• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Editors:

Tabrani. ZA, S. Pd.I., M.S.I., MA.

Musradinur, M.S.I.

Mulia, M. Ed.

Rahmati, S.Pd.I.

Guest Editor:

Prof. Dr. Oman Fathurrahman, MA

Auditorium Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training

State Islamic University of Ar-Raniry

Banda Aceh

In collaboration with: Islamic Education Department and English Department Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training Organized by:

December

9-10

2015

December

9-10

2015

December

9-10

2015

PROCEEDINGS

(2)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|57

Copyright © 2015 FTK Ar-Raniry Press All rights reserved

Printed in the Indonesia

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Raihan Putry

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Abstract

Komunikasi adalah suatu proses aksi, interaksi manusia yang berlangsung secara berkesinambungan. Untuk itu seseorang yang menyampaikan suatu pesan tertentu saja memerlukan pihak lain sebagai penerima pesan tadi. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi paling sedikit memerlukan adanya unsur orang yang menyampaikan dan orang yang menerima pesan. Pada prinsipnya, proses komunikasi dalam keluarga mengharapkan nilai yang baik, yakni terciptanya kehidupan keluarga bahagia, di mana para anggotanya terjalin hubungan yang erat di atas landasan kebersamaan, senasib dan sepenanggungan. Secara praktis-aplikasi, al-Qur`an menawarkan metode yang tepat dalam komunikasi, yaitu dengan cara bijaksana (hikmah), nasihat yang baik (Mauidzah Hasanah) dan berdiskusi yang baik (Mujadalah). Ketiga cara ini merupakan etika komunikasi berdasarkan al-Qur`an yang dapat diterapkan sesuai dengan watak dan kemampuan komunikator dan komunikan. Nilai komunikasi dalam keluarga dapat di kelompokkan ke dalam beberapa segi, antara lain adalah musyawarah, pendidikan, sosial-budaya serta agama dan pendidikan.

Keywords: Komunikasi, Keluarga, Pendidikan, Islam.

1. Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan ingin berkembang. Untuk itu maka salah satu sarananya adalah komunikasi, karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Berbicara itu mudah, tetapi berkomunikasi dengan baik tidaklah mudah. Berbicara saja belum dapat menjamin apa yang dibicarakan itu dapat sampai kepada orang yang memperolehnya. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau kelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi

hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan.

Komunikasi adalah salah satu aspek terpenting dari kehidupan manusia, secara normal semenjak manusia dilahirkan hingga wafat ia akan selalu berkomunikasi. Semenjak lahir, manusia bersosialisasi melalui interaksi dengan orang lain dalam lingkungan sekitar mereka, dan pada setiap interaksi pasti terdapat komunikasi. Proses interaksi dengan dunia luar yang hadir melalui komunikasi membuat seseorang dapat memahami dan berhadapan dengan objek di lingkungannya. Tidak hanya

(3)

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

SEMINAR PROCEEDINGS

sebatas objek eksternal, komunikasi yang dilakukan seseorang dengan lingkungannya juga memberikan pemahaman atas siapa dirinya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan komunikasi yaitu penemuan diri (personal

discovery), "salah satu tujuan utama komunikasi

menyangkut personal Discovery yaitu bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain" (Devito, 2011:30).

Komunikasi adalah suatu proses aksi, interaksi manusia yang berlangsung secara berkesinambungan. Untuk itu seseorang yang menyampaikan suatu pesan tertentu saja memerlukan pihak lain sebagai penerima pesan tadi. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi paling sedikit memerlukan adanya unsur orang yang menyampaikan dan orang yang menerima pesan.

Komunikasi juga bisa sebagai sebuah interaksi yaitu interaksi yang terjadi dalam kelompok terutama dalam hubungan keluarga tujuannya agar keluarga itu bisa terbina dengan baik, di mana seorang anak harus mengerti dan mematuhi perintah yang disampaikan oleh orang tuanya, begitu pula sebaliknya orang tua harus memberikan ajaran yang baik kepada anaknya. Keluarga adalah tempat di mana seorang anak, ibu, dan ayah saling berbagi.

