• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN SELF-EFFICACY SISWA SMP NEGERI I AMPANA KOTA | Nismawati | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Mate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN SELF-EFFICACY SISWA SMP NEGERI I AMPANA KOTA | Nismawati | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Mate"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

DENGAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN

SELF-EFFICACY SISWA SMP NEGERI I AMPANA KOTA

Nismawati1, Dasa Ismaimuza2 dan Mustamin Idris2 e-mail: nismawaty83@yahoo.com

1

Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Tadulako

2

Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract:The research aimed to describe the difference between students’ learning outcomes in mathematics who were given STAD cooperative learning model and those who were given TSTS Cooperative Learning Model based on students’ self-efficacy. This research was conducted in SMPN 1 Ampana City by using quasi-experimental method with 2 x 3 factorial design. The cooperative learning model is divided into two factors, namely Teams Achievement Division (STAD) cooperative learning model and Two Stay Two Stray (TSTS) cooperative learning model. The instrument used was self-efficacy questionnaire and the result of mathematics test. The data analysis used was two-way anava test analysis and t-scheffe test. Some of the research findings reveal that (1) there is the difference between mathematics learning outcomes of students given STAD model and those who were given TSTS model, (2) there is the difference between mathematics learning outcomes of students having self-efficacy (high, medium, and low), (3) there is any interaction between cooperative learning model and self-efficacy on students’ learning outcomes.

KeyWords: STAD Cooperative Learning Model, TSTS Cooperative Learning Model, Self-efficacy, Students’ Learning Outcomes

Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, diantaranya guru, siswa, dan model pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Selain proses belajar mengajar, hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya self-efficacy, fasilitas belajar yang tersedia atau sarana dan prasarana, kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya.

Slameto (2010) menyatakan dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Selain itu, guru juga memiliki peranan yang sangat penting dalam meraih hasil pembelajaran yang efektif dan efisien. Peran guru untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Guru yang profesional tentu memiliki kompetensi dalam bidangnya, guru dituntut menguasai mode pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengadakan evaluasi dan analisa pembelajaran, serta melaksanakan program tindaklanjut.

(2)

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Berdasarkan hasil observasi bahwa selama ini yang telah dilakukan oleh guru di SMP Negeri I Ampana Kota khususnya pada proses pembelajaran matematika di kelas VIII diketahui bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga menyebabkan pembelajaran hanya terjadi satu arah. Pembelajaran masih didominasi metode ceramah, dimana guru hanya menerangkan di depan kelas. Banyak siswa bermalas-malasan di dalam kelas, bahkan terkadang terlihat seperti belajar dalam keterpaksaan, hal ini menyebabkan mereka tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru yang berakibat menurunnya hasil belajar mereka. Berdasarkan data rata-rata hasil ulangan harian kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 untuk pelajaran matematika di SMP Negeri I Ampana Kota masih di bawah kriteria ketuntasan minimum yaitu 70, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

Data Rata-rata Ulangan Harian Kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2015/2016

No Kelas Rata-rata Ulangan Harian

1. 2. 3. 4.

VIII B

VIII D VIII E

VIII F

67,5 67,9 68,2 68,1 Sumber : Data SMP Negeri I Ampana Kota

Sanjaya (2006) melihat lemahnya pendidikan kita dewasa ini terletak pada proses pembelajaran, yakni anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, terkait dengan standar proses yang telah ditetapkan dan permasalahan yang ada, salah satu jalan keluarnya adalah dengan mencoba menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang umumnya sering digunakan oleh guru selama ini.

(3)

Selain model pembelajaran, faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu self-efficacy (kemampuan diri) yaitu dimana seorang harus meyakini terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi permasalahan-permasalahan di dalam dunia pembelajaran, karena dari kemampuan yang dimiliki itulah seseorang dapat menyampaikan apa yang dia ketahui dan dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap suatu kemampuan yang dimilikinya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang harus dilakukan untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya self-efficacy yang tinggi, proses pembelajaran yang di harapkan akan berhasil dicapai. Sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy yang rendah, meskipun seseorang tersebut telah melakukan evaluasi terhadap dirinya, seseorang tersebut tidak akan berusaha keras untuk mewujudkan harapannya dan memilih untuk berhenti sehingga tidak akan melakukan tindakan apapun untuk memperjuangkan harapannya tersebut. Menurut Bandura (1997) bahwa siswa yang memiliki self-efficacy

tinggi, lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu mengontrol reaksi emosinya pada saat menghadapi kesulitan. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah akan ragu pada kemampuannya sendiri, merasa tidak mampu, mudah menyerah, lambat dan mudah stres saat dihadapkan pada tugas yang sulit.

