• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Masa Bayi

1. Pengertian Masa Bayi

a. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu : 1) Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode :

a) Masa neonatal dini, umur 0-7 hari. b) Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah :

a) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.

b) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.

c) Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan ibu.

(2)

d) Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.

e) Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.

2) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya sistem saraf.

Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak.

Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.

2. Ciri-ciri masa bayi

Ciri-ciri tertentu masa bayi, meskipun sama dengan ciri-ciri periode-periode lain dalam rentang kehidupan, adalah sangat penting selama dua tahun masa bayi ini. Ciri-ciri tersebut membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya dan sesudahnya. Berikut ini adalah

(3)

ciri-ciri yang paling penting.

a. Masa Bayi Adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya

Meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal dianggap sebagai masa dasar. Namun masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.

Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal-hal itu diperbaiki akan semakin mudah bagi anak. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Dan keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memakinkan peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang baik (Hurlock, 2001).

(4)

b. Masa Bayi Adalah Masa di Mana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat

Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Bayi lambat-laun. Pertumbuhan dan perubahan intelek bejalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak ada perubahan yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali dan bereaksi kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan. Sebelum masa bayi berakhir, bayi mampu mengerti banyak hal dan dapat mengutarakan kebutuhan dan keinginannya dalam cara-cara yang dapat dimengerti orang lain (Hurlock, 2001).

c. Masa Bayi Adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan

Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda. Gerakan-gerakan bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinasi sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal yang sebelumnya harus dilakukan orang lain. Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada orang lain. Dengan berkurangnya ketergantungan, bayi tidak senang "diperlakukan seperti bayi." Ia tidak lagi mau membiarkan orang lain

(5)

melakukan hal-hal yang dapat dilakukan atau yang dianggapnya dapat dilakukan sendiri. Kalau ia ingin mencoba mandiri dan dilarang, ia akan protes. Protes ini dapat berbentuk ledakan amarah dan tangisan dan segera berkembang menjadi negativisme, yaitu ciri yang menonjol pada akhir masa bayi (Hurlock, 2001).

d. Masa Bayi Adalah Masa Meningkatnya Individualitas

Mungkin hal yang terpenting dalam meningkatkan kemandirian adalah bahwa keadaan ini memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Akibatnya, individualitas yang tampak pada waktu lahir semakin menonjol pada saat menjelang akhir masa bayi. Individualitas tampak dalam penampilan dan pola-pola perilaku. Bahkan bayi kembar pun menunjukkan individualitasnya.

Dengan meningkatnya individualitas, maka setiap bayi harus diperlakukan sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi diharapkan tumbuh berdasarkan makanan yang sama atau adanya jadwal makan dan tidur yang sama. Tidak dapat diharapkan teknik-teknik latihan-anak yang sama akan cocok untuk semua bayi. Sekalipun bayi belum mencapai ulang tahunnya yang pertama, kebanyakan orang tua mengetahui bahwa bayi adalah individu dan harus diperlakukan sebagai individu.

(6)

e. Masa Bayi Adalah Permulaan Sosialisasi

Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi menunjukkan keinginan untuk menjadi bagian dan kelompok sosial dengan memprotes kalau dibiarkan sendiri selama beberapa waktu dan dengan mencoba memperoleh perhatian dari orang-orang lain melalui segala macam cara yang dapat dilakukannya.

Salah satu cara adalah dengan perilaku akrab. Bayi lebih dapat mengandalkan perhatian dan kasih sayang ibu atau pengganti ibu daripada anggota-anggota keluarga lain atau orang-orang lain. Oleh karena itu, ia mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan ibunya jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal.

f. Masa Bayi Adalah Permulaan Berkembangnya Penggolongan Peran-Seks

Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlukan sebagai laki-laki dan perempuan sebagai perempuan. Anak laki-laki, misalnya diberi pakaian warna biru, diselimuti dengan selimut biru dan kamarnya tidak diberi hiasan jumbai-jumbai dan kerat-kerat seperti kamar anak perempuan. Mainan dipilihkan yang sesuai dengan anak laki-laki dan mereka diberikan cerita-cerita tentang anak laki-laki dan kegiatan-kegiatannya. Tradisi pengenalan seks yang sama juga

(7)

diperlakukan kepada anak perempuan.

