• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penerimaan Diri Pada Dewasa Madya Penderita Gagal Ginjal Terminal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penerimaan Diri Pada Dewasa Madya Penderita Gagal Ginjal Terminal"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri

A.1 Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan

individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan

dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi

dengan lingkungannya (Hurlock, 2002).

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengatakan penerimaan diri adalah individu menerima dirinya sendiri dan yakin akan standar-standar serta

pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya

sendiri secara irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari asset diri yang di milikinya, merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginanya, serta menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.

Menurut Santrock (2002) penerimaan diri adalah suatu keadaan yang disadari oleh diri sendiri untuk menerima begitu saja kondisi diri tanpa

(2)

Chaplin (2004) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan rasa puas terhadap kualitas, bakat yang dimiliki serta pengakuan terhadap

keterbatasan diri. Pengakuan terhadap keterbatasan diri ini tidak disertai dengan perasaan malu dan bersalah. Individu tersebut akan menerima

keadaan mereka apa adanya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan

bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan kelebihan dan kekurangan yang di miliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

A.2 Aspek-aspek Pengukuran Penerimaan diri

Menurut Jersild (1958) aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut :

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan

orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut

dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

Individu yang memiliki penerimaan diri memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya lebih baik daripada individu yang

(3)

yang tidak mungkin, atau berusaha menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Ia pun tidak berdiam diri

dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya, ia akan menggunakan bakat yang di milikinya dengan

lebih leluasa. Individu yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan kekuatan dirinya akan bersikap baik pula dalam

menilai kelemahan dan kekuatan orang lain. c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri

Individu yang terkadang merasakan rendah diri (inferiority

complex) adalah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan

diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik

atas dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri maka ia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan di tolak oleh orang lain.

d. Respon atas penolakan dan kritikan

Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan,

namum demikian ia mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia berusaha untuk melakukan koreksi atas dirinya sendiri, ini

(4)

penolakan terhadapnya. Penting dalam penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar dari pengalaman dan meninjau kembali

sikapnya yang terdahulu untuk memperbaiki diri. e. Kesimbangan antara “real self” dan “ideal self”

Individu yang memiliki penerimaan diri adalah individu yang mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan

baik dalam batas-batas memungkinkan individu ini mungkin memiliki ambisi yang besar, namun tidak mungkin untuk mencapainya walaupun dalam jangka waktu yang lama dan

menghabiskan energinya. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuannya individu mempersiapkan dalam konteks yang mungkin

dicapai, untuk memastikan dirinya tidak akan kecewa saat nantinya. Berarti individu memiliki keberanian dalam menghadapi segala resiko yang akan timbul akibat perilakunya.

f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

Hal ini berarti apabila seeorang individu menyayangi dirinya,

maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain, dan apabila seorang individu merasa benci pada dirinya, maka akan lebih memungkinkan untuk merasa benci pada orang

lain. Terciptanya hubungan timbal balik antara penerimaan diri dan penerimaan orang lain yaitu individu yang memiliki

(5)

g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri

Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda.

Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan dirinya. Individu yang menerima dirinya

akan menerima dan bahkan menuntut pembagian yang layak akan sesuatu yang baik dalam hidup dan tidak mengambil kesempatan

yang tidak pantas untuk memiliki posisi yang baik atau menikmati sesuatu yang bagus, dalam hal menonjolkan diri ia tidak akan membiarkan orang lain selangkah lebih maju darinya dan

mengganggu langkahnya. Individu dengan penerimaan diri menghargai harapan orang lain dan meresponnya dengan bijak.

Namun, ia memiliki pendirian yang terbaik dalam berfikir, merasakan dan membuat pilihan. Ia tidak hanya akan menjadi pengikut apa yang dikatakan orang lain.

h. Penerimaan diri, spontanitas, dan menikmati hidup

Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih banyak

keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Namun, terkadang ia kurang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang rumit. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu

(6)

i. Kejujuran dalam menerima diri

Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah individu yang

memiliki fleksibilitas dalam pengaturan hidupnya. Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk

apa nantinya, dan tidak menyukai kepura-puraan. Individu ini dapat secara terbuka mengakui dirinya sebagai individu yang pada

suatu waktu dalam masalah, merasa cemas, ragu, dan bimbang tanpa harus menipu diri dan orang lain.

j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri

Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Banyak hal dalam perkembangan seorang individu yang belum

sempurna, individu yang dapat menerima dirinya akan menggunakan kemampuannya dengan baik dalam perkembangan hidupnya.