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang sebenarnya (true experimental designs) karena peneliti melakukan kontrol pada semua variabel yang yang diteliti. Dalam penelitian ini eksperimen dilakukan dengan memberikan model pembelajaran pada kelompok pertama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok kedua dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2 x 3.

Tabel 2.

Rancangan Penelitian faktorial 2 x 3 A

B

Model Pembelajaran Kooperatif

STAD (A1) TSTS (A2)

Self-efficacy siswa

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Sedang (B2) A1B2 A2B2

Rendah (B3) A1B3 A2B3

Keterangan :

A1B1 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan Self-efficacy siswa yang tinggi.

A1B2 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan Self-efficacy siswa yang sedang.

A1B3 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan Self-efficacy siswa yang rendah.

A2B1 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

(4)

A2B2 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dengan Self-efficacy siswa yang sedang.

A2B3 adalah kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dengan Self-efficacy siswa yang rendah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ampana Kota. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampana Kota yang terdaftar pada tahun 2015/2016 berjumlah 196 orang yang tersebar dalam 6 rombongan belajar. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B, VIII D, VIII E, dan VIII F SMP Negeri I Ampana Kota yang terpilih secara acak. Kelas VIII D dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen pertama (model STAD) dengan banyak siswa 66 orang, sedangkan kelas VIII B dan kelas VIII E terpilih sebagai kelas eksperimen kedua (model TSTS) dengan banyak siswa 64 orang. Jadi secara keseluruhan ada 130 siswa sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling probabilitas (probability) yaitu teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif berasal dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu saat pemberian tes tertulis diakhir kegiatan belajar mengajar dan persentase jawaban angket self- efficacy siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian menggunakan statistik anava dua jalur dengan mensyaratkan data yang dianalisis berasal dari populasi berdistribusi normal dan varian antar kelompok sampel harus homogen. Uji prasyarat analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas dengan menggunakan chi-Kuadrat dan uji homogenitas data dengan menggunakan varians terbesar dibanding varians terkecil.

Uji Normalitas data Model STAD dan TSTS

Hasil analisis uji normalitas data menggunakan chi kuadrat dengan α = 0,05, untuk data hasil belajar matematika siswa dengan model STAD dan model TSTS, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Uji Normalitas Hasil Belajar Model STAD dan TSTS

No Kelompok sampel

N 2

hitung

2

 tabel Kesimpulan

1 STAD 66 10,035 12,6 Normal 2 TSTS 64 9,774 12,6 Normal

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa model STAD dan model TSTS memiliki

2

 hitung 2

 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar model STAD dan model

(5)

Uji Normalitas data Model STAD berdasarkan Self-Efficacy

Hasil analisis uji normalitas data menggunakan chi kuadrat dengan α = 0,05, untuk data hasil belajar matematika siswa dengan model STAD berdasarkan self-efficacy, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Uji Normalitas Hasil Belajar Model STAD berdasarkan self-efficacy

Kelompok sampel N

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa data hasil belajar model STAD berdasarkan

self-efficacy memiliki 2

hitung 2

 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar

model STAD berdasarkan self-efficacy berdistribusi normal. Uji Normalitas data Model TSTS berdasarkan Self-Efficacy

Hasil analisis uji normalitas data menggunakan chi kuadrat dengan α = 0,05, untuk data hasil belajar matematika siswa dengan model TSTS berdasarkan self-efficacy, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Uji Normalitas Hasil Belajar Model TSTS berdasarkan self-efficacy

Kelompok sampel N

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa data hasil belajar model TSTS berdasarkan

self-efficacy memiliki 2hitung 2

 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar

model TSTS berdasarkan self-efficacy berdistribusi normal. Uji Homogenitas

Hasil analisis uji homogenitas data menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan

diperoleh 91,34dan 115,78 sehingga diperoleh nilai 1,27. Nilai Ftabel

pada taraf signifikansi 5%, diperoleh Karena lebih kecil dari

(6)

Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalur

Hasil pengolahan data uji anava dua jalur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 pengujian hipotesis 1, 2 dan 3 dengan taraf signifikansi α = 0,05.

1) Uji hipotesis pertama:

Hasil perhitungan anava dua jalur pada tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai F pada model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, diperoleh nilai = 15,92. Sedangkan harga pada dk A = 1 dan dk dalam = 124 untuk taraf signifikansi 5% = 3,91. Ini berarti lebih besar dari Dengan demikian hipotesis H1 diterima, berarti bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dan siswa yang diberikan model TSTS.