Dilihat dari segi pendidikan Islam rumah tangga merupakan tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan terhadap keluarga. Orang tua berperan sebagai guru dan anak-anak sebagai muridnya bila orang tua dapat berkomunikasi

dengan anak-anaknya secara islami,

permasalahannya sekarang terletak pada peran orang tua yang berfokus pada mewariskan nilai-nilai kepada anak-anaknya di dalam rumah tangga. Keterbatasan itu berkisar pada ilmu, pengalaman, keterampilan, kesempatan dan keterbukaan yang belum sepenuhnya dimiliki para orang tua.

Saat berkomunikasi, manusia saling berbagi pengertian untuk istilah-istilah dan tindakan-tindakan tertentu serta memahami kejadian-kejadian dengan cara-cara. tertentu pula. Hal inilah yang kemudian dipilah dan dijadikan seseorang sebagai nilai yang dianut atau karakter diri. Suyanto (2009: 101) menerangkan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

2. Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur`an

Sebagai mana yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam proses komunikasi paling tidak terdapat tiga unsur, yaitu: komunikator, media dan komunikan (Gunadi, 1998: 11). Para pakar komunikasi juga menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain. Komunikasi bukan hanya terkait dengan penyampaian informasi, akan tetapi juga bertujuan pembentukan pendapat umum (public

opinion) dan sikap publik (public attitude).

Al-Qur`an menjelaskan bahwa

keberhasilan komunikasi sangat ditentukan bagaimana komunikator menerapkan strategi dan metode yang tepat guna dan berhasil guna, berhadapan dengan komunitas komunikan yang beragam sebagaimana dijelaskan di atas.

Faktor utama dalam mencapai tujuan

komunikasi di tengah-tengah keragaman

komunikan dalam al-Qur`an adalah dengan faktor

bahasa dalam arti yang seluasnya. Sebab bahasa

(4)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|59 dipergunakan dalam komunikasi dan hanya bahasa

yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkret maupun abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang (Gunadi, 1998: 69). Dengan media bahasa itu pula kita bisa mempelajari beragama ilmu, baik yang ditulis oleh para ilmuwan dahulu maupun yang akan datang. Kesamaan dalam arti pemahamannya, strata pengetahuan komunikator dan komunikan, pola pendekatan persuasif yang bisa diterima semua orang untuk selanjutnya berhasil mengubah sikap dan tingkah sadar untuk mengamalkannya, semua itu menjadi target para nabi dan rasul yang hanya bisa disampaikan melalui bahasa yang dimengerti oleh umatnya (Al-Maragi, 1993: 126).

Secara praktis-aplikasi, al-Qur`an menawarkan metode yang tepat dalam komunikasi, yaitu dengan cara bijaksana (hikmah), nasihat yang baik (al-Mauidzah

al-Hasanah) dan berdiskusi yang baik (al-Mujadalah).

Ketiga cara ini merupakan etika komunikasi berdasarkan al-Qur`an yang dapat diterapkan sesuai dengan watak dan kemampuan komunikator dan komunikan.

Dalam al-Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh konkret bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat

Qauliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir

(persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.

Meskipun al-Qur`an secara spesifik tidak membicarakan masalah komunikasi, namun jika diteliti ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum prinsip-prinsip komunikasi. Dalam hal ini dengan melihat kata qaul dalam konteks perintah, penulis menyimpulkan bahwa ada enam prinsip komunikasi dala al-Qur`an, yaitu:

1) Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur), QS. An Nisa ayat 9 dan Al-Ahzab ayat 70. 2) Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif,

to the point, mudah dimengerti), QS. An Nisa ayat 63.

3) Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik), QS. Al-Baqarah: 235, QS. An-Nisa: 5 dan 8, dan QS. Al-Ahzab: 32.

4) Qaulan Karima (perkataan yang mulia), QS. Al-Isra’ ayat 23.

5) Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut), QS. Thaha ayat 44.

6) Qaulan Maysura (perkataan yang ringan), QS. Al-Isra’ ayat 28.

