• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suwarno SMP Negeri 2 Blitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Suwarno SMP Negeri 2 Blitar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

702

PENERAPAN PEMBELAJARAN

PROBLEM CREATING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DA-LAM MENYELESAIKAN MASALAH TEOREMA PYTHAGORAS

SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 2 BLITAR

Suwarno SMP Negeri 2 Blitar E-mail: warnoblt@yahoo.co.id

ABSTRACT: One of the problems is the lack of teaching mathematics to develop creative thinking skills involving imagination, intuition, and with the discovery of divergent thinking, original, curiosity, make predictions, and the allegations and try to solve the problem. To improve students' ability to think creatively researchers conducted a study in order to determine the learning steps using Problem Creating learning the Pythagorean Theorem material. Problem Creating learning is a learning strategy that consists of five stages: (a) specify the purpose of learning mathematics (b) determine the context of the problem (c) creates a problem (d) anticipate students' responses (e) apply and reflect masalah.Penelitian this is a class action conducted collaboratively between teachers and researchers as a mathematics teacher and peers as observers. Results of this study showed that not all aspects of creative thinking abilities increase, especially flexibility and elaboration in solving problems. But for originality and fluency in answering questions has increased. Other results showed that the ability to solve problemshasincreased.

Keywords: Learning Problem Creating, Creative Thinking, Problem Solving

Salah satu masalah dalam pem-belajaran matematika di SMP Negeri 2 Blitar adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah khusus soal cerita pada materi Teorema Pythagoras. Sebagai observasi awal peneliti membuat sebuah soal cerita untuk dikerjakan di ke-las VIIID dan hasilnya hanya 26% siswa yang menjawab dengan benar. Hasil disku-si dengan guru Matematika SMP Negeri 2 Blitar mengidentifikasi beberapa kelema-han siswa, antara lain memahami kalimat-kalimat dalam soal, tidak dapat mem-bedakan informasi yang diketahui dan permintaan soal, tidak lancar mengguna-kan pengetahuan-pengetahuan atau ide-ide yang diketahui, mengubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika, menggu-nakan cara-cara atau strategi-strategi yang berbeda-beda dalam merencanakan penye-lesaian suatu masalah, melakukan

perhi-tungan-perhitungan, dan mengambil kes-impulan atau mengembalikan ke masalah yang dicari. Apabila dipersempit kelema-han itu terutama pada kemampuan siswa dalam memahami masalah dan me-rencanakan suatu penyelesaian. Mema-hami suatu masalah ditunjukkan dengan mengetahui apa yang diketahui dan yang tanyakan. Sedang merencanakan penye-lesaian suatu masalah ditunjukkan dengan mengor-ganisasikan informasi atau data-data yang ada secara kreatif dengan menggunakan strategi-strategi tertentu un-tuk menemukan kemungkinan penye-lesaian. Seperti kerangka problem solving dari Polya yaitu understand the problem, devise a plan, carry out the plan dan look back. Siswa dapat membentuk model ma-tematika, membuat diagram/tabel, menemukan pola tertentu atau bekerja mundur.

(2)

Melihat hasil itu menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif masih rendah. Diskusi dengan guru-guru Matematika SMP Negeri 2 Blitar yang menjadi tim dalam penelitian ini, men-guraikan kemungkinan penyebab kelema-han siswa tersebut, antara lain: (1) Selama ini dalam mengajarkan penye-lesaian ma-salah guru tidak melatihkan secara khusus bagaimana memahami informasi masalah. Guru mengajarkan dengan memberi contoh soal dan menyelesaikannya secara lang-sung, serta tidak memberi kesempatan siswa menunjukkan ide atau representa-sinya sendiri. (2) Pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan in-formasi tentang materi. Memberikan con-toh-contoh dan berikutnya latihan-latihan. (3) Dalam merencanakan penye-lesaian masalah tidak diajarkan strategi- strategi yang bervariasi atau yang mendorong ket-rampilan berpikir kreatif untuk menemukan jawaban masalah.

Dalam memahami maupun meren-canakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang menitikberatkan pada aktifitas: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengem-bangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyam-paikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan mau-pun catatan tentang model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel (In’am dkk, 2011).

