan’

(14)

dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:

"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).

Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. Adz Dzariyat: 56):

























56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

(15)

Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

7. Banyak membaca al-Qur’an.

Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang dmikian besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:

"Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR. Muslim)

Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang membaca Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR. Bukhori Muslim)

D. Akhlak Kepada Sesama Manusia

(16)

mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yakni:



 

































263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf3 lebih baik dari sedekah yang diiringi

dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yakni :









































24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

E. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Paling tidak, seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.

(17)

Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga bagian; terhadap fisiknya, terhadap akalnya dan terhadap hatinya. Karena memang setiap insan memiliki tiga komponen tersebut, dan kita dituntut untuk memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat dalam dirinya tersebut:

1. Terhadap Fisiknya

Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang sempurna. Kesempurnaan fisik manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qur'an (QS. At Tiin : 4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kesempurnaan fisik ini, merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena Allah hanya memberikannya pada manusia. Adapun salah satu cara dalam mensyukurinya adalah dengan menunaikan hak yang harus diberikan pada fisik kita tersebut, yang sekaligus merefleksikan etika kita terhadap fisik kita sendiri. Diantara hal tersebut adalah:

a. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan.

b. Membiasakan diri untuk berolah raga & hidup teratur.

c. Tidak melakukan hal-hal yang memberikan madharat bagi fisik dan kesehatannya.

d. Bersih fisik dan pakaian.

2. Terhadap Akalnya.

Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita tunaikan. Akal juga membutuhkan 'makanan', sebagaimana fisik membutuhkannya. Namun kebutuhan tersebut jelas berbeda dengan kebutuhan fisik. Oleh karenanya, kita perlu memberikan porsi kepada kita, sebagaimana kita memberikannya pada fisik.

3. Terhadap Haatinya/Ruhiyahnya

(18)

ruhiyahnya sebagaimana ia telah memberikan pada fisik dan akalnya. Berikut adalah beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim terhadap ruhiyahnya.

1. Mengisi ruhiyahnya dengan ibadah.

(19)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.

Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Dalam melakukan Ibadah banyak hikmah yang kita ambil manfaatnya bagi kesehatan kita. Ibadah bukan hanya semata-semata untuk Allah atau sekedar mendapatkan pahala, tetapi Ibadah bisa sebagai mediator dalam kesehatan.

Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mundurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.

B. Saran

(20)

agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

- http://Mihwanudin.wordpress.com

- http://Makalahmajanii.blogspot.com

- http://Id.shvoong.com/books/guidance self improvement

- http://Guruit07.blogspot.com

- http://Makalahdanskripsi.com

- http://anakciremai.com/2009/01/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html

-

http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/10/makalah-pendidikan-agama-islam-hubungan-filsafat-dengan-islam/

- http://an-naba.com/kesehatan-dalam-pandangan-islam/

- Ali,mohammad Daud:”pendidikan agama islam”jakarta 1997.

- Aizid,Rizem. 2011. Manfaat Sholat Bagi Kesehatan dan Kecantikan. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Kata-kata yang tergolong dalam kandoushi ternyata beberapa diantaranya juga termasuk dalam kelas kata bahasa Jepang yang lain.. Kelas kata dalam bahasa Jepang ini

berangkat dari visi, misi dan tujuan seorang pengarah acara memiliki cara untuk mengajak masyarakat untuk melestarikan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kita

Dalam penelitian ini vegetasi mangrove yang ditemukan pada ketiga stasiun penelitian terdiri dari empat jenis yakni Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza,

Abstrak: Karakter religius merupakan sikap dan perilaku positif yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

merupakan waktu rata-rata penyelesaian yang diperlukan oleh satu orang untuk menghasilkan Hasil Kerja dinyatakan dengan satuan waktu menit, jam, hari. Contoh: Seorang

Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam

Variabel-variabel pengaruh dalam pengambilan keputusan politik luar negeri tersebut adalah ; (a) variabel idiosyncratic (variabel individu), variabel ini berkenaan

Rincian persyaratan dan kemampuan badan usaha dan orang perseorangan untuk usaha jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi serta untuk usaha jasa pelaksanaan