• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah Tawas Dan Soda Ash Terhadap Kualitas Air Minum Di Pdam Tirtanadi Instalasi Limau Manis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jumlah Tawas Dan Soda Ash Terhadap Kualitas Air Minum Di Pdam Tirtanadi Instalasi Limau Manis"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan oleh manusia serta mahkluk hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengolahan, diperlukan pemahaman yang baik tentang karakterisik parameter – parameter kualitas air (Effendi, 2003).

(2)

Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik – teknik yang diperlukan untuk mengelolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek sehari – hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan air minum maka dibutuhkan air rata – rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. Jadi untuk negara – negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara – negara yang sedang berkembang (Sutrisno, 2004).

(3)

2.2 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

2.3 Siklus Hydrologi

Yang dimaksud dengan hydrologi ialah suatu ilmu yang mempelajari phenomena air pada semua tahap yang dilaluinya yakni yang menyangkut penyebaran dan adanya air pada :

1) atmosfer bumi 2) permukaan bumi 3) di dalam tanah

(4)

Yang dimaksud dengan siklus hydrologi ialah pergerakan air yang dialami oleh air terdiri dari pelbagai peristiwa yakni :

1) Penguapan (evaporasi) air yang terdapat di dalam dan atau keadaan berkeringat (transpirasi) yang dialami oleh makhluk hidup (lazimnya manusia atau hewan)

2) Pembentukan awan (kondensasi)

3) Peristiwa jatuhnya air ke bumi (presipitasi)

4) Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah (Azwar, 1996).

(5)

Laut

Perkolasi 50% Badan air tawar

Akifer Aliran air tanah (100%)

Gambar 2.3.1 Siklus Hydrologi yang melibatkan evaporasi, evapotranspirasi, kondensasi, dan presipitasi (Peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003).

2.4 Macam dan Sumber Air

Mengetahui macam dan sumber air adalah hal yang amat pokok jika membicarakan air dan kaitannya dengan kesehatan. Untuk mengetahui ini, maka apa yang disebut siklus hydrologi harus diketahui terlebih dahulu. Karena setiap tahap dari siklus ini mempunyai pengaruh pada macam dan sumber air tersebut.

Jika membicarakan tentang macam air yang dikaitkan dengan sumber atau asalnya, maka air dapat dibedakan atas :

Awan Kondensasi

Hujan (100%)

Evapotranspirasi (40%)

Vegetasi

Evaporasi

Aliran Permukaan (20%)

(6)

1) Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung uap air

2) Air permukaan tanah, dapat berupa air tergenang atau air yang mengalir, seperti danau, sungai, laut. Air dari sumur yang dangkal, adalah juga air permukaan tanah

3) Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah, jadi telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air dalam tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut.

Ditinjau dari segi kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk dicemari. Embun, air hujan atau salju misalnya, yang berasal dari angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas ataupun materi-materi berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat berbahaya untuk kesehatan. Air dalam tanah demikian pula halnya, karena sekalipun telah terjadi proses penyaringan, namun tetap saja ada kemungkinan terkontaminasi dengan zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan.

(7)

1) Karena mengandung gas-gas tertentu yang membahayakan kesehatan seperti gas methane, hydrogen sulfida, dan lain sebagainya

2) Karena mengandung mineral tertentu yang dapat mendatangkan kelainan, misalnya sulfate, nitrat, dan lain sebagainya

3) Karena mengandung benda-benda bersifat koloid, seperti bakteri, jamur dan kuman-kuman penyakit lainnya.

4) Karena mengandung zat radio aktif, terutama jika sumber air tersebut kontak dengan zat-zat ataupun peralatan yang menggunakan tenaga atom.

Namun demikian, secara relatif jika dibandingkan antara ketiga macam air tersebut, maka pada umumnya air dalam tanah jauh lebih baik dari kedua macam air lainnya, dan karena itulah sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia ialah air dalam tanah ini. Adapun perbandingan antara ketiga macam air tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.4.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah, dan air tanah dalam.

Embun, air hujan dan salju

Air permukaan tanah Air dalam tanah

(8)

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain :

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit 2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun 3) Tidak berasa dan berbau

4) Dapat dipergunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

5) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan – bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2005).