Memperhatikan permasalahan di-atas, maka perlu dipikirkan cara-cara mengatasinya. Apalagi dalam Kurikulum 2004 menyebutkan tujuan pembelajaran

matematika yang menitikberatkan pada melatih cara berpikir dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, me-ngembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengkomunikasi gagasan. Upaya yang dilakukan dapat dari segi ma-teri, proses pembelajaran, perbaikan dan dukungan sarana prasarana, peningkatan kemampuan guru dalam mengajar melalui penataran atau pelatihan, pengurangan atau pembagian materi menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menggunakan pembelajaran Prob-lem Creating dengan lebih mene-kankan pada proses pembelajarannya, karena pros-es tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab profesional guru sehari-hari dan akan berdampak pada tugas-tugas di kelas berikutnya. Bila mengacu pada identifikasi penyebab kelemahan tersebut, maka dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masa-lah, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan siswa secara aktif dalam mene-mukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Pembelajaran Problem Creating

intinya adalah pembelajaran dimana guru menciptakan masalah mulai dari tahap yang paling sederhana kemudian mening-kat ke masalah yang lebih rumit dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah selama atau sesudah menyelesaikan lah awal yang diberikan. Penciptaan masa-lah yang dilakukan oleh guru bertujuan membantu dalam mengembangkan ke-mampuan berpikir kreatif siswa. “Good problems give students the chance to solid-ity and extend what they know and, when well chosen, can stimulate mathemathics learning” (NCTM, 2000).

(3)

Penelitian tentang berpikir kreatif telah banyak dilakukan salah satunya ada-lah artikel Hartwig Meissner dalam Crea-tivity and Mathematics Education dijelas-kan

”A mathematics teaching which furthers creative thinking needs specific environ-ments. In our research group in Muenster we try to concentrate on three aspects. First, we must further individual and so-cial components, like motivation, curiosity, self-confidence, flexibility, engagement, humor, imagination, happiness, ac-ceptance of one self and others, satisfac-tion, success”

Berdasarkan pada uraian permasa-lahan yang sudah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran

Problem Creating Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Me-nyelesaikan Masalah Teorema Pythagoras Siswa Kelas VIIID SMP Negeri 2 Blitar”.

Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendis-kripsikan langkah-langkah pembelajaran

Problem Creating untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam me-nyelesaikan masalah Teorema Pythagoras siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Blitar.

Untuk menghindari pemahaman atau penafsiran yang berbeda-beda ter-hadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa istilah se-bagai berikut:

1. Problem Creating adalah suatu pem-belajaran dengan menggunakan langkah-langkah: (a) menentukan tujuan pembelajaran matematika, (b) menentukan konteks masalah, (c) menciptakan masalah, (d) mengan-tisipasi jawaban siswa, dan (e) men-erapkan dan merefleksi masalah. 2. Berpikir kreatif adalah berpikir yang

mempunyai ciri: lancar dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya

(fluency), memberikan gagasan yang bervariasi (flexibility), memberikan gagasan-gagasan baru (orisinality), memperinci detail-detail suatu objek atau gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik (elaboration). 3. Meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif artinya menaikkan skor kemampuan siswa dalam mengung-kapkan gagasan-gagasannya untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban bermacam-macam yang benar, memberikan gagasan yang bervariasi jika dapat menyelesaikan soal dengan dua cara atau lebih yang berbeda dan benar, memberikan gaga-san-gagasan baru dalam menye-lesaikan masalah bila dapat membuat jawaban yang berbeda dari jawaban sebelumnya atau yang umum diketahui siswa, memperinci detail-detail suatu objek atau gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

METODE

Penelitian yang dilakukan meng-gunakan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus dengan tiap-tiap si-klus 2 pertemuan. Untuk dapat melihat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah Teorema Pythago-ras, maka sebelumnya diberikan tes awal. Prosedur penelitian meliputi (1) peren-canaan (planning), (2) pelaksanaan tinda-kan (action), observasi (obsevation), dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus.

