• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interprestasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri (modul pembelajaran UKSW).

Model pembelajaran problem Based Learning adalah pendekatan total terhadap pendidikan. Model pembelajaran problem Based Learning sendiri berarti kurikulum atau proses. Dalam pendekatan ini, kurikulum pembelajaran terdiri dari masalah-masalah yang dipilih dengan hati-hati dan dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang pembelajar terhadap pengetahuan, kemampuan memecahkan masalah, strategi pembelajaran mandiri, dan kebutuhan untuk berpartisipasi dalam kelompok (Cahyani, 2011:4).

Sedangkan proses berarti replikasi dari pendekatan yang bersifat sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang dihadapi dalam hidup dan karir. Dengan kata lain PBL dapat dimaknai sebagai seluruh kesatuan lingkungan belajar yang menjadikan masalah atau problem sebagai penggerak proses belajar. Masalah yang dikemukakan akan menggerakkan siswa untuk menemukan pengetahuan baru yang mereka perlukan guna memecahakan masalah tersebut. Riset atau penelitian adalah contoh paling mudah dan paling umum dari sebuah proses belajar dengan pendekatan PBL.

Pada pendekatan PBL ini, guru dan siswa memiliki peranan yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Siswa memperoleh tanggungjawab yang lebih besar terhadap proses belajar mereka sendiri. Pendekatan ini juga memberikan siswa lebih banyak motivasi dan keinginan untuk berprestasi

(2)

2

serta membentuk pola pembelajaran yang berhasil pada para siswa. Guru yang menggunakan pendekatan ini lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu menyediakan bahan-bahan pembelajaran, mengevaluasi, dan membimbing siswa memecahkan masalahnya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Base Learning yang dapat dipraktikkan di dalam kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain: (1) mengadakan pengamatan langsung ke lapangan, melakukan pengamatan di luar kelas akan memberikan panduan sebelum kegiatan pengamatan untuk membantu siswa menemukan masalah. Panduan ini dapat diberikan dengan mengajukan pertanyaan seputar topik pengamatan, (2) debat-diskusi, mendiskusikan sebuah topik dengan dua kelompok yang diatur sedemikian rupa hingga memiliki dua pendapat yang bertentangan. Guru menyiapkan daftar pertanyaan yang digunakan untuk menjaga arah diskusi. Dua kelompok diberi peran berbeda yaitu menjadi kelompok pro topik dan kontra topik. Kedua kelompok diminta mengungkapkan pendapatnya terhadap topik diskusi dan bersama-sama menganalisis dua pendapat yang berbeda tersebut, (3) riset sederhana, kemukakan masalah untuk dipecahkan, gunakan masalah yang dekat dengan kehidupan anak.

2.1.2 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ada banyak kelebihan yang didapatkan baik oleh guru maupun siswa dalam menggunakan model pembelajaran problem Based Learning karena pendekatan tersebut melibatkan siswa secara aktif dan langsung terhadap proses belajar itu sendiri. Artinya siswa tidak hanya menerima siswa juga melakukan dan berpartisipasi. Kelebihan yang dapat diambil dari penggunaan model pembelajaran problem Based Learning di dalam kelas terbukti meningkatkan: (1) interaksi yang saling mendukung antar siswa, (2) capaian akademik secara signifikan, (3) kemampuan komunikasi siswa, (4) keterampilan berpikir ke taraf yang lebih tinggi, (5) kerjasama tim, (5) motivasi untuk belajar yang lebih baik.

2.1.3 Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(3)

3

a. Bagi siswa yang sulit berkomunikasi akan pasif dan bergantung pada siswa lain.

b. Motivasi yang kurang dalam penggunaan metode ini menyebabkan tujuan penggunaan metode ini tidak berhasil.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA di SD sesuai Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah yaitu: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Belajar melalui proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar (Robert M. Cagne, 1984, The Conditional of Learning and Theory of Intructions) dalam Santoso, 2007:1.7. Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar yakni kondisi eksternal dan kondisi internal.

Kondisi internal adalah faktor dalam diri siswa yang terdiri atas: (1) motivasi yang positif dan rasa percaya diri dalam belajar, (2) tersedia materi yang memadai untuk memancing aktivitas siswa, (3) adanya strategi dan aspek-aspek jiwa siswa.

(4)

4

Faktor eksternal lebih banyak ditangani pendidik sedangkan faktoe internal dikembangkan sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru. Dalam belajar Bahasa kedua faktor ini harus diperhatikan. Untuk memahami belajar, kita harus memahami hakikat dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia dan peroses pembentukan pengetahuan. Menurut konsep belajar melalui pengalaman, pengetahuan adalah hasil transaksi antara pengetahuan sosial dengan pengetahuan pribadi individu (Kolb, 1984) menurut Dewey, pengetahuan sosial adalah the civilized objective accumulation of previous human cultural experience (akumulasi objektif pengalaman budaya manusia terdahulu) sedangkan pengetahuan pribadi adalah belajar the accumulation of the individual person’s subjective life experience (akumulasi pengalaman hidup individu secara subjektif) (Suciati, 20074.24). Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil transsaksi antara pengalaman objektif dan subjektif dalam suatu proses yang disebut belajar. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa belajar adalah proses transaksi antara pengalaman objektif dan subjektif.

Apabila kita kaitkan dengan kegiatan pembelajaran prinsip ini menuntut guru untuk menyampaikan latar belakang atau situasi yang melatar belakangi munculnya konsep yang dipelajari. Dengan mengetahuio latar belakang munculnya suatu konsep (pengalaman objektif) siswa akan lebih mudah menangkap isi pengetahuan. Dengan adanya kaitan antara pengalaman yang dimilikinya dengan pengetahuan yang sedang dipelajari proses pembentukan pengetahuan pada diri siswa cepat terjadi.

Berkenaan dengan prinsip bahwa belajar adalah proses menciptakan pengetahuan, menurut konsep belajar melalui pengalaman semua sistem pengetahuan adalah penghalusan/perbaikan pikiran sehat yang didasarkan pada asumsi-asumsi tentang hakikat pengetahuan dan kebenaran. Lebih lanjut dikemukakan bahwa proses perbaikan ini merupakan dilema yang mendasar. Di satu sisi meskipun pikiran sehat selalu dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan pengalaman, pikiran sehat cenderung tidak tepat/tidak teliti. Di sisi lain pengetahuan yang telah diperbaiki adalah pasti tetapi terbatas penerapannya atau keumumannya karena pengetahuan didasarkan pada sumsi-asumsi atau hipotesis. Oleh karena itu

(5)

5

pikiran sehat membutuhkan kritik dari pengetahuan yang diperbaiki, dan pengetahuan yang diperbaiki membutuhkan keamanan dari pikiran sehat.

2.2 Kajian hasil Penelitian yang Relevan

Kristiani, Ani (2012) dalam penelitian berjudul upaya meningkatkan minat dan hasil belajar matematika melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Getas Pejaten Semester I Tahun 2010/2011 menunjukkan bahasa hasil belajar siswa meningkat dari siklus I 73%, siklus II 95%.

Berdasarkan dari beberapa penelitian di atas, membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran problem based learning sangat tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa di kelas IV SDN 4 Bae Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

2.3 Kerangka Berpikir

(6)

6

Gambar Kerangka Berpikir Penelitian

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian teori dan kajian hasil penelitian yang relevan maka diduga model pembelajaran problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 4 Bae Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

Guru:

Belum menerapkan model pembelajaran problem based learning Siswa:

hasil belajar IPA rendah

Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menjelaskan struktur batang tumbuhan dan fungsinya sedikit meningkat SIKLUS I:

Guru menerapkan model pembelajaran problem based learning pada kompetensi dasar menjelaskan struktur batang tumbuhan dan fungsinya dengan Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Base Learning yang dapat dipraktikkan di dalam kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain: (1) mengadakan pengamatan langsung ke lapangan, melakukan pengamatan di luar kelas akan memberikan panduan sebelum kegiatan pengamatan untuk membantu siswa menemukan masalah, (2) debat-diskusi, mendiskusikan sebuah topik dengan dua kelompok yang diatur sedemikian rupa hingga memiliki dua pendapat yang bertentangan. Guru menyiapkan daftar pertanyaan yang digunakan untuk menjaga arah diskusi, (3) riset sederhana, kemukakan masalah untuk dipecahkan, gunakan masalah yang dekat dengan kehidupan anak.

Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menjelaskan struktur daun tumbuhan dan fungsinya sesuai target peneliti Diduga melalui penerapan penerapkan model pembelajaran

problem based learning

dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas IV SD SIKLUS II:

Guru menerapkan model pembelajaran problem based learning pada kompetensi dasar menjelaskan struktur daun tumbuhan dan fungsinya

Gambar

Gambar Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Profesionalisme merupakan salah satu hal utama yang harus dimiliki seorang auditor dalam menjalankan tugasnya dan merupakan syarat utama bagi profesi tersebut,

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menanggulagi permasalahan yang terjadi, dan melakukan penelitian dengan judul “Perancangan Sistem Informasi

Dalam penilaian responsi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memvalidasi, yaitu: aspek materi soal, aspek konstruksi, aspek bahasa, dan aspek waktu. Dari

Amijaya (2010) yang melakukan penelitian terhadap pengguna KlikBCA, menunjukkan hasil variabel kemudahaan dalam penggunaan berpengaruh i positif i terhadap minat ulang

Dengan demikian pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang takwa.. Di antara

To measure the determinants of banking efficiency in ASEAN 5 countries to face ABIF,.. this research conducted ordinal

Dalam mengemukakan arti strafbaarfeit sendiri, dijumpai adanya 2 pandangan yaitu pandangan monistis dan pandangan dualistis. 9 Pandangan Monistis, melihat dari keseluruhan

Manusia seperti ia adanya, yaitu yang disebut fenotipe, adalah perwujudan yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.di dalam ekosistem,tempat