• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Ayub k Mazmur k Markus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Ayub k Mazmur k Markus"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh:

Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus

Redaksi ... 3

Mengapa Orang Saleh Menderita? ... 4

Renungan Tanggal 1-24 Mei 2017 ... 5

Roh Kudus Sangat Diperlukan Pada Masa Kini...29

Renungan Tanggal 25 Mei-2 Juni 2017 ... 30

Kata Sambutan HUT Ketua Bidang Pembinaan Sinode GKY ....39

Renungan Tanggal 3-14 Juni 2017 ... 40

Injil Penuh Aksi ... 52

Renungan Tanggal 15-30 Juni 2017 ... 53

Daftar Gereja Sinode GKY ... 70

Tahap 7 No. 9 Mei - Juni 2017

Ayub k Mazmur k Markus

DAFTAR ISI

(2)

Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999 diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.

Renungan GEMA juga dapat dibaca melalui :

• Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur), atau langsung klik Renungan Gema (di sebelah kiri bawah) • Download di website GKY (www.gky.or.id - bagian download), atau langsung klik Mobile Gema untuk Android & Ios

(di sebelah kiri bawah)

• Download langsung di Gadget anda melalui Google play atau App store.

Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08, Website: www.gky.or.id, e-mail: binagkysinode@gmail.com

Ketua: Pdt. Bagio Sulianto Editor Umum: GI Purnama

Penulis:

Pdt. Surya Sudipan, Pdt. Timotius Fu, GI Markus Bone, GI Purnama

(3)

R

edaksi

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Apa yang telah dikerjakan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus bagi umat-Nya itu sedemikian luar biasa, sehingga ada banyak istilah yang dipakai untuk menguraikan karya Allah tersebut, antara lain pengor-banan, penebusan, penyelamatan, pendamaian, penyucian, dan ber-bagai istilah lainnya. Walaupun dalam konteks yang jauh berbeda, kita juga melukiskan hal-hal yang memungkinkan GeMA bisa diterbitkan tepat pada waktunya dengan berbagai perkataan seperti ‘hanya kare-na anugerah Allah’, ‘karekare-na kemurahan Allah’, ‘karekare-na Allah memberi kekuatan’, ‘karena Allah melimpahkan hikmat-Nya’, dan sebagainya. Perkataan semacam itu seperti perkataan klise yang asal diucapkan, tetapi sebenarnya mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Pekerjaan Tuhan tak mungkin dilaksanakan dengan hikmat dan ke-mampuan manusiawi belaka!

Pada edisi ini, kita akan merenungkan kitab Ayub dan Injil Markus, beberapa pasal kitab Mazmur, dan kita akan mengikuti renungan khusus berkaitan dengan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus serta Hari Raya Pentakosta. Melalui perenungan kitab Ayub, kita akan mem-peroleh jawaban atas sebuah pertanyaan yang sering diajukan orang di sepanjang sejarah, yaitu “Mengapa orang benar bisa menderita?”. Walaupun Injil Markus adalah kitab Injil yang paling pendek, kitab ini telah memuat inti kabar baik (Injil) tentang Yesus Kristus. Dalam pe-renungan kali ini, Injil Markus ditelusuri sebagai kitab yang menceri-takan aksi penyelamatan (tindakan, pengajaran, penderitaaan, ke-matian, dan kebangkitan) Sang Pemeran Utama, yaitu Yesus Kristus. Seperti biasa, kitab Mazmur membahas relasi pemazmur dengan Tuhan dan pengaruh relasi tersebut terhadap kehidupan sehari-hari. Renungan khusus membahas peran Roh Kudus dalam gereja yang tetap relevan sampai masa kini.

Kami berharap bahwa buku renungan GeMA yang telah disiapkan dengan susah payah ini menjadi berkat bagi seluruh pembaca, bah-kan terlebih dulu juga menjadi berkat bagi para penulis, penerjemah, pengetik karakter Mandarin, dan staf yang telah bersama-sama mem-persiapkan buku renungan ini. Tuhan memberkati kita sekalian!

(4)

O

rang saleh pasti hidup bahagia dan diberkati, sedangkan orang jahat pasti menderita,” demikian bunyi sebuah pan-dangan populer yang tidak selalu benar. Panpan-dangan ini ingin dipaksakan untuk diterapkan dalam penderitaan Ayub oleh para sahabat yang datang menjenguknya. Mereka memaksa Ayub mengakui bahwa semua penderitaan yang dialaminya adalah akibat dosanya yang besar di hadapan Allah. Tentu saja pan-dangan para sahabat Ayub salah karena Ayub menderita bukan karena dosanya, melainkan karena pencobaan yang dikirim— dengan seizin Allah—oleh Iblis yang iri hati terhadap kesalehen hidup Ayub.

Kitab Ayub dimulai dengan narasi tentang kesalehan dan ke-suksesan hidup Ayub serta keterpurukannya dalam penderitaan yang tragis akibat pencobaan Iblis. Porsi terbesar kitab ini berisi percakapan antara Ayub dan para sahabatnya yang disusun menjadi tiga putaran. Inti dari percakapan ini adalah tuduhan para sahabat Ayub bahwa penderitaannya adalah akibat dosa-nya serta bantahan Ayub atas tuduhan tersebut serta keluhandosa-nya kepada Allah atas ketidakpahamannya akan maksud Allah atas penderitaan yang sedang dialaminya. Semua percakapan di atas direspons dengan ucapan Ilahi yang berisi jawaban kepada Ayub dan kecaman kepada para sahabatnya. Kitab ini ditutup dengan pemulihan kehidupan Ayub.

Kita dapat memetik tiga pelajaran dari Kitab Ayub. Pertama, Iblis tidak mungkin mencelakakan umat Allah tanpa seizin Allah. Bila Allah mengizinkan umat-Nya mengalami penderitaan akibat serangan Iblis, Ia akan menguatkan dan memulihkan keadaan umat-Nya. Kedua, iman kita harus dibangun di atas kesetiaan dan kebenaran Allah, bukan di atas kekayaan, kesehatan, kelu-arga, atau hal-hal lain yang fana. Ketiga, kita perlu bersikap bijak terhadap sesama yang sedang mengalami penderitaan dan ke-sulitan. Kita tidak boleh cepat menghakimi sebelum memahami situasi kondisi yang sebenarnya. [TF]

(5)

D

ua pasal pertama Kitab Ayub berisi cerita tentang orang yang sama dengan dua episode yang isinya sangat bertolak be-lakang. Episode pertama dipenuhi berkat dan kebahagiaan. Ayub diperkenalkan sebagai orang terkaya di sebelah timur (1:3), me-miliki keluarga yang bahagia dan saling mengasihi, dibuktikan de-ngan kebiasaan mengadakan pesta secara bergiliran (1:4), serta hidup dalam iman yang kuat karena selalu takut berdosa kepada Allah (1:5-6). Episode pertama kehidupan Ayub menggambarkan kehidupan dalam puncak kebahagiaan: kaya, terhormat, keluarga harmonis, dan beriman kuat. Tanpa diduga, semua kebahagiaan lenyap tak berbekas dalam sekejap mata. Kehidupan Ayub jatuh ke dalam kondisi paling menderita di episode kedua. Dalam satu hari, berturut-turut Ayub kehilangan semua hartanya (1:13-17) dan semua anaknya (1:18-19). Tidak hanya sampai di sana, pen-deritaan Ayub menjadi lengkap ketika seluruh tubuhnya diserang barah yang busuk (2:7-8) dan ia ditinggal oleh isterinya (2:9-10).

Yang menarik dari cerita ini adalah bahwa iman Ayub kepada Allah sama sekali tidak berubah karena perubahan drastis dalam kehidupannya. Sewaktu berada di puncak kejayaan, ia dipuji Allah sebagai orang yang paling saleh dan paling jujur (1:8). Sewaktu terpuruk di tempat yang paling hina dan menderita, ia tetap tidak berdosa kepada Allah (1:22; 2:10b). Iman Ayub tidak bergantung kepada harta, kedudukan, kesehatan, bahkan kebahagiaan duni-awi. Imannya tergantung kepada kesetiaan Allah (1:21).

Kisah Ayub adalah cermin bagi kehidupan orang percaya. Adalah lebih gampang bagi kita untuk beriman kepada Allah ketika hidup kita berada di puncak kejayaan. Namun, apakah kita memi-liki iman yang sama ketika Allah mengizinkan apa yang kita cintai— harta, keluarga, kesehatan, kedudukan—diambil dari kita? [TF]

Senin, 1 Mei

Iman Yang Melampaui Kondisi

Kehidupan

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 1-2

“Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”

(6)

M

endengar Ayub menderita sedemikian hebat, tiga temannya datang untuk menghiburnya (2:11). Namun, melihat berat-nya penderitaan Ayub yang tak terkatakan itu, mulut mereka terkunci rapat selama tujuh hari tujuh malam (2:13). Akhirnya, Ayub membuka suara untuk memecahkan keheningan.

Ucapan pertama Ayub berisi ratapan yang sangat panjang tentang penderitaannya yang luar biasa hebat. Namun, Ayub sama sekali tidak mengutuki atau menyalahkan Allah, sehing-ga tujuan Iblis mencobai Ayub—yakni supaya Ayub mengutuki Allah (1:11; 2:5)—gagal total. Ayub juga tidak menyalahkan sesamanya sebagai penyebab penderitaan yang dialaminya.