3. Metode komunikasi Dalam Keluarga

Dalam teori komunikasi, bahwa metode komunikasi itu meliputi "Jurnalistik cetak, elektronik, radio, tv, hubungan masyarakat, periklanan, pameran, publisitas, propaganda, perang urat saraf dan penerangan" (Effendy, 1988: 40). Jadi, metode komunikasi dalam keluarga di sini dapat diartikan dengan cara menyampaikan suatu penyataan oleh komunikator kepada komunikan melalui jalan tertentu untuk suatu tujuan. Pada prinsipnya bahwa semua orang butuh cara tertentu, agar sesuatu yang di sampaikan kepadanya dapat di terima, di mengerti di resapi dan di hayati serta di amalkan dengan tanpa adanya unsur paksaan.

(5)

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

SEMINAR PROCEEDINGS

Oleh karena itu, di perlukan suatu metode yang di pandang tepat untuk seseorang berdasarkan tinjauan psikologis. Demikian juga dalam keluarga proses komunikasi harus melawati metode-metode tertentu, sehingga proses komunikasi di maksud dapat mencapai tujuan sebagaimana yang di inginkan.

Dalam teori pendidikan metode penyampaian pesan-pesan pendidikan dalam keluarga dapat di upayakan melalui tiga cara, yaitu:

a. Hikmah Kebijaksanaan

Para ahli tafsir memberi komentar

bermacam-macam tentang hal ini. Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar memberikan definisi sebagaimana yang di kutip oleh M. Nasir (1977: 84) dalam bukunya Fiqhud-pendidikan: “Hikmah adalah memahamkan rahasia dan faedah tiap-tiap sesuatu atau ilmu yang shahih (benar dan sehat) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat”.

Dari semua pengertian di atas, berarti perkataan bil hikmah adalah berusaha memahami sesuatu rahasia yang mendalam, sehingga merupakan suatu pendorong atau langkah yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang terlebih dahulu harus di pahami secara mendalam yang berhubungan dengan persoalan pendidikan yang meliputi sasaran yang bermacam corak dan tingkatannya, cara, taktik, situasi dan kondisi, objek pendidikan tersebut agar tercapai tujuan yang diinginkan.

A. Mukti Ali memberikan komentarnya

tentang pendidikan bil-hikmah itu sebagai

kesanggupan orang tua atau muballigh untuk menyiarkan ajaran Islam dengan mengingat waktu dan tempat, dan masyarakat yang dihadapi (A. Rosyad Shaleh, 1977: 84).

Sehubungan dengan itu pula seorang orang tua

atau muballigh haruslah dengan hikmah dan

kebijaksanaan dalam menyampaikan pesan

pendidikannya, dengan memperhatikan keadaan dan lingkungan, tingkat pendidikan masyarakat yang di pendidikan, agar semua yang dijelaskan kepada

mereka tidak memberatkan dan tidak

membingungkan yang akhirnya nanti mengakibatkan salah paham dan terjadi fitnah di antara mereka.

Di samping itu pula kebijaksanaan ini timbul dari pada pekerti yang halus dan penuh sopan santun. Orang yang menyampaikan suatu pendidikan dengan budi pekerti yang kasar tidaklah akan berhasil. Seseorang ayah hendaklah berusaha dengan segala kebijaksanaan yang ada padanya membuka perhatian orang yang di pendidikannya, sehingga pikiran yang tertutup itu menjadi terbuka (Hamka, 1984: 58).

Begitu pun seorang ayah dalam

mempergunakan kebijaksanaan dalam menempuh tujuan yang tepat haruslah dengan menyampaikan berita gembira terlebih dahulu, sampai mereka tertarik dan meresap ke hati, sehingga mereka tidak akan goyah lagi dari godaan manapun dan siapa pun yang tidak sesuai dengan perintah Allah.

b. Mau`idhah Hasanah

Mendidik haruslah dengan mau`idha hasanah, pelajaran yang indah yang akan masuk ke hati dengan licin, akan menyelami perasaan dengan lembut, bukan dengan bentakan dan hardikkan yang tidak perlu, dan bukan pula dengan menghamburkan kesalahan yang kadang-kadang bisa terjadi karena jahil atau niat baik. Sesungguhnya dalam memberi pelajaran dengan cara yang baik, sering kali dapat membuka hati sesat dan dapat melembutkan hati batu, dan mendatangkan hasil lebih baik dari pada dengan cara gertakan, ancaman dan penghinaan (Hamka, 1984: 68).

(6)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|61

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Mendidik haruslah dengan melakukan perdebatan kalau diperlukan perdebatan dengan cara terbaik, dengan tidak menekan orang yang

berbeda pendapat, tidak menghina dan

merendahkannya, juru pendidik Harus mengerti bahwa tujuannya bukan menang dalam perdebatan, tetapi dapat memuaskan lawan dan membawanya ke jalan kebenaran (Hamka, 1984: 69).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan dengan alasan atau dalil yang kuat, serta logis seperti firman Allah surat Yusuf ayat 108 yang artinya:

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang beriman yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada jalan Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik (QS.

Yusuf: 108)

Untuk lebih efektif sampainya ajaran kepada sasaran yang dituju, maka perlu

dikembangkan kesadaran, kemampuan,

keahlian dan keterampilan para pelaku pendidikan dan dapat dipergunakan berbagai macam metode pengembangannya yang tepat, sehingga sasaran dan tujuan pendidikan tersebut tercapai.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang

ditempuh untuk mengadakan komunikasi

pendidikan agar tercapai tujuannya. Dalam hal ini segala cara dapat ditempuh dalam melaksanakan pendidikan Islami, asalkan sesuai dengan sasaran.

Metode komunikasi pendidikan dalam keluarga, sebagai upaya menggerakkan anggota keluarga untuk menjadikan ajaran Islam sebagai bahagian dari kehidupan.

Proses komunikasi dalam wujud interaksi antar

anggota keluarga dengan metode tertentu akan membentuk hubungan yang serasi dan harmonis dalam rumah tangga. Sebab semua orang pada prinsipnya dapat mengerti, memahami dan mau mengamalkan suatu pesan, sejauh pesan itu

disampaikan dengan penuh kebijaksanaan.

Timbulnya pertentangan antara suami istri atau sikap bantahan anak terhadap kedua ibu bapaknya adalah disebabkan sistem komunikasi dalam keluarga belum mantap.

Manakala cara komunikasi itu ditempuh dengan cara-cara pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin kekacauan, percecokan dan segala bentuk pertentangan dalam keluarga tidak akan terjadi, atau paling kurang tidak akan berkepanjangan. Oleh karena itu, rumah tangga (keluarga) perlu memperhatikan cara-cara yang dipandang tepat dalam komunikasi, supaya cita-cita membentuk keluarga bahagia dan sejahtera dapat terwujud dalam kenyataan.

4. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Keluarga memiliki banyak fungsi dilihat dari sudut perkembangan anak. seiring dengan terjadinya perubahan progresif pada remaja, maka bertambah pula fungsi-fungsi keluarga. Individe pada masa remaja lebih membutuhkan dukungan (support), lebih membutuhkan bimbingan (guidance), dan remaja lebih membutuhkan pengarahan (direction).

Komunikasi orang tua merupakan

(7)

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

SEMINAR PROCEEDINGS

berpengaruh pada perkembangan anak dan di sinilah unsur pendidikan terhadap anak di bentuk. Dan salah satu cara adalah dengan berkomunikasi untuk menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang di kembangkan oleh orang tua tidak harmonis misalnya tidak ketepatan orang tua itu sendiri dalam memilih pola komunikasi maka dengan begitu muncul lah konflik antara orang tua dengan sang anak yang tidak dapat terelakan begitu juga sebaliknya, jika orang tua memilih telah memilih pola komunikasi yang tepat maka konflik – konflik antara orang tua dengan anaknya pun dapat terelakan.

Peran orang orang tua sebagai orang pertama dalam sebuah keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan dalam menentukan pembentukan dan perkembangan mental anak untuk mengatasi kesulitan – kesulitan yang tengah dihadapi oleh sang anak. Di dalam tercakup pemberian kasih sayang, penerimaan, penyediaan segala kebutuhan anak, aturan – aturan, disiplin serta mendorong kompetensi kepercayaan diri, dalam menampilkan model peran yang pantas dan menciptakan suatu lingkungan yang menarik dan resonsive.

Terkadang komunikasi orang tua dengan anak tidak terjalin dengan baik. Kebanyakan orang tua tidak memperhatikan cara komunikasi dengan anak-anaknya padahal hal tersebut sangat berpengaruh untuk perkembangannya kelak. Cara komunikasi orang tua akan memberi dampak pada hubungan orang tua-anak dalam jangka panjang.

Membangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak bukanlah hal yang mudah, karena biasanya para orang tua kurang bisa memperhatikan hal-hal kecil seperti kemauan yang dikehendaki oleh anak. Hal inilah yang membuat anak mencari alternatif

lain untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang tua misalnya dengan berperilaku yang melanggar norma-norma.

Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya, namun kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Terkadang orang tua bisa melakukan penghukuman kepada anak secara fisik, hal inilah yang bisa membuat anak menjadi takut untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan.

Jenis pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Authoritarian (Cenderung bersikap bermusuhan), Permissive (cenderung berperilaku bebas), Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan) (Yusuf, 2007 : 51).

a. Pola Komunikasi Authoritarian

Pola komunikasi Authoritarian (otoriter) adalah pola komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap otoriter cenderung bersifat kurang sehat, karena seperti yang telah di jelaskan bahwa arusnya berkomunikasi yang terjadi pada pola komunikasi otoriter bersifat satu arah, di mana pihak anak dirugikan dengan tidak diberikannya kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.

Orang tua berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Toh, apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek, hal di atas seperti yang dikatakan oleh Kriswanto dari Jagadnita Consulting yang dimuat di Nakita (2006).

b. Pola Komunikasi Permissive

Seperti yang diungkapkan di atas, pola asuh permisif adalah pola komunikasi yang

(8)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|63 cenderung memberikan kebebasan kepada

anaknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari, pola asuh permisif juga dapat digambarkan sebagai pola komunikasi yang tidak mengikat antara orang tua dan anaknya (Darajat, 1998;53).

Pola komunikasi adalah pola komunikasi yang diterapkan oleh kedua orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya kontrol dari orang tua.

Komunikasi yang dijalin oleh dengan orang tua hanya seputar kegiatan sehari-hari saja selain itu sikap orang tua terutama ayahnya adalah cenderung membiarkan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.

Dan jika anak melakukan kesalahan ayahnya memarahi tetapi tidak mengarahkan apa yang harus diperbuat oleh anak mereka, demikian juga dengan ibunya, memberikan contoh-contoh tetapi tidak melibatkan secara langsung anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa komunikasi yang kurang aktif antara anak dengan orang tua, di mana orang tua tidak ingin

mencampuri urusan anaknya dan lebih

membebaskan anaknya dalam mengambil suatu keputusan atau jalan yang akan kelak ditempuh anaknya dan faktor ekonomi keluargalah yang menyebabkan orang tua sibuk untuk mencari nafkah demi memenuhi tuntutan kebutuhan dalam rumah tangga, sehingga orang tua terhadap anak berkurang. Sikap orang tua yang cenderung dominan dan hak orang tua atas diri anak adalah mutlak.

Tidak semua orang tua dapat memahami pilihan anak remajanya. Bagi orang tua yang dapat memahami keinginan kemauan anaknya yang telah menginjak remaja, maka biasanya orang tua sejak

awal telah membekali pendidikan, bimbingan dan arah yang baik agar anaknya berhati- hati dalam pergaulan dengan kelompok teman sebayanya. Akan tetapi ternyata banyak orang tua yang tidak

memahami. Ketidakpahaman ini akan

menyebabkan kesalahperlakuan orang tua terhadap anaknya, misalnya terlalu protektif (melindungi) dengan cara melarang bergaul dengan lawan jenisnya. Hal ini akan berdampak buruk bagi anak, misalnya remaja mencari kesempatan untuk bergaul atau berpacaran secara sembunyi- sembunyi tanpa diketahui oleh orang tuanya.

Pola komunikasi Permissive (cenderung berperilaku membebaskan) adalah salah satu pola komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap tidak peduli dengan apa yang akan terjadi atau yang telah terjadi kepada anaknya, orang tua cenderung tidak merespons ataupun tidak menanggapi jika anak berbicara atau mengutarakan masalahnya.

Dalam banyak hal juga anak terlalu di beri kebebasan untuk mengambil suatu keputusan. Jadi anak tidak merasa diperdulikan oleh orang tuanya, bahkan ketika anak melakukan suatu kesalahan orang tua tidak menanggapi sehingga anak tidak mengetahui di mana letak kesalahan yang telah ia perbuat atau hal – hal yang semestinya tidak terjadi dapat terulang berkali – kali. Maka anak tersebut akan merasa bahwa masih banyak yang kurang atau anak tersebut masih merasa dirinya tidak mampu maka anak pun menjadi kehilangan rasa percaya diri, buka hanya itu anak akan memiliki sifat suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya yang rendah dan terkadang anak tidak menghargai orang lain selalu mementingkan dirinya sebagai anak tersebut tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain.

(9)

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

SEMINAR PROCEEDINGS

c. Pola Komunikasi Authoritaive

Pola komunikasi Authoritaive merupakan pengasuhan yang tepat, sebab pola ini menghasilkan remaja yang mandiri, percaya diri dan mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga tidak akan mencari-cari perhatian dengan cara yang salah.

Dari penelitian yang telah dilakukan adanya ciri-ciri pola komunikasi authoritaive yang diterapkan oleh orang tampak dari sikap orang tua pada anaknya (intensitas komunikasi antara orang tua dengan anak, sikap orang tua yang digambarkan adalah bagaimana sikap orang tua ketika menanggapi anaknya melakukan kesalahan, bagaimana orang tua mendidik/ menasihati anaknya, bagaimana orang tua membatasi/ mengawasi pergaulan anaknya) data yang dikumpulkan sebagai berikut, dalam hal berkomunikasi kedua orang tua ini selalu menjaga komunikasi dengan anaknya agar terciptanya sebuah keharmonisan komunikasi di dalam keluarga. Menjaga komunikasi yang baik dengan anak itu penting karena dengan begitu anak akan merasa nyaman dan merasa diperhatikan oleh orang tuanya yang berdampak anak tidak akan malu-malu menyampaikan apa yang diinginkan kepada orang tuanya.

Dan jika anak melakukan kesalahan ayahnya memarahi tetapi tidak mengarahkan apa yang harus diperbuat oleh anak mereka, demikian juga dengan ibunya, memberikan contoh-contoh tetapi tidak melibatkan secara langsung anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian pola

komunikasi Authoritaive dapat mendorong remaja untuk mandiri dengan batas dan kontrol terhadap perilaku remaja tersebut, sehingga orang tua cukup responsive terhadap kebutuhan remaja untuk menyatakan pendapat.

Rahayu (2002) mengatakan Pola

komunikasi semacam ini dapat membantu remaja menyalurkan dorongan agresinya serta rasa ingin tahunya ke arah yang lebih tepat sehingga kecenderungan untuk berperilaku negatif pun remaja semakin rendah.

Hal ini sejalan dengan pendapat

Simandjuntak (1984: 122-117) yang mengatakan bahwa disamping pola komunikasi orang tua terhadap lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sosial budaya yang juga mempunyai pengaruh yang penting di dalam mempengaruhi kecenderungan perilaku negatif para remaja.

Dari tiga kategori pola komunikasi yang telah di definisikan yaitu pola komunikasi

Authoritarian, pola komunikasi Permissive, dan

pola komunikasi Authoritaive.

Pola komunikasi Authoritarian atau pola komunikasi yang otoriter, hal ini disebabkan

karena pola komunikasi yang arus

komunikasinya searah keputusan orang tua mutlak untuk di patuhi dan di laksanakan dengan maksud baik untuk masa depan anak nantinya, terdapat pada informan pertama dan dapat disimpulkan juga anak yang mengalami depresi juga akibat orang tua yang selalu mengatur hidup anaknya dan akibatnya anak merasa tertekan dan malas dalam melakukan sesuatu karena takut jalan yang ia pilih selalu salah di mata orang tuanya.

Pola komunikasi Permissive atau pola komunikasi yang cenderung membebaskan dan informan kedua dan dapat disimpulkan bahwa orang tua membiarkan anaknya sehingga tidak ada dorongan dan semangat untuk melanjutkan hidupnya dan akhirnya timbul rasa kurang percaya diri ataupun suka mendominasi

(10)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|65 kehidupannya sendiri serta tidak mempunyai

arah tujuan yang jelas.

Sedangkan pada pola komunikasi

Authoritaive atau pola komunikasi demokratis,

dalam hal ini (acceptance) orang tua dan kontrolnya tinggi, bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk

menyatakan pendapat atau pertanyaan,

memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahuya tinggi, mempunyai tujuan / arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.

Penerimaan (acceptance) orang tua mengenai pemahaman apa yang digemari oleh anak dan apa yang dilakukan oleh anak membuat orang tua memahami perilaku anak di dalam rumah. Mengenai kontroling perilaku terhadap anak, orang tua juga memfungsikannya dengan baik terbukti informan ketiga membiasakan adanya komunikasi terbuka di antara orang tua dengan anak, dengan adanya komunikasi terbuka antara orang tua dengan anak memberikan kepercayaan tersendiri kepada anak saat anak memiliki kegiatan di luar rumah.

Berdasarkan teori peranan dan diaplikasi ke dalam penelitian ini anak- anak membutuhkan figur dalam masa pertumbuhan mereka. Maka dari itu, orang tua haruslah bertindak sebagai cermin bagi anak-anak. Dan komunikasi yang baik akan menjadi perantara serta menjembatani kepentingan dan kemauan di antara keduanya. Komunikasi adalah cara untuk membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak- anak kita. Dengan adanya komunikasi, kita juga bisa belajar memahami apa yang mereka perlukan dan atau inginkan.

Dan berdasarkan teori pesan diaplikasi ke

dalam penelitian ini, komunikasi bisa

disampaikan secara verbal dan non-verbal. Komunikasi non-verbal bisa mencakup semua jenis ekspresi emosional, tindakan, bahasa tubuh, dan kata-kata yang berarti. Dengan membentuk komunikasi yang baik, diharapkan mereka juga akhirnya dapat mengungkapkan pikiran dengan cara yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa tips untuk berkomunikasi dengan baik dengan anak-anak kita.

1) Kasih sayang dan perhatian 2) Meluangkan waktu untuk anak 3) Menjadi pendengar yang baik. 4) Melibatkan diri dengan anak- anak 5) Dorong mereka untuk bicara 6) Jaga ekspresi

7) Mereka adalah kita

Komunikasi yang baik di dalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog. Komunikasi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai pendapat atas usul bila ada masalah dalam keluarga. Jika komunikasi bersifat dialog, orang tua mendapat kesempatan mengenal anaknya atau dapat berkomunikasi secara langsung sehingga dapat memberikan pengaruh langsung kepada anak. Orang tua dapat belajar dari anaknya waktu mendegarkan dan berkomunikasi dengan anak – anak (Kartono, 1994 : 153).

Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai kebebasan dan rahasia antar anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi yang efektif diharapkan dapat mengarahkan remaja untuk mampu mengambil keputusan, mendukung perkembangan otonomi

(11)

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

SEMINAR PROCEEDINGS

dan kemandirian dan lain – lain. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi

merupakan faktor yang penting bagi

perkembangan diri remaja, karena ketiadaan komunikasi dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku menyimpang pada remaja.

Sedangkan menurut Rahkmat (2002: 129) tidak benar anggapan orang bahwa semakin

sering seseorang melakukan komunikasi

interpersonal dengan orang lain, maka makin baik hubungan mereka. Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Hal ini berarti penting bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.

5. Penutup

Pada prinsipnya, proses komunikasi dalam keluarga mengharapkan nilai yang baik, yakni terciptanya kehidupan keluarga bahagia, di mana para anggotanya terjalin hubungan yang erat di atas landasan kebersamaan, senasib dan sepenanggungan. Namun, karena orang belum dapat melakukan komunikasi yang baik, maka kerap kali terjadi kesenjangan-kesenjangan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga perlu di ciptakan dalam suasana komunikatif, dialogis, dan persuasif, sehingga nilai yang diharapkan tadi dapat tercapai.

Secara praktis-aplikasi, al-Qur`an menawarkan metode yang tepat dalam komunikasi, yaitu dengan cara bijaksana (hikmah), nasihat yang baik (al-Mauidzah

al-Hasanah) dan berdiskusi yang baik (al-Mujadalah).

Ketiga cara ini merupakan etika komunikasi berdasarkan al-Qur`an yang dapat diterapkan sesuai

dengan watak dan kemampuan komunikator dan komunikan. Nilai komunikasi dalam keluarga dapat di kelompokkan ke dalam beberapa segi, antara lain adalah musyawarah, pendidikan, sosial-budaya serta agama dan pendidikan.

Daftar Pustaka

Al-Maraghi, Syeikh Mustafa (1993), Tafsir

al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, dkk,

Semarang: Toha Putra, jilid V, Juz 13. Cangara, Hafid. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi

Edisi Revisi. Jakarta: Raja Garfindo Persada.

Devito, J.A. 2005. Interpersonal Communication

Book. New York. Hunter College Of The

City University Of New York.

Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group

Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi

Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta:

Rineka Cipta,

Effendy, Onong Uchjana (1988), Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek, Bandung: Remadja Karya, cet. IV.

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan

Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti.

Gordon, Thomas. (1999). Menjadi Orangtua Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gunadi, YS. (1998), Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: Grasindo.

Gunarsa, Singgih, D. (2001). Psikologi Praktis: Anak,

Remaja dan Keluarga. Jakarta: Erlangga.

Hamka (1984), Prinsip dan Kebijaksanaan Pendidikan

Islam, Jakarta: Panji Masyarakat.

Hardjana, A.M. (2003) Kom.unikasi Intrapersonal

dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E.B, (2008). Psikologi Perkembangan :

Suatu pengantar sepanjang rentang kehidupan (edisi v). Jakarta: Erlangga.

(12)

SEMINAR PROCEEDINGS

1

st

Annual International Seminar on Education 2015

|67 Mardalis. (2006). Metode Penelitian (suatu pendekatan

proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Moelong, L.J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedy. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar, Bandung:. Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu. (2007).

Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nasir, M. (1977), Fiqhud Pendidikan, Manajemen

Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode Penelitian

Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rohidi. Tjetjep Rohendi. (1992) Analisis data

kualitatif; buku sumber tentang metode-metode baru; Matthew B. Miles; penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press

Sapiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif,

dasar-dasar dan aplikasi. Malang: YA3 Malang

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Komunikasi

Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shaleh, A. Rosyad (1977), Manajemen Pendidikan

Islam, Jakarta: Bulan Bintang

Simandjuntak, B. (1984). Latar Belakang Kenakalan

Remaja. Bandung: Tarsitu.

Suranto Aw. (2011). Komunikasi Interpersonal.

Edisi Pertama: Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suyanto, Agus. (2000). Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara

Yatim, D.I dan Irwanto. (1991). Kepribadian,

Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial Psikologis. Jakarta: Arcan.

Yusuf, Syamsu L. N., M. Pd. (2001). Psikologi

Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun, umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini yang berjudul “Implementasi metode Albayan Lilmuslimin untuk meningkatkan hafalan dengan

Covey dalam Suryana (2000:35), bahwa kemandirian merupakan paradigma sosial dengan tiga karakteristik yaitu mandiri secara fisik (dapat bekerja sendiri dengan baik), mandiri

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

Sehingga dapat disimpulkan pengenalan entitas bernama untuk identifikasi transaksi akuntansi menggunakan Hidden Markov Model dengan penambahan teknik Laplace Smoothing

Peranan modal intelektual sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan dalam jangka panjang akan mempengaruhi kinerja organisasi, karena modal intelektual

Salah satu konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang dapat menimbulkan akibat hukum adalah kekerasaan yang dilakukan oleh suami terhadap istri di dalam