• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Filsafat Komunikasi tentang yang dimaksud dengan komuniaksi massa (mass

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Filsafat Komunikasi tentang yang dimaksud dengan komuniaksi massa (mass"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Massa

Onong Uchjana Effendy menjelaskan dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi tentang yang dimaksud dengan komuniaksi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media modern, yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang luas, siaran radio, dan televise yang ditujukan

kepada umum, dan film yang mempertunjukkan di gedubg-gedung bioskop.1

Sedangkan menurut Wiryanto komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg, sejak itu dimulai suatu zaman

yang dikenal dengan zaman publistik atau awal era komunikasi massa.2

Sedangkan Liliweri berpendapat, bahwa komunikasi massa sebenarnya sama sperti bentuk komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur seperti sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan daan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik. Sekalipun berbagai pengertian komunikasi massa telah dikemukakan oleh berbagai kepustakaan, namun demikian secara

1 Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra aditya Bakti. Bandung.

2003

2

Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2000, hal. 1.

(2)

umum komunikasi massa sebenarnya merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara professional menggunakan tekhnologi pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk memperngaruhi khlayak. Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa prosesnya memiliki suatu unsur istimewa, yaitu penggunaan saluran. Tekhnologi pembagi atau media dengan massa yang disebut saluran itu dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamphlet, majalah, surat kabar, warkat pos, rekaman-rekaman, televise, gambar-gambar oster, dan bahkan saat ini ditambah lagi dengan komputer serta aplikasinya dengan jaringan telepon serta satelit.3

Serta Menurut Werner I. Severin dan James W Tankard Jr, mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang kompleks, karena didalamnya mengandung keterampilan, seni dan ilmu dengan rumusan sebagai berikut :

Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoprasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara.Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu, dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dapat dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.4

3 Alo Liliweri, Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. Citra Aditya Bakti. Jakarta. 1998, hal 10. 4 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran dan Praktek, Penerbit Alumni. Bandung. 1985.Hal

(3)

Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu, ada pula makna lain yang dianggap makna asli, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang

komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain.5

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :6

1. Komunikasi Terlembagakan

Ciri komunikasi massa pertama adalah komunikatornya seperti yang dikemukakan oleh Bittner bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik. Komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, pengarah acara, juru lampu (lightingman), dan lain-lain.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, oleh karenanya pesan komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi

5 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga. Jakarta. 1987. Hal 31.

6 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT. Remaja

(4)

massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Pesan media massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi bersifat anonim dan heterogen. Pada

komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya,

mengetahui identitasnya, seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mengenal sikap dan perilakunya.

Dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya tidak menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain anonim komunikan komunikasi massa juga bersifat heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda dan dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersona, pesan yang disampaikan atau topik yang

(5)

dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu, misalnya dibagi menjadi pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Ciri komunikasi massa selain merupakan kelebihan juga menjadi kelemahan, karena melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat kontak langsung.

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut De Vito, popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat diperthankan apabila mereka menjalankan Bergama fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:7

1. Fungsi Menghibur

Media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja, sebenarnya, mereka member hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. Dalam periklanan dilarang untuk dilakukan di banyak macam media, prosesnya berbeda. Tetapi di Amerika Serikat dan kebanyakan Negara demokrasi lainnya, jika media tidak member hiburan, mereka tidak akan hidup lama daan dengan cepat tersingkir dari arena.

7

(6)

2. Fungsi Meyakinkan

Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsi yang terpentingadalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya :

a. Memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang

Sukar bagi satu pihak untuk mengubah orang dari satu sikap tertentu ke sikap yang lain. Dan media, dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada pada mereka, tidak terkecuali. Lebih sering media mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai dan opini kita menjadi lebih kuat.

b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang

Media akan mengubah sementara orang yang tidak memihak dalam suatu masalah tertentu. Jadi, mereka yang terjepit diantara orang Republik dan Demokrat (di Amerika) akhirnya akan terseret ke salah satu pihak akibat pengaruh yang kita anggap sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu, mungkin sangat dipengaruhi oleh media. Akan tetapi De Vito menegaskan pula bahwa, preferensi politik, sikap religious, dan komitmen social, khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah diubah.

c. Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu

Dari sudut pandang pengiklan, fungsi terpenting dari media adalah menggerakkan (activating) para konsumen untuk mengambil tindakan . media berusaha mengaak para pemirsa atau pembaca untuk membeli roti merk

(7)

tertentu, menggunakan silet merk tertentu dan memilih barang merk tertentu dibanding merk yang lain. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkan, mengendalikannya kearah tertentu.

d. Menawarkan etika, atau sistem nilai tertentu

Fungsi persuasif lainnya adalah menegtikakan (ethicizing). Dengan menungkaakan secra terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku (misalnya, skandal Jim Brakker), media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pemirsa atau pembaca. Sebagai contoh, tanpa dipublikasikannya Skandal Watergate, tidaklan mungkin muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan Watergate.

3. Menginformasikan

Sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari media. Kita belajar musik, politik, seni, sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subyek lainnya dari media. Kita juga mengenal tempat-tempat lain dari masa-masa lain dari fil, disamping itu juga dari buku sejarah. Salah satu cara mendidik (mempersuasi) adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media diarahkan untuk membuat khalayak terisosialisasi. Mereka melakukannya dalam drama, cerita, diskusi, artikel, komik dan iklan-iklan. Dalam semua situasi ini, nilai-nilai masyarakat

(8)

diungkapkan secara tidak dikatakan. Maksudnya begini, kira diajari bagaimana berpakaian yang pantas untuk berbagai macam kesempatan, apa artinya menadi warga negara yang baik, apa makanan yang layak, bagaimana berkomunikasi dengan orang yang berlainan bangsa atau suku, bagaimana berperilaku di tempat asing, dan lain sebagainya.