Dalam ratapannya, Ayub mempertanyakan tiga hal yang merefleksikan ketidakpahaman untuk apa ia dilahirkan dan bertahan hidup kalau hari-harinya penuh dengan penderitaan yang mahaberat, yakni: Mengapa ada hari kelahirannya (3:1-10)? Mengapa ada yang menolongnya untuk bertahan hidup setelah ia dilahirkan (3:11-19)? Mengapa orang yang mende-rita seperti dia tidak segera mati? (3:20-26). Awalnya, Ayub tidak memahami penderitaannya. Namun setelah mendengar firman Allah tentang apa yang sedang terjadi dan maksud Allah di dalamnya, Ayub menyesal dan mencabut semua perkataan-nya, termasuk ketiga pertanyaan di atas (42:6).

Pengalaman Ayub mengajarkan dua hal: Pertama, keterba-tasan pengetahuan sering membuat kita tidak memahami mak-na kesulitan dan penderitaan yang kita alami. Namun, dalam setiap keadaan, jangan pernah meragukan kebaikan Allah.

Ke-dua, terhadap orang di sekitar kita yang mengalami

penderita-an ypenderita-ang membuatnya meragukpenderita-an kebaikpenderita-an Allah, kita bertugas mendampingi dan menguatkan imannya. [TF]

Selasa, 2 Mei

Jangan Meragukan Kebaikan Allah

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 3

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”

(7)

K

ehadiran para sahabat yang bermaksud menghibur justru me-nambah beban penderitaan Ayub. Dalam dua pasal ini, Elifas yang pertama berbicara secara sepihak menuduh Ayub dihukum Al-lah karena dosanya dan menuntutnya bertobat agar hukumannya diringankan. Menurut Elifas, dosa yang dilakukan Ayub adalah: ke-munafikan, karena ia bisa mengajar orang lain namun diri sendiri dihukum Allah (4:2-6); kehidupan yang tidak jujur dan yang penuh kejahatan (4:7-11); dan kebodohan, karena ia selalu menganggap diri benar dan tidak menerima ketika dihukum Allah (5:1-7).

Untuk mendukung tuduhannya, Elifas mengajukan dua bukti. Pertama, ia mengaku mendapat bisikan ilahi bahwa tidak mungkin ada manusia dibenarkan di hadapan Allah (4:12-17). Kedua, bahwa apa yang diajukannya sudah melalui penyelidikan yang mendalam (5:27). Ucapan Elifas dilengkapi dengan saran kepada Ayub untuk segera bertobat dengan beberapa alasan: supaya tidak mendapat hukuman yang lebih berat dari Allah yang tidak segan menghukum para malaikat-Nya (4:18-21); Allah akan berbelaskasihan kepa-da orang-orang yang merenkepa-dahkan diri di hakepa-dapan-Nya (5:1-16); dan Allah akan mengampuni dan memulihkan orang yang bertobat setelah dihukum-Nya (5:17-26).

Ucapan Elifas di atas sangat meyakinkan, namun sepenuhnya salah karena Ayub menderita bukan karena dosanya. Kita dapat me-metik dua pelajaran dari kesalahan Elifas di atas. Pertama, kita perlu berhati-hati memberi penilaian kepada situasi kondisi yang sedang dihadapi seseorang. Penderitaan seseorang tidak selalu merupakan akibat dari dosa dan kesalahannya. Kedua, kita tidak boleh dengan sembarangan memakai nama Allah untuk mendukung pandangan kita dan juga perlu berhati-hati dengan orang yang suka memakai nama Allah untuk mendukung pandangannya. [TF]

Rabu, 3 Mei

Nasihat yang Tidak Bijaksana

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 4-5

“Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.”

(8)

S

ebagai respons atas tuduhan tanpa alasan dari sahabatnya, Ayub membuka mulut dan mengemukakan beberapa pembelaan:

Per-tama, ia mengatakan bahwa siapa pun yang berada pada posisinya

pasti akan berkeluh kesah seperti dia (6:1-13). Ia menggambarkan tubuhnya seperti tertancap panah dan jiwanya menghisap racun dari Yang Mahakuasa (6:4). Kedua, ia menyindir para sahabatnya yang sama sekali tidak mengulurkan tangan menolongnya (6:14-23). Melihat penderitaan Ayub, bukannya menolong, mereka justru merasa takut kepadanya (6:21). Ketiga, ia menantang mereka un-tuk menunjukkan dosa dan kesalahannya (6:24-30). Ia meminta para sahabatnya untuk berlaku adil bila tidak mampu menunjukkan kesalahannya (6:24). Keempat, ia menggambarkan betapa berat-nya penderitaan yang dialamiberat-nya (7:1-5). Saking beratberat-nya, ia mu-lai putus asa dan berharap agar ajal segera menjemputnya (7:6-10). Kelima, melalui serangkaian pertanyaan retorik, ia meminta Allah menunjukkan kesalahannya (7:11-21). Ia juga memohon Allah mengampuninya bila ia bersalah, “Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manu-sia? . . . Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku?” (7:20-21).

Kita dapat mempelajari kejujuran dan keterbukaan Ayub di ha-dapan Allah. Ketika tidak memahami tindakan Allah, bahkan ketika merasa Allah seolah-olah bertindak tidak adil kepadanya karena menghukumnya tanpa alasan, ia berani secara terbuka bertanya kepada Allah. Sama seperti Ayub, kita juga boleh secara terbu-ka dan jujur bertanya kepada Allah ketiterbu-ka kita tidak memahami penderitaan yang sedang kita alami. Namun ingat, selama proses yang kita lalui—sama seperti Ayub—kita tidak boleh sedikitpun meragukan kebaikan Allah. [TF]

Kamis, 4 Mei

Pembelaan Atas Tuduhan Palsu

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 6-7

“Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku,

dan bersedih hati sepanjang hari?” Mazmur 13:2-3a

(9)

B

ildad, sahabat kedua Ayub, tidak berbicara lebih baik daripada pendahulunya. Ia berusaha meyakinkan Ayub untuk mengakui kesalahan dan bertobat, supaya dosanya diampuni dan penderi-taannya diringankan. Setelah menegur gaya bicara Ayub yang di-anggapnya kasar dan tidak pantas (8:2), Bildad melanjutkan na-sihatnya berdasarkan dua argumentasi: Pertama, argumentasi

teologis tentang karakter Allah yang tidak mungkin berlaku tidak

adil bagi manusia (8:3-7). Bagi Bildad, Allah selalu bertindak adil dan benar, sehingga Ia tidak akan membiarkan orang bersalah ti-dak dihukum (8:3-4). Namun, Ia adalah Allah yang penuh kasih, yang mengampuni setiap manusia yang bertobat dari kesalahan dan memohon belas kasihan-Nya (8:5-7). Kedua, argumentasi

filosofis bahwa sejak zaman dahulu berlaku dalil bahwa pada

akhirnya, orang baik akan berjaya dan orang jahat akan binasa (8:8-19). Ia memakai analogi dari dunia tumbuh-tumbuhan untuk menilai bahwa penderitaan Ayub pasti merupakan akibat kesalahan besar yang dilakukannya. Ucapan Bildad ditutup dengan pernyata-an tentpernyata-ang kesetiapernyata-an Allah ypernyata-ang bersedia mengampuni semua orang yang bertobat. Oleh sebab itu, Ayub harus segera menyadari dosanya dan bertobat (8:20-22).

Cerita di atas merupakan kebenaran yang disampaikan dengan cara yang tidak benar. Semua ucapan Bildad benar, baik tentang Al-lah maupun tentang dalil kehidupan. Namun, semua ucapannya tidak bermakna karena ia tidak memahami kondisi yang sesung-guhnya. Kita tidak hanya perlu waspada terhadap apa yang kita ucapkan, namun kita juga harus memperhatikan cara kita me-nyampaikan kebenaran itu. Perkataan kita akan bermanfaat bagi pendengar dan diri sendiri kalau disampaikan secara bijak, dalam bahasa yang sopan serta sikap yang baik. [TF]

Jumat, 5 Mei

Sahabat yang Tidak Berhikmat

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 8

“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”

(10)

D

ua pasal ini adalah jawaban Ayub kepada Bildad. Awalnya, Ayub menyetujui Bildad bahwa jika orang berdosa bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkan keadaannya (9:2a). Namun, persetujuan itu melahirkan dua dilema pada Ayub yang membuat-nya lebih menderita. Pertama, Ayub sadar bahwa ia tak berdosa, namun kenyataannya, ia sangat menderita. Karena itu, ia berseru dalam kepasrahan, “Aku tidak bersalah! Aku tidak pedulikan diriku, aku tidak hiraukan hidupku!” (9:21). Kedua, pengenalan Ayub akan Allah membuatnya makin tidak memahami penderitaannya. Bagi Ayub, Allah itu mahakuasa dan mengendalikan alam semesta, baik bumi maupun bintang-bintang di langit (9:4-11), sehingga ia tak mungkin melawan-Nya (9:3). Allah mahaadil sehingga keputusan pengadilan-Nya dan hukuman yang dijatuhkan-Nya adalah mutlak, tak bisa dibantah siapa pun juga (9:12-20), apalagi oleh Ayub yang menyadari kefanaan dan kelemahan dirinya (9:22-35). Di tengah ketidakpahaman akan penderitaannya, yang dapat Ayub lakukan adalah mendekat kepada Allah dan mengajukan tiga permohonan untuk mengurangi penderitaannya, yakni agar Allah memberitahu alasan penderitaannya (10:1-7), mengingat bahwa ia hanya manu-sia fana yang terbuat dari tanah liat (10:8-17), dan mengizinkan ia meninggalkan dunia ini (10:18-22).

Pengalaman Ayub merupakan pengalaman banyak orang Kris-ten saat ini. Banyak orang percaya mengalami penderitaan berat, misalnya: bisnis gagal, sakit, relasi dengan anggota keluarga atau rekan kerja bermasalah, ekonomi sulit, dan sebagainya. Di tengah penderitaan, apa yang harus kita lakukan? Kita tak boleh seperti orang tak beriman yang menyalahkan Allah dan menjauhi-Nya. Sebaliknya, penderitaan harus membuat kita mendekatkan diri ke-pada Allah. [TF]

Sabtu, 6 Mei

Ketika Orang Benar Menderita

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 9-10

“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8a

(11)

Senjata Makan Tuan

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 11

Minggu,

7 Mei

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah

aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, ....” Matius 7:3-4

Z

ofar, si pembicara ketiga, tak lebih baik daripada dua pem-bicara sebelumnya. Bahkan, sikapnya lebih buruk. Ia me-nempatkan diri seolah-olah ialah juru bicara Allah yang menegur dan memaksa Ayub mengakui kesalahan agar mendapat kete-nangan hidup. Teguran pertama berkaitan dengan kelancangan Ayub dalam berbicara. Bagi Zofar, selain terlalu banyak bicara, Ayub juga secara subyektif membela kebenaran diri. Seolah-olah wakil Allah, Zofar menyuruh Ayub menutup mulut, kalau tidak Allah akan menyingkapkan segala kesalahan ucapan Ayub serta menunjukkan bahwa sebenarnya hukuman yang ia terima itu kurang dari yang seharusnya (11:2-6). Teguran kedua adalah kecaman Zofar terhadap Ayub yang mengklaim dirinya bersih di hadapan Allah. Melalui serangkaian pertanyaan sinis, Zofar mempertanyakan bagaimana Ayub tahu bahwa Allah menilainya tidak bersalah. Bagi Zofar, tak seorang pun yang memahami cara Allah bekerja dan mengadakan pengadilan. Oleh sebab itu, Zofar menyuruh Ayub berhenti menjadi orang dungu yang mengang-gap dirinya dinilai bersih oleh Allah (11:7-12). Seperti dua pem-bicara sebelumnya, ucapan Zofar ditutup dengan seruan perto-batan agar kondisi Ayub segera pulih (11:13-20).

Ironisnya, perkataan Zofar berlaku bagi dirinya sendiri. Ia lancang menuduh Ayub tanpa bukti, bahkan ia berani memakai nama Allah untuk memojokkan Ayub agar bertobat, padahal ia sama sekali tidak memahami bahwa Ayub menderita karena dosanya. Kesalahan Zofar adalah refleksi sifat manusia yang gampang melihat kesalahan orang lain, namun sulit menyadari kelemahan diri sendiri. Oleh sebab itu, sebelum menegur atau menyalahkan orang lain, periksalah apakah Anda sendiri juga melakukan hal yang sama. [TF]

(12)

A

yub sangat kecewa terhadap ketiga sahabatnya. Walaupun penampilan mereka seperti orang bijaksana, perkataan mereka tidak menghibur. Mereka memberi pengajaran moral yang klise tan-pa memeriksa lebih dulu pengalaman Ayub yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Ayub mengecam mereka dalam dua hal: Pertama, Ayub menyindir sikap mereka yang menganggap diri mereka sebagai orang paling bijak sedunia, sehingga bila mereka mati, hikmat juga akan hilang dari dunia (12:2). Menurut Ayub, kebanggaan mereka salah, karena binatang dan alam pun diberi hikmat oleh Allah (2:7-11). Hikmatnya tidak kalah dibandingkan mereka, “Apa yang kamu tahu, aku juga tahu, aku tidak kalah dengan kalian” (13:1). Kedua, Ayub menuduh mereka sebagai saksi palsu yang berani berbohong dan berkata dusta demi nama Allah (13:7-11). Ayub menyarankan agar mereka diam supaya tidak dihukum Allah (13:12-13).

Dalam pembelaannya, Ayub menyelingi kecamannya kepada teman-temannya dengan pujian dan permohonan kepada Allah. Dalam pujiannya, Ayub memberitakan kemahakuasaan Allah yang mengendalikan alam, mengangkat dan menurunkan raja serta pe-mimpin dunia, dan membuat bangsa-bangsa hidup bahagia (12:12-25). Dalam permohonannya, Ayub meminta supaya Allah melin-dunginya agar tidak menyimpang dari kebenaran-Nya, supaya ia tidak dihukum Allah (13:17-28).

Walaupun para sahabat—yang diharapkan menghibur dan me-nolong—justru menambah beban, Ayub tidak putus asa. Sumber pengharapan sesungguhnya adalah pada karakter Allah dan belas kasihan-Nya. Apakah Anda merasakan hal yang sama? Apakah Anda pernah ditinggalkan orang-orang dekat ketika terpuruk? Manusia ti-dak selalu dapat diandalkan. Datanglah kepada Allah yang selama-nya setia dan tidak pernah mengecewakan Anda. [TF]

Senin, 8 Mei

Ketika Orang-orang Dekat Tidak

Dapat Diandalkan

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 12-13

“Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!

Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” Mazmur 55:23

(13)

A

pa yang dipikirkan oleh orang yang sakit keras? Umumnya ia memikirkan makna hidupnya di dunia ini. Itulah isi pikiran Ayub yang ia ungkapkan secara jujur di hadapan Allah. Pengaku-an Ayub di hadapPengaku-an Allah mengPengaku-andung dua hal: Pertama, Ayub berkeluh kesah tentang hidupnya yang fana. Penderitaan yang he-bat membuatnya menyadari betapa singkat dan tidak bernilainya hidup manusia. Hidupnya ia gambarkan seperti bunga layu setelah berkembang dan seperti bayang-bayang yang hilang tak berbekas (14:1-2). Di mata Ayub, hidup manusia kalah nilainya dengan sebatang pohon yang dapat bertunas kembali setelah ditebang (14:7-12). Ayub menyadari bahwa kondisi seperti ini diakibatkan oleh keberdosaan manusia di hadapan Allah (14:4). Kedua, Ayub mengakui kedaulatan Allah atas kehidupan manusia. Kedaulatan Allah ditunjukkan oleh kuasa-Nya membatasi hari-hari manusia di atas bumi (14:5) dan penghakiman-Nya atas manusia karena kesalahan dan dosanya (14:18-22).

Di tengah keluh kesahnya, Ayub mengungkapkan sikap opti-mis menghadapi kematian yang ia kira segera tiba. Ia mengung-kapkan pengharapan akan tibanya hari tersebut, “Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba gili-ranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menya-hut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.” (14:14-15). Sikap positif ini lahir dari keyakinan bahwa Allah akan mengam-puni segala dosa dan kesalahannya (14:16-17).

Seperti Ayub, kita juga perlu melakukan refleksi diri: Dalam hidup yang sementara ini, Apa pencapaian yang dapat Anda bang-gakan di hadapan Allah dan manusia? Apakah dosa Anda sudah diampuni Allah di dalam Kristus, sehingga Anda akan menghadap Allah dengan sukacita saat Dia panggil? [TF]

Selasa, 9 Mei

Pengharapan di Tengah Keluh

Kesah

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 14

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”

(14)

P

embelaan Ayub memicu serangan lebih keras dari para saha-batnya. Dalam putaran kedua, pembicara pertama adalah Elifas yang menyampaikan dua hal: Pertama, dia mencela keangkuhan Ayub yang menganggap diri paling berhikmat dan memahami hi-dup, padahal ucapannya tak lebih dari perkataan kosong, seperti angin, dan tak berguna (15:2-3). Menurut Elifas, Ayub sebenarnya tak memahami rahasia hidup (15:7-9). Keangkuhan membuat Ayub tak menghormati Allah (15:4), tak menghargai belas kasihan-Nya yang sudah meringankan hukuman terhadap dirinya (15:11-13), menganggap dirinya tak bersalah (15:14-16), dan meman-dang remeh orang yang jauh lebih tua (15:10). Akibatnya, Ayub akan tersandung dan dihukum gara-gara perkataannya (15:5-6).

Kedua, Elifas mengajar Ayub. “Aku hendak menerangkan sesuatu

kepadamu, dengarkanlah aku,” demikian katanya (15:17). Elifas berkata bahwa sejak zaman nenek moyangnya, telah berlaku ke-benaran bahwa hanya orang bersalah yang akan menderita karena dihukum Allah (15:17-24). Oleh sebab itu, jangan mengecam atau melawan Allah (15:25-26). Elifas menegaskan bahwa orang jahat pasti dihukum Allah, dan seringkali hukuman datang sebelum ge-nap masanya, “seperti anggur yang gugur buahnya, seperti pohon zaitun yang jatuh bunganya” (15:33). Oleh sebab itu, jalan terbaik bagi Ayub adalah mengakui kesalahan dan bertobat.

Elifas mewakili banyak orang di sekitar kita pada masa kini, yakni orang yang cepat mengaitkan penderitaan orang lain dengan dosa dan hukuman Allah. Memang, benar bahwa tak ada dosa yang bebas dari hukuman Allah, namun tidak semua penderitaan adalah akibat dosa. Ucapan Elifas mengingatkan kita untuk tidak gampang menghakimi sesama dan bersabar serta berserah ke-pada Allah jika dihakimi sesama secara tidak adil. [TF]

Rabu, 10 Mei

Jangan Gampang Menghakimi

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 15

“Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.”

(15)

K

arena diserang bertubi-tubi secara tidak adil, akhirnya Ayub marah. Ia menyebut para sahabatnya sebagai “penghibur si-alan” (16:2) dan orang-orang yang tidak berhikmat (17:10). Kata “sialan” berarti mengecewakan dan menambah kerepotan, karena hiburan para sahabatnya bukan hanya tidak menghibur, tetapi jus-tru menambah penderitaannya dengan penghakiman dan penilaian yang salah. Jika berada dalam posisi para sahabatnya, Ayub tidak akan menghakimi dan menyalahkan, melainkan ia akan mengucap-kan kata-kata yang menguatmengucap-kan dan penuh belas kasihan (16:5).

