BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku
bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa
yang ada di daerah tersebut. Penduduk Indonesia tersebar dan tinggal di pulau-pulau,
mereka juga mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari
pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Selain itu,
adanya pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi
kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam jenis kebudayaan yang ada di
Indonesia.1
Salah satu kebudayaan luar yang mempengaruhi proses asimilasi di Indonesia adalah
kebudayaan China. Catatan-catatan kesusastaraan China menyatakan bahwa
kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia telah mengadakan hubungan yang erat dengan dinasti-dinasti
yang berkuasa di China. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu
lintas barang-barang dari China ke Indonesia dan sebaliknya.2
China sering juga disebut Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri
oleh orang Tionghoa di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dala
Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa. Di Indonesia penduduk yang
1Takiddin. “Manfaat Keanekaragaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika”.
termasuk keturunan Tionghoa digolongkan sebagai warga negara Indonesia keturunan asing.
Keturunan Tionghoa di Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa Tionghoa, tapi
kebanyakan berasal dari provinsi Fukien dan Kwangtung.3
Para perantau ini membawa kebudayaan dari bahasa aslinya sendiri-sendiri. Bahasa
Tionghoa yang dikenal di Indonesia paling tidak terbagi atas empat kelompok bahasa yaitu
Hokkien (Hokkian), Tiu-Chiu (Teo-Chiu), Hakka (Khek), dan Kanton (Kwong Fu), yang
masing-masing merupakan bahasa etnik yang berbeda dan saling tidak dipahami.4
Berdasarkan Volkstelling
Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia pada tahun 1930. Tidak ada
data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak
Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah
memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada
tahun 1961.5
Dalam
sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi
Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah suku
Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah
populasi Indonesia.6
Keturunan Tionghoa di Indonesia lebih mempunyai keleluasaan memeluk berbagai
agama, karena di antara mereka selain memeluk agama Budha, ada pula yang menganut
sistem kepercayaan berdasarkan ajaran Kong Hu-Cu, Tao, Kristen, Katolik, dan Islam.7
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia. di akses pada tanggal 20 Maret 2015 4
Anggo, Putra. “ Sejarah Suku Bangsa Cina di Indonesi 2015
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia. di akses pada tanggal 20 Maret 2015 6
7
Begitu banyak alasan yang kuat untuk memeluk suatu agama pada masyarakat keturunan
Tionghoa, alasan spiritual, keinginan hati, atau pun logika bahkan cinta bisa merupakan salah
satu alasan bagi masyarakat Tionghoa untuk memeluk suatu agama.
Dalam memeluk suatu agama keturunan Tionghoa tentu saja dapat menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu misalnya apabila terjadi kematian akan timbul masalah
kewarisan di dalam keluarganya. Sistem kewarisan yang berlaku bagi orang Timur Asing
Tionghoa adalah sesuai dengan adat dan etnis mereka tersendiri.8
Sudah cukup lama keturunan Tionghoa ada di Indonesia tidak sedikit pula yang
memeluk agama Islam. Namun beberapa masyarakat sering memandangnya sebelah mata.
Ada pula yang menimbulkan sengketa dalam keluarganya.
Jika keturunan Tionghoa
tersebut memeluk agama Islam, maka pasti akan dikaitkan juga dengan sistem kewarisan
Islam.
9
Oleh karena itu pembahasan ini
menjadi suatu kajian penting yang perlu diteliti sekaligus menegaskan mengenai hak waris
anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam.
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hak waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam?
2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa pewarisan pada masyarakat Tionghoa yang pindah
ke agama Islam ?
8
Alfinanda. “Sejarah dan Perkembangan Muslim Tionghoa Indonesia”. pada tanggal 26 Desember 2014
9
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana hak waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke
agama Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa pewarisan pada anak
masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun
kedua kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Penulisan skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah pengetahuan
berkaitan dengan perkembangan hukum di Indonesia dalam masalah pewarisan, terutama hak
waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam.
2. Secara praktis
Memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para mahasiswa,
akademisi dan masyarakat umum yang berminat untuk mengetahui lebih dalam tentang hak
waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskritif analitis, yaitu memberikan gambaran dan memaparkan sebagian atau keseluruhan dari objek yang akan diteliti.10
10
2. Sifat penelitian
Metode yang digunakan adalah metode yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode
yuridis normatif yaitu suatu bentuk penelitian yang tidak terlepas dari norma-norma dan
asas-asas hukum yang ada.11
Metode yuridis empiris yaitu cara prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan
mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.
Hal ini dilakukan dengan menganalisa bahan-bahan yang
diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku-buku dan karya ilmiah serta bahan dari
internet yang berkaitan erat dengan peraturan pewarisan di Indonesia, khususnya hak waris
anak masyarakat Tionghoa yang pindah agama ke agama Islam.