A.3 Ciri-ciri Penerimaan Diri

Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengemukakan beberapa ciri

penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan orang yang menolak keadaan diri (denial). Berikut ini adalah ciri dari orang yang menerima keadaan diri :

a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri

(7)

c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional

d. Menyadari aset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya

e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri A.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Jersild (dalam Anggraini, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sebagai berikut :

a. Usia

Penerimaan diri individu cenderung sejalan dengan usia individu tersebut. Semakin matang dan dewasa seseorang maka semakin tinggi pula

tingkat penerimaan dirinya. b. Pendidikan

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentu akan

memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kepuasan diri yang

diraih.Seseorang yang merasa puas akan dirinya, tentu dapat menerima dirinya secara realistis.

c. Keadaan Fisik

(8)

d. Dukungan Sosial

Penerimaan diri juga lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang

mendapat perlakuan yang lebih baik dan menyenangkan. e. Pola Asuh Orang Tua

Hurlock (2002) mengemukakan bahwa pola asuh yang baik akan membuat individu merasa dihargai sebagai manusia dalam keluarga. Individu

yang merasa dihargai sebagai manusia cenderung akan menghargai dirinya sendiri dan memperkirakan sendiri tanggung jawab yang harus dipikulnya, sehinggaia akan mengendalikan perilakunya sendiri dengan kerangka aturan

yang ia buat dengan berpedoman pada norma-norma yang ada di masyarakat. B.Masa Dewasa

Hurlock (dalam Jahja, 2011) membagi masa dewasa menjadi tiga bagian : 1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)

Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40

tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

a. Ciri-ciri masa dewasa dini

Masa dewasa dini sebagai “masa pengaturan”, masa dewasa dini sebagai “usia reproduktif”, masa dewasa dini sebagai “masa bermasalah”, masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional,

masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial, masa dewasa dini

(9)

dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa dewasa dini sebagai masa kreatif.

b. Tugas perkembangan masa dewasa dini

Mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar

hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima

tanggung jawa sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.

2. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang

jelas nampak pada setiap orang. a. Ciri-ciri masa dewasa madya

Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti, usia madya

merupakan masa transisi, usia madya merupakan masa stres, usia

madya merupakan “usia yang berbahaya”, usia madya merupakan “usia

canggung”, usia madya merupakan masa berprestasi, usia madya merupakan masa evaluasi, usia madya dievaluasi dengan standar ganda yaitu satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita, usia madya

(10)

b. Tugas perkembangan usia madya

Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, tugas yang berkaitan

dengan perubahan minat, tugas yang berkaitan dengan penyesuaian juruan dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.

3. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)

Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada

waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan

seperti kala mereka masih lebih muda. a. Ciri-ciri masa dewasa lanjut

Usia lanjut merupakan periode kemunduran, Perbedaan individual pada efek menua, usia lanjut dinilai dengan kriteria berbeda, usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas, usia lanjut membutuhkan

perubahan peran, usia lanjut merupakan periode penyesuaian yang buruk dan keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.

b. Tugas perkembangan usia lanjut

Kewajiban menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena

(11)

C.Gagal Ginjal Terminal

C.1 Pengertian Gagal Ginjal Terminal

Penyakit ginjal terminal merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal (Rindiastuti, 2006).

Gagal ginjal terminal adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat

fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang

beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).

Gagal ginjal terminal yaitu penyakit renal tahap akhir merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain lain

dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa gagal

ginjal terminal merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan metabolisme dalam darah.

C.2 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Terminal

(12)

yang bisa diperoleh jika seseorang telah menderita gagal ginjal terminal dibagi berdasarkan sistem, adalah sebagai berikut:

a. Gangguan pada sistem pencernaan

1. Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadi karena

gangguan metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginjal terganggu, metabolisme protein di usus menjadi terganggu dan terbentuk zat-zat

seperti amonia, dan lain-lain. Usus menjadi sembab.

2. Bau yang khas yang keluar dari mulut Fetor uremik adalah bau yang khas yang keluar dari mulut penderita yang disebabkan oleh ureum yang

berlebihan pada air liur. Oleh bakteri di mulut (yang biasanya memang ada), ureum ini diubah menjadi amonia sehingga bernapas dan

berbicarapun berbau amonia. Selain itu juga bisa timbul luka-luka kecil pada bibir (stomatitis).

3. Sering mengalami cegukan, penyebabnya kenapa hal ini terjadi, belum

diketahui.