2) Uji hipotesis ke dua:

(7)

hitung = . Sedangkan harga pada dk B = 2 dan dk dalam = 124 untuk taraf signifikansi 5% = 3,09 . Ini berarti lebih besar dari . Dengan demikian hipotesis H1 diterima, berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, self-efficacy sedang, dan self-efficacy rendah.

3) Uji hipotesis ke tiga:

Hasil perhitungan anava dua jalur pada tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai yaitu interaksi model pembelajaran kooperatif dan self-efficacy terhadap hasil

belajar matematika, . Sedangkan harga pada dk AB = 2 dan dk

dalam = 124 untuk taraf signifikansi 5% = 3,09 . Ini berarti lebih besar dari Dengan demikian hipotesis H1 diterima, berarti terdapat interaksi antara model

pembelajaran kooperatif dengan self-efficacy terhadap hasil belajar matematika.

Pengujian hipotesis 4, 5, dan 6 menggunakan uji t-scheffe dengan dk t = dk dalam =

124 pada taraf signifikansi 5%, Jika > dari maka H0 ditolak

dan H1 diterima, begitu sebaliknya Jika < dari maka H0 diterima dan H1

ditolak.

1) Uji hipotesis ke empat:

Hasil perhitungan uji t-scheffe memperlihatkan bahwa nilai t untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TSTS pada kelompok self-efficacy tinggi

diperoleh Sedangkan harga pada dk t = dk dalam = 124 untuk

taraf signifikansi 5% = 1,96. Ini berarti lebih besar dari . Dengan demikian

hipotesis H1 diterima, berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa

yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk

self-efficacy tinggi. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD khusus untuk self-efficacy tinggi sebesar 88,18 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model TSTS sebesar 81,33. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy sedang.

2) Uji hipotesis ke lima

Hasil perhitungan uji t-scheffe memperlihatkan bahwa nilai t untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TSTS pada kelompok self-efficacy sedang

diperoleh Sedangkan harga pada dk t = dk dalam = 124 untuk

taraf signifikansi 5% = 1,96. Ini berarti lebih besar dari . Dengan demikian

hipotesis H1 diterima, berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa

yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk

self-efficacy sedang.Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD khusus untuk self-efficacy sedang sebesar 79,27 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model TSTS sebesar 73,71. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS berdasarkan self-efficacy sedang.

3) Uji hipotesis ke enam

Hasil perhitungan uji t-scheffe memperlihatkan bahwa nilai t untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TSTS pada kelompok self-efficacy rendah

(8)

taraf signifikansi 5% = 1,96. Ini berarti lebih besar dari . Dengan demikian hipotesis H1 diterima, berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa

yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk

self-efficacy rendah. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD khusus untuk self-efficacy rendah sebesar 77,09 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model TSTS sebesar 66,55. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS berdasarkan self-efficacy rendah.

PEMBAHASAN

Hasil deskripsi data penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas yang diberikan model STAD memperoleh rata-rata sebesar 81,52 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata siswa yang diberikan model TSTS sebesar 75,31. Hal ini disebabkan pemberian model STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa untuk semua kategori self-efficacy (tinggi, sedang, dan rendah). Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan diatas dapat dijelaskan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut.

1) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis variabel bebas faktor A (model pembelajaran kooperatif) terhadap variabel terikat (hasil belajar siswa), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS. Hasil pengujian analisis anava dua jalur

memperlihatkan bahwa lebih besar dari (

3,91) pada taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis H1 diterima berarti terdapat perbedaan

hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dan siswa yang diberikan model TSTS.

(9)

TSTS memberikan hasil belajar matematika siswa yang berbeda dari kedua model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini.

2) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, self-efficacy sedang, dan self-efficacy rendah

Self-efficacy siswa dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, siswa yang memiliki self-efficacy sedang, dan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Hasil analisis dan pengujian hipotesis anava dua jalur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang signifikan antara siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, siswa yang memiliki self-efficacy sedang, dan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Hasil pengujian analisis anava dua jalur

diperoleh lebih besar dari ( pada

taraf signifikansi 5%, sehingga H1 diterima berarti terdapat perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, self-efficacy sedang, dan self-efficacy

rendah. Dari hasil pengamatan peneliti bahwa siswa yang memiliki self-efficacy tinggi baik pada kelas STAD maupun pada kelas TSTS cenderung berperilaku optimis, mampu mengatasi kesulitan dan memiliki motivasi yang besar untuk mencari jalan keluar dari situasi yang dirasakannya, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. Siswa yang memiliki self-efficacy sedang baik pada kelas STAD maupun pada kelas TSTS mempunyai motivasi dan kemauan untuk berinteraksi dengan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi sehingga mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya dengan meminta bantuan teman. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah cenderung berperilaku pesimis, rendah diri, kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya, menganggap dirinya bodoh dan selalu mengelak dari tanggung jawab bila diberikan tugas, sehingga belajar merupakan beban bagi mereka. Hal ini sesuai dengan teori Bandura (1997) yang mengatakan siswa yang memiliki

self-efficacy rendah akan ragu pada kemampuannya sendiri, merasa tidak mampu, mudah menyerah, lambat dan mudah stres saat dihadapkan pada tugas yang sulit, sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu mengontrol reaksi emosinya pada saat menghadapi kesulitan.

