• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I SEJARAH MARITIM YUNANI KUNO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I SEJARAH MARITIM YUNANI KUNO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

SEJARAH MARITIM YUNANI KUNO

1. Letak Geografis Peradaban Yunani Kuno

Wilayah Yunani merupakan wilayah maritim yang artinya wilayah tersebut dikelilingi oleh laut, kecuali sebelah utara yang berbatasan dengan Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Ionia, bagian selatan dengan Laut Tengah dan bagian timur dengan Laut Aegea.

Selain dikelilingi laut, di wilayah Yunani terdapat pegunungan kapur dengan lembah-lembah yang terjal. Kondisi ini membentuk kelompok-kelompok masyarakat yang terpisah-pisah dan mandiri. Keadaan geografis ini menciptakan bangsa Yunani kuno hidup sebagai pedagang, walaupun tanahnya yang kurang subur sebagian diantaranya hidup sebagai petani gandum.

1. Penduduk Peradaban Yunani Kuno

Bangsa asli yang mendiami wilayah Yunani adalah bangsa Akaia, beberapa lama kemudian berdatangan secara bergelombang bangsa-bangsa dari wilayah lain, seperti Achean, Aeolia, Ionia, dan Doria. Sebelum kedatangan bangsa asing, Akaia telah memiliki peradaban yang maju, diantaranya dikenal dengan peradaban Minos dan Mikena.

2. Peradaban Awal Yunani Kuno a. Peradaban Pulau Kreta

Kebudayaan yang ditemukan di pulau Kreta adalah kebudayaan Minos (Minoa). Bangsa pulau ini sudah mengenal tulisan, ini dibuktikan dengan penemuan tiga manuskrip. Kebudayan Minos melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang sangat berpengaruh terhadap yunani, kebudayaannya juga berkembang hingga ke eropa dan menjadi cikal bakal peradaban selanjutnya.

b. Peradaban Pulau Mycenae

Awalnya Mycenae merupakan bagian dari kerajaanyang berada di Pulau Kreta, namun Mycenae mulai memainkan peranan dalam perdagangan dan kemudian bangkit menjadi besar.

3. Sparta

Secara geografis, Yunani memilikijajaran pegunungan yang membentang ke segala penjuru. Dalam kondisi seperti ini, orang-orang Yunani hidup secara berkelompok.

4. Athena

a. Pemerintahan

(2)

Untuk menjamin berjalannya pemerintahan dengan benar, Athena memperkenalkan sistem pemerintahan demokrasi dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan para dewan eksekutif (archon) sebanyak 9 orang yang dianggap mewakili rakyat. Dalam jalannya pemerintahan, archon mendapat pengawasan ketat dari dewan pengawas (aeropagos) yang merangkap sebagai ketua pengadilan.

b. Perang Persia dan Yunani

Persia berhasil masuk dan menguasai bagian Yunani tahun 556 SM, pada kala itu Persia dipimpin oleh Raja Cyrus. Keberadaan orang Persia, tidak disenangi oleh

orang-orang di wilayah Yunani. Pada tahun 499

SM Aristogoras dan Milletus mencoba melakukan pemberontakan dan dibantu oleh orang-orang Athena dan Eretria dengan mengirim 25 buah kapal perang. Tetapi bantuan tidak mampu menandingi kekuatan laut pasukan Persia, pemberontak-an tersebut dikalahkan. Kala itu Persia di bawah pimpinan Raja Darius.

Keterlibatan Athena dan Eretna diketahui oleh Darius maka tahun 492 SM dikirim pasukan laut Persia untuk melakukan penyerangan ke Yunani. Penyerangan kali ini, Persia mengalami kegagalan karena terjadi badai di Gunung Athos dan menghancurkan kapal perangnya.

Usaha Darius terus dilanjutkan dengan ekspedisi kedua pada tahun 490 SM. Saat itu, Persia menyerang Yunani dari Laut Aegea dengan mendarat di Marathon dan menghancurkan Eretria dan Athena. Di bawah pimpinan Miltiades, Athena berhasil memukul mundur pasukan Persia dari Yunani. Pada masa inilah muncul cerita Marathon, yaitu kisah seorang lelaki yang berlari sejauh 40 km untuk mengabarkan berita kedatangan pasukan Persia di Marathon.