4. Menderita sakit maag, dan peradangan pada usus.

b. Gangguan pada kulit

1. Kulit gatal, pucat dan kekuning-kuningan. Penderita gagal ginjal terminal akan menjadi lebih putih (pucat) akibat anemia dan berwarna kuning

akibat penimbunan urokrom. Selain itu bisa terdapat luka-luka gores akibat sering menderita gatal dan digaruk. Gatal terjadi karena racun

(13)

Akibatnya hanya sebagian kecil saja racun yang bisa dikeluarkan kulit, namun efeknya sangat besar bagi kulit karena memang kulit tidak

dipersiapkan untuk itu.

2. Sering terjadi memar akibat terganggunya fungsi pembekuan darah

(menurun).

c. Sistem hematologi/darah

Kurang darah atau anemia. Anemia pada gagal ginjal terminal terjadi karena banyak sebab yang saling mendukung. Oleh karena itu hanya mengobati/memperbaiki salah satu sebab saja tidaklah optimal.

d. Gangguan pada sistem saraf dan otot 1. Sering merasa pegal pada kaki

Sering pegal pada kaki atau diistilahkan dengan 'restless leg syndrome' bisa dialami oleh pasien gagal ginjal terminal. Akibatnya pasien sering menggerak-gerakan kakinya.

2. Rasa seperti terbakar

Penderita bisa juga mengalami rasa seperti terbakar atau semutan

terutama pada telapak kaki. Hal ini diistilahkan dengan burning feet syndrome.

3. Ensefalopali metabolik (Gangguan pada sistem saraf otak)

Ensefalopati metabolik mengakibatkan perasaan lemah, tidak bisa tidur,

(14)

e. Gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

1. Terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi terjadi akibat

penimbunan cairan dan terganggunya produksi renin seperti yang pernah dijelaskan. Tekanan darah bisa meningkat akibat gagal ginjal terminal,

tapi bisa juga tekanan darah yang tidak terkontrol menyebabkan gagal ginjal yang terminal.

2. Sering mengalami nyeri dada dan sesak napas. Hal ini disebabkan karena selaput pembungkus jantung (perikard) mengalami radang yang diistilahkan dengan perikarditis.

3. Penyakit jantung koroner bisa juga terjadi akibat aterosklerosis yang timbul dini. Aterosklcrosis terjadi karena gangguan metabolisme lemak

yang terjadi pada penderita gagal ginjal terminal ini. f. Gangguan sistem endokrin (hormonal)

1. Terjadi penurunan libido, fertilitas dan aktivitas seksual lainnya. Pada

wanita bisa terjadi gangguan menstruasi hingga tidak dapat mens lagi. 2. Terjadi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin hingga

gangguan produksi insulin yang menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes melitus).

3. Gangguan metabolisme lemak yang ditandai dari meningkatnya kadar

trigliserid, kolesterol, dan lain-lain dalam darah

4. Gangguan metabolisme vitamin D. Disamping gangguan metabolisme

(15)

fungsi imun dengan berbagai penyakit yang menyertai dan sering telah memakan obat, sedangkan penurunan fungsi imun juga dapat

mempengaruhi penurunan status gizi pada gagal ginjal terminal (Suhardja,2003).

D. Kerangka Teoritik

Gagal ginjal merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin

buruk yaitu ginjal sama sekali tidak mampu bekerja sebagaimana fungsinya dan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transpaltasi ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).

Dunia kedokteran mengenal dua macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Price & Wilson, 2005). Dikatakan akut apabila

penyakit berkembang sangat cepat, terjadi dalam beberapa hari. Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) yang

(16)

mengganggu fungsi normal ginjal), Renal (ginjal kekurangan darah dalam waktu lama dan terjadi kerusakan ginjal) dan Postrenal (aliran dalam saluran kemih

terhambat). Dikatakan kronis apabila penyakit terjadi dan berkembang secara perlahan sampai beberapa tahun (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009). Gagal

ginjal kronis merupakan suatu proses kerusakan pada ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat diperbaiki, ini disebabkan oleh sejumlah kondisi dan

akan menimbulkan gangguan multisistem (Reeves chalene, 2001).

Gagal ginjal kronis diklasifikasikan menjadi tiga stadium. Stadium pertama yaitu penurunan cadangan ginjal. Stadium kedua yaitu insufisiensi ginjal,

jaringan ginjal mengalami kerusakan lebih dari 75%. Stadium ketiga yaitu stadium akhir gagal ginjal kronis yang disebut gagal ginjal terminal atau uremia.

Gagal ginjal terminal terjadi jika sekitar 90% massa nefron rusak. Pada stadium ini penderita akan merasakan gejala-gejala yang cukup parah yaitu ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan cairan dan elektrolit yang mempengaruhi setiap

sistem dalam tubuh (Price & Wilson, 2005).

