• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum Analisis Kadar Gula Pereduksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Praktikum Analisis Kadar Gula Pereduksi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR GULA PEREDUKSI, GULA TOTAL, DAN KADAR PATI

Shafira Aulia Rahmah (240210150067)

ABSTRAK

Karbohidrat merupakan salah satu komponen makro dalam pangan yang berfungsi sebagai sumber energi, tekstur makanan dan serat. Karbohidrat dalam pangan dalam bentuk monosakarida, disakarida dan polisakarida. Metode yang digunakan untuk analisis karbohidrat adalah Luff Schoorl. Prinsip analisis ini adalah monosakarida mereduksi logam alkali Cu2+. Analisis kadar gula perlu

dilakukan untuk memastikan jumlah komponen tertentu dalam bahan pangan untuk menarik konsumen. Tujuan analisis metode Luff Schoorl adalah menghitung kadar karbohidrat. Kadar gula pereduksi rata-rata pada sampel minuman bersoda adalah 1,411%, biskuit sebesar 3,488%, larutan sebesar 5,668% dan puding sebesar 1,498%. Kadar pati tepung hunkue adalah 75,99% dan tepung pisang sebesar 83,10%.

Kata kunci: Karbohidrat, Komponen, Luff Schoorl, Gula Pereduksi, Pati

ABSTRACT

Carbohydrates are one of the macro component in food that serves as a source of energy, the texture of the food and fiber. Carbs in dood in the form of monosaccharides, disaccharides and polysaccharides. The methods used for the analysis of carbohydrates is Luff Schoorl. The principle of this analysis is a monosaccharide alkali metal reduction of Cu2+. Analysis of sugar levels need to

be done to ensure the number of components in a particular food to attract consumers. The purpose of the analysis method of the Luff Schoorl is calculating the levels of carbohydrates. Reducing sugar levels on averafe on a sample sparkling beverages is 1,411%, biscuit of 3,588%, solution of 5,688%, and pudding of 1,498%. Levels of starch flour hunkue is 75,99% and banana starch is 83,10%

Keywords: carbohydrate, components, Luff Schoorl, Reducing Sugar, Starch PENDAHULUAN

Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton. Pada umumnya karbohidrat dikelompokkan menjadi monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Penentuan kadar karbohidrat, khususnya dalam hal ini adalah penentuan kadar gula reduksi, total gula dan kadar pati pada suatu bahan pangan sangat penting untuk dilakukan, karena kadar karbohidrat yang terdapat dalam suatu bahan pangan akan sangat berpengaruh terhadap nilai gizi bahan pangan tersebut.

(2)

Penentuan kadar karbohidrat yang biasa dilakukan adalah penentuan kadar gula reduksi, gula total dan kadar pati. Kadar gula pereduksi adalah analisis yang dilakukan untuk mengukur jumlah kadar gula pereduksi yang ada dalam suatu bahan pangan. Hanya gula pereduksinya saja, seperti glukosa dan fruktosa. Sedangkan kadar gula total adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui jumlah keseluruhan semua gula dalam bahan pangan baik itu gula pereduksi maupun gula non pereduksi (Hermayanti, 2006).

Penetapan karbohidrat produk dapat dilakukan dengan metode Luff Schoorl. Metode ini diaplikasikan untuk produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang rendah dan pati alami atau modifikasi. Untuk mampu menganalisis karbohidrat dalam produk pangan tertentu dapat digunakan dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Metode penentuan kadar yang digunakan adalah metode Luff Schoorl yaitu dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (Sudarmadji, 2004).

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan untuk analisis gula pereduksi dan gula total metode Luff Schoorl sebagai sampel yaitu biskuit, big cola, puding, larutan Luff Schoorl, Pb-Asetat 5%, Na-Phosphat 5%, akuades, KI 30%, H2SO4 6N, Natrium tiosulfat

0,1 N, amilum 1%. Bahan yang digunakan untuk analisis kadar pati yaitu tepung hunkue dan tepung pisang sebagai sampel, akuades, HCl 2,5%, NaOH 4N dan indikator PP 1%.

Alat yang digunakan adalah gelas ukur, pipet volume, buret, erlenmeyer, labu ukur, corong dan kertas saring, pendingin baik, alat pemanas, alat refluks, gelas kimia, spatula, kawat kassa, gelas kimia, klem dan statif, neraca analitis, dan kompor gas.

Pembuatan larutan Gula Reduksi(A)

Sebanyak 2,5 gram disiapkan dalam 50 ml aquades lalu ditambahkan 5 ml Pb-asetat 5% dan 5 ml Na-phospat 5%, dikocok kuat-kuat. Ditambahkan aquades hingga tanda batas. Selanjutnya suspensi dilakukan penyaringan, kemudian diambil 50 ml dan dilakukan evaporasi hingga setengah volume. Suspensi dipindahkan kedalam labu ukur 100ml dan tepatkan aquades.

Pembuatan Larutan Gula Total (B)

Sebanyak 50 ml larutan A disiapkan dalam 20 ml HCl 4N dan 5 tetes metil orange. Selanjutnya suspensi dilakukan pemanasan selama 30 menit lalu didinginkan hingga suhu 20ºC kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml. Suspensi dinetralkan dengan NaOH 4N lalu tepatkan aquades.

(3)

Penentuan Kadar Pati

Sebanyak 3 gram sampel disiapkan dalam 30 ml aquades. Suspensi didiamkan selama 1 jam sambil diaduk. Lalu suspensi disaring dan dicuci endapan dengan 125 ml aquades dan ditambahkan 100 mL HCl 2,5% kedalam erlemeyer. Suspensi di refluks selama 2,5 jam kemudian didinginkan. Ditambahkan NaOH 4N sampai suspensi menjadi netral dan ditambahkan indikator PP 1%. Rumus penentuan kadar pati adalah sebagai berikut.

kadar pati= b

W x Fp x Fk (0,9 ) x 100 Ket :

b = hasil interpolasi dari tabel luff schoorl

W = Berat sampel (g) Fp = Faktor pengenceran Fk = Faktor Konversi (= 0,9) Penentuan Gula Total

Sebanyak 25 ml larutan (A/B) disiapkan dalam 25 ml larutan Luff Schoorl dan batu didih. Selanjutnya suspensi di refluks selama 15 menit. Setelah dilakukan refluks, suspensi ditambahkan 10 ml larutan KI 30% dan 25 mL H2SO4

6N. Suspensi dititrasi dengan larutan Na-thio 0,1 N sampai berwarna kuning jerami. Setelah bereaksi, ditambahkan 2 ml amilum 1% yang kemudian dititrasi kembali sampai berwarna putih susu. Dihitung kadar gula pereduksi, gula total dan kadar pati pada bahan.

Penentuan Kadar Gula Pereduksi (DNS)

Pengujian kadar gula pereduksi dilakukan dengan metode DNS. Masing-masing sampel halus ditimbang sebanyak 0,5 gram menggunakan neraca analitik. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan akuades hingga volumenya tepat 10 ml. Sampel lalu divortex selama 30 detik. Sampel yang telah divorteks kemudian dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 90oC selama 15 menit. Sampel yang telah dipanaskan lalu

didinginkan. Kemudian sampel disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Sampel yang telah disentrifugasi kemudian disaring menggunakan kertas saring sehingga didapat sampel cair dan padatan (gel). Dipipet sampel cairan puding 0,2 ml, biskuit 0,1 ml, minuman penyegar 0,1 ml, dan minuman berkarbonasi 0,1 ml. Kemudian ditambah larutan DNS sebanyak 3 ml dan dipanaskan selama 5 menit menggunakan waterbath dan ditutup mulut tabungnya dengan kelereng agar DNS tidak menguap. Sampel kemudian dikeringkan di dalam ruang gelap (laci). Setelah kering, ditambah akuades dan ditepatkan 10 ml. Sampel lalu divortex kali selama 5 detik. Kemudian sampel dimasukkan ke spektofotometer dan diukur absorbansinya menggunakan panjang gelombang 540 nm. Untuk menentukan kadar gula pereduksinya digunakan kurva standar. Rumus penentuan kadar gula reduksi adalah sebagai berikut.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Gula Total, Gula Pereduksi dan Pati Jenis Sampel %Gula Total atau

%Pati %Gula Pereduksi (KGR) Rata-rata(%Gula atau %Pati) Rata-rata KGR Gula Total Biskuit 1 31.80 3,983 23.74 3,488 Biskuit 2 15.68 2,993 Puding 1 25.34 1,505 19.66 1,498 Puding 2 13.98 1,492 Larutan 1 5.83 5,183 5.84 5,668 Larutan 2 5.84 6,153 Big Cola 1 2.21 1,568 4.03 1,411 Big Cola 2 5.84 1,253 Pati Tp Pisang 1 79.90 83.10 Tp Pisang 2 86.31 Tp Hunkue 1 76.48 75.99 Tp Hunkue 2 75.49

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Analisis Kadar Gula Reduksi dan Total Gula

Untuk menetapkan kadar gula reduksi dan gula total, masing masing dari larutan A dan larutan B dipipet sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer asah, ditambahkan dengan 25 mL larutan luff schoorl dan kemudian di refluks selama 15 menit dengan tujuan agar terjadi reaksi antara sampel dengan luff schoorl. Jika setelah direfluks warna biru dari kuprooksida tetap ada, analisis kadar dapat dilakukan. Tetapi jika sebaliknya, terjadi perubahan warna pada sampel menandakan bahwa kuprooksida dari luff schoorl telah habis dan dikalahkan oleh sampel. Hal ini disebabkan karena sampel memiliki kadar gula atau kadar pati yang banyak dan pekat sehingga harus dilakukan pengenceran lagi.

Setelah itu didinginkan dan ditambahkan dengan larutan KI 30% sebanyak 10 ml dan asam sulfat 6 N sebanyak 25 ml. Penambahan kedua larutan tersebut adalah untuk mereaksikan Cu2O yang masih bersisa dengan KI, sehingga

menghasilkan CuI. Titrasi larutan tersebut dengan menggunakan Na-tiosulfat 0,1 N sampai terbentuk warna kuning jerami. Titrasi ini dapat mendeteksi banyak iod yang dibebaskan dalam larutan tersebut yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning jerami. Setelah itu ditambahkan 2 ml indikator amilum, lanjutkan dititrasi dengan Na tiosulfat 0,1N sampai terbentuk warna putih susu. Penambahan amilum tidak dilakukan pada awal titrasi karena amilum dapat membungkus I2 sehingga titik akhir titrasi dapat terjadi lebih cepat (Khopkar,

1990).

Praktikum kali ini diambil data duplo, sehingga kadar gula diambil rata-rata dari keduanya. Fungsi dari perhitungan duplo ini adalah untuk membandingkan

(5)

secara lebih akurat hasil percobaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan, urutan kadar gula pereduksi dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu sebagai berikut: Sampel larutan cap kaki, biskuit, puding, dan big cola, sedangkan urutan kadar gula total dari yang terbesar hingga terkecil yaitu pada sampel biskuit, puding, larutan cap kaki, dan big cola.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, pada sampel biskuit kadar gula total dan kadar gula reduksi secara berturut-turut adalah 23,74% dan 3,488%. Apabila dibandingkan dengan literatur berdasarkan SNI-01-2973-1992 biskuit, minimum kadar gula total 70% sedangkan dari hasil uji didapat rata-rata gula total biskuit 23.74% hal ini tidak sesuai dengan literatur.

Sampel puding kadar gula total dan kadar gula reduksi adalah 19,66% dan 1,498%. Larutan cap kaki tiga terdapat gula total dan gula reduksi sebanyak 5,84% dan 5,668%. Hal ini berarti gula yang terdapat pada larutan didominasi oleh gula reduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur karena kadar gula pereduksi memang seharusnya lebih kecil dari kadar gula total.

Kadar gula total dan reduksi pada sampel big cola adalah 4,03% dan 1,411%. Berdasarkan literatur, kadar gula pada minuman bersoda menurut Data dari “The facts about soft drink” berkisar antar 10-13%. Sehingga apabila dibandingkan dengan literatur yang ada, hasilnya sudah sesuai dimana artinya pada minuman big cola kandungan gulanya hanya sedikit. Namun ada beberapa ketentuan atau persyaratan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam minuman berkarbonasi seperti yang tercantum dalam SNI 01-6993-2004 yaitu untuk batas penggunaan maksimum pemanis buuatan aspartam adalah 600 mg/kg, neotam 25 mg/kg, sakarin 500 mg/kg, siklamat 1000 mg/kg, dan sukralosa 600 mg/kg.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar gula total lebih besar daripada kadar gula pereduksi. Hal tersebut disebabkan karena kadar gula total merupakan kadar gula dalam bentuk gula pereduksi maupun gula non – pereduksi. Hasil yang berbeda untuk sampel yang sama baik untuk kadar gula total maupun gula pereduksi disebabkan karena metode ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang dan merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10% seperti yang dinyatakan dalam penelitian M. Verhaart (Sudarmadji, 2004). Gula pereduksi biasanya golongan monosakarida. Hal ini disebabkan karena golongan monosakarida mengandung gugus aldehid dan gugus keton yang aktif mereduksi senyawa lain.

Faktor penyebab lainnya adalah adanya kelemahan metode ini yang disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A. M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pembuatan reagen yang berbeda. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah kesalahan karena waktu refluks yang terlalu singkat sehingga hasil penghitungan tidak efektif dan mendekati literatur.Faktor berikutnya adalah perubahan warna

(6)

ketika dilakukan titrasi dengan tiosulfat dimana terjadi secara cepat sehingga dibutuhkan ketelitian tinggi dan ketepatan penitrasi.

Reaksi yang terjadi pada penentuan gula cara luff schoorl seperti yang telah dijelaskan di atas adalah sebagai berikut(Sudarmadji, 2004):

R – COH + CuO  Cu2O + R-COOH

H2SO4 + CuO  CuSO4 +H2O

CuSO4 + 2KI  CuI2 +K2SO4

2CuI2  Cu2I2 +I2

I2 + Na2S2O3  Na2S4O6 +NaI

I2 + amilum  biru kuning jeramiputih (titik akhir titrasi)

Analisis Kadar Pati

Pada percobaan analisa kadar pati, pertama sampel tepung ditimbang sebanyak 3 gram dengan menggunakan neraca analitik, kemudian ditambahkan akuades 30 ml dan didiamkan selama 1 jam. Hal ini dilakukan agar granula pati mengendap dan terpisah dari komponen-komponen lainnya yang terdapat dalam tepung. Kemudian disaring larutan tersebut ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan kertas saring, cuci endapannya dengan menggunakan akuades 250 ml. Residu hasil penyaringan dimasukkan ke dalam erlenmeyer asah 250 ml dan ditambahkan 200 ml HCL 2,5% kemudian di refluks selama 2,5 jam. Penambahan HCL 2,5% ini bertujuan untuk menghidrolisis pati pada sampel.

Sampel yang akan dianalisis kadar patinya adalah tepung hunkue dan tepung pisang. Di refluks selama 2,5 jam bertujuan untuk untuk mempercepat reaksi hidrolisis pati, karena dengan adanya pemanasan maka pati yang terdapat didalam sampel akan tergelatinisasi sehingga gula yang terkandung dalam sampel akan berubah menjadi monomer-monomer yang lebih sederhana. Setelah di refluks kemudian didinginkan dengan media air dingin dan dinetralkan dengan NaOH dengan menggunakan indikator PP 1%. Setelah itu dipindahkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditpatkan sampai tanda batas. Kemudian dikocok dan disaring. Setelah itu didinginkan dan dilakukan langkah kerja penentuan kadar pati seperti penentuan kadar gula total dan gula reduksi.

Berdasarkan hasil pengamatan, kadar pati pada sampel tepung pisang adalah 83,10%. Menurut Antarlina dkk (2004), tepung pisang memiliki kadar pati sebesar 64,9%-67,31%. Hasil pengamatan dan literatur terdapat perbedaan, dimana hasil pengamatan lebih besar dibandingkan literatur. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam preparasi sampel dan kesalahan perhitungan faktor pengenceran, selain itu juga sampel yang diuji akan mempengaruhi hasil pengujian. Untuk melakukan analisis kadar pada suatu bahan pangan diperlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.

Tepung pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam bentuk olahan. Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan berbagai jenis makanan yang menggunakan tepung (tepung beras atau tepung terigu) didalamnya. Kadar pati pada tepung pisah

(7)

mentah cenderung tinggi karena pada buah pisang mentah kandungan pati belum digantikan oleh sukrosa, glukosa, dan fruktosa, serta sejumlah kecil maltosa. Sehingga rasanya sedikit kurang manis.

Kadar pati tepung hunkue pada hasil pengamatan adalah 75,99%, berdasarkan SNI 01-3726-1995 tepung hunkue memiliki kadar pati 75,99%. Hal ini sesuai dengan uji kadar pati tepung hunkue yang dilakukan yaitu didapat 75.99%.

Perbedaan dengan literatur dapat disebabkan karena adanya perbedaan kualitas bahan baku tepung yang digunakan, waktu refluks yang terlalu singkat sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal atau perubahan warna menjadi kuning jerami saat titrasi yang terlalu cepat sehingga praktikan kemungkinan tidak teliti. Faktor lainnya adalah adanya ketidakstabilan unit amorphous pada molekul pati terhadap asam kuat dan enzim yang kemungkinan dapat menyebabkan perhitungan kadar menjadi tidak sesuai (Hood, 1981).

Kadar pati suatu bahan pangan biasanya dilakukam dengan cara hidrolisis asam. Prinsip dari penentuan kadar pati ini adalah menghidrolisis suatu pati dengan asam yang kemudian dinetralkan dengan menggunakan NaOH (Sudarmadji, 2004).

Kadar pati dari masing-masing sampel berbeda. Hal tersebut dikarenakan bahan pokok dari tiap sampel yang berbeda dimana memiliki kandungan pati yang berbeda pula dan faktor cara pengolahan. Pengolahan yang terlalu lama dan rumit menghasilkan tepung yang memiliki kadar pati yang tidak terlalu tinggi. Selain itu, suhu yang digunakan bila terlalu tinggi akan menyebabkan pati mengalami gelatinasi.

KESIMPULAN

Penentuan kadar gula reduksi dan gula total dalam analisis karbohidrat penting dilakukan untuk mengetahui jumlah gula yang ditambahkan ke dalam bahan pangan. Penentuan kadar pati juga penting untuk mengetahui banyaknya kandungan pati dalam suatu bahan pangan. Penentuan kadar gula pereduksi rata-rata pada sampel minuman bersoda adalah 1,411%%. Sedangkan pada sampel puding sebesar 1,498%, pada sampel larutan sebesar 5.668%, dan biskuit sebesar 3.488%. Kadar gula reduksi lebih kecil dibandingkan kadar gula total, hal tersebut karena kadar gula total merupakan kadar gula dalam bentuk gula pereduksi maupun gula non-pereduksi. Kadar pati pada sampel tepung beras hunkue adalah 75,499% dan pada tepung pisang sebesar 83,10%. Semua sampel yang telah diuji hasilnya memenuhi standar yang telah ditetapkan.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam pelaksanaan praktikum hingga penulisan laporan ini, diantaranya Sarah Chaldea, Abdurrahman Rangkuti, Vania Dianti Lestari, Ika Winda Wati, dan Elbiselaku asisten dosen praktikum analisis pangan serta Rudy Adi Saputra S,TP., M.Si selaku laboran Kimia Pangan yang selalu mendampingi selama praktikum belangsung.Teman-teman kelompok 10A yang telah membantu berperan dalam terselenggaranya praktikum kali ini.

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina, S. S., dkk. 2004. Pengembangan Agroindustri di Kalimantan. Puslitbang Sosek Pertanian, Kalimantan.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia. Syarat Mutu Kue Kering (Cookies). SNI 01-2973-1992. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia. Syarat Mutu

Minuman Berkarbonasi. SNI 01-6993-2004. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia. Syarat Mutu Tepung Hunkwe. SNI 01-3726-1995. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Data “The facts about soft drink”. 1984. Karakteristik Komposisi Utama dari

Karbonasi Minuman Ringan. Dipublikasikan oleh minuman ringan Kanada. Hermayanti, Dkk. 2006. Modul Analisa Proksimat. SMAK 3 Padang, Padang. Hood, L. F. 1981. Advance in Maize Carbohydrate. Vereal Chemistry, London. Khopkar, S. M.. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 216-217.

Sudarmadji, S. 2004. Analisa Karbohidrat. Yogyakarta. Liberty. LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Kadar Gula Total dan Kadar Pati Jeni s Samp el Wsam pel (g) F P Vtitra si (ml) Nilai a (ml) Nilai b (mg gula) %Gul a atau %pati Rata-rata(%Gu la dan %Pati) Gula Total Biskui t 1 2.5009 4 0 16.7 8.032 5 19.8845 31.80 23.74

(9)

Jeni s Samp el Wsam pel (g) F P Vtitra si (ml) Nilai a (ml) Nilai b (mg gula) %Gul a atau %pati Rata-rata(%Gu la dan %Pati) Biskui t 2 2.5019 20.5 4.042 5 9.8063 15.68 Pudin g 1 2.5014 18.2 6.457 5 15.8438 25.34 19.66 Pudin g 2 2.5053 20.9 3.622 5 8.7564 13.98 Laruta n 1 2.5064 22.9 1.522 5 3.6540 5.83 5.84 Laruta n 2 2.5010 22.9 1.522 5 3.6540 5.84 Big Cola 1 2.5036 23.8 0.577 5 1.3860 2.21 4.03 Big Cola 2 2.5044 22.9 1.522 5 3.6540 5.84 Pati Tp Pisang 1 2.5007 1 0 0 15.3 9.502 5 22.1995 79.90 83.10 Tp Pisang 2 2.5005 15.2 9.607 5 23.9794 86.31 Tp Hunku e 1 2.5004 16.2 8.557 5 21.2491 76.48 75.99 Tp Hunku e 2 2.5008 16.3 8.452 5 20.9765 75.49

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

(10)

Sampe l Wsamp el (g) Vsampel (ml) F P Absorban si (y) ppm (x) KGR Rata2 KGR Biskuit 1 0.5006 0.10 1 0 0 0.313 19.94 3,983 3,488 Biskuit 2 0.5012 0.10 0.241 15.00 2,993 Puding 1 0.5076 0.20 5 0 0.245 15.28 1,505 1,498 Puding 2 0.5028 0.20 0.241 15.00 1,492 Laruta n 1 0.5022 0.10 1 0 0 0.402 26.03 5,183 5,668 Laruta n 2 0.5066 0.10 0.477 31.17 6,153 Big Cola 1 0.5076 0.05 2 0 0 0.08 3.98 1,568 1,411 Big Cola 2 0.5028 0.05 0.068 3.15 1,253 (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 1. Grafik Kurva Standar Gula Pereduksi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 -0.200 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 f(x) = 0.01x + 0.02 R² = 1

Kurva Standar Glukosa

kurva standar

Linear (kurva standar) Biskuit Linear (Biskuit) Puding Linear (Puding) Larutan Linear (Larutan) BigCola Linear (BigCola) ppm absorbansi (Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2017)

(11)

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Gula Total, Gula Pereduksi dan Pati Jenis Sampel %Gula
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Kadar Gula Total dan Kadar Pati Jeni s Sampel Wsampel (g) FP Vtitra si (ml) Nilai a  (ml) Nilai b (mg gula) %Gul a atau%pati  Rata-rata(%Gula dan  %Pati) Gula Total Biskuit 1 2.5009 4 0 16.7 8.0325 19.8845 31.80 23.74
Tabel 2. Hasil Pengamatan Analisis Kadar Gula Pereduksi
Gambar 1. Grafik Kurva Standar Gula Pereduksi

Referensi

Dokumen terkait

Kadar sukrosa dalam kembang gula dengan metode titrimetri berdasarkan cara titrasi tidak langsung (iodometri) adalah 43.13%, maka dapat disimpulkan.. bahwa sampel permen

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air dari beberapa sampel seperti pisang, tepung pisang, dan susu kental manis menggunakan metode analisis yang

Dari hasil pengujian terhadap 4 jenis sampel yang berbeda dapat dilihat bahwa hasil pengujian dengan metode Lane-Eynon menghasilkan nilai kadar gula yang lebih rendah

Penelitian ini telah membuktikan bahwa terjadi penurunan kandungan kadar gula pereduksi baik pada glukosa maupun fruktosa dari cair menjadi padat pada kedua sampel baik

Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar gula terhadap pembuatan nata de yam dan dapat menentukan kadar gula yang optimal

Bahan yang diperlukan adalah sampel yang akan diuji (tepung pisang dan pisang hijau untuk analisis kadar air metode Gravimetri, susu kental manis (SKM) Indomilk untuk

Hasil analisis kadar lemak metode soxhlet pada berbagai sampel menunjukkan hasil yang bervariasi sesuai dengan kandungan lemak dalam sampel.. Sampel santan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pra perlakuan basa pada karakterisasi pulp ampas tebu serta gula pereduksi yang dihasilkan dengan metode hidrolisis enzimatis