12
3. Jenis data
Metode yuridis empiris ini
berupaya mengamati fakta-fakta hukum yang berlaku di tengah masyarakat, titik tolak
pengamatan ini berada pada kenyataan atau fakta-fakta sosial yang ada dan hidup di
tengah-tengah masyarakat sebagai budaya hidup masyarakat. Fakta di lapangan (dalam hal ini di
Kecamatan Johan Pahlawan Kelurahan Kuta Padang, Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh
Barat) dalam hak waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana hak waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke
agama Islam, untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa pewarisan pada
masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam.
Data yang digunakan sebagai bahan analisa di dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian
lapangan.13
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang
telah ada.
14
11
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 41 Data sekunder, dalam hal ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :
12
a. Bahan hukum primer, yaitu segala bentuk peraturan produk perundang-undangan yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas;15
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian dan atau karya ilmiah serta
bahan-bahan dari internet yang relevan terhadap permasalahan yang diteliti.16
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti, kamus dan
ensiklopedia.17
4. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research) dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum
primer dan atau pun bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier yang ada hubungannya
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Penelitian lapangan yaitu mengumpulkan data-data dengan terjun langsung ke lapangan.
Data diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara adalah situasi peran antara pribadi
bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirancang
untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang
narasumber. Dalam hal ini narasumber yang diwawancarai adalah :
1. Anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam
2. Saudara kandung dari anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke agama Islam
3. Masyarakat suku Tionghoa
14
Ibid. h. 112 15
Ibid. h. 113 16
Ibid. h. 114 17
5. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah pedoman wawancara.
Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
6. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dalam hal ini di Kecamatan Johan Pahlawan Kelurahan
Kuta Padang, Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Sebelum pemekaran, Aceh Barat
mempunyai luas wilayah 10.097.04 km2 atau 1.010.446 Ha dan merupakan bagian wilayah
pantai barat kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki
gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Kreung Seumayam
(perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan
luas wilayah menjadi 2.927,25 km2. Jumlah penduduk 185.577 jiwa. Mata pencaharian pokok
penduduk di Meulaboh adalah petani di sawah dan ladang, dengan tanaman pokok berupa
padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dan lain-lain tetapi pada umumnya yang bermukim di
sekitar pantai adalah nelayan, namun ada juga yang berdagang. Penduduk di Meulaboh
dominan adalah orang Aceh asli dan ada juga para pendatang seperti Tionghoa dan lain-lain
yang memang memilih menetap di Meulaboh-Aceh Barat.18
7. Analisa Data
Data yang digunakan kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
18
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa
penulisan skripsi dengan judul “Hak Waris Anak Masyarakat Tionghoa yang Pindah ke
Agama Islam” belum pernah ditulis sebelumnya. Judul terkait Hak Waris Tionghoa adalah :
Elmas Dwi Ainsyiyah Tanjung, dengan NIM 080200336 menuliskan skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Pembagian Warisan Pada Masyarakat Tionghoa (Studi di Kota Binjai)”.
Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah :
1. Siapa saja ahli waris pada masyarakat Tionghoa dikota Binjai ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembagian harta warisan pada masyarakat Tionghoa dikota
Binjai ?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa pewarisan pada masyarakat Tionghoa dikota
Binjai ?
Dengan demikian, berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari
penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli
dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan
hasil pemikiran sendiri, referensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta
media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan
asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi
ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan
secara sistematik. Penulisan sistematik ini dibagi beberapa bagian yang disebut dengan bab
dalam konteks yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Secara sistematis
materi pembahasan keseluruhannya ditempatkan ke dalam lima (5) bab yang terperinci
sebagai berikut :
Bab I berisi pendahuluan, yang menguraikan gambaran hal-hal yang bersifat umum, yang
dimulai dengan latar belakang kemudian dilanjutkan dengan permasalahan dan tujuan dan
manfaat penelitian, keaslian penulisan dan metode penulisan. Bab ini ini ditutup dengan
memberikan sistematika dari penulisan skripsi.
Bab II mengenai tinjauan umum tentang hukum waris. Pada bab ini sesuai dengan judul
yang dikemukakan, maka bab ini akan menguraikan pengertian hukum waris, serta
ketentuan-ketentuan hukum waris di Indonesia menurut hukum adat, menurut hukum Islam
dan menurut KUHPerdata.
Bab III menguraikan penjelasan tentang pembagian warisan menurut Kompilasi Hukum
Islam, membahas mengenai unsur-unsur kewarisan seperti pewaris, ahli waris, dan harta
warisan, dalam bab ini juga membahas penyelesaian sengketa warisan.
Bab IV menguraikan tentang hak waris anak masyarakat Tionghoa yang pindah ke
agama Islam, serta penyelesaian sengketa warisan pada anak masyarakat Tionghoa yang
pindah ke agama Islam.
Bab V berisi kesimpulan dari berbagai hal penting yang dibahas pada bab-bab
sebelumnya, serta menyampaikan saran sebagai wujud rekomendasi dari skripsi berdasarkan