EVALUASI SETTING
EVALUASI SETTING
OVER LOAD SHEDDING
OVER LOAD SHEDDING
(OLS)
(OLS)
DI GI BUKIT SIGUNTANG
DI GI BUKIT SIGUNTANG
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Oleh :
Oleh :
DWI FEBRIYANTI
DWI FEBRIYANTI
03033140024
03033140024
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2007
2007
EVALUASI SETTING
EVALUASI SETTING
OVER LOAD SHEDDING
OVER LOAD SHEDDING (OLS)
(OLS)
DI GI BUKIT SIGUNTANG
DI GI BUKIT SIGUNTANG
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Oleh :
Oleh :
DWI FEBRIYANTI
DWI FEBRIYANTI
03033140024
03033140024
Palembang,
Palembang, Juli
Juli 2007
2007
Mengetahui,
Mengetahui,
K
Keettu
ua
a J
Ju
urru
ussa
an
n T
Teek
kn
niik
k E
Elleek
kttrro
o
P
Peem
mb
biim
mb
biin
ng
g
IIrr..A
An
nssy
yo
orrii,
, M
MT
T
IIrr.
. R
Ru
ud
dy
ya
an
ntto
o T
Th
ha
ay
yiib
b,
, M
MS
Scc
N
EVALUASI SETTING
EVALUASI SETTING
OVER LOAD SHEDDING
OVER LOAD SHEDDING (OLS)
(OLS)
DI GI BUKIT SIGUNTANG
DI GI BUKIT SIGUNTANG
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Oleh :
Oleh :
DWI FEBRIYANTI
DWI FEBRIYANTI
03033140024
03033140024
Palembang,
Palembang, Juli
Juli 2007
2007
Mengetahui,
Mengetahui,
K
Keettu
ua
a J
Ju
urru
ussa
an
n T
Teek
kn
niik
k E
Elleek
kttrro
o
P
Peem
mb
biim
mb
biin
ng
g
IIrr..A
An
nssy
yo
orrii,
, M
MT
T
IIrr.
. R
Ru
ud
dy
ya
an
ntto
o T
Th
ha
ay
yiib
b,
, M
MS
Scc
N
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1
I.1 Lat
Latar
ar Bel
Belakan
akang
g
Semakin bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik di Sumatera Selatan
Semakin bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik di Sumatera Selatan
ter
teruta
utama
ma di
di kot
kota
a Pal
Palemb
embang
ang,
, mak
maka
a PT.
PT. PL
PLN
N (Pe
(Pers
rsero
ero)
) mel
melaku
akukan
kan int
interk
erkonek
oneksi
si
ja
jarin
ringan dari PLTG Musi II
gan dari PLTG Musi II ke GI
ke GI Buk
Bukit Sigun
it Siguntan
tang. Hal
g. Hal ini dil
ini dilakuk
akukan
an aga
agar
r bil
bilaa
terjadi gangguan dari salah satu sisi, maka sisi lain da
terjadi gangguan dari salah satu sisi, maka sisi lain da pat mem-
pat mem-
backup
backup
pasokan energi
pasokan energi
listrik. Gangguan yang mungkin sering terjadi adalah gangguan arus lebih, baik yang
listrik. Gangguan yang mungkin sering terjadi adalah gangguan arus lebih, baik yang
dis
diseba
ebabkan
bkan gan
ganggua
gguan
n hub
hubung
ung sin
singka
gkat
t mau
maupun
pun beba
beban
n leb
lebih.
ih. Gan
Ganggua
gguan
n ini
ini dapa
dapatt
men
mengak
gakiba
ibatka
tkan
n pem
pemadam
adaman
an bai
baik
k sec
secara
ara kol
kolekt
ektif
if mau
maupun
pun sec
secara
ara ind
indivi
ividual
dual pad
padaa
penyulang.
penyulang.
Pada tugas akhir ini, PLTG Musi 2 mengalami gangguan sehingga terjadi
Pada tugas akhir ini, PLTG Musi 2 mengalami gangguan sehingga terjadi
pemutusan daya yang menyebabkan terjadinya beban lebih (
pemutusan daya yang menyebabkan terjadinya beban lebih (
overload
overload
) pada GI
) pada GI
Bukit Siguntang. Namun pemadaman yang terjadi dapat diminimalisasikan dengan
Bukit Siguntang. Namun pemadaman yang terjadi dapat diminimalisasikan dengan
memut
memutuskan beban-beba
uskan beban-beban
n yang dianggap kurang
yang dianggap kurang penti
penting.
ng. Dalam hal
Dalam hal ini selektiv
ini selektivitas
itas
p
pro
rote
teks
ksi
i sa
sanga
ngat
t di
dibu
butu
tuhk
hkan.
an. Pe
Pema
mada
dama
man
n di
dila
laku
kukan
kan se
seca
cara
ra be
bert
rtah
ahap
ap pad
pada
a ti
tiap
ap
pe
penyu
nyulan
lang
g di
di GI
GI Buki
Bukit
t Sig
Sigunt
untang
ang.
. Mak
Maksud
sudnya
nya,
, bil
bila
a pada
pada pen
penyul
yulang
ang sat
satu
u sud
sudah
ah
dipadamkan tetapi masih terjadi
dipadamkan tetapi masih terjadi
overload
overload
maka dapat dilakukan pemadaman pada
maka dapat dilakukan pemadaman pada
penyulang dua, dan seterusnya.
Pengaturan pemadaman seperti di atas dapat dilakukan dengan pemasangan
Over Load Shedding
(OLS) pada masing-masing penyulang di GI Bukit Siguntang.
Dimana, setting OLS ini harus dikoordinasikan dengan setting OCR sehingga tidak
terjadi salah kerja antara keduanya. Sehingga pemadaman dapat dikurangi dan
keandalan sistem tenaga dapat ditingkatkan. Maka dari itu penulis dalam tugas akhir
ini akan menganalisa setting
Over Load Shedding
(OLS) pada GI Bukit Siguntang
akibat beban lebih yang disebabkan pemutusan daya dari PLTG Musi 2.
I.2 Perumusan masalah
Over Load Shedding
(OLS) merupakan proteksi yang digunakan untuk
mengatasi beban
lebih (overload)
akibat berkurangnya pasokan daya yang berasal
dari PLTG Musi 2. Untuk itu diperlukan penyetelan
Overload Shedding (OLS) di GI
Bukit Siguntang secara teliti sehingga dapat mengatasi terjadinya beban lebih.
I.3 Pembatasan Masalah
Masalah pada tugas akhir ini hanya dibatasi pada setting
Overload Shedding
(OLS)
dan koordinasinya dengan
Overcurrent Relay
(OCR) pada GI Bukit Siguntang
dengan menggunakan parameter beban maksimum dan arus gangguan hubung
singkat.
I.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1.
Mengetahui seberapa besar beban pada masing-masing penyulang.
2.
Mengetahui seberapa besar beban yang masih bisa disuplai bila salah satu
sisi pembangkitan mengalami pemutusan daya .
3.
Mengetahui prinsip kerja dari
Over\oad Shedding
(OLS) apabila terjadi
beban lebih pada saluran dan kaitannya dengan rele arus lebih.
1.5.
Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :
Study Literatur
Study ini bertujuan untuk mempelajari literatur yang berkaitan dengan proteksi
sistem tenaga.
Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini antara lain :
•
Data sistem distribusi dari PLTG Musi 2 dan GI Bukit
Siguntang sampai dengan titik beban terujung untuk tiap penyulang yang
berupa single line diagram, jenis kabel, impedansi, panjang saluran, dan
lain-lain.
•
Data total beban maksimum terpasang pada PLTG
Musi 2 dan GI Bukit Siguntang untuk masing-masing penyulang.
•
Data sumber atau generator penyedia daya pada PLTG
Musi 2 dan GI Bukit Siguntang.
•
Data setting rele pada GI Bukit Siguntang untuk tiap
penyulang.
Penulis mendapatkan data-data dari PT. PLN (Persero) khususnya di Unit
Pelayanan Transmisi P3B, GI Bukit Siguntang, dan PT. Pura Daya Prima sebagai
Penyedia daya PLTG Musi 2.
Menganalisis Data
Dari data-data yang diperoleh akan dilakukan evaluasi setting
Overload Shedding
(OLS) pada GI Bukit Siguntang dengan cara menghitung arus maksimum yang
terjadi pada tiap penyulang, kemudian menentukan nilai setting waktunya.
Setelah itu, hasil yang didapat dikoordinasikan dengan setting rele arus lebih.
Menarik Kesimpulan
Dari hasil perbandingan data yang ada dan perhitungan yang dilakukan maka
penulis akan mendapatkan suatu kesimpulan.
1.6
Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Merupakan uraian umum yang memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II
GANGGUAN DAN SISTEM PROTEKSI PADA SISTEM TENAGA
Berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan gangguan yang terjadi
pada sistem tenaga listrik dan proteksinya.
BAB III
PERENCANAAN PELEPASAN BEBAN
Pada bab ini pembahasan difokuskan pada setting
Overload Shedding (OLS)
,
cara kerja dan koordinasinya dengan
Overcurrent Relay
(OCR).