Tekanan pada anak perempuan untuk bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat seperti tekanan pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan bagian dari awal pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung anak perempuan peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi de-ngan memperbolehkan mereka menangis dan menunjukkan tanda-tanda lain "kelemahan wanita" yang tidak diperkenankan pada bayi laki-laki (Hurlock, 2001).

g. Masa Bayi Adalah Masa yang Menarik

Meskipun menurut ukuran orang dewasa bayi mempunyai perbandingan tubuh yang tidak wajar, tetapi bayi menarik justru karena kepalanya besar, perutnya buncit, anggota badannya kecil dan kurus, tangan dan kakinya kecil. Kalau bayi memakai baju dan diselubungi dengan selimut bayi, membuatnya semakin menarik.

Anak yang lebih besar seperti halnya orang dewasa menganggap bayi menarik karena ketidak berdayaan dan ketergantungannya. Lambat laun, dengan berkurangnya ketergantungan karena meningkatnya kemampuan untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri, dan menjadi kurang menariknya penampilan karena adanya perubahan tubuh kecil yang seperti boneka ditutupi oleh baju bayi menjadi tubuh yang lebih besar ditutupi oleh pakaian biasa yang lebih kuat, maka bayi menjadi lebih sulit diatur dan menolak

(8)

bantuan orang lain (Hurlock, 2001).

h. Masa Bayi Merupakan Permulaan Kreativitas

Karena kurangnya koordinasi otot dan ketidakmampuan mengendalikan lingkungan, bayi tidak mampu melakukan sesuatu yang dapat dianggap orisinal atau kreatif. Namun dalam bulan-bulan pertama bayi belajar rnengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar bagi kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuaian diri dengan pola-pola yang diletakkan oleh orang lain (Hurlock, 2001). i. Masa Bayi Adalah Masa Berbahaya

Meskipun semua tahapan dalam rentang kehidupan mengandung bahaya, tetapi bahaya tertentu lebih banyak terdapat selama masa bayi daripada dalam periode-periode lain. Bahaya dapat merupakan bahaya fisik dan bahaya psikologis. Di antara bahaya-bahaya fisik, yang paling parah adalah penyakit dan kecelakaan karena sering menyebabkan ketidakmampuan atau bahkan kematian. Karena pola perilaku, minat dan sikap terbentuk selama masa bayi, maka bahaya psikologis dapat terwujud kalau diletakkan dasar-dasar yang buruk pada masa ini.

Perkembangan yang pesat dari susunan saraf, pengerasan tulang, dan penguatan otot, memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi, tetapi keberhasilan bayi dalam hal ini banyak bergantung pada kesempatan yang diberikan untuk menguasai tugas tersebut dan bergantung pada bantuan serta bimbingan yang

(9)

diperoleh.

Bayi yang berkernbang lambat dalam penguasaan tugas-tugas perkembangan masa bayi akan mengalami kesulitan pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak dan diharapkan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan selama tiga tahun: Dasar yang kurang baik dalam keterampilan motorik atau berbicara, akan menyulitkan anak belia untuk menguasai berbagai keterampilan di bidang perkembangan itu. Sebaliknya, kalau tugas perkembangan ini dikuasai dengan baik maka bayi akan memiliki dasar yang dibutuhkan untuk berhasil menguasai keterampilan berbicara, keterampilan motorik dan bentuk pengendalian tubuh lainnya yang penting untuk menjadi bagian dari kelompok sebayanya, yaitu salah satu tugas perkembangan yang penting dari awal masa kanak-kanak (Hurlock, 2001).

3) Tugas dan perkembangan masa bayi

Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi yang berbeda mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia yang agak berbeda, dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan sosial dalam bentuk tugas-tugas perkembangan. Misalnya, semua bayi diharapkan belajar berjalan, memakan makanan padat, sedikit mengendalikan alat-alat pembuangan, mencapai stabilitas fisiologis yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur), mempelajari dasar-dasar berbicara, dan berhubungan secara emosional dengan orang tua dan saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri seperti

(10)

pada saat dilahirkan. Tentu saja sebagian besar tugas-tugas perkembangan ini belum dapat sepenuhnya dikuasai pada saat masa bayi hampir berakhir, tetapi dasar-dasarnya harus sudah diletakkan (Hurlock, 2001).