2.5 Syarat – Syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan beberapa standar (patokan) yang pada beberapa negara berbeda – beda menurut :

1) Kondisi negara masing – masing 2) Perkembangan ilmu pengetahuan 3) Perkembangan teknologi

Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum, antara lain : 1) American Drinking Water Standart

(9)

Dari segi kualitas air harus memenuhi :

a. Syarat Fisik :

1) Air tidak boleh berwarna 2) Air tidak boeh berasa 3) Air tidak boleh berbau 4) Suhu air hendaknya ± 25ºC 5) Air harus jernih

Syarat – syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan) yang diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5.1 Syarat Fisik Air

Kadar (bilangan) yang

Bahan – bahan padat Tak melebihi 50 mg/l Tak melebihi 1500 mg/l Warna (skala Pt CO) Tak melebihi kesatuan Tak melebihi 50 satuan

Rasa Tak mengganggu -

Bau Tak mengganggu -

(Sutrisno, 2004).

b. Syarat – Syarat Kimia

(10)

yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Azwar, 1996).

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

Tabel 2.5.2 Drinking Water Quality Criteria W.H.O.

(11)

c. Syarat – Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri – bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri – bakteri golongan Coli melebihi batas – batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100ml air.

Golongan bakteri Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara lain adalah :

1) Bakteri typhsum 2) Vibrio colera 3) Bakteri dysentriae 4) Entamoeba estolotica

5) Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia.

Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno, 2004).

2.6 Pemeriksaan Air

Untuk kepentingan masyarakat sehari – hari, persediaan air harus memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar – standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan dapat dinyatakan layak sebagai air minum :

(12)

3) Mengandung zat – zat kimia 4) Mengandung radioaktif

Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang lebih menekankan standar biologis.

Berikut standar – standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia menurut Permenkes RI No.01/Birhubmas/I/1975 :

1) Standar fisik : suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan

2) Standar biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai patokan adanya pencemaran tinja)

3) Standar kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain 4) Standar radioaktif : radioaktif yang mungkin ada dalam air

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas :

1) Survei saniter (sanitary survey) 2) Pengambilan sampel (sampling) 3) Pemeriksaan laboratorium :

a) Fisik b) Kimiawi c) Bakteriologis d) Virologis e) Biologis

(13)

2.6.1 Survei Saniter

Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan sanitasi.

Survey harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian dibidang sanitasi. Hasil – hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasi dengan data – data dari hasil survei sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa air yang telah diperiksa memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat (Chandra, 2005).

2.6.2 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari kontaminasi (Chandra, 2005).

2.6.3 Pemeriksaan Laboratorium

Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis (Chandra, 2005).

2.6.3.1 Pemeriksaan Fisik

(14)

a) Turbiditas (kekeruhan)

Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat yang disebut turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang diperbolehkan adalah kurang dari 5 unit.

b) Warna

Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah kurang dari 15 unit.

c) Bau dan rasa

Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air yang telah menjalani pengenceran serial. Rasa adalah subjektifitas yang sulit dispesifikasikan. Respon terhadap rasa dan bau bersifat subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif (Chandra, 2005).

2.6.3.2 Pemeriksaan Kimia

Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan –bahan kimia di dalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu :

1) Bahan – bahan toksik

Batas maksimal yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l) : a) Arsenik 0,05

(15)

d) Timbal 0,05 e) Merkuri 0,001 f) Selenium 0,01

Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batas maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan untuk dipergunakan oleh masyarakat.

2) Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan a) Fluorida

Dari zat – zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dalam menimbulkan flourosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat peningkatan penyakit indensi karies gigi pada masyrakat. Flourida merupakan bahan essensial untuk mencegah karies gigi pada anak – anak. Batasan yang aman untuk flourida adalah 0,5 – 0,8 mg/l.

b) Nitrat

(16)

c) Polynuclear aromatic Hidrocarbon

Zat ini bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2µg/l.

3) Bahan – bahan yang mempengaruhi potabilitas air

WHO membuat suatu kriteria bahan – bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air yaitu batasan maksimal yang diperbolehkan :

a) Perubahan warna 5 unit b) Perubahan bau

c) Perubahan rasa d) pH 7,0 – 8,5

e) Total Solid 500 mg/L f) Total Hardness 2 Meq/L g) Besi 0,1 mg/L

h) Mangan 0,05 mg/L i) Tembaga 0,05 mg/L j) Zink 5,0 mg/L k) Kalsium 75 mg/L l) Magnesium 30 mg/L m) Sulfat 200mg/L n) Klorida 200 mg/L

4) Bahan kimia sebagai indikator pencemaran a) Klorida

(17)

dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang tinggi dibandingkan kadar klorida sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat dipastikan bahwa sumber air telah mengalami pencemaran.

b) Amonia bebas

Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda – benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oelh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/l di dalam air minum.

c) Amonia albuminoid

Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda – benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan 0,1 mg/l

d) Nitrit

(18)

e) Nitrat

Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1mg/l.

f) Dissolved oxygen

Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh <5mg/l. Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji – uji semacam pemeriksaan pH, amonia, nitrit, nitrat, klorida, amonia albuminoid, dan zat besi (Chandra, 2005).

2.6.3.3 Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang paling sering diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses antara lain :

1) Organisme koliform

Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau non motil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasikan laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37ºC dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal koliform tinja adalah E. Coli dan koliform non tinja adalah

Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. Coli dalam sumber air merupakan

indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia 2) Strepkokus tinja

(19)

3) Clostridium perfringens dan Clostridium welchii

Organisme ini biasanya ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis klorinasi normal (Chandra, 2005).

2.6.3.4 Pemeriksaan Virologis

Secara umum dapat dikatakan bahwa air yang mengandung klorine bebas dapat dinyatakan bebas dari virus apabila didalam sampel air tersebut tidak terdapat sama sekali organisme koliform. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan organik sementara klorine bebasnya tidak dapat membebaskan diri, walau organisme koliform tidak ditemukan sama sekali, air yang ada tidak dapat dianggap bebas dari virus. Virus yang resisten terhadap dosis klorinasi adalah virus polio dan virus hepatitis(Chandra, 2005).

2.6.3.5 Pemeriksaan Biologis

Jasad renik termasuk alga, fungi, protozoa, udang, cacing halus, dan lain – lain yang disebut sebagai planktondapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada air minum dan dapat juga dipergunakan sebagai indeks pencemaran pada air (Chandra, 2005).

2.7 Pengolahan Air Minum Untuk Umum

(20)

Pada suatu instalasi air minum, biasanya tersedia beberapa fasilitas yang terdiri atas :

1) Pipa yang mengalirkan air ke instalasi air minum (supply line)

2) Bak penampung untuk pengendapan pertama (pre-sedimentation tank) 3) Bak pemberi obat – obat kimia (chemical feeder)

4) Bak pencampur (mixing device)

5) Bak penampung untuk pengendapan kedua (Dortmunt tank/ascelator) 6) Saringan pasir cepat (rapid sand filter)

7) Bak pemberi chlor (chlorinator)

8) Bak penampung air bersih yang siap dialirkan ke konsumen (clear waste storage kelder).

Proses pengolahan air untuk kepentingan umum ini terlihat sebagai berikut:

1) Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake. Air diendapkan pada parit – parit lebar dan panjang

2) Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian dialirkan ke instalasi penyaringan (melalui pengukuran debit air)

3) Air diendapkan di bak pertama

4) Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan bahan kimia berupa aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 atau kapur CaCO3

5) Agar zat koagulan bercampur dengan sempurna maka ada dua cara yang ditempuh, yakni :

, yang tujuannya untuk membentuk endapan

(21)

b) Mengalirkan air melalui parit yang berbelok – belok, yang disebut mixing device

6) Bila air telah tercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih besar. Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, di alirkan ke dalam bak pengendapa kedua yang disebut dortmun tank atau ascelaerator. Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih

7) Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang disebut rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih terdapat kemungkinanmengandung bakteri

8) Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah chlorinator, di sini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor 0,1 – 0,2 ppm

9) Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung air bersih untuk kemudian siap didistribusikan kepada para konsumen.

