• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumaterautara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokementasi Daerah Provinsi Sumaterautara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris yaitu : “conservation’’ dan “preservation’’. Menurut Echols dan Shandly ( 2000: 140,445 ) kedua kata ini memiliki pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan, pengawetan. Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan pengawetan.

Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI ( 1995: 1-2 ) usaha-usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi:

a. Konservasi ( Pengawetan ): merupakan kebijakan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis.

b. Preservasi ( Pelestarian ): mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konservasi dan preservasi masih rancu. Namun demikian, penulis menganggap bahwa kedua kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pelestarian, selanjutnya pelestarian itu mencakup

kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.

(2)

2.2 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan pelestarian menurut Martoatmodjo ( 1993: 5-6 ) adalah

mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal diusahakan agar awet, bisa di pakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat yang dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan.

Sedangkan tujuan pelestarian bahan pustaka ini dapat dikatan sebagai berikut: 1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen.

2. Menyelamatkan fisik dokumen. 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. Mempercepat perolehan informasi: dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh, sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Dari hal ini yang perlu diketahui tentang kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pelestarian bahan pustaka. Namun demikian, karena pelestarian bahan pustaka penulis menafsirkan secara luas yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan minimal melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sesederhana, mungkin agar bahan pustakanya selalu tersedia dalam keadaan baik dan menarik untuk dibaca, karena bahan pustaka yang rusak kurang menyenangkan bagi pemakainya dan dapat menimbulkan kurang gairah untuk membaca bahan pustaka tersebut.

(3)

kerja. Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

2.3 Fungsi Pelestarian

Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien, agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat diinginkan dalam jangka waktu yang relatif lama, perlu suatu penanganan yang lebih serius agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya dan mempertahankan kandungan informasi, yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka.

Tugas pemeliharaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk mencegah dan mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor alam, serangga, dan manusia.

Pemustaka manusia sebagai pemustaka juga turut sebagai faktor perusak bahan pustaka, maka perlu sebuah perhatian khusus bagi pengelola perpustakaan agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak bahan pustaka dan harus diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan bahan pustaka.

Kegiatan Pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain: 1. Fungsi perlindungan

Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan.

2. Fungsi pengawetan

Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.

3. Fungsi kesehatan

(4)

4. Fungsi pendidikan

Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.

5. Fungsi kesabaran

Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Misalnya dalam hal menambal buku yang berlubang, membersihkan kotoran hewan-hewan kecil/kutu, menghilangkan noda pada bahan pustaka, semua itu membutuhkan kesabaran.

6. Fungsi sosial

Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang lain, karena pemeliharaan tidak dapat dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan juga harus mengikut sertakan pengguna perpustakaan untuk menjaga dan merawat bahan pustaka.

7. Fungsi ekonomi

Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka, yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.

8. Fungsi keindahan

Dengan pemeliharaan yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya.

2.4 Unsur-unsur Dalam Pelestarian (Preservation) Pada Bahan Pustaka

(5)

melestarikan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.

Unsur-unsur dalam pelestarian bahan pustaka meliputi:

1. Pengelolaan meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan kelestarian bahan pustaka tersebut.

2. Keuangan, meliputi seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka, sehingga dengan jelas dalam mengalokasikan biaya untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan untuk keperluan pelestarian harus direncanakan dengan matang. Sehingga dana yang terserap dapat dipertanggungjawabkan.

3. Cara penyimpanan, meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan bahan-bahan pustaka dalam pengaturan di tempat penyimpanan. Dimana bahan-bahan pustaka harus disimpan dan dipertimbangkan, oleh siapa saja yang

menyimpan alat-alat bantu apa yang diperluakn untuk penyimpanan dan kegiatan pelestarian pada umumnya. Alat-alat misalnya alat-alat untuk penjilidan, alat angkut berupa kereta dorong dan lain-lain.

4. Taraf tenaga kerja, yang diperlukan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka menyangkut kuantitas dan kulitas, maksudnya berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan dengan kualifikasi bidang apa serta kemampuannya. Karena kegiatan bahan pustaka preservasi bahan pustaka ini bersifat preventif disamping juga kuratif, diperlukan kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, baik dari pustakawan, tenaga administrasi, dan pengguna perpustakaan. 5. Kebijaksanaan, akan berkaitan dengan perencanaan keuangan. Kebijaksanaan

pada tahap awal dilakukan dalam seleksi bahan pustaka, yaitu memutuskan apakah akan menambahkan koleksi atau tidak.

(6)

melestarikan kandungan informasinya ke dalam bentuk fisik yang lain, misalnya dalam bentuk mikro (microfiche/microfilm) atau CD-ROM.

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Menurut Razak(1996: 9),‘‘bahan pustaka mudah mengalami kerusakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Sebagian besar bahan pustaka koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang dapat merusak bahan pustaka antara lain jamur, serangga, binatang pengerat, zat kimia bahkan manusia dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yang marusak bahan pustaka adalah zat asam yang terkandung dalam kertas, dengan adanya zat asam ini kertas dapat rusak dari dalam, yaitu akibat sisa-sisa zat kimia pada saat pembuatan kertas.

Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian. Koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian.

(7)

2.5.1 Faktor internal (dari dalam)

Kerusakan yang terjadi pada bahan buku sendiri, yakni pada kertas, tinta cetak, perekat, dan pengawet perekat yang tidak baik kualitasnya, dan pada benang penjilidan yang tidak serasi dengan sampul.

Kerusakan pada bahan perpustakaan non-buku seperti kaset, disket, piringan hitam, CD ROM, dan pustaka renik juga disebabkan oleh kualitas bahannya yang tidak baik atau tidak cocok. Pemrosesan bahan perpustakaan non-buku yang kurang baik menyebabkan mudah tercemari oleh jasad renik sehinggan bahan perpustakaan mudah rusak.

2.5.2 Faktor eksternal (faktor dari luar)

Kerusakan bahan perpustakaan dapat pula disebabkan oleh faktor mekanis atau kimiawi dari lingkungan, dan hayati.

1. Faktor Mekanis: Kecerobohan pengguna yang menimbulkan kehausan pada bahan perpustakaan.

a. Cahaya matahari.

b. Medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik atau logam magnet. 2. Faktor Hayati

a. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar. Larangan membawa makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan minyak, jika menempel pada buku akan mengundang serangga atau tikus. Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut.

b. Vandalisme

(8)

Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

c. Perabot dan peralatan

Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak. Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan buku dari ruang ke ruang lain atau dari lantai bawah ke lantai atas pada gedung perpustakaan.

d. Bencana Alam

Bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan kerusuhan merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sakit di hilangkan karena jamur berakar di sela-sela

serat kertas. 3.Faktor Kimiawi

a. Suhu dan kelembapan udara.

(9)

b. Serangga dan binatang pengerat

Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.

c. Kuat lemahnya cahaya

Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Ultra violet inilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku. Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan cepat berubah dan semakin suram.

d. Reaksi Kimia

Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, lambat laun akan terurai. Hal ini dikarenakan proses oksidasi dan Hidrolisa bahan sellulose, yang merupakan salah satu bahan campuran kertas. Proses hidrolisa dipercepat oleh adanya asam kuat seperti: HCL, H2OSO4, HNO3 serta unsur-unsur logam berat seperti Fe, Cu yang

merupakan residu yang terkandung dalam kertas sebagai katalisator. e. Pencemaran Udara

Yang ditimbulkan dari gas-gas SO2, H2S, NO2, pada konsenterasi tinggi akan menghasilkan asam-asam yang merusak bahan kertas, film, dan alat-alat dari logam.

2.6 Perawatan Bahan Pustaka

Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1992, “kegiatan perawatan bahan pustaka terbagi atas tiga bagian yaitu pencegahan kerusakan, perawatan, dan perbaikan”.

2.6.1 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) sulit untuk dicegah, tetapi beberapa upaya berikut dapat dilakukan:

1. Faktor Mekanis

(10)

kotoran, karena sapu dan bulu ayam dapat memindahkan debu dari rak buku ke tempat lain.

b. Menghindarkan bahan perpustakaan dari sinar matahari lansung. 2. Faktor Hayati

Cara mengatasi tindakan pencegahan terhadap bahan pustaka yang terjadi akibat faktor manusia, faktor biota, dan faktor bencana alam. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah bahan pustaka yang dirusak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara antara lain: a. Mencegah kerusakan dari faktor manusia (ulah manusia)

1) Mengatur tata ruang layanan bahan pustaka perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pemustaka melakukan tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dengan leluasa.

2) Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengunjung perpustakaan.

3) Menyediakan fasilitas mesin fotokopi yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.

4) Menambah jumlah eksemplar bahan pustaka yang banyak dibutuhkan oleh pemustaka.

5) Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya pemustakaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pemustaka di dalam perpustakaan.

6) Menanamkan kesadaran “book preservation” baik pada orang yang menggunakan buku maupun terhadap staf perpustakaan.

7) Melatih diri sendiri untuk mencintai buku mengingat buku peranannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai informasi, pelansung kehidupan Perguruan Tinggi yang perlu dijaga dan diamankan bersama. Juga bagi pemakai buku, hendaknya diperhatikan bagaimana cara memakai buku yang baik, seperti: a) Cara membuka buku

(11)

c) Buku harus dihindarkan dari tangan yang berminyak (bekas memegang makanan), jangan dikenakan air, bahkan pencegahan terhadap kebakaran sangat penting diperhatikan.

3. Faktor Biota

Biota yang merusak bahan pustaka adalah serangga, binatang pengerat seperti tikus dan jamur. Untuk mencegah kerusakan tersebut diperlukan berbagai tindakan yang harus dilakukan, antara lain:

a. Usahakan ruangan agar tetap bersih supaya terhindar dari binatang yang ingin merusak bahan pustaka seperti binatang pengerat seperti tikus, serangga dan jamur. b. Gunakan sarung tangan dan masker jika ingin menangani bahan pustaka yang berjamur.

c. Periksa bahan pustaka yang mengandung serangga, letakkan dekat jendela atau kipas angin, semprotkan pada obyek.

4. Faktor Bencana Alam

Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak daapt di sangka-sangka

sebelumya. Bencana alam bisa tiba-tiba terjadi yang tidak diketahui kapan bencana alam tersebut akan datang dan akhirnya mengakibatkan hancurnya bahan pustaka. Dalam menghadapi musibah yang akan terjadi, maka sangat diperlukan kesiagaan dari seluruh jajaran perputakaan untuk menghadapinya. Untuk bencana kebakaran perlu disediaakan alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau kapan saja. Untuk bencana banjir, dan bencana akibat gejala alam seperti gempa dan angin topan, memang sangat sulit untuk dihadapi.

5. Faktor Kimiawi

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka akibat cahaya, perlu dilakukan berbagai hal sebagai berikut:

1) Gunakan UV filter untuk melindungi ruangan dari UV. 2) Hindari bahan pustaka dari sinar matahari secara lansung.

b. Lampu neon mengandung UV yang sangat tinggi, gunakan UV absoebentnjackets pada lampu neon.

(12)

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari suhu udara dan kelembapan udara. Ada beberapa cara untuk melindungi bahan pustaka dari kelembapan udara yang tidak ideal, antara lain:

1) Usahakan meletakkan bahan pustaka, baik yang disimpan maupun yang dipermerkan, pada temperatur yang tetap, untuk itu dapat menggunakan tirai atau blinds untuk menghindari panas.

2) Hindari meletakkan bahan pustaka di dekat tembok yang mengalami fluktuasi temperature.

3) Ruangan ber AC dapat mengeringkan bahan pustaka dan apabila temperatur berubah maka akan dapat menambah kelembapan.

e. Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, jamur dan logam dari udara. Ada banyak masalah kimiawi yang dapat merusak bahan pustaka. Pada dasarnya kerusakan tersebut disebabkan oleh hasil reaksi kimiawi yang terjadi dalam bahan pustaka. Kertas dihasilkan oleh proses kimia, semakin buruk kualitas kertas, maka semakin rentan terhadap populasi Karat yang terdapat dalam bahan pustaka dapat

ditimbulkan dari proses pembuaatn kertas, rak yang berkarat dan tinta yang digunakan. Foxing muncul pada ke lembapan udara yang tinggi, apabila jamur merupakan penyebabnya maka perlu diambil tindakan fumigasi, sedangkan apabila karat penyebabnya, bagian yang terkena karat yang berasal dari rak buku perlu dibersihkan.

2.6.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka

Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.

Dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. Usaha-usaha berikut meliputi:

(13)

Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat menimbulakan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada bahan pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau kotoran dan keadaan bahan. Menurut perpustakaan Nasional RI, (1992: 28) hal-hal yang menyebabkan terjadinya noda adalah:

a. Debu ( Parikel Padat )

Debu merupakan partikel padat yang berasal dari berbagai macam zat. Partikel logam misalnya, bila teroksidasi akan menimbulkan bercak-bercak kuning pada permukaan bahan. Debu ini dapat dibersihkan dengan kuas atau sikat, penghapus karet, busa atau vacuum cleaner. Noda terjadi hendaknya dibersihkan dengan air, karena air akan menyebabkan noda meresap masuk ke dalam serat kertas dan akan tinggal selamanya. b. Zat cair

1) Minyak

Minyak akan meresap dan menjalar sesuai dengan sifat zat cair. Noda yang dihasilkan

ditandai dengan perubahan warna kertas menjadi lebih tua dari warna aslinya. 2) Air

Air yang meresap dan mengalir pada kertas sekaligus akan membawa kotoran ke batas alir air, sehingga noda lebih nampak di daerah tepi alir air. Sedangkan di daerah alirannya sendiri lebih bersih.

3) Tinta Yang Luntur

Noda yang disebabkan oleh tinta yang luntur hanay terjadi pada satu permukaan saja. 4) Asam

Terjadinya asam pada bahan disebabkan karena beberapa hal, misalnya karena lingkungan, partikel debu, pengaruh usia atau dari proses pembuatan kertas itu sendiri. Asam dapat menimbulkan noda diatas permukaan bahn yaitu berubahnya warna bahan menjadi kecoklatan.

2. Fumigasi

(14)

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megasapi bahan pustaka dengan menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang menyerang bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pada pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan dan suhu kamar tertentu.

Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.

Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

3. Menghilangkan keasaman pada kertas

Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya.

(15)

keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.

4. Laminasi

Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat. Menurut Perpustakaan Nasional RI (1995: 93) “Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua lembar bahan penguat”. Laminasi dapat dilakukan dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di desain dalam bentuk siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi, misalnya bahan yang sudah tua, sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum pekerjaan laminasi dilaksanakan, hendaknya bahan sudah mengalami perawatan.

Perpustakaan Nasional RI, (1992: 35 ) misalnya: a. Telah difumigasi

b. Telah dihilangkan nodanya

c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya

Manuskripsi, dokumen, naskah, yang kuno terutama kertas-kertasnya yang sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara menyemprotkan bahan kimia atau laminasi.

(16)

laminasi sederhana yang dilakukan secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, kemudian diatasnya digelar selembar acetat foil dengan dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang rusak. Kemudian dipasang lagi kertas tissue dengan ukuran lebih besar daripada halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman.

Dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas maupun dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting.

5. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan sebagai bahan

pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih, kering, dan dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pad kertas.

6. Konservasi Koleksi Audio Visual

Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat disimpulkan berapa tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam merawat koleksi audio visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat bertahan selama mungkin.

2.6.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi

1. Menambal

(17)

juga dapat dilakuakan dengan bubur kertas (pulp) atau menggunakan kertas tissue yang berperekat.

Adapun cara untuk menambal bahan pustaka adalah sebagai berikut:

a. Pilih kertas yang sesuai dengan kondisi bahan pustaka dan juga kertas yang sesuai untuk menambal.

b. Bagian tepi lubang atau potongan kertas yang hilang dikikis atau dipertipis dengan menggunakan cutter.

c. Oleskan perekat dengan hati-hati pada bagian tepi lubang atau bagian yang terkikis. d. Letakkan kertas penambal di atas lubang atau bagian kertas yang hilang dengan rah serat disesuaikan.

e. Kertas penambal yang terletak diluar bagian berlubang dikikis dengan menggunakan cutter.

f. Kertas yang halus disatukan diatas bagian yang telah di tambal dan sedikit di tekan, agar merekat dengan baik. Setelah kering ratakan dengan menggunakan tulang pelipat.

2. Menyambung

Menyambung dilakukan untuk merekat bagian yang sobek atau lemah karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah besar atau lebar. Menurut Perpustakaan Nasional RI, (1995: 91) ada berbagai cara dalam menyambung bahan pustaka yang telah sobek, anatara lain:

1. Pilih kertas yang akan digunakan untuk memperkuat sambungan 2. Letakkan penggaris logam diatas kertas dengan arah panjang serat

3. Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trecpen yang telah dicelupkan dalam air

4. Kertas dilipat keatas dengan mengunakan tulang pelipat 5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah 6. Rapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati

(18)

8. Letakkan kertas diantara dua lembar kertas penyerap dan letakkan dibawah pemberat. Setelah kering, potong bagian yang berlebih

3. Penjilidan

Penjilidan adalah suatu cara untuk menghimpun atau menggabungkan beberapa lembaran kertas menjadi satu, serta dilapisi oleh cover. Perpustakaan Nasional RI, (1995: 2). Menurut Perpustakaan RI, (1995: 3) penjilidan dibagi menjadi dua bagian, antara lain:

a. Dengan sampul linak (soft cover) yaitu menjilid dengan cover tipis atau kertas yang mempunyai berat antara 165 gram sampai 320 gram.

b. Dengan sampul keras (hard cover) yaitu menjilid dengan cover tebal atau karton yang mempunyai berat diatas 320 gram.

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal

halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.

Penjilidan dilakukan terhadap bahan pustaka yang sampulnya rusak, benang jahitnya lepas ataupun nomor halamanya yang tidak berurut lagi sehingga perlu dibongkar dan dijilid kembali. Tetapi sebelum melakukan penjilidan, perlu dipikirkan terlebih dahulu bahan-bahan, biaya, dan tenaga penjilidan sama dengan biaya pembelian dengan judul yang sama maka lebih baik membeli bahan pustaka yang baru. Sebagai pustakawan ada perlunya terlebih dahulu mengenal bahan jilidan, perlengkapan penjilidan dan mutu kualitas jilid, antara lain:

(19)

Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas:

a) Segi b) foredge

c) kertas hujungan d) papan jilidan e) ikatan timbul f) groove

g) ulang pita kapital dan sebagainya 2) Perlengkapan penjilidan.

Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid meliputi: a) pisau

b) palu c) pelubang d) Gunting

e) tulang pelipat f) penggaris besi g) kuas

h) gergaji i) jarum j) benang k) pengepres l) pemidang jahit

m) mesin potong dan sebagainya 3) Mutu kualitas jilid.

Selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi:

a) kain linen b) perekat

(20)

Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.

Adapun Persiapan penjilidan yang dilakukan meliputi dua hal yaitu: a) Penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka,

Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan

nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.

b) Penggabungan.

Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili dan.

Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih: i. Jilid kaye

ii. Signature binding

iii. Jilid lem punggung iv. Jilid spiral

v. Jilid lakban

2.7 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan dilakukan agar bahan-bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disisngi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak.

Adapun tujuan kegiatan penyiangan, antara lain:

1. Membina dan memeperbaiki nilai pelayanan informasi pelayanan oleh perpustakaan

(21)

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan Program Perguruan Tinggi 6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi 8. Meningkatkan nilai informasi

Menurut Departemen Pendididkan Nasional RI (2005: 65), “Kriteria penyiangan kebijakan penyiangan sering bersifat relative”. Sehingga perpustakaan perlu memilki kebijakan tertulis tentang penyiangan koleksi yang merujuk pada peraturan perundang-undangan.

Dalam menentukan kebijakan penyiangan, perpustakaan perlu meminta bantuan pada ahli para pejabat yang berwenang. Bersama dengan pustakawan, mereka menentukan bahan pustaka mana yang perlu dikeluarkan dari kolesi.

Penyiangan koleksi dapat dilakukan sebagi berikut:

1. Menyingkirkan bahan perpustakaan dari tempatynya ke ruangan penyimpanan khusus

2. Menghapus atau memusnakan pustaka

3. Menukar bahan perpustakaan dengan bahan perpustakaan lain 4. Menghadiahkan bahan perpustakaan kepada perpustakaan lain

Bahan perpustakaan yang perlu disiang untuk itu sangat diperlukan pedoman penyiangan, antara lain:

a. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak relevan dengan program perguruan tinggi

b. Bahan perpustakaan yang isinya sudah usang

(22)

2.8 Stock Opname

Stock opname merupakan kegiatan perhitungan kembali koleksi bahan pustaka yang memiliki perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 235 ), stock opname adalah “Pemeriksaan fisik terhadap buku yang tercatat milik perpusakaan”. Sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu pelayanan apa yang dibutukan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan stock opname agar tidak mengganggu pelayanan yang disediakan oleh perpustakaan kepada penggunaanya.

Adapun kegiatan stock opname bertujuan untuk:

1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.

2. Mengetahui jumlah buku (judul atau eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifiaksi dengan tepat.

3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan kondisi koleksi bahan pustaka.

4. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak memiliki katalog 5. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang hilang

6. Mengetahui kondisi bahan pustaka apakah sudah rusak atau tidak lengkap Keuntungan diadakannya stock opname adalah :

a. Dapat disusun daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta mendaftar susunan bahan pustaka secara mutahir.

b. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati pengguna. Hal ini digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.

c. Mengetahui laju kehilangan bahan pustaka di perpustakaan.

d. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi di dalam rak. e. Membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian diadakannya stock opname adalah :

(23)

b. Selama kegiatan stock opname,perpustakaan tidak memberikan pelayanan kepada pengguna. Hal in I kurang diinginkan pengguna. Untuk mengatasinya seringkali stock opname dilakukan pada saat-saat pengguna sedikit (misalnya:waktu libur)

Referensi

Dokumen terkait

as the mechanisms of resolving conflicts in the form of conflict resolution models in the society which relies on the local 296. wisdom. This study found that the local

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, karena hanya atas izin-Nya tugas akhir yang berjudul Perencanaan Struktur

Temen-temen kelas B, kedubes 2012, serta UKM Taekwondo Unissula yang tidak bisa peneliti sebut satu persatu, yang selalu kompak, saling membantu, mengingatkan serta

[r]

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Dari Tabel Data Record di atas, dapat ditunjukkan file multi-list di bawah ini untuk kunci sekunder Kode-group. Setiap data record mempunyai tempat penunjuk untuk

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Teknik spyware yang bertujuan untuk memonitor dan merekam semua paket data yang melewati jaringan dikenal dengan.. Teknik spyware yang bertujuan untuk mengubah paket data