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masi ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

a. Tahun Pertama

Pertumbuhan fisik, pendewasaan,pencapaian kemampuan dan reorganisasi psikologis terjadi dengan cepat selama tahun pertama. Perubahan-perubahan ini tidak selamanya berjalan lancar tetapi lebih mendesak dan tidak terus-menerus yang secara kualitatif mengubah tingkah laku anak.

1) Usia 0-2 bulan

Tantangan biologis dan psikologis menghadapi neonatus. Tantangan ini terdiri dari penentuan pemberian makanan yang efektif dan siklus waktu tidur dan bangun yang dapat diperkirakan. Dalam pelaksanan tugas-tugas ini, bayi dan orang tua bersatu dalam interaksi social yang penting, mempersiapkan dasar untuk perkembangan kognitif (kesadaran) dan emosi.

2) Usia 0-6 bulan

Pada usia sekitar 2 bulan, munculnya senyum dengan keinginan sendiri(sosial) dan meningkatnya kontak mata menandai adanya perubahan dalam hubungan orang tua dan anak, peningkatan

(11)

perasaanorang tua yang merasa lebih dicintai. Pada bulan berikutnya, jangkauan motorik, control social dan penyatuan kognitif bayi meningkat secara dramatis. Pengaturan bersama mengambil bentuk pertukaran social yang kompleks.

3) Usia 6-12 bulan

Usia 6-12 bulan membuat peningkatan mobilitas dan pengenalan benda-benda mati, perkembangan dalam kemampuan pemahaman kognitif dan berkomunikasi, dan tekanan baru sekitar motif kasih sayang dan pemisahan. Bayi mengembangkan kemampuan dan hasratnya, sifat-sifat yang di terima oleh kebanyakan orang tua tetapi masih mendapat tantangan untuk diatur. (Wahab, Samik : 2002).

Perkembangan fisik

Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi dan pada periode pubertas. Selama enam bulan pertama, pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode pranatal dan kemudian mulai menurun. Dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi; selama tahun kedua terjadi hal yang sebaliknya (Hurlock, 2001).

Kalau pertumbuhan pesat yang merupakan ciri dari periode pranatal dari awal periode pascanatal tidak berkurang setelah lahir, anak dapat tumbuh menjadi raksasa. Telah diperhitungkan bahwa kalau tingkat

(12)

pertambahan berat tubuh sama besarnya dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi selama tahun pertama, seorang anak yang pada waktu lahir beratnya tujuh pon akan mempunyai berat sebesar 230,029 pon pada usia sebelas tahun.

Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat, kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.

Pola pertumbuhan fisik bayi laki-laki maupun perempuan adalah sama. Namun di dalam kelompok seks terdapat perbedaan yang menonjol. Selama tahun pertama terdapat sedikit perbedaan dalam tinggi dan berat tubuh antara bayi kulit hitam dan bayi kulit putih dari tingkat, ekonomi yang sama. Perbedaan mulai tampak dalam tahun kedua, karena anak kulit hitam umumnya lebih ramping daripada anak kulit putih.

Juga terdapat perbedaan dalam ukuran tubuh bayi dari tingkat sosial ekonomi yang berlainan. Bayi yang orang tuanya dari tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung lebih kecil, baik dalam berat maupun tinggi, daripada bayi yang orang tuanya berasal dari tingkat sosial ekonomi

(13)

yang lebih tinggi. Bentuk tubuh, yang mulai tampak dalam tahun kedua juga menyebabkan perbedaan dalam tinggi dan berat.

Selama periode masa bayi perbedaan-perbedaan tidak saja terus berlangsung tetapi semakin tampak mencolok. Perbedaan dalam berat lebih besar daripada perbedaan dalam tinggi. Ini disebabkan karena perbedaan berat sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian lagi bergantung pada kebiasaan makan dan jenis makanan (Hurlock, 2006). Perkembangan Psikologis

Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan, tidur, dan buang air, meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi.

Pola tidur selarna tahun pertama masa bayi, lama rata-rata tidur malam meningkat dari 8½ jam pada tiga minggu pertama hingga 10 jam pada 12 minggu pertama dan selanjutnya tetap konstan selama sisa tahun tersebut. Selama tiga bulan pertama, penurunan jumlah waktu tidur siang diimbangi oleh peningkatan jumlah waktu tidur malam. Sepanjang tahun pertama, sikius bangun tidur selama kira-kira satu jam terjadi baik pada waktu tidur siang maupun tidur malam, dengan tidur lelap hanya kira-kira 23 menit (Hurlock, 2006).

Pola makan, usia empat atau lima bulan, semua pola makan adalah dalam bentuk mengisap dan menelan. Oleh karena itu, makanan haruslah dalam bentuk cair. Mengunyah umumnya barulah muncul dalam pola perkembangan sebulan sesudah menggigit. Akan tetapi, seperti menggigit,

(14)

mengunyah adalah dengan cara yang khas bayi, dan memerlukan banyak latihan sebelum menjadi sempurna.

Ketidaksukaan makan, yang mulai berkem-bang pada tahun kedua, sering merupakan akibat dari perpanjangan pola makan ala bayi. Setelah terbiasa dengan makanan cair, cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras. Hal ini menambah ketidaksukaan mere-ka terhadap makanan, sekalipun mereka mungkin menyukai rasanya.

Pola buang air Pengendalian (kontrol) buang air besar rata-rata mulai pada usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 dan 16 bulan. Dalam hal buang air besar, kebiasaan pengendalian terbentuk pada akhir masa bavi; meskipun sekali-sekali dapat juga terjadi penyirnpangan, khususnya ketika bayi lelah, sakit, atau secara emosional sangat senang. Sebaliknya, pengendalian buang air kecil, belumlah sempurna pada akhir masa bayi. Jarang basah (buang air kecil) selama siang hari dapat diharapkan untuk sebagian besar waktu, kecuali bila si bayi sakit, lelah. atau tegang secara emosional. Tidak basah pada malam hari sulit ditiarapkan dari rata-rata anak sampai beberapa tahun berikutnya (Hurlock, 2006).

(15)

B. Ibu Nifas 1. Pengertian

Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati, 2008 ).

Masa nifas adalah dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan ( Muhtar Rustam, 2002 ).

2. Periode Nifas

a. Puerperium Dini

Adalah masa nifas dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial

Adalah Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote Puerpurium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna biasanya berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan ( Ambarwati, 2008).

(16)

c. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( Involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Sarwono, P. 2002 : 237 ). b. Lochea

Adalah cairan yang keluar dari vagina yang berasal dari tempat plasenta dalam rahim setelah persalinan. Dan ini terjadi segera setelah plasenta dikeluarkan (Ambarwati., 2008).

Macam-macam Lochea :

1) Lochea Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, Sel-sel Desidua, Verniks Kaseosa, Lanugo, dan Mekonium, selama 2 hari Post Partum.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 Post Partum.

3) Lochea Serosa : Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 Post Partum.

4) Lochea Alba : Cairan berwarna putih, setelah 2 minggu. 5) Lochea Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

6) ochiostasis : Lochea tidak lancar keluarnya. c. Bekas implantasi uri

Bekas implantasi uri, bentuknya mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm sesudah 2

(17)

minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

d. Luka-luka

Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

e. Rasa sakit

Rasa sakit disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.

f. Servik

Setelah persalinan, konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari.

g. Ligamen- ligament

Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur- angsur menjadi sempit dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor setelah melahirkan, kebiasaan wanita indonesia melakukan berkusuk atau berurut di mana sewaktu diurut tekanan intra abdomen bertambah tinggi karena setelah melahirkan ligamenta fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika

(18)

dilakukan urut banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan- latihan dan senam nifas.

2. Perubahan Fisik

Menurut Ambarwati, (2008) perubahan fisik ibu nifas ditandai dengan:

a. Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit ( 37,50C - 380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ke tiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah normal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah yang akan rendah setelah ibu melahirkan karena adanya darah yang keluar saat persalinan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.

(19)

d. Pernafasan

Pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

3. Perubahan Psikologi

Menurut Bahiyatun (2009) wanita mengalami gangguan psikologis selama masa nifas, sementara itu menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai : Post Partum Blues. Adapun penyebab yang paling menonjol adalah :

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami oleh kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.

b. Rasa sakit masa nifas awal.

c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum di Rumah Sakit.

d. Kecemasan tentang kemampuannya merawat bayi setelah meninggalkan Rumah Sakit.

e. Ketakutan tentang penampilannya yang tidak menarik lagi bagi suaminya.

(20)

4. Fase- Fase Yang Dialami Ibu Nifas : ( Menurut Ambarwati, 2008 )

a. Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.Pengalaman selama proses persalinan sering berulang di ceritakannya kelelahan membuat ibu kurang istirahat, untuk itu mencegaah gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi, selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika kemungkinannya kurang hati-hati.

c. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan, keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

(21)

C. Praktek Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi

Orang tua baru dapat merasa kebingungan dengan tugas yang akan datang untuk merawat seorang bayi baru lahir. Salah satu konsep utama yang harus ditekankan secara berulang ialah bahwa menjadi orang tua merupakan peran yang dipelajari. Demonstrasi dan diskusi dasar-dasar keterampilan untuk merawat bayi, seperti memberi makan, memandikan, mengganti popok, perawatan tali pusat dan menggendong bayi termasuk dalam keterampilan yang harus diperagakan. Orang tua harus diberi kesempatan untuk melatih keterampilan merawat bayi yang didemonstrasikan (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

Pendidikan pada orang tua menjadi kewajiban dari tim perawatan maternal-anak untuk mengajarkan ibu bagaimana cara merawat bayinya (Hamilton, 1995). Alur perawatan memberi arah yang jelas untuk mengkoordinasi perawatan, mengajarkan informasi penting, menyiapkan ibu postpartum untuk pulang, dan mendukung orang tua untuk bisa mandiri (Gillerman, Beckham, 1991 dalam Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Berikut akan dijelaskan hal-hal yang harus diketahui oleh ibu tentang perawatan bayi baru lahir:

1. Memandikan Bayi

Mandi memiliki beberapa tujuan. Mandi merupakan kesempatan untuk (1) membersihkan seluruh tubuh bayi, (2) mengobservasi keadaan, (3) memberi rasa nyaman, dan (4) mensosialisasikan

(22)

orangtua-bayi-keluarga (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Sesuai dengan umur bayi, ada cara untuk memandikan bayi.

a. Mandi Spons. Apabila tali pusatnya belum lepas, membersihkan bayi dengan menggunakan spons. Jadi, tidak perlu memandikan bayi dalam bak mandi. Mandi dengan cara ini bisa dilakukan sampai bayi berusia 4-6 minggu. Saat memandikan bayi, pilihlah posisi yang paling nyaman. Misalnya, duduk sambil memangku bayi, atau berdiri dan bayi diletakkan di atas meja. Sabunlah seluruh tubuh bayi dengan spons. Khusus untuk membersihkan bagian kepala, selain menggunakan sabun khusus bayi, dapat juga menggunakan sampo khusus bayi. Membilas, dan mengeringkan dengan handuk lembut. b. Mandi dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas,

memandikan bayi dapat dilakukan di bak mandi. Gunakanlah bak mandi sesuai ukurannya dengan bayi. Mengisi bak mandi dengan air hangat (suhunya 36-370C) setinggi 7,5-8,0 cm. Berhati-hatilah pada waktu mencelupkan bayi ke dalam air. Bila bayi baru pertama kali dimandikan, memberikan waktu kepada bayi untuk mengenal bagaimana rasanya berada di dalam air, setelah itu mulai memandikan bayi.

Menggosok tubuh bayi dengan waslap atau spons. Tetapi, untuk membersihkan hidung dan telinga, digunakan cotton buds. Sebelum mencuci rambut bayi, terlebih dahulu membasuh wajah bayi dengan air lalu keringkan dengan handuk. Setelah itu, menggosok rambut

(23)

bayi dengan sampo. Pada waktu membilas, kepala bayi diangkat lebih tinggi dari bak mandi (Musbikin, 2006).

2. Memberi ASI pada Bayi /Feeding

Makanan bayi yang terbaik, sehat, dan sempurna adalah ASI yang diberikan minimal sampai anak berusia 2 tahun (Musbikin, 2006). Pemberian ASI untuk yang pertama kali pada umumnya sebelum 5-6 jam setelah bayi dilahirkan, dengan cara meletakkan bayi di atas payudara ibu. Pemberian ASI diberikan selama 15-20 menit tiap kali menyusui (Pudjiadi, 2001).

Metoda dalam pemberian ASI: (a). Memilih posisi yang nyaman baik duduk, berdiri maupun berbaring dengan punggung terdukung dengan baik, gunakan bantal untuk menyangga bayi sehingga mencapai ketinggian payudara. Memastikan seluruh tubuh bayi, tidak hanya kepalanya menghadap ke tubuh Anda. (b). Memegang bayi mendekat ke arah Anda dan memastikan bahwa kepalanya berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling ke satu sisi. (c). Memposisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian putting, Mengusap pipi bayi dengan jari atau dengan putting, dengan demikian bayi secara naluriah akan berbalik, menempelkan mulutnya, dan mulai menghisap. (d). Membantu bayi dalam mengangkap aerola dengan benar. (e). Menyisipkan jari Anda ke sudut mulut bayi, menghentikan isapan bayi untuk melihat apakah ada aliran dari payudara. (f). Bila perlu memutar musik yang tenang dan jika rumah anda sangat ramai, cari tempat yang sunyi dimana

(24)

tidak akan menggangu selama memberikan ASI (The American Academy

of Pediatrics, 2004); (Nolan, 2003).

D. Karakteristik Ibu Nifas 1. Umur Ibu

Menurut Hartanto, usia reproduksi yang baik adalah pada usia 20-35 tahun dimana usia tersebut merupakan periode yang paling baik untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2001, p.134).

Seorang wanita sebagai insan biologi sudah memasuki usia produktif beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman yaitu umur 20-30 tahun. Setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Besarnya resiko itu sangat ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi dan lingkungan setempat. Angka kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu muda dan terlalu tua yaitu umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Masa antara umur 20-35 tahun adalah tahun terbaik untuk mempunyai keturunan yang berarti bahwa kemungkinan terjadinya gangguan pada kehamilan dan persalinan adalah sangat kecil (Prawirohardjo, 2007, p.23). Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas serta cara mengasuh dan

(25)

menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI), sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut Hurlock disebut sebagai “masa dewasa“ dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan masala-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan merawat bayinya. Berdasarkan penelitian Kusmayanti (2005) bahwa semakin meningkat umur maka presentasi berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan dan mobilitas yang masih rendah. Menurut pendapat Hurlock B.E (2002) bahwa semakin meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih matang.

2. Pendidikan Ibu

a. Definisi Pendidikan

1) Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa : Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi pribadinya yang berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Pendidikan merupakan kemajuan-kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.

(26)

2) Suryo (2001) mengatakan bahwa : Pendidikan pada dirinya adalah penanaman pengetahuan serta pengembangan mental maupun ketrampilan yang berlangsung dengan jangkauan waktu tertentu, sejak mulai pelaksanaanya, sebaiknya juga diawali dari analisis kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut ditempat diharapkannya peserta didik dapat bekerja, dan tidak berhenti sampai pada evaluasi hasil pendidikan saja.

b. Fungsi Pendidikan

Secara mikro, pendidikan membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani, secara makro kegiatan pendidikan berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, masyarakat.

1) Pendidikan Keluarga

a) Merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk pertama kali mendapat pengaruh sadar.

b) Keluarga sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. c) Dalam lingkungan keluarga yang harmonis mampu

memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya, sehingga akan lahir anak yang mempunyai kepribadian dengan pola yang mantap

(27)

2) Pendidikan Sekolah

Sekolah merupakan jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, kejurusan, kedinasan, keagamaan dan pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi serta ada pendidikan pra sekolah. Mengenai jenjang pendidikan menurut undang-undang RI No. 20 th 2003 tentang SISDIKNAS adalah: a) Pendidikan Dasar

Adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta mempersiapkannya untuk mengikuti pendidikan menengah. Merupakan bakal dasar bagi perkembangan kehidupan baik pribadi maupun masyarakat. Oleh karena itu warga negara diberi kesempatan memperoleh pendidikan dasar. Terdiri dari SD dan SMP.

b) Pendidikan Menengah

Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum (SMA/MA) dan kejuruan.

(28)

c) Pendidikan Tinggi

Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendidikan tinggi terdiri dari Akademi, Instansi, Sekolah Tinggi, dan Universitas. 3) Pendidikan di Masyarakat

Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang ikut bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan di masyarakat, anak akan dibekali dengan penalaran, ketrampilan dan sikap, oleh karena itu sering juga pendidikan di masyarakat dijadikan upaya untuk mengoptimalkan perkembangan diri

c. Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah bayi hidup atau mati (Patricia W, 2006 :78). Paritas (pernah melahirkan) ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, 2006 : 133).

(29)

Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Primipara (melahirkan anak 1x)

2) Multipara (melahirkan anak > 1x)

3) Granda multipara (melahirkan anak > 4x)

d. Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut menurut notoadmojo (2003):

1) Faktor predisposisi (presdiposing factor):

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

2) Faktor pemungkin (enabling factors) :

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atauprasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilakuseseorang atau masyarakat. c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Pengetahuan, sikap, dan fasilitasyang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

(30)

Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut menurut jensen (2004):

1) Faktor Predisposisi a) Tingkat pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Menurut (Uhbiyati dan Ahmadi, 2007, p.70), Pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.

b) Tingkat pengetahuan

Perawatan bayi baru lahir yang baik dapat menjaga kondisi bayi tetap sehat, maka ibu perlu tahu perawatan yang benar. Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2003) agar

(31)

seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus sudah ada pada tingkatan pengetahuan aplikasi. Aplikasi dianggap sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. Jadi seorang ibu bisa merawat bayinya dengan baik tergantung dari tingkat pengetahuan ibu untuk mengaplikasikan pengetahuannya.

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan gambaran pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lainnya.

Menurut Eisenberg , menyatakan bahwa pertama kali seorang ibu merawat bayi mungkin akan merasa kecil hati sejenak, merasa kaku untuk mengerjakannya dan ingin lari dari kenyataannya. Perasaan ini hanya dialami setiap orang tua yang baru pertama kali merawat anaknya karena kurangnya ketrampilan dan pengalaman ibu dalam merawat bayi. Berbeda dengan kelahiran anak kedua dan ketiga yang akan memberi

(32)

perubahan yang lebih jauh untuk memerankan fungsinya dengan baik dalam merawat bayi.

d) Pekerjaan

Ibu yang bekerja dalam merawat bayinya juga memberikan dampak yang sangat luas terhadap anaknya yaitu dapat menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan, pendidikan anak tersebut. Karena hak seorang anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan adalah mendapat kasih sayang dan perawatan secara continue (Suryabudhi, 2003).

e) Usia

Reaksi umum terhadap kelahiran bayinya sangat bervariasi terutama jika terjadi reaksi pembelahan diri yang menentang, merasa sangat dirugikan dan terhambat oleh kehadiran bayinya karena bertambahnya macam-macam tugas baru untuk merawat dan mengasuh bayinya. Perasaan semacam ini terutama banyak dijumpai pada ibu-ibu yang usianya sangat muda yang belum siap secara mental untuk menjadi seorang ibu.

f) Sosial budaya

Sosial budaya juga mempengaruhi tindakan ibu dalam merawat bayinya. Menurut Suryabudhi (2003) sejak kelahiran bayi dorongan-dorongan biologis dan instruktif dari ibu dilindungi dan distimulir oleh lingkungannya seperti halnya

(33)

usia ibu muda agar mampu menyusui serta memelihara anaknya dengan cara memberikan macam-macam makanan dan minuman tradisional seperti jamu. Ibu nifas berusaha memberikan hal yang terbaik saja bagi bayinya dengan mengikuti adat istiadat yang ada.

g) Sosial ekonomi

Menurut Kartono (1992) diantara kaum wanita kaya raya, banyak yang memilih untuk menitipkan bayinya selama beberapa tahun ke suatu rumah perawatan atau menyewa seorang pengasuh untuk menyusui dan mengasuh anaknya, agar tidak merasa direpotkan bayinya. Sedangkan ibu di kelas ekonomi rendah lebih memilih untuk mengasuh anaknya sendiri dari pada membayar seorang pengasuh untuk merawat bayinya, sehingga ibu ini mempunyai pengetahuan dan kepercayaan diri dalam merawat bayinya untuk berkontak langsung dengan seorang bayi.

h) Dukungan suami

Primipara dan Multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya. Primipara mungkin memerlukan dukungan yang lebih besar dan tindak lanjut yang mencakup rujukan ke badan bantuan dalam masyarakat.

(34)

Keluarga dan teman-teman orang tua dan anak yang baru lahir ini membentuk dimensi penting dalam jaringan sosial orang tua, yang sebagian besar mungkin tergantung pada keadaan budaya. Hubungan cinta dan emosi yang positif tampaknya sangat penting untuk memperkaya kemampuan menjadi orang tua dan mengasuh anak (Gottlieb,1980;Schomkoff;1984). Orang tua atau keluarga mertua, yang membantu urusan rumah tangga dan tidak mengganggu keleluasaan pribadi atau tidak hanya memberi kritikan, akan sangat dihargai. Kadangkala jaringan kekerabatan yang luas menimbulkan masalah karena nasihat yang diterima oleh orang tua baru saling bertentangan. Pada beberapa kelompok budaya, suatu jaringan kekerabatan yang luas dapat menjadi unsur pendukung yang penting (Jensen, 2004, p.516).

2) Faktor pendukung

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.

(35)

Faktor pemungkin adalah suatu faktor yang mendukung terjadinya suatu perilaku, misalnya untuk terjadinya perilaku ibu untuk merawat bayi baru lagir maka di perlukan: tersedianya persiapan-persiapan dalam merawat bayi sesuai SOP yang sudah ditetapkan oleh bidan.

3) Faktor pendorong

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penguat merupakan faktor pendukung selain pengetahuan, sikap dan fasilitas. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah mengetahui tatacara merawat bayi dan juga tersedia fasilitas di lingkungannya, tetapi mereka belum melaksanakan karena suami, orang tua dan mertua tidak mendukung.

(36)

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Green (1980) dikutip dari Jensen (2004) Faktor predisposisi: - Pengetahuan - Usia - Pendidikan - Paritas - Pekerjaan - Pengalaman - Sosial Ekonomi - Sosial Budaya Faktor pendukung : - Ketersediaan sarana pendukung Faktor Pendorong : - Tokoh masyarakat - Sikap petugas kesehatan - Dukungan keluarga dan suami Perawatan Bayi 1. Memandikan bayi 2. Pemberian ASI

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilakuan individu yang

Hidrolisis hemiselulosa sisa ketaman kayu dalam media asam asetat menghasilkan pentosa yang cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu reaksi, dan furfural sebagai

Setiap orang pada dasarnya mempunyai harapan-harapan akan perkembangan dirinya di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya timbul pertanyaan

Guru meminta siswa untuk menyatukan kalimat yang telah disusun masing-masing anggota kelompok sehingga menghasilkan bacaan satu paragraf.. Setiap kelompok secara

Berdasarkan tabel 6 Menunjukkan Karakteristik responden berdasarkan Cara Mengatasi Pre Menstruasi Syndrome (PMS) pada Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 5 Jombang

Workflow system merupakan pengembangan dari sebuah perangkat lunak yang mengotomasi proses bisnis dengan menyediakan sebuah rangka kerja terstruktur untuk

Tanggal.... Dosis rifampisin yang diberikan dokter sudah sesuai dengan berat badan pasien, karena jika disesuaikan berdasarkan berat badannya pasien bisa mendapatkan

Rentetan kalimat yang berkaitan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan (Alwi, dkk. Dari beberapa pengertian wacana