Tahap-tahap penelitian 1. Perencanaan tindakan

Setelah mengkaji hasil observasi awal, mengidentifikasi masalah, mengkaji teori-teori yang relevan, serta merumuskan fokus penelitian, selanjutnya peneliti me-rencanakan tindakan dengan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

(4)

Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen Tes Hasil Belajar, rubrik penilaian berpikir kreatif, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan for-mat wawancara. Penyusunan instrumen ini mengacu pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, sehingga disusun langkah-langkah sebagai berikut, (1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (2) Merancang Lembar Kerja Siswa (LKS). (3) Merancang Tes Hasil Belajar pada tiap siklus. (4) Merancang lembar observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa. (5) Merancang format wa-wancara.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan Validasi Perangkat Pembela-jaran dan Instrumen Penelitian

Kegiatan validasi terhadap perang-kat pembelajaran dan perangperang-kat penelitian dilaksanakan setelah semua perangkat tersedia. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh dosen dan atau guru, apabi-la seteapabi-lah proses validasi diapabi-lakukan dan terdapat perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian yang belum valid maka akan dilakukan perencanaan dan perbaikan perangkat tersebut sampai didapatkan perangkat yang valid.

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) materi Teorema Pythagoras yang telah disusun pada saat perencanaan tindakan. Adapun langkah-langkah pokok kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai pembelajaran Problem Creating yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan dengan cara mengamati dan mencatat hasil pengamatan semua aktivitas siswa dan aktivitas yang tampak selama berlang-sungnya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Observasi

yang dilakukan adalah observasi ter-struktur karena pada lembar observasi su-dah ada kriteria-kriteria yang diamati. Ob-server tinggal memberi tanda cek (V) pada lembar observasi jika aktivitas siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran ditampilkan dan mencatat hal lain yang dianggap penting pada kolom catatan yang tersedia dalam lembar observasi. Observasi dilakukan oleh teman sejawat guru ma-tematika SMP Negeri 2 Blitar.

4. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan mengevaluasi dan meninjau kembali pelaksanaan pembelajaran dan hasil ob-servasi yang dilakukan.Hasil evaluasi di-jadikan bahan pertimbangan untuk perbai-kan atau perumusan rencana tindaperbai-kan beri-kutnya jika terdapat permasalahan atau tidak berhasilnya pembelajaran berdasar-kan hasil dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan refleksi terhadap kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran sebelumnya maka disusun rancangan perbaikan untuk dit-erapkan pada proses pembelajaran siklus berikutnya.

Adapun langkah-langkah dalam re-fleksi tindakan meliputi : (a) mengidentifi-kasi permasalahan-permasalahan yang muncul selama tindakan pembelajaran langsung, (b) menganalisis dan merinci tindakan pembelajaran yang telah dil-aksanakan dan aktivitas pembelajaran ber-dasarkan kendala-kendala yang dihadapi guru, (c) menentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis yang dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti dan teman sejawat.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Blitar Jl. Melati 112 Blitar, dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIID sebanyak 28 siswa.

(5)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1) Hasil validasi ter-hadap perangkat pembelajaran dan instru-men penelitian. (2) Hasil pengamatan ak-tivitas siswa dalam pembelajaran Problem Creating dengan materi Teorema Pythago-ras. (3) Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. (4) Skor tes hasil belajar siswa pada akhir tiap siklus.

Hasil wawancara terhadap 4 orang siswa sebagai representasi kondisi seluruh kelas setelah pembelajaran dan tes hasil belajar Teorema Pythagoras dilaksanakan.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan data hasil validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, observasi aktivitas guru dan siswa dan tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus pembelajaran serta hasil wawancara siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah menerapkan kegiatan pembelajaran Problem Creating perubahan kemampuan berpikir kreatif siswa tiap si-klus dapat dilihat pada tabel berikut.

Bila memperhatikan tabel di atas tergambar bahwa banyak siswa yang mem-iliki kemampuan berpikir kreatif pada si-klus pertama mengalami peningkatan un-tuk tiap aspek dilihat dari tes awal, pada siklus kedua untuk aspek fleksibilitas be-lum mengalami peningkatan . Jadi

disim-pulkan berdasar kriteria yang dibuat, secara keseluruhan siswa belum mengala-mi peningkatan kemampuan berpikir kre-atifnya.

Pada siklus 1 ini pembelajaran dengan problem creating hanya mening-katkan pada aspek kelancaran dan orisina-litas dalam menghasilkan jawaban. Guru menciptakan masalah seperti yang tertulis dibawah ini.

Contoh jawaban siswa yang me-menuhi komponen kemampuan berpikir kreatif. (Siswa SSN)

soal

Buatlah gambar seperti di samping ini dengan

Ukuran sembarang!

a. Ukurlah panjang sisi AB, BC, AC! b. Hitunglah luas persegi BCMN! c. Hitunglah luas persegi ACSR! d. Hitunglah luas persegi ABDE! e. Bagaimanakah hubungan antara luas persegi BCMN, persegi ACSR, persegi ABDE? Jelaskan!

Jawaban siswa

Siswa SSN menjawab dengan men-gukur panjang sisi masing-masing persegi pada soal yang diberikan tanpa menggam-bar terlebih dulu dan langsung menjawab soal nomor 1a. Kemudian sesuai dengan pertanyaan nomor 2b, 2c dan 2d, siswa SSN tidak menjawab untuk soal 2e. Ini menunjukkan bahwa siswa tersebut masih belum mengalami peningkatan pada aspek memerinci.

Pada Siklus 1 siswa sudah dapat memahami masalah yang salah satunya ditunjukkan dengan menulis yang diketahui maupun yang ditanyakan soal. Memilih dan menggunakan dengan alasan atau strategi yang jelas dan rasional. Kemampuan

Berpikir Kre-atif

Banyak Siswa yang mem-iliki

kemampuan berpikir kre-atif Tes Awal Siklus 1 Siklus 2 lancar 25% 76% 82% fleksibel 10% 65% 85% orisinal 10% 65% 80% terperinci 5% 7% 72%

(6)

Melakukan perhitungan atau membuat gambar dengan tepat.

Gambaran tentang perkembangan aktivitas siswa dalam menyelesaikan masa-lah tiap siklus yang cenderung naik, mengindikasikan kemampuan berpikir kre-atif siswa dilihat dari keempat aspek mulai meningkat. Setelah guru mengantisipasi jawaban siswa maka guru menciptakan masalah berikutnya.

Berikut beberapa jawaban siswa

Diketahui segitiga KLM siku-siku di L dengan KL = 5 cm dan LM = 12 cm. Hitunglah panjang sisi KM !

Dari jawaban yang diberikan dapat dikatakan bahwa siswa sudah memahami masalah atau soal yang diberikan yaitu dengan menggambar terlebih dahulu se-gitiga KLM dengan menentukan ukuran sisi-sisnya dengan benar. Akan tetapi un-tuk menjawab hubungan sisi-sisi pada se-gitiga KLM, siswa belum dapat menen-tukan dengan benar, mereka langsung menjawab bahwa dengan menjumlahkan kuadrat dari 5 dan 12 yang hasilnya 25 ditambah 144 sama dengan 169 tanpa menarik akar kuadrat dari 169, sehingga permasalahan yang diminta belum sem-purna menjawabnya.

Jawaban lebih sempurna diberikan oleh siswa NT berikut ini, Siswa NT sudah menggambarkan permasalahan dengan lengkap dengan ditandainya masing-masing titik sudut dengan benar.

Meng-gambar segitiga siku-siku dan memberi keterangan pada panjang sisi-sisi KL, LM dengan benar. Berikut gambar yang dihasilkan.

Perubahan aktivitas guru, serta pengelolaan pembelajaran di kelas tiap siklus mulai ada perkembangan meningkat. Aktivitas guru telah menunjukkan peru-bahan sesuai dengan pembelajaran prob-lem creating yang digunakan. Guru telah menunjukkan langkah pembelajaran yang tepat sesuai dengan langkah pembelajaran

problem creating. Dari catatan guru sendiri, guru sudah merasakan siswa mulai menggunakan cara yang berbeda meskipun peningkatannya belum terlalu banyak.

Pada pertemuan terakhir siswa diminta untuk menuliskan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi angket wawancara secara tertutup. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran, karena banyaknya siswa yang memilih setuju atau sangat setuju lebih banyak daripada siswa yang tidak atau sangat tidak setuju untuk tiap butir angket. Mereka mengatakan bahwa pem-belajaran problem creating menyenangkan karena dapat memulai mengerjakan soal yang dibuat guru dari mulai yang mudah kemudian meningkat kesulitannya serta dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan ide sendiri menyebabkan materi pelajaran maupun cara me-nyelesaikan soal mudah diingat, menjadi yakin dapat mempelajari cara me-nyelesaikan masalah dan mendorong

(7)

memikirkan untuk menjawab soal dengan cara-cara yang berbeda.

