• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN S (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN S (2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU

NIFAS DENGAN SISTEM

PERKEMIHAN,

MUSKULOSKELETAL DAN

ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia,serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan

latihan-latihan tertentu.

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 yang dilalui dan besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan.

b. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dari sistem perkemihan, muskuloskeletal dan endokrin?

(2)

c. Tujuan Penulisan

 M e n g e r t i m e n g e n a i p e n g e r t i a n , k o n d i s i s e r t a p e n g a r u h d a r i

s i s t e m p e r k e m i h a n , m u s k u l o s k e l e t a l d a n e n d o k r i n p a d a i b u n i f a s .

 Memenuhi tugas dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan III (NIFAS)

d. Manfaat Penulisan

 Memberikan tambahan pengetahuan kepada penulis juga pembaca, khususnya bagi

mahasiswi Akademi Kebidanan.

 Melengkapi tugas pada mata kuliah Asuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang

berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca

melahirkan kadar steroidmenurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

(3)

setelah wanitamelahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam

waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:

 Hemostatis internal.

diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan

dengan cairantubuh antara lainedema dan dehidrasi. Edema adalah

tertimbunnya cairan dalam jaringan

akibatgangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah

kekurangan cairan atau volume air yang terjadi

pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

b. Keseimbangan asam basa tubuh

Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairantubuh adalah

7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

c. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal

Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolismeprotein yang

mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak

menggangguprosesinvolusiuteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca

melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.

Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum,

antara lain:

1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadiretensi urin.

2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi

dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.

3) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepalajanin dan spasme

oleh iritasimuskulussfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormonestrogen akan menurun,hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume

darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi

kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang

berdilatasi akan kembali normaldalam tempo 6 minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan

(4)

partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang

disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the

water metabolisme of pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada

pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko

serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien

pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang

kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk

mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat

dilakukan latihan pada otot dasarpanggul.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam

pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower

kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4

jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan

ada gangguanproses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.

2. Sistem Muskuloskeletal

Perubahansistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin

bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini antara lain mencakup peningkatan berat

badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun

demikian, pada saat post partumsistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur

pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu

mencegah komplikasi dan mempercepat involusiuteri. Adaptasisistem

muskuloskeletalpada masa nifas, meliputi: 1) Dinding Perut dan Peritoneum

Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali

dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dariotot-ototrectus

abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri

dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.

2) Kulit Abdomen

Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan

mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomendapat

kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca

melahirkandengan latihan post natal. 3) Striae

Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada

dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna

(5)

abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan

umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu

menentukan lama pengembalian tonus otot menjadinormal.

4) PerubahanLigamen

Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragmapelvis dan fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.

Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan

letak uterus menjadi retrofleksi.

5) Simpisis Pubis

Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat

menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara

lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di

tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisisdapat dipalpasi. Gejala ini

dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan

ada yang menetap.

Beberapa gejalasistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca

partum antara lain: a) Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjangyang sering

terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem

muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.

Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeripunggung

sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan

punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan.

Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selamakehamilan, namun

mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.

b) Sakitkepala dan nyeri leher

Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain

bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada

ibu post partum.

Sakitkepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.

c) Nyeripelvis posterior

Nyeripelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi

(6)

simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada

bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di

tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.

Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu

untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun

bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.

d) Disfungsi simpisis pubis

Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi

simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi

simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulangpelvis dan memindahkan berat

badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi

semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitaspelvis yang abnormal, diperburuk dengan

terjadinya perubahanmekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu

gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai

rasa nyeri yang hebat.

Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan

ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuklatihanabdomen yang

tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasisecara bertahap; pemberian bantuan

yang sesuai. e) Diastasis rekti

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada

tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap

linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering

terjadi pada multi paritas,bayi besar, poli hidramnion, kelemahan ototabdomen dan

postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah

keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.

Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah

antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area

xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihantransversus dan pelvis dasar

sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan

tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,

menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.

f) Osteoporosis akibat kehamilan

Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejalaini ditandai

dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak

dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusuibayi pasca natal,

berkurangnya tinggi badan, posturtubuh yang buruk.

g) Disfungsi rongga panggul

(7)

 Inkontinensia urin

Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah

berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah

inkontinensia stres .

Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikanmengenai dan

dianjurkan untuk mempraktikan latihanotot dasarpanggul dan transversus sesering

mungkin, memfiksasi otot ini sertaotot transversus selam melakukan aktivitas yang

berat.

Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk

mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelahpersalinan. Bagi

ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang

akan mengkaji keefektifan otot dasarpanggul dan memberi saran

tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.

 Inkontinensia alvi

Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf

dasarpanggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).

Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.

 Prolaps

Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat

menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis.

Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung

kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah

prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).

Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterusantara lain:

merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saatberdiri), nyeri punggung dan

sensasi tarikan yang kuat.

Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasarpanggul.

3. Sistem Endokrin

1.) Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human

Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ketujuh post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada

hari ketiga post partum.

2.) Hormon Pituitary

(8)

pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3.) Hypotalamik Pituitary Ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

4.) Kadar Estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi

kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang

berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca

melahirkan kadar steroidmenurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

(9)

Perubahansistem muskuloskeletal terjadi pada saat

umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini antara lain

mencakup peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim,

relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partumsistem

muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali.

Sementara dalam sistem endokrin sendiri juga terjadi beberapa perubahan hormon, baik peningkatan maupun penurunan, misalnya saja hormon plasenta, estrogen progesteron, dll.

2. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah yang telah berhasil kami selesaikan. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam penulisan maupun perkataan.

Dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan untuk penyusunan makalah yang berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati.2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81)

2. Saleha.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba Medika. (hlm:

59)

3. Suherni.2007.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 80-82)

4. Sulistyawati, Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogyakarta:ANDI

Yogyakarta

5. Lusa. 2010. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem

Muskuloskeletal ( http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-muskuloskeletal/)

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.40 Implementasi Halaman Jadwal Mengajar yang Masuk E-mail user 87 Gambar 5.41 Implementasi Halaman Pemberitahuan Jam Mengajar yang Masuk E-mail user

BP ( Broken Pekoe ) Berasal dari tangkai daun teh, tulang daun teh muda, memiliki ukuran yang besar, pendek, dan berwarna hitam.. BT ( Broken Tea ) Partikel serbuk agak

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Menteri Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli

a. Untuk segmen Jawa Tengah karena perusahaan saya beroperasi di Semarang sehingga akan lebih mudah untuk menargetkan pasar di pulau Jawa, yaitu dalam hal

PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA ABON SAPI DENGAN SUBSTITUSI PARSIAL SERAT PANGAN NANAS ( Ananas comosus Merr.)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder profitabilitas, ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap

Penelitian ini bertujuan bukti empiris Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Industri Manufaktur yang terdaftar di

Prinsip kerja dari rangkaian sensor garis ini cukup sederhana yaitu apabila photodioda yang merupakan sensor yang berfungsi untuk menerima pantulan cahaya berasal dari