Penyakit ginjal terminal merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi

ginjal yang bersifat kronik, progresif dan berlangsung menetap. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal (Rindiastuti, 2006).

Tanda dan gejala yang diperoleh jika seseorang telah menderita gagal ginjal terminal yaitu terjadinya gangguan pada sistem pencernaan, gangguan pada kulit,

(17)

sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan gangguan pada sistem hormonal (Soenarso, 2004).

Data unit hemodialisis menunjukkan pasien terbanyak ada pada kelompok usia madya sekitar 40-55 tahun yaitu sebanyak 30,26% dan diagnosa penyakit

utama menunjukkan pasien gagal ginjal terminal merupakan pasien terbanyak yaitu 84% (Indonesian Renal Registry, 2014). Penyakit gagal ginjal terminal dapat

menyerang baik laki-laki maupun perempuan dan tidak mengenal batas usia. Umumnya penderita tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyakit gagal ginjal terminal dikarenakan penyakit ini berlangsung bertahap dan memakan

waktu bertahun-tahun seiring dengan menurunnya fungsi ginjal dari penderita. Pada fungsi ginjal sebesar 60%, penderita masih belum merasakan keluhan, tapi

sudah terjadi peningkatan kadar urea. Sampai pada fungsi ginjal sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita seperti: badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Jika fungsi ginjal sudah di bawah 15% akan

terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius (Sudoyo, dkk, 2009).

Penderita gagal ginjal terminal merasakan respon kehilangan yang cukup

berat, dengan tahap penerimaan diri yang berbeda-beda tergantung mekanisme coping sebagai pertahanan melawan respon kehilangan. Meskipun tidak mudah

bagi mereka untuk mampu menerima keadaan dirinya yang menderita gagal

(18)

mempengaruhi dimensi otonomi dan penguasaan lingkungan yang mereka lakukan.

Segi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, penyandang gagal ginjal akan mengarahkan aktivitasnya untuk tujuan hidup yang mereka yakini mampu

mencapainya. Dengan keyakinan itu pula penyandang gagal ginjal dapat mengembangkan diri mereka secara personal. Kondisi kesehatan dari penyakit

gagal ginjal sangat mempengaruhi kondisi psikis dari penyandangnya. (Nur Aini dan Nur Asiyah, Jurnal Penelitian Psikologi, No. 1, 2013 : 35-45).

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengatakan penerimaan diri

adalah individu menerima dirinya sendiri dan yakin akan standar-standar serta pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki

perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari asset diri yang di milikinya, merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginanya, serta menyadari

kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.

Jersild (1958) menggambarkan penerimaan diri melalui pemahaman poses

yang mencakup persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain, perasaan infeoritas sebagai gejala penolakan diri, respon atas penolakan dan kritikan, kesimbangan

antara “real self” dan “ideal self”, penerimaan diri dan penerimaan orang lain, penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri, Penerimaan diri,

(19)
(20)

 Pre Renal  Renal  Post

Renal

Dewasa Madya Penderita Gagal Ginjal terminal

 Stadium

Pemahaman poses yang mencakup persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Penerimaan Diri dan Penerimaan Orang Lain

Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

Menuruti kehendak dan menonjolkan diri

Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri

Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

Respon Atas Penolakan dan Kritikan

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan secara umum atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan

dipelajari Kepemimpinan yang baik, partisipasi masyarakat yang luas dan kuat dapat mendukung peningkatan dalam manajemen dan hasil pendidikan di sekolah.. Lingkup Persiapan

Kurang strategis : Jauh dari jalan lintas, dekat sentra produksi Tidak strategis : Jauh dari jalan lintas, jauh dari sentra

TELAAH KRITIS DAN SEMI NAR II.MIAH I Biomedik/ Biokim ia (Sem_2) La b... CAI-IVONO K.AELAN,

Imam ‘Ala’uddin Ali dalam tafsirnya Tafsir Al Khozin menjelaskan terhadap kedua ayat dalam Surat Yunus di atas bahwa andai saja Allah SWT menghendaki agar

Oleh karena itu, para manajer dituntut untuk dapat memadukan pengetahuan mereka dalam pengambilan keputusan ekonomi dengan perundang-undangan yang berlaku agar

Ketua STPP Bogor yang selanjutnya disebut Ketua adalah Pimpinan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan,

Hasil penelitian in vitro didapat: (1) taraf penggunaan mineral makro organik dengan dosis 1 kali rekomendasi NRC (1988) ke dalam ransum perlakuan merupakan taraf terbaik,