4. Menganugerahkan Status

Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hamper boleh dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media. Tanpa pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting, setidak-tidaknya dimata masyarakat. Paul Lazarfeld dan Robert Merton, dalam karya mereka yang berpengaruh “Mass Communication Popular taste, and Organized Social Action” (1951), mengatakan; “Jika Anda benar-benar penting, Anda akan menadi pusat perhatian massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”. Sebaliknya tentu saja, jika Anda tidak mendapatkan perhatian massa, maka Anda tidak penting.

5. Fungsi Membius

Salah satu fungsi media yang palin menarik dan paling penting banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing). Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik.

(9)

6. Menciptakan Rasa Kebersatuan

Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang sedang senirian, duduk dikamarnya menyaksikan televisi sambil menikmati makan malam. Program-program televisi membuat orang yang kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar.

2.1.3 Sifat-sifat Komunikasi Massa

Ada beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan sekaligus membedakannya dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat-sifat yang

dimaksud menyangkut hal-hal sebagai berikut:8

1. Sifat Komunikator

Sesuai dengan hakikatnya, di dalam sifat pengunaan media/saluran secara professional dengan tekhnologi tinggi melalui usaha-usaha industry maka pemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Oleh karena itu, maka berbagai pesan yang terbit dari suatu media massa sebenarnya bukan lagi milik perorangan, tetapi hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.

8

(10)

2. Sifat Pesan

Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Sementara itu, isi media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum. Tidak ada pesan komuniaksi massa yang hanya ditujukan kepada masyarakat tertentu (meskipun dalam kenyataannya sebagian pesan ditujukan untuk khalayak pada segmen tertentu, misalnya iklan mobil BMW). Namun, iklan-iklan sperti itu juga terbaca oleh khalayak di luar segmen mayarakat kaya yang menjadi sasarannya.

3. Sifat Media Massa

Liliweri juga menegaskan, sebenarnya salah satu cirri yang paling khas dalam komuniaksi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa dampaknya lebih bertumpu pada andalan tekhnologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industry untuk memperbanyak dan melipatgandakannya. Bantuan industry mengakibatkan berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara cepat serta tepat secara terus menerus. Hal ini berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai titik-titik pemukiman manusai di muka bumi pada waktu yang sama. Jasa tekhnologi untuk melipatgandakan pesan itulah yang membuat distribusi pesan dilakukan secara industrial, diproduksi secara besar-besaran dalam suatu badan usaha industry yang memasok modal besar.

(11)

4. Sifat Komunikan

Komunikan dalam suatu komunikasi massa adalah masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis maupun psikografis.

5. Sifat Efek

Secara umum komunikasi massa mempunyai tiga efek. Berdasarkan teori hierarki efek, yaitu:

a) Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.

b) Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya persaan tertentu dan khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah ataupun berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi.

c) Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 6. Sifat Umpan Balik

Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. Meksudnya adalah bahwa pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat yang sama, melainkan ditunda setelah media itu beredar, atau pesannya itu memasuki kehidupan suatu masyarakat tertentu.

(12)

Contohnya dapat kita lihat misalnya, reaksi orang terhadap berita tentang kenaikan tariff angkutan yang disiarkan surat kabar atau televisi, demikian pula reaksi petani terhadap berita tentang kehadiran varietas pada jenis baru. Reaksi itu sendiri baru muncul melalui pikiran pemabaca suart kabar, atau surat yang ditujukan kepada TVRI melalui siaran pedesaan.

2.1.4 Isi Pesan Komunikasi Massa

Isi pesan yang disampaikan media mengandung unsur-unsur:9

1. Novelity (Sesuatu yang Baru)

Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan media.

2. Jarak (Dekat atau Jauh)

Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.

3. Popularitas

Peliputan tentang tokoh, organisasi/kelompok , tempat dan waktu yang penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak.

4. Pertentangan (Conflict)

Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk

9 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi: cetakan kelima, Universitas Terbuka, Jakarta,

(13)

kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai, biasanya disukai oleh khalayak yakni untuk mengetahui siapa yang akan keluar sebagai pemenang.

5. Komedi (Humor)

Bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor (komedi) lazimnya disenangi khalayak karena manusia pada dasarnya tertarik dengan hal-hal yang lucu dan menyenangkan.

2.2 Media Massa

2.2.1 Definisi Media Massa

Media massa dapat didefinisikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperlihatkan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Media massa merupakan lembaga social atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem pemerintah di Negara dimana ia beroperasi bersama-sama dengan subsistem lainnya.

Media massa dapat dibagi menjadi kedalam dua kelompok yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak antara lain meliputi surat kabar, majalah, dan bulletin. Sedangkan media elektronik mencakup media

audio seperti radio, dan media audio visual yaitu TV dan film.10 Media massa juga

dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

10

(14)

mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.11

Dari beberapa keterangan di atas maka media massa dapat didefinisikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memeperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi dilain pihak secara timbal balik ini menimbulkan dampak yang sangat kuat pula terhadap masyarakat.

2.2.1 Fungsi Media Massa

Fungsi dari media massa adalah sebagai berikut:12

1. Fungsi memberikan informasi (to inform)

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi. 2. Fungsi memberikan pendidikan atau membimbing (to educated)

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education). Oleh karena itu, media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya

11 Hafiel Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi: edisi revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. 12 Siti Karlinah, Betty Soemirat dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa, Op. cit., halaman 5.3-5.6

(15)

sebagian dari fungsi pendidikan (edukasi) media massa diarahkan untuk membuat khalayak terisosialisasi.

3. Fungsi menghibur (to entertain)

Fungsi menghibur dari media massa bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak dikarenakan membaca berita-berita berat atau melihat tayangan dari televisi yang mempunyai bobot ilmiah. 4. Fungsi mempengaruhi khalayak (to influence)

Fungsi mempengaruhi khalayak dari media massa sangat penting artinya, karena hal tersebut menyebabkan media massa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada Tajuk/ Editorial, Features, Iklaniklan, Artikel-artikel dan sebagainya.

