• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekplorasi Jamur Beracun di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ekplorasi Jamur Beracun di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Eksplorasi Jamur

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman (Andriani et al., 2010).

(2)

Jamur

Ilmu yang mempelajari tentang jamur disebut mikologi. Jamur berasal dari bahasa Yunani yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Jamur merupakan organisme yang hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Di alam, jamur dapat dilihat dan dikenal dengan mudah di tempat-tempat yang lembab, misalnya pada substrat serasah, pada buah-buahan yang mulai membusuk, dan pada batang tumbuhan (Gandjar, dkk., 2006). Jamur dapat tumbuh di tanah, ataupun pada tumbuhan yang masih hidup ataupun sudah mati (Tjitrosomo, 1983).

Struktur tubuh buah jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur. Beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

(3)

Jamur merupakan salah satu keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis mahkluk hidup. Beberapa jenis jamur telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sumber bahan obat-obatan tradisional maupun modern (Parjimo, 2007).

Tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian yang dinamakan tudung/cap (pileus), bilah (lamellae), kumpulan bilah (gills), cincin (annulus/ring), batang/tangkai (stipe), cawan (volva) dan sisik (scale).

Gambar 1. Bagian tubuh jamur

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Kondisi iklim dan letak geografis yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan yang diakibatkan oleh pelapukan jamur, disebabkan oleh temperatur dan presipitasi yang merupakan faktor iklim yang sangat penting (Arif et al., 2008)

(4)

a) Temperatur

Jamur perusak kayu dapat berkembang pada interval suhu yang cukup lebar, tetapi pada kondisi-kondisi alami perkembangan yang paling cepat terjadi selama periode-periode bulan kering yang lebih banyak dalam setiap tahun. Menurut Asnah (2010) bahwa suhu maksimum untuk pertumbuhan kebanyakan jamur berkisar 30⁰C sampai 40⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai 30⁰C.

b) Oksigen

Oksigen sangat dibutuhkan oleh jamur untuk melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 dan H2O. Sebaliknya untuk pertumbuhan yang optimum,

oksigen harus diambil secara bebas dari udara. Tanpa adanya oksigen, tidak ada jamur yang dapat hidup (Tambunan dan Nandika, 1989).

c) Kelembaban

(5)

d) Konsentrasi Hidrogen (pH)

Umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada pH kurang dari 7 (dalam suasana asam sampai netral). Pertumbuhan yang optimum akan dicapai pada pH 4,5 sampai 5,5 (Tambunan dan Nandika, 1989).

e) Bahan Makanan

Jamur memerlukan makanan dari zat-zat yang terkandung dalam kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin dan zat isi sel lainnya. Selulosa, hemiselulosa, lignin yang menyusun kayu terdapat sebagai makromolekul yang terlalu besar dan tidak larut dalam air untuk diasemilasi langsung oleh jamur (Tambunan dan Nandika, 1989).

Pengidentifikasian Jamur Beracun

Penentuan suatu jamur ke dalam golongan yang dapat dikonsumsi atau beracun sangat sukar dilakukan. Salah satu cara untuk menentukannya adalah dengan mengetahui secara tepat spesies dari jamur tersebut. Pengalaman sangat menentukan dalam membedakan karakteristik jamur yang dapat dikonsumsi dan spesies jamur beracun tersebut. Berikut ini adalah beberapa aturan dari petunjuk yang dapat membantu dalam menghindari jamur beracun :

1. Jamur yang tidak boleh dimakan yaitu, spesies Amanita spp. dan khususnya penentuan jamur harus diperhatikan dalam mengidentifikasi jamur yang menyerupai spesies Amanita atau berbagai jamur putih lainnya.

2. Biasanya jamur beracun berwarna cokelat dan cokelat muda, khususnya tudung atau kepala dengan warna kemerah mudaan, kecoklat-coklatan, ungu kecoklatan atau kehitaman.

(6)

sampah dan kotoran hewan.

4. Apabila jamur beracun tersebut digoreskan dengan pisau yang terbuat dari logam, maka pisau tersebut akan berwarna hitam atau biru.

Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit parah dan yang lainnya dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan pada manusia. Jamur beracun dapat juga menyebabkan Hallucinogenic (Fly) dan terkadang menimbulkan reaksi yang tidak dapat diprediksi (Mahardika, 2008).

Menurut El Shirazi (2010) bahwa ada beberapa cara untuk membedakan ciri-ciri jamur beracun dengan jamur tidak beracun, di antaranya :

1. Umumnya mempunyai warna yang menyolok, seperti : merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna-warni lainnya.

2. Jamur beracun menghasilkan bau busuk yang menusuk hidung, seperti telur busuk, H2S, ataupun bau Amoniak.

3. Jamur beracun juga mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang dan jamur kompos.

Klasifikasi Toksin/Racun yang Terdapat pada Jamur Beracun

(7)

hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang mengalami keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing, bahkan akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).

Mikotoksin tidak hanya dihasilkan oleh kapang, tetapi juga oleh jamur makroskopis. Menurut Gandjar et al. (2006) di antara jamur makroskopis yang menarik terdapat jenis-jenis yang bila dimakan menyebabkan halusinasi (mengkhayal tanpa sadar), antara lain dari genus Psilocybe (P. mexicana, P. caerulescens, dan P. cubensis (=Stropharia cubensis)) yang terdapat di mexico. Pscilocybe sp. menghasilkan toksin psilocybin. Jamur lain juga menyebabkan halusinasi adalah Amanita muscaria yang dapat berwarna merah atau kuning, dan lebih dikenal sebagai “the fly agaric”. Jamur ini disebut “fly agaric”, sebab lalat yang hinggap di jamur ini akan mati. Di Eropa Tengah dan di Asia kadang-kadang ekstrak jamur tersebut diletakkan di suatu wadah di luar jendela agar lalat-lalat di lingkungan rumah hinggap di wadah tersebut. Senyawa yang terdapat pada jamur ini adalah muskarin. Toksik yang dihasilkan oleh Amanita phalloides sangat kuat dan menyebabkan kematian dalam waktu sangat singkat. Cendawan penghasil phallotoksin tersebut (merusak struktur sel hati, ginjal, dan saluran pencernaan) juga disebut “the death angel” karena selalu menyebabkan kematian bila dikonsumsi meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

(8)

terletak pada koordinat 2⁰53' - 2⁰54' LU dan 98⁰42' - 98⁰43' BT. Kawasan Cagar Alam Martelu Purba terletak pada ketinggian 1.320 mdpl.

Berdasarkan Letak DAS (Daerah Aliran Sungai) maka Cagar Alam Martelu Purba terletak di dalam kawasan DAS Ular.

Berdasarkan SK Menhut No.471/Kpts-II/1993, tentang perubahan fungsi kawasan Hutan Lindung Martelu Purba menjadi Cagar Alam Martelu Purba, Cagar Alam Martelu Purba ditetapkan seluas 195 ha.

Hampir sebagian besar Cagar Alam Martelu Purba memiliki topografi datar hingga berombak dengan kemiringan s/d 8 %. Hanya sebagian saja yang tergolong dalam kelas sangat curam jika ditinjau berdasarkan kelas kelerengan lahan (datar < 8%, landai 8-15 %, agak curam 16-25 %, curam 26-40 %, sangat curam > 40 % ) yaitu di bagian utara yang terdapat jurang dengan kemiringan s/d 80 %.

Berdasarkan peta tanah eksplorasi Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara yang bersumber dari peta tanah Dati I Sumatera Utara yang diterbitkan oleh Direktur Bina Program Bogor, maka jenis tanah yang terdapat di Cagar Alam Martelu Purba termasuk dalam satuan tanah podsolik coklat dan kelabu dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi vulkanik. Ph tanah rata-rata yang terdapat di Kawasan Cagar Alam Martelu Purba yaitu 6,38.

(9)

Gambar

Gambar 1. Bagian tubuh jamur

Referensi

Dokumen terkait

1) Melakukan penyempurnaan berbagai instrumen manajemen kepegawaian melalui kegiatan tindak lanjut berbagai peraturan perundang-undangan kepegawaian mengacu

Figures 5 and 6 were the results obtained after running the knowledge base classification in section 3.3 and they represent the lithology of the study area.. However

Persentase Jumlah penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, jumlah pembinaan yang dilakukan kecamatan kepada desa dan kelurahan secara berkala dan jumlah

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan membahas tentang aplikasi pembuatan Situs Web Album Kenangan Kelas 3 KC 25 Angkatan 2002 Universitas Gunadarma dengan Menggunakan perangkat

Kegiatan menghitung tidak terlepas dari kehidupan manusia, oleh karena itu sejak dini anak-anak perlu dilatih ilmu matematika.Alat bantu peraga yang menarik akan sangat

[r]

Dibuat website ini berdasarkan dibutuhkannya informasi dan media promosi mengenai perumahan untuk meningkatkan penjualan, dimana pada website ini berisi tentang informasi