Selanjutnya, Ayub sekali lagi menceritakan penderitaan yang sedang ia hadapi dengan harapan agar para sahabatnya mema-hami betapa berat penderitaannya (16:6). Penderitaannya dimu-lai dengan kehancuran keluarganya (16:7), dilanjutkan dengan penderitaan jasmani dan sosial. Kehancuran fisiknya digambarkan seperti diserang binatang buas: menerkam, menggertakkan gigi, dan mengangakan mulut (16:9-10); disiksa musuh lalim: mem-banting, menghujani dengan anak panah, menembus ginjal dan menumpahkan empedu, serta merobek-robek tubuhnya (16:12-14). Secara sosial, ia menjadi cemoohan dan sindiran orang ba-nyak, sehingga ia merasa hidupnya akan segera berakhir dan ia segera mati dan dilupakan orang (17:1-16).

Ketika para sahabatnya mengecewakan saat fisiknya hancur karena penderitaan, Ayub tidak putus harapan karena ia mengarah-kan pandangannya kepada Allah yang menjadi Saksinya di sorga (16:19-20). Sama seperti Ayub, kita juga sering dikecewakan oleh sesama dan dihancurkan oleh berbagai kesulitan hidup. Namun, jangan putus asa, pandanglah pada Allah, dan Ia akan menguatkan kita dan menjadikan penderitaan kita sebagai kesempatan untuk bersaksi bagi kemuliaan nama-Nya. [TF]

Kamis, 11 Mei

Allah Tidak Pernah Mengecewakan

Umat-Nya

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 16-17

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, ... sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan

makanan, ... dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, ....”

(16)

O

rang fasik pasti dihukum dan berakhir dengan kehancuran. Itu-lah inti ucapan Bildad di pasal 18. Ia menyebut serangkaian hukuman yang akan diterima orang fasik: terangnya akan padam (18:5-6), jalannya akan penuh bahaya dan jerat (18:7-10), ke-hidupannya akan penuh masalah (18:11-16), dan akhir hidupnya mengenaskan (18:17-21). Meskipun ucapan itu tidak cocok dike-nakan bagi Ayub, perhatikan bahwa ucapan Bildad benar. Allah ber-kata bahwa Ia tidak akan membiarkan orang fasik berlalu tanpa dihukum, seperti kata Alkitab, “Jangan sesat! Allah tidak membiar-kan diri-Nya dipermainmembiar-kan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7).

Balasan Ayub di pasal 19 dimulai dengan permohonan kepada para sahabatnya untuk berhenti menghakimi dan memaksanya bertobat (19:1-4). Ia menjelaskan bahwa penderitaannya bukan karena kesalahannya, namun karena “Allah telah berlaku tidak adil” terhadapnya (19:6), Istilah “berlaku tidak adil” diartikan sebagai memperlakukan secara tidak sepatutnya. Saat itu, Ayub mengira bahwa semua penderitaannya berasal dari Allah, padahal sebenar-nya semuasebenar-nya merupakan serangan yang dilancarkan Iblis. Seka-lipun demikian, Ayub kembali menunjukkan imannya kepada Allah yang tidak tergoyahkan oleh apa pun juga. Setelah mungungkap-kan bagaimana ia menerima perlakuan yang tidak sepatutnya dari Allah (19:7-12), bagaimana ia dijauhi dan ditakuti semua orang: para sahabat, budak, kanak-kanak, dan orang-orang yang ia ka-sihi (19:13-20), Ayub mendeklarasikan keyakinannya bahwa Allah adalah Penebusnya yang hidup dan akan memulihkannya (19:23-27). Pengalaman Ayub mengantarkan kita kepada sebuah refleksi: Ketika kehidupan kita dilanda kesulitan dan penderitaan, apakah kita tetap yakin kepada pertolongan dan pembelaan Allah? [TF]

Jumat, 12 Mei

Aku Tahu Penebusku Hidup

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 18-19

“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak,

tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku.”

(17)

D

alam ucapan kedua, Zofar berusaha meyakinkan Ayub bahwa ia adalah orang bijak yang penuh pengalaman. Ia memulai ucapannya secara jujur menyatakan tersinggung karena dihina Ayub, namun ia berjanji untuk tidak terpancing oleh Ayub untuk menyerang balik dalam kebodohan (20:2-3). Setelah gagal untuk secara langsung memaksa Ayub mengakui diri sebagai orang ber-dosa, Zofar memakai cara tidak langsung untuk menyindir seka-ligus menyadarkan Ayub akan kesalahannya agar Ayub bertobat. Isi ucapan Zofar terdiri dari dua hal: Pertama, orang fasik mung-kin saja mengalami kesuksesan sementara, namun akhirnya akan lenyap, akan dilupakan orang setelah meninggal, dan kekayaan-nya akan habis sebelum kematiankekayaan-nya, sehingga anak cucukekayaan-nya ti-dak dapat menikmati semua kekayaannya (20:4-11). Orang fasik yang dimaksud di sini adalah orang yang sombong dengan kekua-saan dan kekayaannya (20:6). Kedua, kehidupan orang fasik akan penuh kepahitan, meskipun awalnya terasa manis dan nikmat (20:12-28). Kepahitan hidup mereka berasal dari hukuman Al-lah yang mengubah makanan mereka menjadi racun (20:13-14) dan melenyapkan segala kekayaan yang mereka peroleh dengan menipu dan memeras orang miskin (20:15-19, 26-28). Selain itu, Allah juga akan membuat kehidupan mereka dipenuhi kekuatiran (20:20-22) dan penderitaan fisik lainnya (20:23-25).

Apakah yang dapat kita pelajari dari ucapan Zofar? Secara positif, kita diingatkan agar jangan mengikuti jejak orang fasik yang suka menyombongkan diri serta memeras sesama untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. Secara negatif, kita tidak boleh mengulangi kesalahan Zofar yang dibutakan oleh kepicikan sehingga secara membabi buta menyerang mereka yang diang-gap sebagai orang yang berdosa. [TF]

Sabtu, 13 Mei

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 20

“Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.

Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar.”

Mazmur 1:4-5

Orang Fasik Tidak Mungkin

Bahagia

(18)

Minggu, 14 Mei

Penghiburan Kosong yang Penuh

Tipu Daya

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 21

“Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka!”

Ayub 21:34

P

enghiburan kosong yang penuh tipu daya, demikianlah kesim-pulan Ayub atas ucapan terakhir Zofar (21:34). Kesimkesim-pulan ini lahir dari pengetahuan Ayub akan maksud jahat Zofar yang beru-saha dengan menghalalkan segala cara untuk memaksa Ayub mengakui bahwa semua penderitaan yang dialaminya adalah aki-bat hukuman Allah atas dosanya yang besar, sehingga selanjut-nya Ayub harus mengakui dosa-dosaselanjut-nya dan bertobat (21:27).

Ayub menegur Zofar yang telah melakukan dua kesalahan fatal demi mencapai tujuan. Pertama, Zofar mempermainkan kebenaran dengan menyampaikan kebenaran yang tidak utuh. Menurut Zofar, semua orang fasik pasti berumur pendek dan hi-dup menderita. Oleh sebab itu, penderitaan Ayub pasti disebab-kan oleh kefasidisebab-kan hidupnya. Ayub mementahdisebab-kan argumenta-sinya dengan jawaban bahwa banyak orang fasik adalah panjang umur, hidup bahagia bersama anak cucu, serta usahanya ber-hasil dan selalu mujur (21:7-13). Kedua, Zofar menganggap diri sendiri berhikmat sehingga memberanikan diri memakai nama Allah untuk menegur Ayub. Bagi Ayub, hikmat tertinggi ada pada Allah yang tidak membutuhkan pertolongan dan nasihat dari sia-pa pun juga (21:22). Ayub mengakui bahwa ia tidak memahami hikmat Allah yang membiarkan orang fasik menikmati kehidup-annya dan mengizinkan dirinya yang jauh lebih baik dari orang fasik hidup dalam penderitaan (21:23-26).

Jawaban Ayub mengajarkan bahwa tidak semua pende-ritaan adalah akibat dari kefasikan, dan sebaliknya. Selain itu, waspadalah terhadap orang-orang di sekitar kita yang meng-kompromikan kebenaran demi ambisi pribadi, bahkan memakai nama Allah untuk mencapai ambisinya, sambil kita mengingatkan diri sendiri agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama. [TF]

(19)

S

erangan kepada Ayub makin brutal! Kali ini, Elifas menyerang langsung kepribadian Ayub. Bagi Elifas, Ayub sama sekali tak bermanfaat, baik bagi Allah maupun bagi sesama (22:1-10). Menurut Elifas, pengakuan Ayub akan hikmat dan kesalehan pribadinya adalah bohong, karena kenyataan bahwa ia sudah diadili dan dihukum Allah membuktikan bahwa Allah sama sekali tak memandang Ayub sebagai seorang yang benar di hadapan-Nya (21:1-4). Selain itu, Ayub dituduh secara keji sebagai ber-laku lalim kepada sesama, mulai dari pemerasan orang yang tak berdaya, keengganan menolong orang melarat, dan tindakan semena-mena sebagai tuan tanah. Jadi, wajar bila hidupnya di-landa bencana dahsyat (22:5-10).

Elifas menuduh Ayub melakukan tindakan lalim yang ber-sumber dari sikap tidak menghormati Allah, yang digambarkan dengan beberapa kalimat berikut: “Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap?” (22:13), “Pergilah dari kami! Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami?” (22:17). Oleh sebab itu, satu-satunya harapan Ayub adalah per-tobatan, yakni berdamai dengan Allah melalui menaati firman-Nya, berdoa dan merendahkan diri di hadapan-firman-Nya, serta meng-utamakan Allah seperti menghargai emas (22:21-27).

Niat dan usaha Elifas membantu Ayub perlu dihargai dan ditiru. Kesungguhan berharap agar Ayub segera terlepas dari se-gala penderitaannya patut diteladani. Namun, kesungguhan itu harus disertai kepekaan atas penderitaan orang-orang di sekitar kita. Tindakan Elifas yang harus dihindari adalah sikap mengang-gap diri paling benar dan keberanian memakai nama Allah un-tuk memaksakan kehendak. Saat menolong sesama, pelajarilah kondisinya secara teliti, supaya kita dapat bertindak bijak. [TF]

Senin, 15 Mei

Tuduhan Keji Seorang Sahabat

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 22

“Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.”

(20)

M

eskipun dituduh secara keji oleh Elifas, Ayub sama sekali tak membalas. Sebaliknya, ia menunjukkan keyakinannya kepada kesetiaan Allah dan kehidupannya yang tidak bercela. Dalam ucapan-nya, Ayub menyampaikan dua ketidakpahaman. Pertama, ketidak-pahaman tentang penderitaannya (23:2-12). Ayub berani bersaksi bahwa ia adalah orang yang jujur dan saleh, bahkan ia berinisiatif mencari Allah untuk memperkarakan kesalehan hidupnya. Ia bahkan yakin bahwa setelah diuji Allah, ia akan tampil seperti emas karena ia hidup menurut jejak dan jalan-Nya, taat kepada perintah-Nya, dan menyimpan firman-Nya di dalam sanubarinya (23:10-12). Na-mun, ia tidak memahami mengapa Allah mengizinkan penderitaan yang begitu berat melandanya. Kedua, ketidakpahaman atas tindak-an Allah ytindak-ang seolah-olah membiarktindak-an kehiduptindak-an ortindak-ang fasik berja-lan dengan berja-lancar (23:13-24:20). Ayub menyaksikan begitu banyak perbuatan fasik yang seolah-olah tak disentuh hukuman Allah, mulai dari para penipu, penindas orang yang tak berdaya, pembunuh, pe-zinah, hingga penyiksa sesama.

Sekalipun demikian, ketidakpahaman tak membuat Ayub mera-gukan kasih dan keadilan Allah. Ia mengungkapkan keyakinannya kepada Allah demikian, “Tetapi Ia tidak pernah berubah—siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga” (23:13). Ayub yakin bahwa Allah tak pernah meninggal-kannya. Ia juga yakin bahwa orang fasik pasti akan menerima gan-jarannya pada waktunya (24:18-20, 24).

Pernahkah Anda memiliki pengalaman seperti Ayub? Apa reaksi Anda ketika tak memahami mengapa kesulitan demi kesulitan me-nimpa Anda, sementara orang yang hidupnya tidak beres nampak lancar-lancar saja? Tetap teguh dan bersandar kepada Allah, itulah teladan Ayub bagi kita saat menghadapi situasi yang sulit ini. [TF]

Selasa, 16 Mei

Dua Ketidakpahaman Ayub

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 23-24

“Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang.

Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, ...; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.”

(21)

P

asal 25 berisi interupsi Bildad di tengah ucapan Ayub mengenai penderitaannya dan imannya kepada Allah. Interupsi ini dimulai dengan pengagungan kebesaran Allah. Perhatikan bahwa penje-lasan Bildad tentang Allah adalah benar. Allah digambarkan seba-gai sumber kekuasaan dan kedahsyatan yang tak tertandingi. Ia adalah Raja yang menciptakan kedamaian di sorga. Pasukan-Nya tidak terhitung dan merupakan sumber terang abadi, sehingga bu-lan dan bintang kehibu-langan sinarnya di hadapan Allah (25:1-3, 5).

Ucapan Bildad tentang kebesaran Allah lahir dari kesalahpa-haman atas ucapan Ayub di pasal sebelumnya. Ia menafsirkan pernyataan ketidakpahaman Ayub atas tindakan Allah sebagai tu-duhan bahwa Allah telah berbuat kesalahan. Oleh sebab itu, Bildad menginterupsi ucapan Ayub untuk membela tindakan Allah, seka-ligus menekankan betapa hina dan lemahnya manusia di hadapan Allah, yakni seperti berenga (cacing) dan ulat (25:6), sehingga ti-dak mungkin ada manusia yang benar di hadapan-Nya (25:4).

Apa yang disampaikan oleh Bildad, baik tentang kebesaran Al-lah maupun kehinaan manusia adaAl-lah benar. Namun ucapan Bildad berhenti secara mendadak sehingga tidak memberi ruang bagi ter-ciptanya relasi antara Allah dengan manusia. Alkitab mengajarkan bahwa Allah memang mahakuasa dan manusia adalah mahahina. Namun, melalui pengampunan Allah, kita diberi kesempatan un-tuk mendekat kepada-Nya. Itulah sebenarnya yang dialami Ayub. Meskipun Ayub dikatakan sebagai seorang yang benar di hadapan Allah (1:8), ia adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalah-an. Namun, karena kesadarannya, Ayub selalu meminta pengam-punan kepada Allah (1:5). Hari ini, Allah yang mahakuasa selalu membuka pintu pengampunan bagi setiap orang yang bertobat dan meminta pengampunan-Nya. [TF]

Rabu, 17 Mei

Kebesaran Allah di Hadapan

Manusia yang Hina

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 25

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN.”

(22)

L

anjutan ucapan Ayub dimulai dengan sindiran terhadap ucapan Bildad yang dianggapnya tidak bermutu (26:1-4) karena Ayub mengenal Allah, diri sendiri, dan memahami akhir orang fasik jauh lebih baik daripada Bildad dan teman-temannya. Melalui ucapan-nya, Ayub memperkenalkan Allah sebagai Penguasa dan Pengendali segala sesuatu, mulai dari dunia orang mati (26:5-6), angkasa luar (26:7), cuaca (26:8-9), hingga kepada langit dan laut (26:10-13).

Dalam lanjutan ucapannya, Ayub menyatakan imannya kepada Allah meskipun ia tidak memahami mengapa Allah mengizinkannya mengalami semua penderitaan itu. Perkataan “Allah . . . tidak mem-beri keadilan kepadaku” serta “Yang Mahakuasa . . . memedihkan hatiku” (27:2) harus dipahami sebagai bahasa puisi, sehingga tidak boleh diartikan secara literal bahwa Ayub menuduh Allah berlaku tidak adil. Sebaliknya, perkataan itu adalah ungkapan ketidakpa-haman kepada kehendak Allah atas dirinya. Meskipun demikian, Ayub sama sekali tidak meragukan kebaikan Allah dan mengkom-promikan kebenaran (27:4-6). Ayub menutup ucapannya di pasal ini dengan kecaman kepada orang fasik (27:7-23) untuk membuktikan bahwa ia sadar bahwa dirinya tidak termasuk orang fasik, karena ia tak mungkin mengecam dirinya sendiri.

Sewaktu mengkhotbahkan teks ini, Charles Spurgeon menekankan bahwa berkat dan penderitaan yang Allah izinkan sa-ma-sama tidak dapat dipahami dalam kehidupan ini. Begitu banyak orang Kristen dengan gampang menerima berkat Allah dengan ucapan syukur tanpa mempertanyakan alasan Allah memberkati-nya; sebaliknya ketika menghadapi kesulitan, mereka begitu gam-pang mempertanyakan kebaikan Allah. Orang Kristen harus memi-liki kesiapan yang sama untuk menerima berkat dan ujian dari Allah, yang sama-sama sulit dipahami. [TF]

Kamis, 18 Mei

Berkat dan Ujian dalam Satu Paket

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 26-27

“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam

pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.”

(23)

D

alam lanjutan ucapannya, Ayub menyinggung tentang betapa berharganya hikmat dan cara mendapatkannya. Ayub memu-lai ucapannya dengan menjelaskan bahwa hikmat sejati tidak dapat ditemukan di dalam dunia. Ia menggambarkan usaha manusia untuk mencari barang berharga dengan menggali tanah, membongkar gu-nung, membuka terowongan, membuka tambang hingga ke tempat yang tersembunyi, bahkan mengarungi lautan dan samudera. Manusia dapat menemukan berbagai barang berharga di sana—seperti emas, perak, besi, pangan, dan batu permata—namun manusia tidak dapat menemukan hikmat dan akal budi (28:1-14). Ayub berkata, “Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?” (28:12). Selanjutnya, Ayub mengatakan bahwa hikmat lebih berharga dari ke-kayaan, dan kekayaan tidak dapat membeli hikmat (28:12-19). Hikmat lebih berharga daripada segala logam mulia—emas murni, emas Ofir, atau emas tua. Hikmat juga lebih berharga daripada segala batu per-mata—krisopras, lazurit, gewang, hablur, mutiara, dan kisolit Etiopia.

“Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya?” tanya Ayub kepada para sahabatnya sebagai bentuk sindiran kepada mereka yang mengaku dirinya lebih berhikmat dari Ayub dan terus memaksanya untuk mengakui kesalahan dan berto-bat (28:20). Ayub mengatakan, hikmat sejati hanya dimiliki Allah yang menetapkan dan menyelidikinya (28:27). Sebagai penutup, Ayub me-ngatakan bahwa hikmat adalah takut akan Tuhan, dan akal budi adalah menjauhi kejahatan (28:28).

Ucapan Ayub mengingatkan kita untuk lebih mengutamakan Al-lah di dalam kehidupan ini, agar kita memiliki hikmat dan akal budi. Nilai hidup manusia diukur oleh seberapa besar hikmat dan akal budi yang dimilikinya, bukan dari berapa besar hartanya dan berapa tinggi kedudukannya. [TF]

Jumat, 19 Mei

Carilah Hikmat dan Akal Budi

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 28

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

(24)

S

aat terpuruk di titik paling rendah, Ayub terkenang akan masa lalunya yang begitu indah. Dulu, ia memiliki keluarga yang baha-gia dengan harta benda yang melimpah (29:2-6). Saat itu, ia memi-liki hubungan yang harmonis dengan sesama (29:7-11, 21-25). Ia dihormati sebagai tokoh masyarakat yang menjadi sumber nasihat dan penyelesaian masalah. Selain itu, Ayub terkenal sebagai orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi (29:12-17). Ia melindungi dan membela hak kaum lemah. Ayub mengaku bahwa ia dapat melaku-kan semua itu atas pertolongan Allah yang menyertai dan menerangi jalannya, sehingga Allah bergaul karib dengannya (29:4).

Kini, ia bukan hanya tidak dihormati, tetapi juga menjadi bahan tertawaan orang-orang paling hina di masyarakat serta diserang se-cara bertubi-tubi oleh orang-orang jahat (30:1-15). Dalam kondisi demikian, Ayub melakukan dua hal: Pertama, ia mengeluhkan ke-hancuran batin akibat penderitaan fisik serta kesepian hati karena tidak seorang pun yang datang menolongnya (30:16-19, 24-31).

Kedua, ia berseru meminta pertolongan Allah (30:20-23). Sekilas,

Ayub seolah-olah menyalahkan Allah yang menyebabkan semua penderitaannya. Namun, bahasa puisi yang dipakai Ayub harus diar-tikan sebagai pengakuan pada kedaulatan Allah atas kehidupannya. Ayub yakin, jika bukan seizin Allah, tidak mungkin semua an itu akan menimpanya, dan jika Allah berkenan, semua penderita-annya akan berlalu (30:20-23).

Pengalaman Ayub mengajarkan bahwa banyak hal dalam hidup ini yang dapat berubah dengan cepat: kesehatan, kekayaan, teman-teman, orang-orang sekitar. Hanya Allah yang tidak berubah. Ia setia dan dapat disandar dalam segala keadaan, baik saat bahagia mau-pun saat sengsara. Oleh sebab itu, sandarkanlah kehidupan Anda kepada Allah, bukan kepada hal-hal yang mudah berubah. [TF]

Sabtu, 20 Mei

Ayub Dahulu dan Sekarang

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 29-30

“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak

akan takut, sekalipun bumi berubah, ...; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.”

(25)

P

asal ini berisi ucapan sekaligus pembelaan terakhir Ayub atas ketidakbersalahannya di hadapan Allah. Secara berurutan, Ayub menyebutkan kesuciannya dalam aspek-aspek hidup yang membuat banyak orang jatuh ke dalam dosa, yakni: keinginan mata yang melahirkan hawa nafsu (31:1-4), dusta dan tipu daya (31:5-8), perzinahan dan percabulan (31:9-12), ketidakadilan terhadap budak (31:13-15), ketidakpedulian kepada kaum le-mah (31:18-23), penyembahan berhala karena tamak akan harta (31:24-28), pembalasan dendam (31:29-30), perlakuan buruk terhadap orang asing (31-34), dan pengelolaan tanah yang se-wenang-wenang (31: 38-40).

Dari pembelaan Ayub, kita mengamati dua hal menarik.

Per-tama, Ayub membuktikan kesungguhan pembelaannya dengan

menyebut Allah sebagai saksinya, bahkan ia mengatakan bah-wa Allah akan menghukumnya lebih berat jika ternyata pembe-laannya palsu. Selain itu, Ayub menantang para lawannya untuk menunjukkan kesalahannya jika memang mereka memiliki bukti (31:35). Kedua, sulit membayangkan pergolakan batin Ayub yang mengalami penderitaan lahir batin sangat berat, padahal ia meya-kini bahwa kehidupannya bersih di hadapan Allah. Oleh sebab itu, ia berseru dan meminta penjelasan kepada Allah, “Inilah tanda tanganku! Hendaklah Yang Mahakuasa menjawab aku!” (31:35).

Pembelaan Ayub secara tidak langsung menantang kita untuk memeriksa diri sendiri. Dari aspek kehidupan yang disebut Ayub di atas, manakah titik lemah Anda yang membuat Anda sering jatuh ke dalam dosa? Kasih dan pengampunan Allah selalu lebih besar daripada dosa dan pelanggaran kita, sehingga setiap orang yang datang kepada-Nya dalam pertobatan akan menerima peng-ampunan. [TF]

Minggu, 21 Mei

Pembelaan Terakhir Ayub

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 31

“Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ...; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.”

(26)

S

ebagai pembicara terakhir, Elihu tampil berbeda dengan ketiga sahabat lainnya (32:6). Setelah menyimak semua ucapan yang telah disampaikan, ia menilai ucapan ketiga saha-batnya sia-sia karena hikmat mereka sama sekali tak menja-wab atau meringankan penderitaan Ayub (32:10-13). Meskipun geram karena ucapan-ucapan yang tidak bijak itu, ia mena-han diri sampai tiba gilirannya untuk berbicara (32:16-20). Ia mengakui bahwa tak ada manusia yang dapat mengalahkan hikmat Allah (32:8-9, 13). Elihu bersikap netral, tidak memihak siapa pun (32:21-22).

Ketika berbicara kepada Ayub, Elihu bersikap bersahabat karena ia siap mendengarkan pembelaan Ayub jika memang perkataannya tidak benar (33:1-7). Hal pertama yang Elihu katakan adalah bahwa ia sudah melihat penderitaan Ayub dan mendengar pembelaannya sebagai orang yang suci dan bersih. Namun, ia menegur sikap Ayub yang secara lancang berban-tah dengan Allah dan menuduh Allah tidak menjawab ketidak-pahaman atas penderitaannya (33:8-13). Menurut Elihu, Allah mungkin sudah menjawab melalui mimpi dan penglihatan saat Ayub tertidur (33:12-18) atau Allah berbicara melalui penderi-taan yang sedang dialami Ayub dengan tujuan menyelamatkan kehidupannya (33:19-30). Oleh sebab itu, Elihu meminta Ayub sungguh-sungguh mendengarkannya (33:31-33).

Elihu dikatakan bijak karena ia menjaga ucapannya agar ti-dak melanggar kebenaran Allah dan melukai perasaan sesama. Dari teladan Elihu, kita dapat memperbaiki diri melalui dua per-tanyaan refleksi berikut: Apakah ucapan saya sesuai dengan kebenaran Allah? Apakah yang saya ucapkan membawa man-faat bagi sesama atau justru melukai perasaannya? [TF]

Senin, 22 Mei

Elihu yang Muda tapi Bijak

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 32-33

“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu,

bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Kolose 4:6

(27)

L

anjutan ucapan Elihu ditujukan kepada semua yang hadir dalam pertemuan itu. Pertama, ia menyindir mereka karena menganggap diri sendiri berhikmat sehingga tidak mendengar-kan ucapan orang lain (34:1-4). Kedua, Elihu menyampaimendengar-kan pemahamannya bahwa Allah adalah Hakim yang adil yang tidak mungkin melakukan kejahatan. Allah akan menghukum orang fasik dan menurunkan para penguasa lalim dari kedudukannya. Sebaliknya, Ia akan memberi upah kepada orang benar dan membela hak orang yang tertindas (34:5-30). Oleh sebab itu, Ayub dan para sahabatnya tidak boleh menyombongkan diri di hadapan Allah. Mereka sebaiknya berdiam diri di hadapan-Nya supaya kesalahan mereka tidak bertambah dengan perkataan yang tidak benar (34:31-37).

Di awal pasal 35, Elihu kembali menegur Ayub dan ketiga sahabat lain atas usaha mereka membenarkan diri sendiri dan menganggap diri sebagai orang berhikmat (35:1-3). Menurut Elihu, orang berdosa tidak perlu membenarkan diri di hadapan Allah karena Ia tidak terpengaruh oleh kefasikan atau kebe-naran manusia. Kefasikan manusia hanya akan merugikan diri sendiri dan mendatangkan hukuman-Nya (35:4-8). Tindakan membenarkan diri di hadapan Allah akan membuat Allah tidak mendengarkan jeritan mereka memohon pertolongan dan be-las kasihan, meskipun saat tertindas seperti yang dialami oleh Ayub (35:9-16).

Teguran Elihu mengingatkan kita untuk menghindari sikap membenarkan diri di hadapan Allah dan sesama. Sikap mem-benarkan diri akan membuat kita makin dijauhi sesama dan mendatangkan hukuman Allah. Sebaliknya, kerendahan hati akan mendatangkan banyak sahabat dan berkat Allah. [TF]

Selasa, 23 Mei

Jangan Membenarkan Diri di

Hadapan Allah

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 34-35

“Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan

menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” Amsal 3:7-8

(28)

D

ua pasal ini mencatat ucapan khusus Elihu kepada Ayub. Ia mengklaim diri sebagai wakil Allah yang memulai ucapannya “demi Allah” (36:2) untuk memperkenalkan Allah dalam tiga aspek: Pertama, Allah itu perkasa (36:5). Keperkasaan Allah dikaitkan dengan perlindungan-Nya kepada orang benar (36:7) dan ganjaran hukuman yang pantas kepada kaum fasik (36:6). Menurut Elihu, hukuman Allah kepada orang fasik mencakup: kesengsaraan, kecelakaan, ketidakdamaian, dan kematian yang tidak wajar (36:8-16). Kedua, Allah itu mulia (36:22). Kemuliaan Allah dibuktikan dengan hikmat-Nya yang tidak ter-tandingi serta kejujuran dan keadilan yang tidak terbantahkan oleh siapa pun juga (36:22-25). Ketiga, Allah itu besar (36:26). Kebesaran Allah digambarkan oleh kuasa-Nya yang tidak dapat dipahami dalam menciptakan dan mengendalikan alam se-mesta dan isinya, mulai dari awan yang mendatangkan hujan, petir dan guntur yang menderu, musim yang terus berganti, hewan yang mampu bertahan hidup, yang semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu (36:27-37:13). Sebagai penu-tup ucapannya, Elihu sekali lagi mengingatkan betapa kecilnya Ayub di hadapan Allah, sehingga ia sama sekali tidak layak dan tidak boleh berbantah dengan-Nya (37:14-24).

Ucapan Elihu memperkenalkan Allah secara lengkap, baik dari sisi keadilan-Nya atas orang benar dan orang fasik, hik-mat dan kuasa-Nya menciptakan dan mengendalikan alam se-mesta, maupun kebesaran-Nya yang tak terpahami oleh pikiran manusia. Pengenalan ini selain menciptakan rasa kagum dan hormat yang mendalam, juga mendorong kita untuk bersyukur atas anugerah-Nya yang secara ajaib menerima kita yang hina ini menjadi umat-Nya. [TF]

Rabu, 24 Mei

Mengenal Allah yang Perkasa,

Mulia, dan Besar

Bacaan Alkitab hari ini : Ayub 36-37

“Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun. ...; siapakah guru seperti Dia?

Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki.”

(29)

P

engagungan terhadap rasio membuat sebagian gereja mengabaikan—dan bahkan menyingkirkan—peran Roh Kudus. Penyingkiran peran Roh Kudus ini berakibat fatal bagi gereja. Tanpa peran Roh Kudus, gereja tidak ada bedanya dengan organisasi sosial. Kehadiran gereja bisa saja menim-bulkan kekaguman atau rasa terima kasih bila gereja melak-sanakan peran sosialnya, tetapi kehadiran gereja tidak bisa mengubah kehidupan. Hanya Roh Kudus yang bisa meng-hidupkan gereja, dan selanjutnya memungkinkan gereja mengubah kehidupan.

Karena hanya Roh Kudus yang bisa membuat gereja menjadi hidup dan mengubah kehidupan, maka para mu-rid Tuhan Yesus harus menanti kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta sebelum mereka bisa mulai menjalankan misi yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Kehadir-an Roh Kudus lebih dulu mengubah kehidupKehadir-an para murid, dan selanjutnya Roh Kudus membuat kesaksian para murid menghasilkan pertobatan 3000 orang pada hari Pentakosta. Pertobatan masal itu menghasilkan terbentuknya sebuah ko-munitas orang percaya yang bersatu bukan hanya secara konsep, tetapi dalam realias kehidupan bersama. Roh Kudus bukan hanya menumbuhkan keyakinn teoritis akan karya pe-nebusan Kristus, tetapi Roh Kudus juga membuat para murid berani mempertahankan keyakinan mereka dengan taruhan nyawa. Selanjutnya, Roh Kudus juga menguduskan gereja, membuat gereja berbeda dengan dunia.

Peran Roh Kudus yang amat penting, namun sering dia-baikan dalam gereja adalah bahwa Roh Kudus menolong umat Tuhan untuk berdoa sesuai dengan kehendak Allah dan bahwa Roh Kudus memimpin, menetapkan, dan meneguh-kan misi gereja. Bila Roh Kudus diabaimeneguh-kan, doa ameneguh-kan menjadi formalitas yang membosankan dan misi gereja tidak akan berjalan. Perlu diingat bahwa Roh Kudus bukan hanya mem-bangun misi gereja, tetapi juga menetapkan penggemba-laan dalam jemaat! [P]

(30)

B

agi murid-murid Tuhan Yesus, rencana kepergian Tuhan Yesus menimbulkan kecemasan. Mereka sudah merasa nyaman ber-ada bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Bagi para murid, Tuhan Yesus adalah segala-galanya: tempat berlindung, tempat bertanya, dan tempat mencari penyelesaian atas semua masalah yang mere-ka hadapi. Ada banyak hal yang tidak bisa meremere-ka lakumere-kan, tetapi tidak ada masalah yang tidak mampu diatasi oleh Tuhan Yesus.

Masalah bertambah runyam bila para murid menyadari apa yang kemudian akan terjadi: Oposisi bertambah kuat dan Tuhan Yesus akan ditangkap, diadili, disiksa, dan kemudian disalibkan sampai mati. Para murid selanjutnya harus menghadapi para pe-mimpin agama Yahudi yang menginginkan agar mereka berhenti menyebarkan ajaran Tuhan Yesus. Dalam kondisi semacam itu, tidak mudah untuk memahami perkataan Tuhan Yesus, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.” (16:7).

Ada dua manfaat utama dari rencana kepergian atau kenaikan Tuhan Yesus ke surga: Pertama, kematian dan kebangkitan (yang mendahului kenaikan) Tuhan Yesus ke surga memastikan adanya pengampunan dosa dan adanya tempat di surga bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Kedua, kenaikan Tuhan Yesus ke sur-ga akan disur-gantikan oleh kehadiran Roh Kudus di dalam diri setiap orang percaya yang dimulai dengan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Roh Kudus yang tidak dibatasi oleh ruang

(hadir di mana saja) dan waktu (hadir setiap saat), meng-gantikan peran Tuhan Yesus dalam kehidupan para murid. Sadarkah Anda bahwa Roh Kudus yang hadir pada hari Pentakosta juga hadir dalam kehidupan orang percaya pada masa kini serta siap menolong kita dalam menghadapi setiap masalah? [P]

Kamis, 25 Mei

Pergi dengan Maksud Baik

Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 14:1-18

“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu:

Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi

jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Yohanes 16:7

(31)

S

esudah kebangkitan-Nya, selama empat puluh hari, Tuhan Yesus berulang-ulang menampakkan diri kepada para mu-rid-Nya dan berbicara tentang Kerajaan Allah, dan pesan tera-khir berkaitan dengan Roh Kudus. Dengan membahas tentang Kerajaan Allah dan tentang Roh Kudus di masa akhir kebersa-maan-Nya secara fisik dengan murid-murid-Nya, secara tidak langsung Tuhan Yesus menunjukkan bahwa masalah

Keraja-an Allah dKeraja-an masalah Roh Kudus adalah dua hal terpen-ting yang perlu dipahami para murid dalam menghadapi masa depan sesudah Tuhan Yesus naik ke surga. Memahami

tentang Kerajaan Allah akan mengubah cara kita memandang kehidupan di bumi ini. Kemewahan, kenyamanan, dan kesuk-sesan di bumi ini bukanlah tujuan bagi kehidupan orang per-caya karena pandangan orang perper-caya harus terarah kepada Kerajaan Allah yang hanya dapat dilihat dengan mata iman, bukan mata jasmani. Memahami tentang kehadiran Roh Ku-dus dalam kehidupan orang percaya menolong kita memahami sumber kekuatan kita yang tak terbatas, yaitu di dalam diri Roh Kudus yang Mahahadir, Mahatahu, dan Mahakuasa.

Dalam pesan-Nya yang terakhir (1:8), Tuhan Yesus menga-takan bahwa para murid akan menjadi saksi bagi Pribadi dan karya Kristus. Kesaksian para murid itu merupakan pembuka pintu bagi Pemberitaan Injil (Kabar Baik) tentang Tuhan Ye-sus Kristus. Kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan para

murid menumbuhkan keberanian dan hikmat yang mem-buat para murid sanggup menjadi saksi dalam segala situasi, termasuk saat mereka menghadapi ancaman! Apakah Anda menyadari bahwa Roh Kudus siap menolong Anda untuk menjadi Saksi dan Pemberita Injil Kristus? [P]

Jumat, 26 Mei

Penolong dalam Bersaksi

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 1:1-9

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa,

Ia akan bersaksi tentang Aku.” Yohanes 15:26

(32)

S

alah satu ciri utama yang seharusnya ada dalam suatu komu-nitas (kelompok masyarakat) Kristen adalah kesatuan yang

diwarnai oleh kasih dan yang diwujudkan melalui sikap sa-ling memperhatikan, sasa-ling mendoakan, sasa-ling mendorong, saling menolong, dan saling mensukseskan. Sayangnya,

si-kap individualisme Barat seringkali merusak kesatuan Kristiani. Ciri gotong royong dalam komunitas Timur seringkali dirusak oleh sikap kompetitif (bersaing) yang lazim dalam komunitas Barat.

Kita patut bersyukur bahwa komunitas Kristiani yang

ter-bentuk pada hari Pentakosta bisa menjadi model (teladan) bagi komunitas Kristiani pada masa kini. Setelah terjadinya

pertobatan masal pada hari Pentakosta, orang-orang Kristen Baru membentuk suatu komunitas yang saling menumbuhkan dan sa-ling menolong. Sebagai bayi-bayi rohani, mereka memiliki kerin-duan yang amat besar untuk bertumbuh. Oleh karena itu, mereka bertekun dalam kelas pengajaran yang dipimpin oleh para Rasul dan dalam persekutuan doa (2:42). Karena sebagian besar orang Yahudi dalam komunitas kristiani itu berasal dari tempat jauh, jelas bahwa bekal mereka terbatas dan pada akhirnya mereka bergantung pada santunan yang diberikan oleh orang-orang Ya-hudi yang berasal dari Yerusalem dan daerah di sekitarnya. Mi-lik mereka dipandang sebagai miMi-lik bersama yang bisa dipakai untuk kepentingan bersama! (2:44-45). Kebersamaan semacam itu berkenan kepada Tuhan sehingga banyak terjadi mujizat dan tanda (2:43) yang meneguhkan pelayanan para rasul. Menurut anda, apakah fakta bahwa “tiap-tiap hari Tuhan menambah

jum-lah mereka dengan orang yang diselamatkan,” (2:47) bisa dipan-dang sebagai perkenan Roh Kudus dalam kehidupan orang per-caya masa itu? [P]

Sabtu, 27 Mei

Roh Kudus Menyatukan

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 2:44-47

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis

menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” 1 Korintus 12:13

(33)

P

elayanan para murid pada abad pertama adalah pelayanan yang penuh risiko (berbahaya), khususnya karena pelayanan mereka ditentang para ulama (yaitu orang-orang Saduki) yang dekat dengan para Penguasa. Orang Saduki adalah golongan pemimpin yang tidak mempercayai adanya kebangkitan orang mati. Keyakinan itu membuat mereka sulit mempercayai hal kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka mengeraskan hati sehingga respons mereka berlawanan dengan respons masyarakat yang menyambut pelayanan para murid Tuhan Yesus dengan ter-buka dan antusias (bergairah). Respons yang positif dari ma-syarakat terlihat dari jumlah anggota komunitas orang percaya yang melonjak dari tiga ribu orang pada hari Pentakosta (2:41) menjadi lima ribu orang (4:4). Pada zaman itu, yang dihitung hanya laki-laki, sehingga jumlah yang sebenarnya masih harus ditambah dengan jumlah wanita dan anak-anak.

Kesuksesan pelayanan para rasul—yang diwakili Petrus dan Yohanes—membuat hati para ulama Yahudi panas, sehingga mereka mengutus para pengawal Bait Allah untuk menangkap Petrus dan Yohanes. Kemudian, para ulama itu melarang Pe-trus dan Yohanes memberitakan tentang Yesus Kristus. Akan tetapi, jawaban mereka menunjukkan bahwa Roh Kudus telah menumbuhkan keyakinan yang mengharukan: Ketaatan mere-ka kepada Allah tidak amere-kan meremere-ka lepasmere-kan, semere-kalipun hal itu membuat mereka harus menghadapi ancaman. Sikap Petrus dan Yohanes ini kontras dengan sikap banyak orang pada masa kini yang amat situasional (tergantung situasi). Bagaimana dengan Anda? Apa yang mengatur (menentukan) pelayanan Anda: situasi atau keyakinan? Beranikah Anda menempuh

ba-haya dalam pelayanan? [P]

Minggu, 28 Mei

Roh Kudus Menumbuhkan Keyakinan

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 4:1-31

“Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang

apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” Kisah Para Rasul 4:19b-20

(34)

S

aat gereja mulai berkembang pada zaman para rasul, Al-lah memperlihatkan kehendak-Nya secara terang-terangan, yaitu agar gereja menjadi kudus (terpisah dari perbuatan dosa) di hadapan Allah. Oleh karena itu, ketika Ananias dan istrinya— yaitu Safira—berdusta saat mempersembahkan hasil penjualan tanahnya, mereka berdua langsung dihukum Tuhan dengan hu-kuman mati. Ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan:

Pertama, persembahan hasil penjualan tanah itu bersifat

suka-rela, bukan kewajiban. Oleh karena itu, yang menjadi masalah bukan jumlah persembahan, tetapi tindakan berbohong saat memberi persembahan. Hal ini secara tidak langsung mengi-ngatkan kita bahwa persembahan kita—berapa pun besarnya— tidak bisa menebus dosa kita. Kedua, tindakan berbohong dari Ananias dan Safira itu merupakan tindakan “mendustai Roh Ku-dus” (5:3) atau “mencobai Roh Tuhan” (5:9).

Sesuai dengan sebutan “Kudus” pada diri-Nya, Roh Kudus menghendaki agar umat Allah hidup dalam keku-dusan dan Dia akan menyingkirkan kecemaran (ketidak-kudusan) dari gereja. Bila saat ini dosa (ketidak(ketidak-kudusan) di

dalam gereja masih terlihat, hal ini harus dipandang sebagai wujud kesabaran Allah yang masih mau memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk bertobat dari dosa. Sadarilah bahwa sebagai umat Allah, kita dituntut untuk memiliki standar keku-dusan yang lebih tinggi dari dunia ini. Ingatlah misalnya saat Tuhan Yesus membersihkan Bait Allah dari para pedagang yang berjualan di halaman Bait Allah. Berdagang tidak salah, tetapi mencari keuntungan dari umat yang hendak beribadah kepada Allah merupakan dosa yang serius! Apakah Anda telah

beru-saha hidup dalam kekudusan? [P]

Senin, 29 Mei

Roh Kudus Menguduskan Gereja

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 5:1-16

“... jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil

kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” 1 Petrus 1:14b-16

(35)

D

alam Kisah Para Rasul 1:8, Tuhan Yesus telah menetap-kan bahwa murid-murid-Nya amenetap-kan menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus saat Roh Kudus turun (pada hari Pentakosta). Jangkauan kesaksian para murid itu bukan hanya di tempat mereka berada (Yerusalem), tetapi juga mencakup seluruh propinsi (Yudea) dan daerah di sekitarnya (Samaria), bahkan mencakup ujung bumi. Pemakaian kata “dan” (bukan kata “lalu”) dalam ayat diatas menunjukkan bahwa tempat-tempat itu bukan untuk dijangkau secara bertahap, melainkan dijangkau secara bersama-sama. Hal itu berarti bahwa para murid (yang disebut juga sebagai “rasul”) harus menyebar ke seluruh muka bumi tanpa perlu menunggu selesainya kesak-sian di kota Yerusalem. Sayangnya para rasul itu merasa lebih nyaman untuk menekuni pelayanan di kota Yerusalem, sehing-ga akhirnya Allah mengizinkan terjadinya pensehing-ganiayaan yang “memaksa” orang-orang Kristen baru itu menyebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Penyebaran itu membuat Filipus—seorang pemimpin awam (bukan Rasul)—memberitakan Injil di Samaria dan mendapat sambutan hangat. Kemudian Roh Kudus me-mimpin Filipus untuk melayani seorang sida-sida dari Etiopia sebagai permulaan pelayanan ke ujung bumi.

Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa misi ge-reja telah ditetapkan Allah, yaitu menjangkau seluruh dunia! Gereja tidak boleh mencurahkan seluruh energinya hanya un-tuk membereskan masalah di dalam gereja. Agar bisa mem-perluas jangkauan, gereja harus peka terhadap pimpinan Roh Kudus. Misi gereja tidak boleh ditentukan oleh adanya uang, melainkan oleh kehendak Allah. Apakah Roh Kudus telah

men-jadi Pemimpin Misi di gereja Anda? [P]

Selasa, 30 Mei

Roh Kudus Memimpin Misi Gereja

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 8

Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!”

Kisah Para Rasul 8:29

(36)

D

oa adalah salah satu senjata rohani yang paling canggih, namun sangat sering diabaikan. Doa dapat dilakukan dalam semua kondisi dan dapat menembus batas ruang. Melalui doa, ruang lingkup pelayanan kita menjadi seluruh dunia. Daerah yang belum bisa kita jangkau secara fisik pun dapat kita jang-kau melalui doa. Sayangnya, walaupun secara konseptual kita tahu bahwa doa bisa mengerjakan hal-hal besar, kita sering terikat oleh apa yang kelihatan yang membuat kita ragu-ragu dan takut, sehingga kita hanya berani mengerjakan hal-hal ke-cil yang kita anggap masih dalam jangkauan kekuatan kita.

Misi menjangkau dunia di mulai oleh jemaat di kota Antio-khia yang terletak di propinsi Siria. Ibadah jemaat di sana bukan hanya mencakup doa, tetapi juga puasa. Dalam Alkitab, puasa biasa dilakukan bersama-sama dengan doa. Dengan demikian, puasa bukan sekedar upacara. Bila disertai puasa, orang yang berdoa dapat lebih berkonsentrasi terhadap isi doa, karena doa mereka tidak diganggu oleh keinginan jasmani untuk makan. Dengan demikian, tidak mengherankan bila Roh Kudus meme-rintahkan jemaat Antiokhia untuk mengkhususkan Barnabas dan Saulus (yang dikemudian hari namanya berubah menjadi Paulus) bagi pelayanan misi saat jemaat berpuasa. Setelah kehendak Roh Kudus disampaikan kepada jemaat, jemaat An-tiokhia meneruskan doa dan puasa mereka untuk memastikan bahwa pesan yang mereka dengar itu adalah kehendak Roh Kudus. Bila kita ingin mengikuti kehendak Roh Kudus, tidak ada cara lain selain kita harus bergumul dalam doa dengan per-tolongan Roh Kudus. Apakah Anda sudah menyediakan waktu untuk bergumul bersama seluruh jemaat di dalam doa? [P]

Rabu, 31 Mei

Roh Kudus Menolong Kita Berdoa

Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 13:1-4

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;

tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

Roma 8:26

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerja praktek yang telah dilakukan, penulis mengamati proses  pendeteksian level    baja cair dengan menggunakan EMLI dan pengaruh level   baja cair terhadap

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang penelitian, kajian kurikulum, pendekatan pembelajaran, proses pembelajaran yang baik diterapkan

Setelah dilakukan klasifikasi terhadap data set sms spam menggunakan algoritma Naïve Bayes, maka didapatkan tiga hasil perbandingan untuk tingkat akurasi,

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa ada hubungan antara kemampuan menyelesaikan tugas dengan hasil belajar peserta

Edukasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada waktu pasien dirawat atau untuk perawatan lanjutan dirumah merupakan bagian yang sangat menentukan dalam pemberian asuhan

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa

Hasil wawancara pada tanggal 03 Januari 2020 dengan Kasubbid Persampahan dan Limbah B3 Dinas BLH Kota Sungai Penuh (Bapak Yosrizal, S.T) tentang bagaimana

Tujuan dari pengajaran mata kuliah basis data adalah untuk memberikan suatu pendahuluan mengenai sistem manajemen basis data, dengan penekanan pada bagimana cara