2.2.1 Karakteristik Media Massa

Komunikasi massa adalah adanya suatu organisasi yang kompleks dan formal dalam tugas operasional pengiriman pesan, berikut ini beberapa

karakteristik dari media massa: 13

1. Adanya khalayak luas dan heterogen.

2. Isi pesan bersifat umum, tidak bersifat rahasia.

3. Komunikasi dilakukan dengan massa yang heterogen dengan tingkat pendidikan, keadaan sosial, ekonomi maupun keadaan kebudayaan. 4. Setiap pesan mengalami kontrol sosial, dalam arti murni yaitu dinilai

13 Alo Liliweri, Komunikasi Massa Dalam Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta. 1998. Hal

(16)

oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang dan taraf pendidikan maupun daya cernanya.

5. Walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda-beda, pesan yang keluar dari peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang sama, seakan-akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberikan reaksi yang sama pula.

2.2.1 Jenis-jenis Media Massa

Media massa sebenarnya dibagi menjadi dua yaitu, media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film dan media on-line(internet). 1. Surat kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh ohann Guttenberg di erman pada abad ke-15. Sedangkan di Indonesia, surat kabar ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan serta zaman orde lama dan orde baru.

2. Majalah

Beberapa ahli mendefinisikan majalah sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas kuarto atau folio

(17)

dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu atau dua minngu sekali atau bahkan sebulan sekali. Sedangkan media massa yang termasuk dalam media elektronik adalah:

1. Radio

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat masih digunakan hingga saat ini. Penggunaan awal radio adalah untuk mengirinkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk angkatan laut jepang memata-matai armada Rusia pada saat perang Tsushima di 1901.

2. Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Di Indonesia penyiaran televisi pertamakali dilangsungkan pada tanggal 24 Agustus 1962,bertepatan dengan pesta olahraga se-Asia IV atau Sea Games di Senayan.

3. Media On-line (internet)

Media On-line adalah sebuah media dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi informasi, berita terkini, blog, social network, wiki, forum dan dunia virtual.

4. Film

Gambar bergerak atau film adalah bentuk dominan dari komunikasi visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan fim video digital setiap minggunya.

(18)

2.3 Film Sebagai Media Massa

Film sebagai salah satu media dalam komunikasi massa, berperan sebagai saran baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian

teknis lainnya kepada masyarakat umum.14

2.3.1 Pengertian Film

Definisi film berbeda disetiap negara, di Prancis ada pembedaan antara film dan sinema. „Filmis berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan istilah Cinema yang merupakan singkatan Cinematograpi ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa inggris, movies berasal dari kata move, gambar bergerak atau gambar hidup.

Film adalah selaput tipis yang dilapisi dengan zat peka cahaya, media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang sering digunakan untuk menyimpan cahaya/gambar negatif atau positif yang tertangkap lensa. Dalam bidang sinematografi perihal media menyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpanan selluloid (film), pita analog dan yang terkhir media digital (pita, cakram, memori chip). Berawal dari inilah maka pada awalnya karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpanannya.

14

(19)

Sejalan dengan perkembangan media penyimpanan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan pada media selluloid, analog maupun digital.

2.3.2 Sejarah Film

Film atau gambar bergerak dimulai dari sejumlah temuan teknologi di akhir abad ke-19. Nantinya temuan tersebut menjadi titik picu kelahiran industri film. Aneka piranti semacam permainan optis (seperti mainan teropong yang diputar-putar memberikan gambaran geometris tertentu dengan bantuan kaca cermin di tiga sudut sisinya), pertunjukan bayangan (semacam wayang), lentera ajaib dan alat yang dikembangkan nantinya. Sebuah alat yang dinamai roda kehidupan atau disebut “zoopraxiscope” yang bisa memperlihatkan gambar animasi atau foto bergerak dipatenkan William Lincoln di Amerika Serikat (AS) tahun 1867. Untuk melihat gambar itu bergerak, sebuah celah lubang menjadi `sasaran` mata penonton. Mungkin mirip dengan to’ong. Namun temuan tersebut jauh dari bentuk gambar bergerak atau biasa disebut film saat ini.

Film saat ini bermula dari temuan kamera film. Seorang warga Perancis, Louis Lumiere kerap disebut sebagai penemu kamera film pertama di tahun 1895. Sebenarnya, ada beberapa orang lain juga membuat produk serupa yang juga sejaman pada era Lumiere. Mungkin ibarat siapa yang lebih dahulu diketahui, dialah yang akan menuai ketenaran. Temuan Lumiere berupa kamera film yang

(20)

bisa dibawa ke mana saja, lalu alat pemproses film dan projektor yang dinamai Cinematographe. Ketiga fungsi tersebut menjadi satu kesatuan temuannya. Cinematographe telah membuat gambar bergerak atau film menjadi sangat populer pada masanya. Jika dapat dikatakan temuan Lumiere telah membuka pintu era film. Ia juga bersama saudaranya telah memulai pertunjukan film komersial kepada sejumlah penonton yang membayar.

Dari Negara lain, perusahaan yang didirikan Thomas Alva Edison memperkenalkan temuan Kinetoscope di tahun 1891. Temuan itu memungkinkan satu orang untuk menonton gambar bergerak. Belakangan temuan into disempurnakan menjadi projektor Vitascope pada tahun 1896. Versi pertama lentera ajaib diciptakan Athanasius Kircher asal Roma di abad ke-17. Ciptaannya berupa benda transparan yang disoroti cahaya sederhana dari lilin menggunakan lensa, sehingga dapat memproyeksikan gambar.

2.3.3 Fungsi Film 1. Hiburan

Film tersebut dapat menghibur penontonnya, apakah film itu membuat tertawa, mengeluarkan air mata atau membuat gemetar ketakutan 2. Pendidikan

Film yang dibuat dapat membawakan pesan yang sifatnya mendidik, tanpa dijejali adegan pembunuhan dan adegan lain yang berlebihan. 3. Penerangan

Film yang dibuat dapat memberikan penerangan atau informasi pada masyarakat yang menonton.

(21)

2.3.4 Jenis-jenis Film

1. Film Animasi

Adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film ini menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film 2 dimensi.

2. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

3. Film Berdasarkan Game

Cerita dan tokoh-tokoh dalam film ini dibuat berdasarkan game yang sudah ada, baik game PC, Play Station maupun game yang lainnya.

4. Film Biografi

Film ini adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan tanda-tanda pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.

(22)

5. Film Berdasarkan Kisah Nyata

Film berdasarkan kisah nyata adalah film yang dibuat berdasarkan kejadian nyata atau pernah terjadi di suatu tempat atau terjadi pada seseorang.

6. Film Drama

Tema ini mengetengahkan aspek-aspek human interest sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Tema ini juga dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya disekitar keluarga, disebut drama keluarga.

7. Film Fiksi Ilmiah

Fiksi ilmiah adalah suatu bentuk fiksi spekulatif yang terutama membahas tentang pengaruh sains dan teknologi yang diimajinasikan terhadap masyarakat dan para individual.

8. Film Horror

Jika sebuah film menawarkan suasana menakutkan dan

menyeramkan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut film horror. Suasana horor dalam sebuah film bisa dibuat dengan cara animasi, special effect atau langsung oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.

9. Film Komedi

Tema ini baiknya dibedakan dengan lawakan sebab jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Film komedi

(23)

tidak harus dilakonkan oleh pelawak, tetapi pemain film biasa. Intinya, tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.

10. Film Action

Istilah ini selalu berkaitan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan, tembak-menembak sehingga tema ini dengan sederhana bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” secara fisik antara protagonis dengan antagonis.

11. Film Superhero

Adalah film karakter fiksi yang tokoh-tokohnya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melakukan tindakan hebat untuk kepentingan umum. Pahlawan super memiliki kemampuan diatas rata-rata manusia, memakai pakaian yang khas dan menyolok serta nama yang khas dan digambarkan sebagai penolong yang lemah dan pembasmi kejahatan.

12. Film Berdasarkan Novel

Adalah film yang diangkat dari cerita novel atau film yang lahir dari pengadaptasian sebuah novel, biasanya dikarenakan novel tersebut sudah terkenal sehingga apresiator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana jika difilmkan. Selain itu juga yang menitikberatkan

karena ceritanya yang menarik.15

15

(24)

2.3.5 Jenis Cerita Film

Jenis cerita film dikelompokkan kedalam beberapa macam, yaitu: 16

1. Drama

Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles hanya digolongkan menjadi tragedi, komedi dan gabungan antara tragedi dan komedi.

2. Drama tragedy

Cerita drama yang termasuk jenisi ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian.

3. Drama komedi

Jenis drama ini dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis:

a. Komedi situasi,cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari pemain, melainkan karena situasinya.

b. Komedi slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau adegan gerak vulgar dan kasar.

c. Komedi satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.

d. Komedi farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerakan-gerakan yang lucu. 4. Drama misteri

Drama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian:

a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangannya/ suspense,

16 Elizabeth Lutters. Kunci Sukses Menulis Skenario. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

(25)

dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini, beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton.

b. Horror, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus atau makhluk yang menakutkan.

c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan, atau unsur gaib.

5. Drama action atau laga

a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern.

b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional.

6. Melodrama

Cerita ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis dengan menampilkannya sedemikian rupa.

(26)

7. Drama Sejarah

Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya.

2.4 Penceritaan Film 2.4.1 Tema Cerita

Tema cerita adalah dasar utama cerita yang ingin disampaikan oleh

penulis. Berbagai macam tema dapat diangkat menjadi sebuah cerita.17

1. Percintaan

Tema cerita yang paling umum kita lihat dan hampir semua sinetron atau film terdapat kisah percintaannya.

2. Rumah tangga atau keluarga

Tema keluarga biasanya bercerita tentang masalah sekitar rumah tangga atau dalam keluarga.

3. Perselingkuhan

Tema ini mengangkat tentang seorang suami atau istri ataupun pacar yang tertarik dengan wanita atau pria lain. Cerita ini biasanya yang memicu konflik dalam berhubungan.

4. Pembauran

Tema pembauran di Indonesia lebih banyak bercerita tentang pembauran etnis seperti perkawinan/persatuan warga pribumi dengan keturunan Cina.

17

(27)

5. Kepahlawanan

Tema kepahlawanan biasanya terdapat pada sifat tokoh yang suka menolong orang dan membela kebenaran. Penampilan tokoh ini biasanya berbeda dengan tokoh yang lain, seperti memiliki kekuatan lebih, dan lain-lain.

6. Persahabatan

Film anak-anak atau remaja biasanya terdapat tema persahabatan, baik itu positif ataupun negatif. Misalnya film tentang persahabatan disekolah.

7. Petualangan

Tema petualangan banyak terdapat dalam setiap film, baik film anak-anak, remaja ataupun dewasa. Dalam tema ini penulis sering menampilkan perjalanan panjang yang penuh rintangan atau untuk mencapai suatu tujuan. 8. Balas dendam

Balas dendam banyak digunakan sebagai tema sebuah cerita, biasanya terdapat pada film laga atau action.

9. Fantasi atau fiksi

Tema fantasi atau fiksi merupakan karangan seorang penulis untuk menciptakan suatu tokoh atau karakter. Biasanya berbeda dengan seperti manusia biasa, dan memiliki kelebihan kekuatan atau yang lain.

2.4.2 Grafik Cerita

Grafik cerita diibaratkan tangga nada dalam musik. Alunan musik akan tercipta hanya dengan mengatur letak posisi 1-7 nada itu, dibumbui dengan titik dan gari-gari tanda birama.

(28)

Grafik cerita dalam skenario berkaitan juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam cerita skenario kita, berikut ini grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, dan sampai saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis Indonesia untuk membuat skenario baik skenario

teater sinetron atau film.18

Grafik 2.4.2.1

a. Expotition atau paparan, adegan awal dalam film yang biasanya berisi pengenalan atau penjelasan tokoh, masalah tokoh, kebisaan tokoh dan pola awal jalan cerita.

b. Rangsangan (inciting moment)

Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya dengan kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras.

18

Elizabeth Lutters. Op. Cit., hal 51.

klimaks

tamat penggawatan

(29)

c. Gawatan (rising action)

Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan.

2.4.3 Struktur Cerita 1. Inti cerita

Inti cerita atau premise akan menjadi dasar dalam membentuk plot cerita (plotline). Intisari cerita bisa dikaitkan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, atau sesuatu yang menentukan arah cerita.

Struktur plotline yang diawali dengan konflik, komplikasi dan resolusinya biasa disebut dengan struktur drama tiga babak atau three acts structure. Struktur ini merupakan struktur dasar dalam membangun sebuah

cerita. Struktur drama tiga babak terbagi menjadi:19

a. Babak I

Awal cerita, dengan pengenalan tokoh utama dan dunianya, konflik A dan perkenalan konflik B.

b. Babak II

Tengah cerita, komplikasi masalah, resolusi sementara konflik utama, resolusi konflik minor.

c. Babak III

Akhir cerita, resolusi masalah utama, resolusi masalah lainnya.

19

(30)

2. Plot/alur

Plot/alur adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah dan

akhir.20 Berikut ini adalah contoh beberapa jenis alur :

a. Alur maju (progresif)

Pengarang menyajikan cerita dimulai dari awal menuju akhir cerita berdasarkan urutan kronologis.

b. Alur mundur (flash back progresif)

Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks, kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir.

c. Alur gabungan atau campuran

Alur maju dan mundur yang digunakan secara bersamaan dalam sebuah cerita.

2.4.4 Unsur Dramatik

Dalam skenario harus juga termuat unsur dramtik. Unsur dramatik dalam istilah lain disebut dramturgi, yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramtik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Berikut ini

ada beberapa unsur dramatik:21

1. Konflik

Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa yang diinginkannya. Sasaran pelampiasannya bisa bermacam-macam,

20 Sony Set dan Sidharta. Op. Cit.,hal 26 21

(31)

misal tokoh lawannya, tokoh pendampingnya, diri sendiri, binatang, atau benda-benda yang berada di sekitarnya.

2. Suspense

Suspense adalah ketegangan. Ketegangan yang dimaksudkan di sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi atau harap-harap cemas. Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam mengahadapi problemnya. Hal ini biasanya sering menimpa tokoh protagonis sehingga suspense pada penonton semakin tinggi tensi-nya, dibandingkan jika tokoh antagonis yang menghaapi hambatan. Pada film-film action, unsur ini sangat dominan dibandingkan pada fil-film drama. Namun, pada semua cerita drama, unsur ini juga sangat penting dan tak bisa diabaikan begitu saja.

3. Curiosity

Curiosity adalah rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau, bisa juga dengan berusaha mengulur informasi tentang sebuah masalah sehingga membuat penonton merasa penasaran

4. Surprise

Surprise adalah kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah di luar dugaan.

(32)

2.4.5 Karakter atau Penokohan

Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk karakternya, ciri fisik, cara bertindak, keyakinannya, pandangan hidupnya, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Penokohan mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

1. Karakter Protagonis

Karakter ini sering disebut sebagai karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita.

2. Karakter Sidesick

Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonist.

3. Karakter Antagonis

Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu

berupaya menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam

menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Karakter Kontagonis

Kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktivitas yang dilakukan antagonis dalam menggagalkan langkah sang protagonis.

(33)

5. Karakter Skeptis

Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktivitas yang dilakukan sang tokoh protagonis.

Penokohan atau sering disebut karakter tokoh, yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.28 Karakter tokoh tidak hanya sebatas karakter saja, melainkan juga fisik dan latar belakang tokoh. Salah satunya adalah tipologi tokoh, tipologi merupakan istilah psikologis untuk membedakan manusia berdasarkan tipe.

Tipologi tokoh dapat dibedakan menjadi:22

1. Tipologi tipe fisik

Tipe ini bisa disebut penggolongan tipe manusia berdasarkan bentuk tubuh, berdasarkan teori E. Kretschmer. Tipologi Kretschmer ada 4 tipe, yaitu:

a. Piknis

Tipe piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri pendek dan gemuk (berat badan melebihi berat normal). Jenis tubuh ini memperlihatkan banyak lemak sehingga tulang-tulangnya tidak tampak. Kegemaran tipologi piknis yang paling menonjol adalah suka makan dan tidur.

b. Leptosom

Tipe leptosom mengarah pada tubuh tinggi dan kurus (berat badan kurang dari normal). Jenis tubuh ini adalah kebalikan dari piknis sehingga tulang-tulangnya pun terlihat menonjol. Wajahnya cenderung memelas atau sedih. Kegemaran atau hobi dari tipe ini adalah membaca buku, suka menyendiri, dan melamun. Karakter dari tipe ini kebalikan dari karakter tipe piknis,

22

(34)

yaitu melankolis. c. Atletis

Tipe atletis mengarah pada bentuk tubuh yang tinggi dan kekar. Tidak banyak lemak, tapi tidak juga tampak tulang-tulang di tubuhnya. Yang tampak menonjol adalah urat-uratnya. Biasanya badannya tegap dan kuat. Perbandingan tinggi dan berat badan seimbang. Kegemaran atau hobi manusia dengan tipologi ini yang utama adalah olahraga dan bekerja kasar. Karakter yang menyertai tipologi ini adalah koleris.

d. Displatis

Tipe displastis adalah bentuk tubuh yang khas atau tidak umum. Kategori ini tidak dapat dijabarkan dengan detail tertentu, mengingat tipe ini menyimpang dari konstitusi normal, atau bisa dibilang spesifik. Kegemaran atau hobinya pun tidak dapat dipertegas. Hanya untuk karakter, biasanya tipe ini adalah flegmantis.

2. Tipologi tipe psikis

Tipologi ini bisa dikatakan sebagai penggolongan manusia berdasarkan temperamen atau pada arti „salah kaprah‟ nya dalam skenario bisa disamakan dengan istilah karakter. Dalam penjabaran ini Immanuel Kant membagi tipe psikis

menjadi empat bagian, yaitu:23

a. Sanguinis

Sifat-sifat dasar: periang, ramah, suka tertawa atau gembira, mudah berganti haluan.

23

(35)

b. Melankolis

Sifat-sifat dasar seperti pemurung, penuh angan-angan, muram, pesimistis, mudah kecewa, daya juang kurang, bila mengerjakan sesuatu mesti dipikir dengan matang.

c. Koleris

Sifat-sifat dasar: hidup keras, bersemangat, daya juang besar, optimistis, hatinya mudah terbakar atau terpengaruh, mudah marah dan kasar.

d. Flegmatis

Sifat-sifat dasar: tidak suka buru-buru, kalem, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia.

2.4.6 Latar atau Setting Cerita

Stanton menyebutkan latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor (tempat), dan juga berwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif.24

Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi. Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena

24

(36)

berlangsung dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca dibawa larut dalam suasana cerita.

2.4.7 Sudut Pandang

Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam sebuah cerita adalah sudut pandang tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh atau para pemainnya. Pengambilan sudut pandang oleh pengarang adalah untuk membri

kesan akhir yang dia inginkan.25

Dalam kisahnya, pencerita sering menyebut diri “aku” atau “saya” (penceritaan akuan), penceritaan akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu tokoh utama. Namun, seringkali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokohnya dengan kata ganti orang ketia, dia atau ia. Penceritadiaan berada di luar cerita (eksternal) ia hanya menyampaikan suatu kisahan, tetapi tidak terlibat di dalamnya. Namun, jika ia berada di luar (penceritadiaan, eksternal), ia dapat menjadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semuat tokoh serta semua yang

mereka lakukan.26

25 Anif Sirsaeba. Op. Cit., hal 281.

26 Melani Budianta. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi.

(37)

2.5 Novel Sebagai Sumber Skenario Film 2.5.1 Pengertian Novel

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.

Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan

aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.27

Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehinggga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Dari sekian banyak bentuk sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita

27 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1998,

(38)

pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya - karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya - karya novel.

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan meitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh

cerita juga lebih banyak.28

2.5.2 Jenis-jenis Novel

Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu novel serius dan novel populer. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita, tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Syarat utama sebuah novel adalah menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah membacanya. 1. Novel Populer ( Novel Pop )

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel ini menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius.

28

(39)

Novel populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur dan menceritakan kembali pengalamannya itu. Menurut Kayam, novel popular yang baik banyak

mengundang pembaca untuk mengidentifikasi dirinya.29 Novel popular lebih

mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena novel populer memang hanya semata-mata menyampaikan cerita dan tidak berpotensi mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya.

2. Novel Serius ( Novel Sastra )

Berbeda dengan novel populer, novel serius atau novel sastra harus sanggup memberikan yang serba kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga memiliki tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sunguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

Novel sastra menuntut aktifitas embaca secara lebih serius, menuntut pembaca untuk mengoperasikan daya intelektualnya, serta pembaca dituntut untuk ikut merekontruksikan duduk persoalan masalah dan hubungan antar tokoh.

29

(40)

Stanton menjelaskan bahwa secara implisit maupun eksplisit disebutkan bahwa novel serius dimaksudkan untuk mendidik dan mengajarkan sessuatu yang berguna untuk kita dan bukan hanya member kenikmatan. Faktanya, novel serius dapat memberikan kenikmatan dan memang begitu adanya. Pernyataan ini telah

diungkapkan dan dibuktikan oleh banyak orang.30

2.5.3 Karakteristik Novel

Gambaran umum karakteristik menurut Ismail Marahimin dalam Menulis Secara Populer adalah cerita rekaan yang panjang.31 Novel yang baik dan bermutu sewajarnya memperlihatkan ciri seperti, tema, plot, subplot, tekhnik penceritaan, latar, gaaya bahasa, watak dan perwatakan serta sudut pandang,

untuk dihayati oleh pembaca.32 Berikut ini adalah beberapa contoh rarakteristik

dari novel :

a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana.

b. Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya.

c. Bentuknya lebih panjang dari cerpen, biasanya lebih dari 10.000 kata.

d. Alur ceritanya cukup kompleks.

30 Robert Stanton. Op. Cit.

31 Anif Sirsaeba. Op. Cit., hal. Hal 275

32 Sulaiman et al. Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur, 2006,

(41)

2.6 Penceritaan Novel 2.6.1 Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan pengalaman begitu diingat. Jadi, dengan kata lain tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel atau karya sastra. Setiap karya fiksi termasuk novel mengandung atau menawarkan tema kepada pembacanya. Menurut Stanton dan Kenny, tema (theme) merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu.33

2.6.2 Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya. Stanton menyebutkan setting atau latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekorasi (tempat), dan juga berwujud waktu-waktu tertentu.

Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif.34

2.6.3 Sudut Pandang

Menurut Abarms dalam Nurgiantoro memaparkan bahwa sudut pandang (point of view) mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan. Hal ini merupakan cara atau pandagan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

33 Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit. 34

(42)

sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja

dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.35 Secara terperinci,

sudut pandang dikategorikan menjadi:36

1. Orang pertama tunggal

Pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama atau tokoh sampingan. 2. Orang ketiga serba tahu

Pengarang berada diluar cerita dan mengisahkannya dengan menggunakan kata ganti nama „dia‟ dan atau memakai nama tokoh.

3. Orang ketiga terbatas

Menggunakan kata ganti nama orang ketiga „dia‟ atau menggunakan nama sebenarnya tokoh. Cuma, dalam novel pengarang menentukan satu tokoh saja yang bercerita.

2.6.4 Alur

Alur atau sering disebut dengan plot adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian. Peristiwa yang dialami tokoh disusun sedemikian rupa menjadi sebuah cerita, tetapi tidak berarti semua kejadian dalam hidup tokoh ditampilkan secarang lengkap. Peristiwa-peristiwa yang dijalin tersebut sudah dipilih dengan memperhatikan kepentingtannya dalam membangun alur. Berikut ini adalah contoh dari unsur-unsur alur:

35 Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit.

36 Othman Puteh, Persediaan Menulis Novel. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan

(43)

1. Awal

a. Paparan (exposition)

Pengarang menyampaikan informasi sekedarnya kepada pembaca. Misalnya, memperkenalkan tokoh cerita, keadaanya, tempat tinggalnya, pekerjaannya, maupun kebiasaaan-kebiasaannya.

b. Rangsangan (inciting moment)

Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya dengan kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras.

c. Gawatan (rising action)

Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain) sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan.

2. Tengah

a. Tikaian (conflict)

Perkembangan masalah menjadi pertikaian atau perselisihan antara dua atau lebih kekuatan (tokoh) yang bertentangan.

Konflik dalam novel dibedakan menjadi dua, yakni:

Konflik internal, konflik internal adalah konflik yang terjadi dan dialami sang tokoh.

Konflik eksternal, konflik eksternal adaah konflik yang terjadi diluar dirinya, namun tetap ada pengaruhnya pada pelaku.

(44)

b. Rumitan (complication)

Perselisihan yang semakin meruncing. c. Klimaks

Perselisihan atau rumitan yang mencapai puncaknya. 3. Akhir

a. Leraian (falling action)

Perkembangan peristiwa ke arasa selesaian. Di sini nampak titik terang pemecahan masalah, yaitu perselisihan yang tadinya sudah mencapai titik gawat, berangsur-angsur surut dan nampak ada jalan keluarnya. Dalam hal ini ada kalanya diturunkan deus ex machina, yaitu orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan pemecahan.

b. Selesain (denouement)

Bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian bisa menyenangkan (happy ending) bisa menyedihkan (unhappy end/sad ending), atau bisa pula menggantung tanpa pemecahan.

2.6.5 Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Penokohan mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

(45)

Secara garis besar terdapat pembagian jenis-jenis karakter yang mewarnai

sebuah cerita37

1. Karakter Protagonis

Karakter ini sering disebut karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam cerita.

2. Karakter Sidekick

Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap ada tugas yang diberikan kepada sang karakter protagonis.

3. Karakter Antagonis

Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu

berupaya menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam

menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Karakter Kontagonis

Karakter kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktivitas yang dilakuka antagonis dalam menggagalkan langkah tokoh protagonis.

5. Karakter Skeptis

Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktivitas yang dilakukan oleh tokoh protagonis. 2.6.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan ide dan perasaan serta pikiran dan maksud dalam

37

(46)

penulisannya. Pengarang yang bertanggungjawab memilih kosa kata (sejumlah perkataan) yang sesuai dengan keadaan dan penceritaan serta menggunakan

perkataan pilihan dengan wajar dan berhati-hati.38 Gaya bahasa yang digunakan

pengarang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang.

2.6.7 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca,

sepereti biografi, falsafah hidup dan unsur budaya.39Secara lebih khusus dapat

dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.

2.6.8 Amanat/Pesan

Pesan adalah seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili

perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber.40 Dalam hal ini sumbernya

adalah novel. Amanat atau pesan sering disebut message adalah salah satu pilar penting dalam novel. Sebuah novel yang tidak mengandung pesan, menjadi sebuah karya yang dangkal dan tidak banyak faedahnya. Akan tetapi, pesan yang disampaikan sebaiknya terselubung, dibangun serasi, dan wajar, dengan karakter

38 Sulaiman., et. al. Op. Cit., hal 446

39 Abdul Rozak Zaidan., et. al. Kamus Istilah Sastra.Balai Pustaka. Jakarta, 2004, hal 67. 40

(47)

atau ucapan yang wajar dari sang tokoh. Yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pesan adalah sebaiknya pesan tersebut tidak bersifat menggurui, atau juga menyimpulkan pesan itu sesuadh bercerita. Berikut inni contoh dari

pesan yang biasanya disampaikan pengarang:41

1. Pesan Moral

Pesan moral adalah ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari cerita, puisi, fabel drama atau apapun karya yang bertujuan mengajarkan sesuatu secara langsung atau secara tidak langsung.

2. Pesan Agama

Pesan agama adalah ajaran yang bersifat religi atau spiritual yang berkaitan dengan keyakinan.

3. Pesan Sosial

Pesan sosial mengenai ajaran atau norma yang berada dalam lingkungan masyarakat atau kebenaran umum.

2.7 Adaptasi Novel ke Film 2.7.1 Sejarah Adaptasi Film

Menurut Garin Nugroho Sejarah penciptaan ialah sejarah adaptasi dari alam dan peristiwa yang terjadi di dalamnya ke dalam berbagai bentuk penciptaan, dari karya lukis, teater, hingga seni ketujuh, yaitu sinema. Sejarah sinema dunia khususnya Hollywood mencatat bahwa 90% skenario karya film maupun televisi berasal dari adaptasi, baik dari novel, komik, kisah nyata, hingga

41

(48)

berbagai materi yang ada dalam kehidupan.

Imam Tantowi pun menjelaskan bahwa adaptasi bukanlah transkip dari bentuk novel ke dalam bentu skenario. Adaptasi ialah interpretasi dari sebuah cerita novel. Yang harus diperhatikan oleh penulis skenario ialah harus melengkapi apa yang diperlukan novel itu agar menjadi lebih bagus. Sebuah skenario adaptasi dari novel dianggap berhasil jika skenario itu sukses mendapatkan taste dan essensi cerita serta jiwa dari novel aslinya.

Film adaptasi memiliki pengertian yaitu perpindahan teks dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk film. Film merupakan suatu kerja “peniruan” (deretative wok) dimana hasil dalam bentuk tulisan ditiru dan diolah ke dalam bentuk medium yang lain yaitu gambar bergerak. Menurut buku Adaptation Studying Film Literature , film adapatasi diambil dari novel, certa pendek, novelette, persembahan teater (plays), buku non-fiksi, esai, novel grafik, atau puisi. Proses adaptasi dari novel ke film bukanlah suatu proses yang mudah. Namun demikian, dari dulu hingga sekarang banyak sekali film yang diciptakan merupakan hasil adaptasi daripada naskah drama, cerita pendek, ataupun novel.

Pada abad 17, Corneille telah menyederhanakan sebuah cerita abad pertengahan The Cid untuk sebuah pementasan, dengan menghilangkan beberapa adegan romantik menjelang pementasan. Ketika seorang penulis skenario mengadaptasi drama panggung tersebut untuk skenario film, yang dilakukannya adalah kebalikannya. Beliau justru memotong dialog-dialog panjang dan menambahkan kembali adegan-adegan yang sebelumnya yang telah digugurkan oleh penulis naskah drama.

(49)

Film Inherit the Wid yang dituliskan oleh Jerome Lawrence dan Robert E. Lee merupakan satu contoh film hasil adaptasi yang efektif. Versi panggungnya yang dipentaskan tahun 1955, hanya memanfaatkan ruang pengadilan di Tennessee untuk setting seluruh drama, yang bernama Bertram Cates yang diadili karena mengajarkan tentang evolusi. Sedangkan versi filmnya pada tahun 1960 diawali dengan pertemuan antara beberapa penduduk yang sedang menyelidiki kasus pengajaran yang dilakukan Cates. Dalam proses adaptasi dari buku ke film atau televisinya diyakini ada beberapa nilai yang menjadi dasar pelaksanaan proses tersebut. Sebuah film hasil adaptasi dari suatu karya sastra yang terpenting harus tetap mempertahankan spirit teks aslinya, tetapi pada saat yang sama film tersebut dituntut tetap tampil sebagai karya yang meyakinkan dalam genrenya. 2.7.2 Film Adaptasi di Indonesia

Lahirnya adaptasi dari novel ke dalam film biasanya disebabkan novel tersebut sudah terkenal dan menjadi best seller sehingga para apresiator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana bila sebuah novel di filmkan.

Di Indonesia pun ide untuk mengangkat sumber cerita seperti novel dari berbagai genre sebagai bahan utama sudah lama dilakukan oleh para penerbit dan pengarah. Sebagian Berjaya meraih kejayaan yang fenomenal namun tak sedikit pula yang tidak mendapatkan apresiasi positif dari para penikmat dan penonton. Telah banyak novel-novel yang dijadikan cerita dalam film dan ditayangkan di bioskop-bioskop. Bukan saja novel itu sendiri yang mendapatkan sambutan hangat, malahan filmnya pun mendapatkan tanggapan positif. Film adatasi yang sebelumnya meraih kejayaan memberikan inspirasi bagi pembuat-pembuat film

(50)

lainnya untuk mengenengahkan teks-teks sastra seperti novel terutama dalam bentuk gambar. Banyak sekali novel-novel tertentu yang menjadi best selling di kalangan khalayak juga mengangkat jalan cerita yang telah teresdia menjadi sebuah film.

Sejarah film Indonesia juga mencatat sejumlah novel yang diangkat ke layar lebar. Teguh Karya mengangkat novel Badai Pasti Berlalu pada tahun 1974 karya Marga T menjadi sebuah film legendaris pada tahun 1977. Setelah 30 tahun berlalu, bukan hanya filmnya yang dikenang tetepi diproduksi kembali pada tahun 2007 dalam konsep masa kini,tapi album soundtrack nya telah habis dibeli oleh lebih dari 10 juta orang. Ia bahkan menjadi salah satu legenda musik Indonesia sepanjang masa.

Pengarang Novel populer seperti Mira W, menjadi salah satu penulis yang dilihat para pembuat film era 80-an. Dapat dilihat bagaimana novelnya menjadi film yang populer di masanya seperti Di sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Merpati tak Pernah Ingkar Janji, Bilur-bilur Penyesalan, Dari Jendela SMP, Galau Remaja SMA, Masih ada Kereta yang akan Lewat, dll. Tidak kurang lebih dari 56 tajuk novel menjadi target para pembuat film dalam masa keemasan film nasional sejak

tahun 70-an hingga awal 90-an. 42

Perkembangan film nasional era 2000-an yang ditandai oleh fenomena sejumlah novel popular remaja Indonesia juga menjadi sasaran para pembuat film, seperti Eiffel I’m in Love, Dealova, Cintapucino, Detik Terakhir, dan Jomblo. Setelah booming melalui novel dan film nya, kemudian muncul novel sastra

42

Gambar

Grafik  cerita  dalam  skenario  berkaitan  juga  dengan  irama  plot  yang  membangun konflik pada tiap adegan dalam cerita skenario kita, berikut ini grafik  umum  yang  diciptakan  oleh  Aristoteles,  dan  sampai  saat  ini  masih  banyak  digunakan ole

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan SPSS dapat diperoleh informasi bahwa terdapat peningkatan yang tidak signifikan antara pemberian teknik drill

Hasil dari kombinasi metode tersebut menunjukkan performa yang lebih baik daripada menggunakan kombinasi algoritma C4.5 dan PCA, serta algoritma C4.5 saja untuk kasus

beton prategang adalah beton yang didalamnya terdapat kawat baja yang diberi tegangan dahulu dengan cara ditarik terus stelah itu di cor dan dipasang.Beton

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Sa bisperas pa naman ng araw ng kanyang pag-alis sa bahay niyang iyon isa lamang pinakamaliit sa mga brilyanteng iyon ay sapat nang pantubos kay Huli at makapagbigay ng kapanatagan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak