BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu proses
yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatera Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan melakukan
analisis dan pengumpulan data serta untuk memenuhi tuntutan dunia kerja
dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak
hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu
mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya,
untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti PKLM.
Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah
wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Batasan
yang diambil tentu saja berhubungan dengan bidang perpajakan. Dalam hal ini,
saya memilih wadah atau tempat tersebut untuk melaksanakan PKLM di Dinas
Sektor pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara Indonesia.
Tiap tahun jumlah penerimaan pajak ke kas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) semakin meningkat mencapai angka 80%. Sehingga pemerintah
berupaya keras untuk mengoptimalkan penerimaan tersebut, tanggung jawab
perpajakan bukan hanya berada di pundak Pemerintah Pusat tetapi juga ada pada
Pemerintah Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) maka Pemerintah Daerah memiliki
tanggung jawab untuk mengurus dan mengelola penerimaan pajak daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau
Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah dibagi
atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota, sebagai berikut :
1. Pajak Provinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan
Salah satu dari jenis Pajak Kabupaten/Kota, yaitu Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2). Karena kewenangan atas
pengelolaan dan penghitungan pajak ini telah diserahkan ke Pemerintah Daerah
maka penulis berminat untuk melakukan analisis tentang Pajak Daerah ini. Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) adalah salah satu
jenis pajak yang objektif, yang lebih memperhatikan pada objek pajak Bumi dan
Bangunan dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan negara. Pada
awalnya, PBB P-2 merupakan salah satu jenis Pajak Pusat. Dasar hukum
pemungutannya yaitu UU No. 12 Tahun 1994. Karena potensi yang besar tiap
daerah untuk memaksimalkan pendapatan sektor pajak ini maka Pemerintah Pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengalihkan kewenangan pemungutan
dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bersama dengan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB) ke Pemerintah Daerah dalam hal ini
di urus oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA). Khusus untuk PBB yang
dialihkan ke Pemerintah Daerah saat ini hanya sektor perkotaan dan perdesaan,
sedangkan sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih dalam
kewenangan DJP.
Dalam hal pengenaan pajak terhadap Objek PBB P-2 salah satu caranya
adalah memberikan kepercayaan (kredibilitas) kepada Wajib Pajak untuk
dibidang pelaporan) ke DIPENDA Kota Medan atau tempat-tempat lain yang
telah ditunjuk.
Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak yang beragam serta tingkat
kesadaran dan kurangnya informasi serta kurangnya pemahaman tentang PBB P-2
ini dari Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan
kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dimilikinya serta melaksanakan
prosedur-prosedur yang terdapat dalam hal perpajakan ini. PBB P-2 merupakan
jenis pajak yang memperhatikan objeknya, maka penghitungan nilai Objek
Pajaknya dilakukan oleh pihak fiskus bukan Wajib Pajak sendiri yang
menghitungnya. Dalam penghitungan PBB P-2 tentu ada prosedur-prosedur
berlaku yang harus dilaksanakan oleh fiskus agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam menghitung jumlah PBB P-2 yang terutang dari Wajib Pajak. Salah satu
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai hal
penghitungan dan pengaruh penerimaan PBB P-2 di Kota Medan.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya melakukan survey dan penelitian
B. Tujuan dan Manfaat PKLM
1. Tujuan
1.1. Untuk mengetahui mengenai Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan kota Medan.
1.2. Untuk mengetahui Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan kota Medan.
1.3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di kota Medan.
1.4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
kendala-kendala dalam pelaksanaan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan di kota Medan.
2. Manfaat
2.1. Bagi Mahasiswa/i
a. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses pelaksanaan penerimaan negara di Kota Medan yang diperoleh dari Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan melalui Dinas
b. Meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan dan
memantapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i
serta memberikan kesempatan secara langsung kepada
mahasiswa/i penerapan ilmu dibidang Perpajakan khususnya
dibidang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan.
c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam
permasalahan perpajakan.
d. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggungjawab
dan kedisiplinan dalam bekerja.
e. Meningkatkan kerjasama Dinas Pendapatan Kota Medan
dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
2.2 Bagi Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Memperoleh ide-ide dan upaya untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak khususnya dari Pajak Bumi dan Bangunan
b. Membantu pihak Dinas Pendapatan Kota Medan dalam hal
sosialisasi perpajakan daerah kepada masyarakat Wajib Pajak
melalui mahasiswa peserta PKLM yang setelah menyelesaikan
studi akan mengaplikasikan ilmu perpajakan yang
dipelajarinya kepada masyarakat.
c. Adanya PKLM, mahasiswa dapat memberikan sumbangsihnya
terhadap instansi berupa masukan-masukan yang bersifat
membangun.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi-instansi Pemerintah, khususnya dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan
selama perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara Program Studi dan Instansi
d. Meningkatkan ide dan masukan untuk penyempurnaan
kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu
pendidikan yang baik.
e. Promosi Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
2.4 Bagi Masyarakat
a. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat agar menjadi masyarakat yang sadar dan taat pajak.
b. Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya pajak
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya dari
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan.
C. Uraian Teoritis
1. Definisi dan Fungsi Pajak
1.1. Definisi Pajak
Iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2011 : 1)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2. Sifatnya dapat dipaksakan;
3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar
pajak;
4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat
5. Pajak digunakan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluran pemerintah
(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
1.2. Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.
2. Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.
2. Jenis Pajak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh : Pajak Pengahsilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjek pajaknya. Contoh : PPh.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan WP. Contoh : PPN dan
PPnBM.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh,
PPN, PPnBM, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terbagi atas dua yaitu Pajak Provinsi (contoh: Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Rokok (Prok), dan lain-lain)
dan Pajak Kabupaten / Kota (contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB P2), dan
lain-lain).
Definisi Pajak Daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2)
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
5. Subjek dan Objek PBB P-2
Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan.
6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan
Tarif pajak untuk PBB P-2 paling tinggi sebesar 0,3%. Penetapan tarif ini
berbeda di setiap daeah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda).
7. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Adalah pengurang dari NJKP dalam menghitung PBB P-2. Pengenaan
NJOPTKP paling sedikit ialah Rp. 10.000.000. Penetapan NJOPTKP sesuai
dengan Perda daerah masing-masing.
8. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar. Apabila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, nilai perolehan baru, atau
NJOP Pengganti.
Karena terbatasnya kemampuan penulis, dan agar tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis membatasi ruang lingkup yang akan dibahas dalam
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
1. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Pengaruh Atas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan
dan Perdesaan bagi pembangunan di Kota Medan.
3. Perkembangan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan
dan Perdesaan di Kota Medan setelah pengalihan menjadi Pajak Daerah.
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di Kota Medan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
E. Metode PKLM
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai, maka metode yang dipakai penulis adalah sebagai berikut :
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pengajuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari dan
mengumpulkan bahan untuk melengkapi pembuatan proposal hingga
berkonsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah
yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, artikel
ilmiah, dan literatur lain yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas
Pendapatan Kota Medan mengenai proses penghitungan dan pengaruh penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan yang diperoleh
kemudian penulis memberikan informasi atas hasil observasi tersebut.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan melalui data primer yaitu data yang
pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan) dan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari referensi ilmiah dan dokumentasi di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan, penulis
akan menganalisa dan mengevaluasi data-data tersebut secara objektif, jelas, dan
sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pihak Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2. Data Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi Praktik
3. Daftar Dokumentasi (Optional)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan
dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik yang dianggap sah dalam
melengkapi laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab.
Adapun rincian dari tiap-tiap bab yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan
gambaran umum tentang penulisan Laporan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
meliputi latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup dan
metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
serta metode pengumpulan data, dan
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah
singkat Dinas Pendapatan Kota Medan,
Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan
Fungsi, serta gambaran data pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA TENTANG
PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH ATAS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang
Ketentuan Umum, pengertian Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan, Objek dan Subjek Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan, Objek Pajak yang tidak
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, tarif dan
dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP), Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), cara
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, hak-hak
wajib pajak, saat dan cara pembayaran
pajak terutang, hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pelaksanaan pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkotaan dan Perdesaan, upaya-upaya
yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan untuk meningkatkan
penerimaan PBB P-2, dan pengaruh atas
penerimaan PBB P2 di kota Medan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis akan
membandingkan penerapan teori yang ada
melalui riset di Dinas Pendapatan Kota
Medan, yaitu mengenai Proses
Penghitungan dan Pengaruh Atas
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan Kota
Medan Pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menguraikan
kesimpulan-kesimpulan dari uraian dalam
bab-bab sebelumnya, serta saran-saran dari
penulis yang merupakan pemikiran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua