BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati dan lingkungannya potensial. Salah satu sumber daya alam laut yang dapat dimanfaatkan adalah rumput laut. Beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, alginat dan karagenan merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Kebutuhan rumput laut diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk konsumsi langsung maupun industri makanan, farmasi dan kosmetik. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, rumput laut telah ditingkatkan pemanfaatannya sehingga memberikan nilai yang lebih tinggi. Salah satu pemanfaatannya adalah karagenan (Aslan, 1998).
Indonesia merupakan salah satu negara produsen rumput laut berkaragenan terbesar dunia, sekitar 90% pasar dunia telah dikuasai Indonesia (Anonima, 2011). Data dari Institut Medical Research Internasional, kebutuhan karagenan dunia saat ini sekitar 50 ribu ton dan meningkat rata-rata 3 persen per tahun. Jika pertumbuhan kebutuhan karagenan tersebut bisa meningkat pesat sampai 25 persen per tahun, kebutuhan karagenan dunia pada 2014 baru menyentuh angka 100 ribu ton (Anonim, 2010).
karagenan dan agar. Salah satu jenis alga merah yang berpotensi sebagai penghasil karagenan adalah Kappaphycus alvarezii (Doty) yang diperdagangan dikenal sebagai Eucheuma cottonii (Atmadja, dkk., 1996).
Alga dimanfaatkan secara luas baik dalam bentuk “raw material”, naupun dalam bentuk hasil olahan. Dalam bentuk “raw material”, di Indonesia digunakan sebagai lalapan, sayuran, manisan, asinan dan juga sebagai makanan ternak (Aslan, 1998)
Produk karagenan yang digunakan kurang lebih 80% untuk industri dan pangan, beberapa produk yang menggunakan karagenan adalah jelli, saus, sirup, dodol, nugget, dan produk susu sedangkan sisanya 20% dimanfaatkan dalam industri non pangan, farmasi dan kosmetik (Romenda, dkk., 2013).
Pemanfaatan alga sebagai karagenan telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Munthe (2012), mengisolasi simplisia Kappaphycus alvarezii dari perairan Batubara dengan menggunakan isopropanol sebagai pemisah karagenan dalam ekstrak dengan rendemen sebesar 37,58% dan Lubis (2013), telah mengisolasi simplisia Kappaphycus alvarezii dari perairan desa Kutuh Banjar Kaja Jati, Provinsi Bali dengan perlakuan yang sama dengan rendemen sebesar 45,96%. Pada penelitian Mappiratu (2009), mengisolasi Eucheuma
cottonii dari petani daerah Banggai Kepulauan dengan menggunakan KCl 0,1
Sumenep Madura dengan etanol 96% sebagai pemisah karagenan dalam ekstrak.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengisolasi karagenan dari alga merah Kappaphycus alvarezii (Doty) dengan perairan pantai yang berbeda yaitu Pulau Terung Provinsi Kepulauan Riau dengan kombinasi penggunaan pemisah karagenan dalam ekstrak yaitu KCl 0,1 M, 0,3 M, 0,5 M, etanol, metanol dan isopropanol. Diharapkan dapat memperoleh hasil rendemen karagenan yang maksimal dari penggunaan pemisah karagenan dalam ekstrak.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. apakah karakteristik simplisia dari alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) yang berasal dari Pulau Terung, Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan penelitian sebelumnya?
b. apakah dengan menggunakan pemisah karagenan dalam ekstrak seperti KCl 0,1 M, 0,3 M, 0,5 M, etanol, metanol dan isopropanol masing-masing pada simplisia alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) dapat menunjukkan hasil rendemen karagenan yang maksimal?
c. apakah karagenan yang dihasilkan dari alga merah jenis Kappaphycus
alvarezii (Doty) dari Pulau Terung memenuhi persyaratan United States
1.3Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
a. karakteristik simplisia dari alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) dari Pulau Terung sesuai dengan penelitian sebelumnya.
b. dengan menggunakan pemisah karagenan dalam ekstrak seperti KCl 0,1 M, 0,3 M, 0,5 M , etanol, metanol dan isopropanol masing-masing pada simplisia alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) dapat menunjukkan hasil rendemen karagenan yang maksimal.
c. karagenan yang dihasilkan dari alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) dari Pulau Terung memenuhi persyaratan United States
Pharmacopeia XXX, (2007).
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui karakteristik alga merah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty) dari perairan Pulau Terung.
b. untuk mengetahui penggunaan pemisah karagenan dalam ekstrak yang dapat menunjukkan hasil rendemen yang maksimal pada alga merah jenis
Kappaphycus alvarezii (Doty) dari Pulau Terung.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menghasilkan karagenan yang memenuhi standar yang dapat digunakan dalam bidang farmasi sebagai pensuspensi, stabilizer, pembentuk gel dan emulsifier.
1.6Kerangka Pikir Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat Parameter
Alga merah Kappaphycus alvarezii 1. Pemeriksaan makroskopik 2. Pemeriksaan mikroskopik 3. Penetapan kadar air 4. Penetapan kadar sari
larut dalam air 5. Penetapan kadar sari
larut dalam etanol 6. Penetapan kadar abu
total
7. Penetapan kadar abu larut dalam asam Karakteristik
simplisia
1. Kelarutan 2. Viskositas
3. Penetapan susut
pengeringan
4. Penetapan kadar abu total
5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
6. Spektrum IR 7. Viskositas Karakteristik karagenan Karagenan Pemisah karagenan dalam ekstrak: 1. Metanol 2. Etanol 3. Isopropanol 4. KCl 0,1 M 5. KCl 0,3 M 6. KCl 0,5 M
Jumlah karagenan