Guru juga diberikan angket untuk mengetahui pendapatnya tentang pembela-jaran yang sudah dilaksanakan. Guru cenderung setuju bahwa pembelajaran yang dilakukan menjadikan pengalaman baru dan relevan bagi siswa, memberi kes-empatan siswa menemukan dan menerap-kan idenya sendiri, menyadarmenerap-kan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar, melaksanakan kegiatan inkuiri (menemukan), memotivasi guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong, membimbing dan menilai ke-mampuan berpikir siswa, mendorong melakukan refleksi terhadap proses pem-belajaran dan pendekatan ini

.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran problem creating

dapat meningkatkan empat aspek kemam-puan berpikir kreatif siswa, terutama fleksibilitas dalam menyelesaikan masalah.

Tetapi untuk aspek pemerincian terhadap informasi masalah masih sedikit mengala-mi peningkatan. Hasil lain menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan masa-lah mengalami peningkatan dengan di-tunjukkan semakin banyaknya siswa yang mencapai skor lebih dari KKM yang diten-tukan dari skor maksimum pada tiap si-klus.

Berdasar hasil penelitian dapat disa-rankan bahwa: (1) Bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian ini pada sekolah/kelas atau materi yang berbeda perlu memperhatikan pemilihan masalah yang setara untuk tiap siklus atau per-temuan; (2) Meskipun penerapan pembela-jaran problem creating belum meningkat-kan semua aspek kemampuan berpikir kre-atif, tetapi telah menunjukkan manfaat da-lam meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah, aktivitas siswa ataupun kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga dapat diterapkan untuk materi yang lain maupun kelas lain.

DAFTAR RUJUKAN

Barlow T, Angela, 2010. Building Word Problems: Building Word Problems

What does it take.Amerika: NCTM Volume 1 no.3

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelaja-ran Matematika Sekolah Menen-gah Pertama dan Madrasah Tsan-awiyah. Jakarta: Depdiknas. Groves, S. and Stacey, K. 1990, ‘Problem

Solving – A Way of Linking Math-ematics to Young Children’s Reali-ty’, in Australian Journal of Early Childhood, 15(1), March 1990, pp. 5–11.

In’am, Ahsanul, dkk. 2011. Materi Ma-tematika SMP/MTs. Malang: PLPG.

Meissner, H. … Creativity and Mathe-matics Education. Germany: Jurnal. Westl Wilhelms

University

Suharnan. 2011. Kreativitas: Teori dan Pengembangannya. Surabaya: Laras

Thompson, L. 1989, ‘Problem Solving’, in

B. Doig (ed.), Everyone Counts, The Mathematical Association of Victo-ria for Twenty-sixth Annual Confer-ence, December 7th & 8th, 1989, pp. 275– 84

Gambar

gambar  segitiga  siku-siku  dan  memberi  keterangan pada panjang sisi-sisi KL, LM  dengan  benar

Referensi

Dokumen terkait

PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada pada saat itu, khususnya

Beberapa teknik pengendalian yang bisa dilakukan adalah: 1) mengeradikasi pohon-pohon yang telah mati akibat serangan rayap, tunggul- tunggul bekas tanaman dan sarang-sarang rayap

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

dan mendengar termasuk kegitan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut

Dari hasil simulasi kondisi skenario alternatif III, maka didapatkan nilai suhu tertinggi pada ruang kerja produksi adalah 31,9096°C sedangkan nilai suhu terendah

Rangsangan maksimal merupakan rangsangan yang lebih besar daripada rangsangan liminal dan mampu menimbulkan kontraksi otot maksimal, sementara rangsangan supramaksimal merupakan

Hal ini bisa dilihat dari hasil loading factor timeliness mempunyai nilai loading (0,878), broadscope mempunyai nilai loading (0,744), integration mempunyai nilai

pendidikan dalam waktu 6 (enam) semester maupun karena kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh Penerima Beasiswa selama masa perkuliahan yang dapat berakibat pada