Pada tahun 490 SM terjadi ekspedisi ketiga usaha ekspansi Persia ke Yunani melalui darat dengan jumlah pasukan yang sangat besar, bahkan lebih banyak dari gabungan seluruh pasukan Yunani. Akibatnya, keperkasaan dan perjuangan pasukan Yunani yang dipimpin oleh Leonidas gagal menahan serangan Persia dari darat, bahkan pasukan Persia berhasil menguasai dan membakar kota Athena.

Pada tahun 480 SM, kekuatan armada laut Athena di bawah pimpinan Themistocles berhasil menghancurkan kekuatan Persia di Salamis. Kemenangan ini merupakan awal dari kemenangan Yunani atas Persia, dilanjutkan setahun kemudian giliran pasukan Sparta mengalahkannya di Myclae.

c. Kejayaan Athena di Yunani

Kemenangan angkatan laut Athena saat menghadapi pasukan Persia, menarik minat polis-polis di Yunani tertarik untuk berkoalisi dengan Athena dan membentuk Liga Delia pada tahun 478 SM, Athena sebagai ditunjuk pemimpin liga. Liga Delia mengubah kebijakan politik luar negeri Athena terutama saat di bawah pimpinan Pericles, dengan menjadikan liga sebagai kaki tangan Athena.

(3)

Pericles juga mengembangkan ilmu pemerintahan demokrasi menjadi lebih baik dengan memberikan kebebasan setiap individu untuk bekerja, mengeluarkan pendapat, dan menentukan pilihan hidiupnya sendiri.

d. Kemunduran Athena di Yunani

Awal kemunduran Athena ditandai dengan terjadinya perselisihan antara polis Corinthus dan Corcyca. Athena bersama Liga Delia membantu Corcyca, sedangkan Corinthus membantu Liga Peloponnessos. Kedua kekuatan polis di Yunani saling bersaing dan terjadilah perang Peloponnessos (431-404 SM).

Perjanjian damai yang dilakukan antara Athena dan Sparta tahun 421 tidak berarti bagi keduanya dan hanya bisa bertahan selama 1 tahun. Persekutuan Sparta dengan Persia berhasil menurunkan mental pasukan Athena, dan berhasil mengubah kejayaan Athena menjadi kehancuran terutama setelah kekalahan perang di Aegosopotami tahun 405 SM. Setahun kemudian dilakukan perjanjian damai, Athena sebagai pihak yang kalah diharuskan merobohkan benteng panjang dan menjadi bagian dari koloni Sparta.

6. Kerajaan Macedonia

Perang Athena dan Sparta tidak berhenti seketika, namun berjalan sangat panjang dan lama hingga kedua polis tersebut sudah tidak memiliki kekuatan pertahanan lagi. Keadaan buruk ini tidak hanya terjadi pada Athena dan Sparta, namun merebak sampai ke seluruh Yunani. Sehingga dengan sendirinya, Yunani pun menjadi lemah tidak sekuat saat menghadapi pasukan Raja Darius dari Persia.

Tidak adanya persatuan dan melemahnya kekuatan di Yunani, dimanfaatkan oleh Raja Philipus, raja Macedonia. Tahun 338 SM, Raja Philipus menyerang Yunani di wilayah kota Chaerona, keberhasilannya meluas hingga ke seluruh kota di Yunani. Raja Philip memiliki hasrat ingin menguasai Persia, namun usaha tersebut tak dapat direalisasikannya karena terbunuh oleh pengawal pribadinya.

Iskandar Zulkarnaen (Alexander Agung) putra Philip melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menguasai Persia. Perjalanannya ke Persia dimulai dengan ditaklukannya negara Asia Kecil pada tahun 333 SM dan dilanjutkan dengan menyerang Persia yang dipimpin Raja Darius III di daerah Isos.

Kemenangan Macedonia atas Persia tidak membuat Iskandar Zulkarnaen berhenti, namun ekspansinya dilanjutkan hingga ke negara-negara di mesopotamia seperti Syria dan Palestina, lalu Mesir. Di Mesir, Iskandar Zulkarnaen mendirikan sebuah kota yang dinamainya Iskandariyah (Alexandria).