1

9 9

Gambar 2.7.1 Bagan Fasilitas Pengolahan Air Minum Untuk Umum (Azwar,

2 2

3

4

5

5

6

6

7

(22)

2.8 Tawas

Tawas adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4 11H2O atau 14 H2O atau 18 H2O, umumnya yang digunakan adalah 18 H2

Koagulan yang berbasis aluminium seperti aluminium sulfat digunkan pada pengolahan air minumuntuk memperkuat penghilangan material partikulat, koloidal, bahan – bahan terlarut lainnya melalui proses koagulasi. Pemakaian alum sebagai koagulan dalam pengolahan air, sering menimbulkan konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air yang di olah dari pada air mentah itu sendiri (Nainggolan., Susilawati., 2011).

O. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya. Bahan ini dapat berfungsi efektif pada pH antara 4 – 8. Jumlah pemakaian tawas tergantung pada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi kekeruhan air baku semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat – sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Semakin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena di hasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 – 7,4.

2.9 Soda Ash

Na2CO3

Nama : natrium karbonat, soda abu, kalsium soda (MSDS, 2011)

Rumus molekul : Na2CO Berat molekul : 106 g/mol

(23)

Sifat fisis :

1) berwujud padat 2) berwarna putih 3) higroskopis

4) larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol 5) tidak mudah terbakar

6) densitas = 1,311 g/cm3 7) titik leleh = 851 ºC Impuritis : 0,22% (maksimal) Sifat kimia :

1) Semua karbonat akan cepat bereaksi dengan asam kuat membentuk garam karbonat.

M2(HCO3) + (H3O+,A-) M-A- + CO2 + 3H2

2) Reaksi antara natrium karbonat dan kalsium hidroksida akan menghasilkan O

kalsium karbonat dan natrium hidroksida. Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH + CaCO

3) Proses pembentukan natrium karbonat dapat melalui tiga tahapan: 3

a) Konversi natrium klorida menjadi natrium sulfat dengan pemanasan. 2NaCl + H2SO4 Na2SO4

b) Reaksi antara natrium sulfat dan kalsium karbonat dilakukan pada + 2HCl

temperatur tinggi menghasilkan natrium karbonat. Na2SO4 + CaCO3 + 2C Na2CO3 + CaS + 2CO c) Reduksi natrium sulfat menjadi natrium sulfida.

2

(24)

Natrium sulfat dicampur dengan karbon dioksida dan steam. Na2S + CO2 + H2O Na2CO3 + H2

4) Reaksi pembentukan dari amonia.

S

2NH3 + CO2 + H2O (NH4)2CO

Ammonium karbonat yang dihasilkan pada reaksi 1 direaksikan dengan 3

natrium klorida menghasilkan natrium karbonat (NH4)2CO3 + 2NaCl Na2CO3 + 2NH4

Gambar

Gambar 2.3.1 Siklus Hydrologi yang melibatkan evaporasi, evapotranspirasi,
Tabel 2.4.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah,
Tabel 2.5.2 Drinking Water Quality Criteria W.H.O.
Gambar 2.7.1  Bagan Fasilitas Pengolahan Air Minum Untuk Umum (Azwar,

Referensi

Dokumen terkait

Tris Hardiyanto, Penerapan Pengelolaan Air ....PascasarjanaUI, 2004... Tris Hardiyanto, Penerapan Pengelolaan Air

dan evaluasi pelaksanaan. c) Mengunggah softcopy laporan akhir (mengikuti format pada Lampiran 5) yang telah disahkan lembaga penelitian dalam format pdf dengan ukuran file

Dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada bab pengujian dan analisis dapat disimpulkan bahwa sistem yang dibangun dengan proses stemming dapat

Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, menunjukkan perilaku teliti dalam mengamati guru dan secara tanggung jawab, mandiri, dan percaya diri

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan

Kitinase dapat dihasilkan oleh bakteri dan jamur yang diperoleh dari berbagai sumber seperti tanah atau perairan dengan cara menumbuhkan pada media yang mengandung

Beri air pada wajan, taruh roller plate di bawah stick roller plate, taruh rak di atas wajan, taruh wajan di atas kompor, nyalakan api, setelah pemutar api

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: (1) Aplikasi model pembelajaran kontekstual dengan inkuiri