• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar SAPPK ITB - 17 Oktober 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar SAPPK ITB - 17 Oktober 2009"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

S

e

m

in

a

r

h

a

s

il

p

e

n

e

lit

ia

n

d

o

s

e

n

S

A

P

P

K

t

a

h

u

n

2

0

0

8

K

o

ta

,

L

in

g

k

u

n

g

a

n

&

R

U

A

N

G

K

E

H

ID

U

P

A

N

S

a

b

tu

1

7

O

k

to

b

e

r

2

0

0

9

R

u

a

n

g

S

e

m

in

a

r

S

A

P

P

K

I

T

B

PENDAHULUAN:

Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya

perubahan fisik pada permukiman pasca tsunami,

serta isu pendorong dan permasalahan perubahan

tersebut.

3 karakteristik kerusakan yang terjadi akibat tsunami

(1) Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang (low

damage area), (2) Desa Pananjung, Kecamatan

Pangandaran (medium damage area), dan (3) Desa

Cikembulan, Kecamatan Sidamulih (highly damage

area).

Data kuantitatif (90 kuesioner) dan wawancara

dengan narasumber dan warga masyarakat setempat.

(2)

DUSUN CANTIGI, KECAMATAN CIKEMBULAN

MASA REKONSTRUKSI

Rescue >

Reconstruction >

Recovery

(3)

PENGUMPULAN DATA EMPIRIS:

Penelitian di Pantai Selatan Jawa Barat ini mengambil 3 (tiga) lokasi studi

yaitu:

Desa Batukaras Kecamatan Cijulang,

Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dan

Desa Cikembulan Kecamatan Sidomulih

Ketiganya dipilih berdasarkan tingkat kerusakan masing-masing akibat

tsunami berdasarkan penelitian empiris yang sudah dilakukan sebelumnya.

Kuantitatif, 90 (sembilan puluh) kuesioner

Survai kualitatif dengan wawancara

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI KASUS:

WILAYAH STUDI KASUS PANGANDARAN, JAWA BARAT

(4)

(BATUKARAS)

low damage

Area low damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala yang kecil

Rendahnya tingkat kerusakan di kawasan ini karena perumahan dilingkupi oleh bukit dan

tembok atau benteng dari villa sehingga menghalangi dan meredam arus ombak yang

datang

(PANANJUNG)

medium damage

Garis putus-putus menunjukkan batas

kerusakan

Bangunan yang berada pada baris pertama

mengalami kerusakan berat, sedangkan

bangunan yang berada pada baris ketiga

hanya mengalami sedikit kerusakan

struktural namun bangunan penuh oleh

pasir dan puing-puing.

(5)

(PANANJUNG)

Area medium damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam

skala menengah atau tidak mengalami kerusakan penuh

(CIKEMBULAN)

high damage

Perumahan mewah di belakang sabuk

perkebunan kelapa, struktur rusak ringan,

selubung bangunan rusak parah

Perumahan lama, rusak 2 dusun, secara

keseluruhan rusak berat, struktur hanya

tinggal pondasi

Deretan tiga villa, secara struktural masih

bagus, sebagian besar dibangun ulang

(6)

Area high damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala tinggi atau

mengalami kerusakan penuh

(CIKEMBULAN)

Yakkum Emergency Unit tidak membangunkan rumah dalam bentuk rumah yang utuh atau siap huni, bentuk struktur utama bangunan dengan konstruksi yang tahan gempa.

Biaya pembangunan struktur 12 juta rupiah.

Pembuatan dinding luar dan dinding dalam, pintu, jendela, lantai dan atap harus dilakukan oleh penghuni dari rumah tersebut.

Warga mendapat dana bantuan sebesar 15 juta dari pemerintah.

Dana bantuan pemerintah sebesar 15 juta umumnya merupakan bangunan rumah 1 lantai dengan struktur kayu. Pada dusun ini, dari jumlah 45 rumah (45 KK) yang seharusnya dibangunkan oleh YEU, sebanyak 14 warga (14

KK) tidak memperoleh bantuan pembangunan struktur rumah oleh YEU dikarenakan sudah membangun rumah dari dana 15 juta bantuan pemerintah.

(7)

JENIS REHABILITASI

PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

(8)
(9)

PERUBAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI:

Studi kasus mempunyai proses perubahan fisik dan non fisik yang

berbeda-beda

Proses perubahan fisik dan non fisik dipengaruhi faktor pendorong

perubahan

Berdasarkan analisis data empiris l diketahui bahwa perubahan lingkungan

perumahan terkait dengan:

Perubahan kualitas lingkungan,

Pengendalian perkembangan lingkungan dan

Pemeliharaan lingkungan permukiman

Faktor Sosio-Budaya Faktor Politis-Administratif Faktor Ekonomi •Migrasi •Kelembagaan formal dan non formal Fungsi pusat pelayanan dan perencanaan pembangunan •Pariwisata •Peluang usaha •Pasar tanah formal dan informal Faktor Fisik •Relokasi •Rekonstruksi

(10)

Terendah

Tertinggi

Sedang

Perasaan

Aman dari

Bencana

4.

Tidak ada akses untuk

menyeberangi sungai

sehingga jalur

evakuasi menjadi lebih

jauh dan berputar

Akses jalan lingkungan

yang lebar menuju area

yang lebih tinggi. Dari

jalan lingkungan ini

warga dapat melihat

langsung ke arah laut

sehingga dapat melihat

bencana datang

Akses langsung ke atas

bukit yang mengelilingi

dusun. Dusun dikelilingi

bukit dan benteng

sehingga agak tertutup

dari pantai, tidak ada

view/pandangan

langsung ke arah laut

Jalur

Evakuasi/

penyelamatan

diri dari

bencana

3.

Di area sebelum

relokasi: Tidak ada

Di area setelah

relokasi: Kebun

Kelapa

Tidak ada

Bukit dan benteng, vila

Batas dengan

Pantai

2.

High Damage

Medium Damage

Low Damage

Jenis

Kerusakan

1.

Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Dusun Karangsari, PANANJUNG Dusun Batu Karas, BATU

KARAS Elemen

Perbandingan N0

PROSES PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:

Rumah-rumah memiliki struktur yang lebih permanen dan kondisi yang lebih baik

Rumah-rumah dibangun dengan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum tsunami dengan tujuan untuk menarik pengunjung Masih sama dengan

sebelum tsunami Perubahan Kondisi

Rumah

6.

Mayoritas bangunan permanen dengan struktur tahan gempa bantuan dari YEU. Setiap bangunan disusun saling berhadapan Mayoritas bangunan

permanen, banyak dari mereka yang menumpang terusir dari tanah tempat mereka menumpang Mayoritas bangunan

permanen dan sejumlah bangunan semi permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Kondisi Rumahsetelah

Tsunami 5.

Mayoritas bangunan semi permanen, sejajar antar satu dan lainnya, mengelompok dan antar kluster terpisahkan oleh tanah kosong Mayoritas bangunan semi

permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Mayoritas bangunan

permanen dan sejumlah bangunan semi permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Kondisi Rumahsebelum

Tsunami 4.

Mayoritas tanpa IMB Sudah memiliki IMB

Mayoritas tanpa IMB IMB (Izin Mendirikan

Bangunan) 3.

Mayoritas menumpang Milik dan menumpang

Milik dan menumpang Status Bangunan

2.

Mayoritas tanah desa Mayoritas tanah milik

bersertifikat Mayoritas tanah milik

tidak bersertifikat (girik) Status Tanah 1. Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Dusun Karangsari, PANANJUNG Dusun Batu Karas,

BATU KARAS Elemen Perbandingan

N0

(11)

Kondisi lingkungan menjadi

lebih baik. Masyarakat

memperoleh kemudahan

dalam memperoleh pelayanan

listrik

Kondisi jalan lingkungan

semakin baik

Masih sama dengan

sebelum tsunami

Perubahan

Kondisi

Infrastruktur

3.

Ada rencana untuk

pengaspalan jalan. Masyarakat

membuang sampah pada

tanah kosong. Hampir seluruh

rumah telah memperoleh

pelayanan listrik

Sejumlah jalan

lingkungan telah

mengalami pengaspalan.

Masyarakat membuang

sampah pada tanah

kosong

Seluruh jalan lingkungan

masih berupa jalan tanah.

Drainase banyak yang

tidak berujung pada

drainase kota. Masyarakat

membuang sampah pada

tanah kosong

Kondisi

Infrastruktur

setelah

Tsunami

2.

Seluruh jalan lingkungan masih

berupa jalan tanah.

Masyarakat membuang

sampah pada tanah kosong.

Mayoritas belum memperoleh

pelayanan listrik

Seluruh jalan lingkungan

masih berupa jalan tanah.

Masyarakat membuang

sampah pada tanah

kosong

Seluruh jalan lingkungan

masih berupa jalan tanah.

Drainase banyak yang

tidak berujung pada

drainase kota. Masyarakat

membuang sampah pada

tanah kosong

Kondisi

Infrastruktur

sebelum

Tsunami

1.

Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Dusun Karangsari,

PANANJUNG Dusun Batu Karas, BATU

KARAS

Elemen Perbandingan

N0

PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:

Pemerintah memberikan bantuan berupa:

• 15 juta rupiah rekonstruksi/rumah •7.5 juta rupiahrekonstruksi/warung • Peminjaman tanah desa untuk relokasi • Pembangunan struktur tahan gempa per kk dari YEU

• Pembangunan unit pengolah gula Pemerintah memberikan bantuan

berupa: • 15 juta rupiah rekonstruksi/rumah • 7.5 juta rupiah untuk rekonstruksi/warung

• Pengaspalan jalan lingkungan • Kemudahan bagi warga yang Pemerintah memberikan bantuan berupa: • Perahu • Jaring • Mesin kapal

Fasilitasi

Pemerin-tah

Halaman rumah digunakan untuk aktivitas rumah tangga seperti

menjemur, bercocok tanam, beternak dll. Halaman rumah digunakan untuk

aktivitas rumah tangga seperti menjemur, bercocok tanam, beternak, warung dll. Sejumlah rumah menyediakan tempat parkir mobil di depan rumah sebagai salah satu fasilitas bagi pengunjung yang menginap Halaman rumah banyak

yang digunakan untuk aktivitas yang terkait pekerjaan nelayan: menjemur jaring, menyimpan mesin motor kapal, kolam ikan, disamping kegiatan rumah tangga seperti menjemur, bertanam, beternak, warung dll.

Pemanfaatan

Halaman

Rumah

Mayoritas di Bidang Perkebunan

Mayoritas di Bidang

Pariwisata

Mayoritas Nelayan

Pencaharian

Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Dusun Karangsari, PANANJUNG

Dusun Batu Karas, BATU KARAS Elemen

Perbandingan

(12)

Direncanakan akan menjadi

desa wisata kerajinan rakyat

dengan sejumlah fasilitas

yang meliputi: kios kerajinan,

Masjid, balai pertemuan,

lapangan, tempat parkir, area

wisata agro, sungai wisata,

dll.

Areal permukiman menyatu

dengan aktivitas pariwisata

seperti penginapan (kamar

dan rumah sewa), warung,

WC umum dll.

Area yang dipengaruhi oleh

pariwisata adalah area dekat

pantai wisata, sementara itu

area pantai nelayan tidak

begitu dipengaruhi oleh

aktivitas wisata, kecuali pada

area (batas) terluar dusun

nelayan dengan adanya

vila-vila penginapan

Pariwisata

Hampir seluruh rumah pada

dusun Cantigi memiliki

struktur dan jenis material

rumah yang sama

Rumah yang dimiliki orang

asing/bukan masyarakat

setempat, cenderung mewah

dan memiliki benteng yang

tinggi

Penduduk pemilik tanah:

rumah permanen (bata)

Penduduk menumpang:

rumah semi permanen (bilik)

Penduduk pemilik tanah:

rumah permanen (bata)

Penduduk menumpang: rumah

semi permanen (bilik)

Rumah yang dimiliki orang

asing cenderung mewah dan

memiliki benteng yang tinggi

Perbedaa

n Fisik

terkait

Sosial

Ekonomi

PERUBAHAN FISIK & NON FISIK:

PERUBAHAN FISIK:

Perubahan dan pengalihan penggunaan tanah serta

bangunan, dari hunian menjadi komersial

Jenis fasilitas sosial, fasilitas umum dan infrastruktur yang

dibangun

Cara membangun: dari informal ke formal, melibatkan pihak

pembangunan ketiga yang bukan pemilik tanah atau

bangunan

Status kepemilikan tanah dan bangunan: dari menumpang

atau milik pemerintah/desa/pribadi ke milik atau hak guna

pakai

(13)

PERUBAHAN NON FISIK:

Perubahan dalam jumlah dan tingkat kepadatan penduduk

Perubahan kondisi sosio-ekonomi

Perubahan institusi membangun

KESIMPULAN:

Isu yang muncul dan dianggap penting dalam telaah

mengenai transformasi permukiman pasca tsunami yang telah

dilakukan sebelumnya di antaranya adalah:

a. Pembangunan infrastruktur sebagai pemandu kepada

perkembangan yang teratur dan terencana,

b. Penguatan kondisi dan hubungan sosio-ekonomi, dan

perumahan sewa khususnya bagi masyarakat tidak mampu,

c. Pemberdayaan komunitas setempat.

(14)

REKOMENDASI:

Low Damage

Medium

Damage

High Damage

Kejelasan peran aktor lokal:

kepala desa, RW/RT

Selain sebagai pemelihara,

aktor lokal juga berwenang

dalam pengendalian

pembangunan

Peningkatan

kapasitas

lembaga dan

aktor

pemeliharaan

permukiman

Pemberdayaan

kelembagaan

pembangunan

dan

pemeliharaan

permukiman

b.Faktor

Politis-Administratif

Low Damage

Medium

Damage

High Damage

Sosialisasi Penggunaan ijin

bangunan

Pemanfaatan sistem ijin

bangunan

Membangun sistem ‘retribusi’

untuk keberlanjutan program

pemeliharaan lingkungan

permukiman

Pebaikan

mekanisme yang

sudah ada dan

menjadi bagian

komunitas

Pengendalian

perkembangan

serta

pemeliharaan

lingkungan

permukiman

a. Faktor

Sosio-Budaya

Kategori

Tingkat

Kerusakan

Tujuan Kebijakan/

Program

Kebijakan

Isu dan

Permasalahan

Transformasi

Faktor

Pendorong

Transformasi

Kategori

Tingkat

Kerusakan

Tujuan Kebijakan/

Program

Kebijakan

Isu dan

Permasalahan

Transformasi

Faktor

Pendorong

Transformasi

Medium

Damage

High Damage

Memberikan jaminan tinggal bagi

masyarakat menengah ke bawah

Memberikan jaminan tinggal bagi

masyarakat luas

Pengembangan

perumahan sewa

yang terjangkau

Kepemilikan

tanah dan alih

fungsi rumah

menjadi

komersial

d. Faktor

Fisik

Low Damage

Medium

Damage

High Damage

Sosialisasi mekanisme

pengajuan proposal untuk

pemeliharaan dan pembangunan

lingkungan permukiman

Komunitas lokal sebagai

perencana lingkungannya

Peningkatan

partisipasi sektor

publik dan

kejelasan akses

untuk

pemberdayaan

Partisipasi dan

pemberdayaan

komunitas

c. Faktor

Ekonomi

REKOMENDASI:

(15)

UCAPAN TERIMA KASIH:

Disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut

Teknologi Bandung, yang telah membiayai penelitian bertema permukiman dan

pasca-bencana yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh Kelompok Keahlian

Perumahan Permukiman, Perancangan Arsitektur, dan Teknologi Bangunan dalam

lingkup Program Studi Arsitektur ITB pada tahun 2008.

REFERENSI:

Amin, Mirna, (2005), Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Asian Disaster Reduction Center (ADRC) http://www.adrc.or.jp/

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencanahttp://www.bakornaspbp.go.id/new/

Blong, R. (2004) Residential building damage and natural perils: Australian examples and issues. Building Research & Information, 32(5), 379–390.

Cannon, T. (1994): Vulnerability analysis and the explanation of natural disasters. In Varley, A., editor, Disasters development and environment. Chichester: John Wiley, 13–30.

Chichester.Comerio, M.C. (1998) Disaster Hits Home: New Policy for Urban Housing Recovery, University of California Press, Berkeley.

Freiler, Christa (2004), Why Strong Neighbourhoods Matter: Implications for Policy and Practice, Toronto.

Gulkan, P. (2001). The Search for Enhanced Disaster Resistance of the Building Stock in Turkey: Recent Legislative

Measures for Effective Building Code Enforcement and Mitigation Policies. Consultancy Report for The World Bank and

Turkish Treasury, TEFER, Government of Turkey, Ankara.

Herbowo, B.A,. (2005), Perencanaan dan Perancangan Tata Ruang Wilayah Rentan Bencana Bencana.

Koerniawan M D et.al (2008) Konsiderasi untuk Teknologi Bangunan Paska-Bencana: Ketahanan Bencana dari Rumah dan

Permukiman Tradisional Jawa Barat dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi

Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan. Larasati D et.al (2008) Pengembangan Model Proses Produksi Pembangunan Rumah Pasca Bencana Berbasis

Kemampuan Lokal Di Indonesia dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi

Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan MasyarakatsecaraBerkelanjutan. Lempert, R. J., S.W. Popper, and S. C. Bankes. (2003). Shaping the next one hundred years: New methods for quantitative,

long-term policy analysis. Santa Monica, CA: Rand.

NEDO. (2006). CDM Development in Indonesia: Enabling Policies, Institution and Programmes, Issues and Challenges. s.l. : Nedo.

Pratiwi, W.D., (2007): Post-disaster settlement reconstruction and the regulative mechanism: A comparative enquiry. Proceeding International Seminar on Post-Disaster Reconstruction: Assistance to Local Governments and Communities 8-10Juli 2007.ISBN 978-979-95132-8-1.

(16)

Terima kasih atas perhatiannya

Referensi

Dokumen terkait

Data rekam medis yang diamati adalah data pasien hipertensi yang datang ke klinik hortus medicus dan melakukan pemeriksaan profil lipid.. Parameter yang

Perubahan bagian dari inti baja dari austenit menjadi martensit selalu disertai dengan perubahan volume ditambah pula perbedaan suhu antara kulit dan inti dari

a. Pengkoordinasian Penyempurnaan dan Penyusunan Standar Pelaksanaan Perencanaan dan Standar Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Perencanaan di Bidang Kesehatan, Kependudukan,

seperti yang dihendaki oleh peraturan hukum. Agar dapat mewujudkan suatu sistem peradilan pidana yang ideal bagi anak dalam hal ini yang bermasalah dengan hukum, maka

Morfologi badan ubin keramik dengan ukuran butiran lebih kecil akan mengalami evolusi struktur mikro lebih cepat kearah pembentukan mulit, densifikasi, vitrifikasi dan

[r]

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rasio-rasio keuangan disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel total hutang dibagi dengan total modal (DER) dapat

Pembahasan univariat berdasarkan penurunan skala nyeri pada tabel 4 skala nyeri sebelum dilakukan terapi diketahui dari responden total berjumlah 17 orang dengan