Tahun 330 SM, Iskandar Zulkarnaen terus maju hingga ke India, namun karena ada penolakan dari pasukannya dengan alasan kelelahan maka ekspansi dihentikan dan diputuskan kembali ke Susa, Persia. Dalam perjalanan pulang Iskandar Zulkarnaen wafat di Babylonia, peristiwa ini terjadi pada tahun 323 SM

(4)

negara kecil (diadochos) yang masing-masing dipimpin oleh seorang jenderal. Ketiga kerajaan tersebut antara lain:

(a) Kerajaan Mesir dipimpin oleh Ptolomeus, meliputi Mesir Palestina dan Cyprus. (b) Kerajaan Macedonia dipimpin oleh Antigonus, meliputi Yunani, Balkan dan Asia Kecil.

(c) Kerajaan Syria dipimpin Seuleucos, meliputi Syria, sebagian Asia Kecil, sebagian India

BAB II

SEJARAH MARITIM ROMAWI KUNO

Masa Imperium Romawi

Sebelum Imperium Romawi berada dalam puncak kejayaan, Phoenicia dan Rhodes

mengkaitkan kekuasaan atas laut dengan pemilikan kerajaan atas laut. Pengaruh pemikiran tersebut tidak terlalu besar (kecuali Hukum Laut Rhodes tentang perdagangan) karena tenggelam dalam perkembangan laut yang didasarkan atas hukum Romawi pada abad

pertengahan dimana saat itu tidak ada pihak lain yang menentang kekuasaan mutlak Romawi terhadap Laut Tengah. Laut Tengah pada masa itu seperti danau dalam wilayah Imperium Romawi dan menjadi lautan yang bebas dari gangguan bajak laut sehingga semua orang bebas menggunakan Laut Tengah dengan aman dan sehjatera. Pemikiran hukum yang melandasi sikap Bangsa Romawi terhadap laut adalah bahwa laut merupakan suatu hak bersama seluruh umat (res communis omnium) sehingga penggunaan laut terbuka bagi setiap orang.

Peraturan-peraturan hukum laut Rhodes yang berasal dari abad ke-2 atau ke-3 SM, sangat berpengaruh di daerah Laut Tengah karena prinsip-prinsipnya diterima baik oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Kitab Undang-Undang Rhodes yang dikeluarkan pada abad ke-7 Masehi oleh orang-orang Romawi didasarkan pada peraturan-peraturan hukum laut Rhodes. Di kawasan Laut Tengah sekitar abad ke-14 terhimpun sekumpulan peraturan hukum laut yang dikenal dengan Consolato del Mare yang merupakan seperangkat ketentuan hukum laut yang berkaitan dengan perdagangan (perdata).

Dari penggunaan pemahaman Res Communis Omnium maka muncul pemahaman hukum laut oleh romawi yang terdiri :

I. Sistem Hukum Romawi

(5)

penerjemah hukum utama, dan mereka tidak memberikan alasan untuk cara mereka memutuskan kontroversi atau apakah mereka membuat hukum tertulis yang tersedia. [18] Hal ini berubah pada 450 SM ketika Romawi sejarawan Livy mencatat penciptaan Tabel XII, kode pertama hukum Roma. Ini terutama terdiri dari prosedur yang diperlukan untuk mencari bantuan kepada berbagai bahaya yang diakui di bawah hukum Romawi, tetapi hukum

substantif sedikit seperti itu.Perlu dicatat bahwa Roma tidak membedakan hukum mereka ke daerah yang berbeda, dengan berbagai teori pemulihan, seperti yang kita lakukan. Sebagai contoh, orang-orang Romawi tidak terpisah dari kontrak melainkan mengambil setiap masalah berdasarkan kasus per kasus. Dengan demikian, mempelajari kelautan Romawi terkadang sulit karena, meskipun Roma mengikuti kebiasaan maritim dari masa lalu, hukum mereka tidak membedakan antara bahaya yang terjadi di laut dan mereka terjadi di darat. II.Admiralty dan Tanggung Gugat Maritim

Hukum di zaman kuno memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda pada bahaya dan obat daripada hukum modern. Sedangkan hukum modern umumnya menjamin hak-hak yang berdiri fitur dalam masyarakat, hukum di zaman kuno tidak mempengaruhi hubungan sehari-hari orang kecuali mereka yang dirugikan dalam cara tertentu. Hukum Romawi tidak

berbeda, dan berkisar apakah atau tidak tindakan tertentu akan menciptakan kewajiban dalam seseorang atau sesuatu. Awal dalam hukum Romawi, kewajiban diadakan terhadap apapun instrumen atau orang menyebabkan cedera tertentu. Sebagai contoh, jika seorang pria terluka oleh orang lain dengan instrumen seperti objek senjata atau berbahaya, tindakan itu diajukan terhadap instrumen. Pria itu jawab bahwa senjata adalah perantaraan, tapi dalam teori ini tidak benar vicarious kewajiban dalam arti bahwa hukum umum kita mengerti karena orang itu bisa membela seolah-olah ia instrumen, sebagai lawan yang otomatis bertanggung jawab sebagai kewajiban yang ketat.

Akhirnya, hukum Romawi dikembangkan selama beberapa ratus tahun menjadi sistem tanggung jawab lebih mirip dengan “mata ganti mata,” semua didefinisikan secara ketat dalam undang-undang

Misal, romawi menerapkan bahwa cedera pelaut dan pekerja maritim lainnya dalam hukum Romawi tidak berbeda daripada cedera kepada orang lain di Kekaisaran. Di sini, “adalah kesalahan dasar kewajiban” seperti saat ini. Sebagai contoh, hukum maritim modern yang berkaitan dengan kelalaian (sebagai lawan darat sepupunya dengan nama yang sama) membutuhkan sebab-akibat yang jelas agar klaim penggugat untuk berhasil.

III.Maritime Kontrak

Bangsa Romawi tidak memiliki sistem yang dikembangkan menjaga janji dan menegakkan kewajiban seperti yang kita lakukan hari ini. Romawi memiliki serangkaian longgar aturan yang diterapkan pada keadaan tertentu, dan hukum hanya diakui kelas yang sangat sempit janji yang bisa secara hukum ditegakkan. Bangsa Romawi juga tidak membedakan antara kontrak dan “maritim” kontrak, seperti hukum modern tidak.

Ada kelas khusus beberapa kontrak yang berlaku dalam hukum Romawi, dan mereka dikelompokkan dalam cara “resmi” ciptaan mereka. Yang paling formal dikenal

(6)

Romawi untuk menciptakan stipulato, yang pada dasarnya hanya pihak yang secara hukum mampu membentuk kontrak dan bahwa yang dimaksud menjanjikan tidak akan ilegal di bawah hukum Romawi lainnya. The stipulato diciptakan secara verbal, oleh promisor menyatakan persis apa tugas dan hak akan berada di bawah kontrak, dan promisee yang mengulangi hal yang sama kembali. [67] Hukum percaya bahwa janji itu akan mengikat secara hukum karena pihak memahami apa yang diharapkan dari masing-masing melalui pertukaran yang tepat. Jenis lain dari kontrak formal yang lebih rendah itu mungkin, tetapi tidak mungkin bahwa perjanjian informasi memainkan peranan penting dalam admiralty Romawi. Dari kontrak yang berkaitan dengan isu-isu maritim di Roma, tiga yang paling umum adalah penjualan kontrak (emptio venditio), kontrak untuk pengangkutan

barang (lacatio conductio), dan asuransi kelautan pinjaman untuk item dikirim atas air (mutuum).

Meskipun stipulato secara teoritis cukup untuk kontrak untuk penjualan barang, hukum Romawi diperlukan bahwa pertukaran janji menjadi persis untuk apa yang harus ditukar. Meskipun ekonomi Romawi jelas agraria dan harga komoditas pertanian tidak berubah drastis secara jangka pendek karena mereka sekarang dapat, hukum mengharuskan