3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan self-efficacy terhadap hasil belajar matematika siswa.

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan self-efficacy terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari hasil perhitungan anava dua jalur diperoleh lebih kecil dari

( 3,09) pada taraf signifikansi 5%, sehingga H0

(10)

Gambar 1. Profil Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Self-eff terhadap Hasil belajar Matematika

4) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy tinggi.

Penelitian ini juga membahas tentang perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy tinggi. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy tinggi. Dari hasil analisis uji t-scheffe

diperoleh lebih besar dari ( pada taraf

signifikansi 5%, sehingga H1 diterima berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok self-efficacy tinggi untuk siswa yang diberikan model STAD memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata siswa yang diberikan model TSTS. Artinya bahwa siswa dengan self-efficacy tinggi, baik pada kelas STAD maupun kelas TSTS berusaha, tekun dan semangat dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini sesuai dengan teori Bandura (1977) yang menyatakan semakin kuat self-efficacy yang dirasakan oleh seseorang, semakin aktif upaya yang dilakukan untuk berhasil.

5) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy sedang.

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy sedang. Dari hasil analisis uji t-scheffe diperoleh lebih besar dari (

pada taraf signifikansi 5%, sehingga H1 diterima berarti bahwa terdapat perbedaan

(11)

bahwa pada model STAD dan model TSTS untuk kelompok siswa self-efficacy sedang , keduanya memiliki motivasi dan kemauan berinteraksi dengan kelompok siswa yang memiliki self-efficacy tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dianggap sulit.

6) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy rendah.

Hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy rendah. Dari hasil analisis uji t-scheffe di

peroleh lebih besar dari ( 1,96) pada taraf

signifikansi 5%, sehingga H1 diterima berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang diberikan model STAD dengan siswa yang diberikan model TSTS khusus untuk self-efficacy rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa untuk siswa dengan

self-efficacy rendah yang diberikan model STAD memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata siswa yang diberikan model TSTS. Artinya bahwa untuk siswa dengan self-efficacy rendah, model STAD lebih efektif digunakan daripada model TSTS. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy rendah cenderung pesimis, rendah diri, cepat putus asa, merasa bodoh, kurang memiliki motivasi untuk mencari jalan keluar dari situasi yang dirasakan menyulitkan dirinya. Hal ini didukung oleh teori Bandura (1977) yang menyatakan bahwa seseorang dengan self-efficacy yang lemah mudah dikalahkan oleh pengalaman yang sulit.

KESIMPULAN

1) Terdapat perbedaan yang signifikan antar hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, dimana hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, self-efficacy sedang, dan self-efficacy rendah.

3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan self-efficacy terhadap hasil belajar matematika siswa. Dengan kata lain hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari self-efficacy siswa memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

4) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 88,18 lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebesar 81,33 pada kelompok siswa yang memiliki self-efficacy tinggi.

(12)

pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy sedang. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 79,27 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebesar 73,71 pada kelompok siswa yang memiliki self-efficacy sedang.

6) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS khusus untuk self-efficacy rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 77,09 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebesar 66,55 pada kelompok self-efficacy rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy: The Exercise Of Control. New York: W.H. Freeman and Company.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan TPS dengan Pendekatan SAVI terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. ISSN: 2339-1685 Vol.I, No. 7, hal 661-671, Desember 2013. [Online]. Tersedia: http://jurnal. pasca.uns.ac.id. [3/02/2016].

Gambar

Tabel 1 Data Rata-rata Ulangan Harian Kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2015/2016
Tabel 2. Rancangan Penelitian faktorial 2 x 3
Tabel 3 Uji Normalitas Hasil Belajar Model STAD dan TSTS
Tabel 4 Uji Normalitas Hasil Belajar Model STAD berdasarkan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah mampu memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan cara mengandalkan kredit dapat

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

Hasil belajar siswa yang diperoleh apabila menerapkan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan meningkatkan aspek produk (kognitif),

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek