Pembuatan gigitiruan bertujuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan umum dan
kualitas hidup individu. Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar
pada jaringan pendukung rongga mulut, tempat perlekatan anasir gigitiruan yang
menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung dan memberikan retensi dan stabilisasi
pada gigitiruan. Basis gigitiruan dapat terbuat dari bahan logam dan resin. Berdasarkan
proses polimerisasi, resin akrilik dibagi menjadi beberapa macam yaitu resin akrilik
polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.1,2
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang sering digunakan sebagai
bahan basis gigitiruan. Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari dua yaitu
bubuk dan cairan. Pemanipulasian bahan ini dilakukan dengan cara mencampur bubuk dan
cairan sesuai petunjuk pabrik dan diisikan ke dalam mold, kemudian dilakukan dan
proses kuring.3 Keuntungan resin akrilik adalah kuat, estetis, ekonomis, dan proses
manipulasi mudah karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kerugian resin akrilik
polimerisasi panas adalah menyerap cairan, penghantar suhu yang buruk, rentan terhadap
abrasi dan kekasaran permukaan yang dapat menjadi tempat ideal untuk pengendapan sisa
makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak.4,5
Sifat resin akrilik harus memenuhi syarat bahan di bidang kedokteran gigi terutama
yang digunakan pada rongga mulut yaitu bersifat biokompatibel, tidak bersifat karsinogenik
dan tidak menimbulkan alergi.4,5 Sifat%sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat
mekanis, sifat kemis dan biologis. Pada sifat kemis dan biologis resin akrilik yang
berhubungan dengan interaksi terhadap mikroorganisme pada rongga mulut memperlihatkan
bahwa pada beberapa mikroorganisme seperti mempunyai kemampuan
untuk berkoloni pada permukaan resin akrilik.3,4
merupakan flora normal yang hidup dalam rongga mulut sekitar
45%65 % pada individu yang sehat. Pasien pemakai gigitiruan yang mengkonsumsi obat%
obatan seperti antibiotik, obat immunosupresan, dan pada pasien yang menjalani kemoterapi
pasien menjadi virulent dan kemudian mengakibatkan terjadinya .
sering ditemukan pada 60%65% pemakai gigitiruan.5 Sudarmawan (2009)
menyatakan bahwa 32,3% dari 30 pemakai gigitiruan juga terdeteksi adanya
.2,4
Pemakaian gigitiruan dengan retensi dan stabilisasi yang baik, merupakan salah satu
syarat yang diutamakan.6,7 Prinsip utama seperti mendapatkan hasil cetakan yang sesuai
dengan anatomi rongga mulut, menjadi dasar untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi
yang baik. Pada akhir abad 18, bahan perekat gigitiruan telah diperkenalkan kepada
masyarakat.8 Bahan perekat gigitiruan menjadi alternatif bagi pemakai gigitiruan untuk
meningkatkan stabilisasi dan retensi tanpa saran dari dokter gigi.9 Di Amerika, para dokter
gigi sependapat bahwa bahan perekat gigitiruan merupakan bahan yang dapat meningkatkan
retensi dan stabilisasi bahkan pada gigitiruan yang telah memenuhi syarat.6%10 Hasil dari
beberapa survei mengenai penggunaan bahan perekat gigitiruan menyatakan bahwa ada
lebih dari 5 miliyar pemakai gigitiruan menggunakan bahan perekat gigitiruan untuk
menjaga stabilisasi gigitiruan.6,8
Bahan perekat gigitiruan selain meningkatkan retensi dan stabilisasi mempunyai
tujuan untuk meningkatkan fungsi penguyahan, fungsi pengucapan serta meningkatkan rasa
percaya diri pasien. Beberapa pasien yang diindikasikan menggunakan bahan perekat
gigitiruan yaitu pada pasien yang menjalani kemoterapi, terapi obat%obatan dan kelainan
neurologi yang mengakibatkan kelainan kelenjar saliva yang memicu timbulnya xerostomia
maka bahan perekat gigitiruan digunakan sebagai pengganti fungsi saliva dengan tujuan
untuk menambah stabilisasi gigitiruan. Bahan perekat gigitiruan dikontraindikasikan pada
gigitiruan yang tidak memenuhi syarat gigitiruan yang benar dan pasien yang alergi
terhadap bahan perekat gigitiruan tersebut.11%14
Bahan perekat gigitiruan mempunyai komponen seperti
, metil salisilat, p%hidroksibenzodic metil ester, dan sodium tetraborat
yang bekerja sebagai antimikroba.7 Komponen antimikroba didalam bahan
Ekstrand dkk (1994) dengan bahan perekat yang mempunyai komponen antimikroba
memperlihatkan pertumbuhan pada bahan perekat tersebut.16 Kim dkk
(2003) menyatakan bahwa bahan perekat gigitiruan tanpa komponen antimikroba tidak
meningkatkan maupun menurunkan jumlah yang signifikan pada
penelitan yang dilakukan dalam jangka waktu dua minggu.17 Pada penelitian yang dilakukan
oleh Maia dkk (2010) terhadap beberapa bahan perekat, memperlihatkan bahwa bahan
perekat yang tidak mempunyai komponen antimikroba cenderung mengalami peningkatan
jumlah , sedangkan pada bahan perekat yang mempunyai komponen
antimikroba berupa menunjukkan penurunan jumlah .8%9
Ozkan dkk (2010) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan pertumbuhan
mikroorganisme yang signifikan antara pasien pemakai bahan perekat gigitiruan dengan
komponen antimikroba dan yang tidak menggunakan bahan perekat gigitiruan.7
Pembuatan gigitiruan bertujuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan umum dan
kualitas hidup individu. Pada pemakaian gigitiruan, retensi dan stabilisasi yang baik
merupakan salah satu syarat yang diutamakan. Bahan perekat gigitiruan memenuhi kriteria
sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan retensi dan stabilisasi dari
gigitiruan. Pada beberapa hasil penelitian terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh
bahan perekat gigitiruan terhadap mikroorganisme seperti , terutama
mengenai pengaruh penggunaan bahan perekat gigitiruan dengan komponen antimikroba
dan tanpa komponen antimikroba terhadap jumlah .
merupakan flora normal dalam rongga mulut manusia dimana pada pasien
pemakai gigitiruan yang mengkonsumsi obat%obatan, menjalani kemoterapi dan yang tidak
menjaga kebersihan rongga mulut dapat meningkatkan jumlah sehingga
menjadi virulent dan menyebabkan . Dari uraian diatas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai apakah ada pengaruh penggunaan bahan perekat terhadap
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapa Jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas yang menggunakan bahan perekat dengan komponen antimikroba dan tanpa
komponen antimikroba.
2. Apakah ada pengaruh penggunaan bahan perekat dengan komponen antimikroba
terhadap jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
3. Apakah ada pengaruh penggunaan bahan perekat tanpa komponen antimikroba
terhadap jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
4. Apakah ada perbedaan pengaruh penggunaan bahan perekat dengan komponen
antimikroba dan tanpa komponen antimikroba terhadap jumlah pada basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas yang menggunakan bahan perekat dengan komponen antimikroba dan
tanpa komponen antimikroba.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan perekat dengan komponen
antimikroba terhadap jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan perekat tanpa komponen
antimikroba terhadap jumlah pada basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas.
4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan bahan perekat dengan
komponen antimikroba dan tanpa komponen antimikroba terhadap jumlah
! "
! " #
1. Sebagai bahan masukan tentang pengaruh bahan perekat gigitiruan terhadap
jumlah
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada
bidang prostodonsia
3. Sebagai dasar penelitian untuk melakukan penelitian selanjutnya.
! "
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai suatu