ketentuan stipulato benar. Dengan demikian, hukum kontrak Romawi pernah

mengembangkan cara yang efisien untuk menciptakan kontrak yang mengikat ketika istilah tertentu yang tidak mungkin atau sulit untuk terwujud. Misalnya, stipulato diperlukan harga tetap dan tidak ada cara untuk membuat janji berlaku ketika harga tidak pasti atau dapat berubah, dan kontrak tidak ada kemungkinan di mana pembeli akan membeli semua komoditas yang dihasilkan oleh penjual tertentu – kontrak yang modern output. [73] Hukum Romawi pernah sepenuhnya tetap kelalaian ini, [74] tetapi kontrak penjualan, janji dilaksanakan khusus berdasarkan penjualan barang, dikembangkan untuk memperbaiki masalah yang diajukan oleh stipulatio formal. Pada dasarnya, fungsi kontrak penjualan di dasarnya dengan cara yang sama bahwa stipulatio yang tidak, kecuali kontrak khusus memiliki sejumlah jaminan otomatis melekat padanya karena sifat khusus dari fungsinya. Salah satu jaminan dilindungi pembeli dari dirampas barang yang dibeli karena kurangnya judul yang baik, mirip dengan garansi modern tenang kenikmatan. lain dijamin kualitas barang yang dijanjikan, untuk melindungi penjual terhadap penipuan dalam pembelian barang ia tidak mampu untuk melihat secara pribadi. Hal ini terutama berguna dalam pembelian barang dari sumber di bagian lain dari kekaisaran, dan membuka jalan bagi peningkatan pengiriman sebagai Kekaisaran berlangsung. Umumnya, kontrak ini adalah kontrak penjualan Romawi dengan garansi menambahkan bahwa mengalokasikan risiko yang terkait dengan perjalanan laut kuno. Hukum diadakan penjual (shipper) bertanggung jawab hanya untuk kerugian yang ia bisa mencegah, dengan demikian, pencurian barang membuat pengirim bertanggung jawab kepada pembeli untuk obat moneter, kecuali pencurian terjadi dengan kekuatan seperti pencuri bersenjata di galangan kapal atau pemberontakan di kapal.

BAB III

SEJARAH MARITIM TIMUR TENGAH

(7)

Nusantara seperti Aceh dan Pariaman (Sumatra), Banten dan Jepara (Jawa) memetik keuntungan dari hubungan langsung dengan kawasan Arab.

Hubungan perdagangan dengan Persia juga berdampak menguntungkan bagi Jawa dan Batavia. Persia merupakan pasar penting bagi gula yang diproduksi di penggilingan tebu di kawasan sekitar Batavia (Ommelanden) dan di pesisir timur laut Jawa. Para penguasa dan raja Asia Tenggara juga berminat untuk memelihara hubungan dengan kawasan Teluk Persia karena penduduk kedua kawasan itu berbagi hobi yang sama: mengumpulkan kuda-kuda Persia. Buah kismis dan kurma kering serta sejumlah bahan pangan mewah lain menjadi santapan yang semakin digemari para penghuni keraton.

Menyusul kejatuhan dinasti Safavid di tahun 1722, akibat sebuah penyerbuan oleh

Afghanistan, maka impor gula dan rempah-rempah dari Indonesia serta ekspor kain sutra dan emas dari Iran sangat menyusut. Kendati Heren Zeventien(Dewan Gubernur VOC) di

Referensi

Dokumen terkait

Pada konteks pemikiran tersebut, maka arsitektur masjid juga merupakan bagian dari ekspresi jiwa, yaitu jiwa spiritualitas dalam bentuk kebendaan. Mas- jid sebagai implementasi

Jenis karbohidrat yang bersumber dari tepung jagung dan tepung dedak padi tidak signifikan (P>0,05) terhadap kadar glikogen tubuh udang vannamei tetapi berbeda

Guru memberikan contoh-contoh soal cerita tentang penjumlahan bilangan bulat Tahap Elaborasi dengan kegiatan sebagai berikut :.. Guru mengelompokan siswa dalam 5 kelompok,

Hanya saja yang menjadi kritik terhadap gejala semaraknya minat akan keingintahuan terhadap tawasuf adalah penyalahgunaan tasawuf sebagai ajang bisnis-ekonomis yang justru

Adalah kenikmatan dari hegemoni Tayangan-tayangan barat di televisi Tak lama ia memenuhi segala sudutnya Sampai sekolah, kampus dan rumah kita Sedang yang di Palestina.

Sedangkan indeks angka yang didapatkan melalui uji kasus adalah 4,1 (dalam skala 5) yang menunjukkan bahwa hasil identifikasi tanaman obat tepat menurut pakar.

Terwujudnya pelayanan prima dalam perijinan Indeks Kepuasan Masyarakat dalampelayanan perijinan Optimalisasi kelembagaan pelayanan perijinan yangdilaksanakan