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA OVERLOAD SHEDDING (OLS)
Merupakan uraian hasil perhitungan yang meliputi data untuk perhitungan
setting rele, hasil perhitungan, dan analisa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan penulis.
BAB II
GANGGUAN DAN SISTEM PROTEKSI PADA SISTEM TENAGA
2.1 Umum
Perkembangan beban yang sangat besar membutuhkan keandalan suatu sistem
tenaga listrik dimulai dari pembangkitan sampai dengan jaringan distribusi. Oleh
sebab itu, bila terjadi gangguan maka diperlukan suatu peralatan proteksi yang dapat
menjamin keandalan dari sistem tenaga listrik tersebut.
2.2 Sistem Proteksi
2.2.1 Pembagian Daerah Proteksi
Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh
PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan (
Zone of
Protektion
). Bila terjadi gangguan, maka relai akan bekerja mendeteksi gangguan dan
PMT akan trip. Gambar 2.1 berikut ini dapat menjelaskan tentang konsep pembagian
daerah proteksi.
prime
Gambar 2.1. Pembagian daerah proteksi pada sistem tenaga
Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa daerah proteksi pada sistem
tenaga listrik dibuat bertingkat dimulai dari pembangkitan , gardu induk, saluran
distribusi primer sampai ke beban. Garis putus-putus menunjukkan pembagian
sistem tenaga listrik ke dalam beberapa daerah proteksi. Masing-masing daerah
memiliki satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus
rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan ke dalam dua daerah proteksi berdekatan.
Batas setiap daerah menunjukkan bagian sistem yang bertanggung jawab untuk
memisahkan gangguan yang terjadi di daerah tersebut dengan sistem lainnya.
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah proteksi
adalah bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih
(overlap), hal ini dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa
perlindungan. Pembagian daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak
mengalami gangguan tetap dapat beroperasi dengan baik sehingga dapat
mengurangi daerah terjadinya pemadaman.
Berdasarkan daerah pengamanannya sistem proteksi dibedakan menjadi :
-
Proteksi pada Generator
-
Proteksi pada Transformator
-
Proteksi pada Transmisi
-
Proteksi pada Distribusi
2.2.3 Pembagian Tugas Dalam Sistem Proteksi
Dalam sistem proteksi pembagian tugas dapat diuraikan menjadi :
a. Proteksi utama, berfungsi untuk mempertinggi keandalan, kecepatan kerja, dan
fleksibilitas sistem proteksi dalam melakukan proteksi terhadap sistem tenaga.
a.
Proteksi pengganti, Berfungsi jika proteksi utama
menghadapi kerusakan untuk mengatasi gangguan yang terjadi.
b.
Proteksi tambahan, berfungsi untuk pemakaian pada
waktu tertentu sebagai pembantu proteksi utama pada daerah tertentu yang
dibutuhkan.
2.2.4 Komponen Peralatan Proteksi
Seperangkat peralatan/ komponen proteksi utama berdasarkan fungsinya
dapat dibedakan menjadi :
Rele Proteksi
Pemutus tenaga (PMT) : Sebagai pemutus arus untuk mengisolir sirkuit yang
terganggu.
Tranducer yang terdiri dari sumber daya pembantu
•
Trafo Arus : Meneruskan arus ke sirkuit relai.
•
Trafo Tegangan : Meneruskan tegangan ke sirkuit relai
Baterai : sebagai sumber tenaga untuk mentripkan PMT dan catu daya untuk
relai statis dan alat bantu.
2.2.5 Rele Proteksi
Rele proteksi adalah sebuah peralatan listrik yang dirancang untuk mendeteksi
bila terjadi gangguan atau sistem tenaga listrik tidak normal. Rele pengaman
merupakan kunci kelangsungan kerja dari suatu sistem tenaga listrik, dimana
gangguan segera dapat dilokalisir dan dihilangkan sebelum menimbulkan akibat yang
lebih luas. Gambar 2.2 berikut menggambarkan diagram blok urutan kerja rele
pengaman.
Rele pengaman mempunyai tiga elemen dasar yang bekerja saling terkait
untuk memutuskan arus gangguan. Ketiga elemen dasar tersebut dapat dijelaskan
dijelaskan sebagai berikut :
a.
Elemen perasa (Sensing Element
)
Berfungsi untuk merasakan atau mengukur besaran arus, tegangan, frekuensi
atau besaran lainnya yang akan diproteksi.
b.
Elemen Pembanding (
Comparison Element
)
Berfungsi untuk membandingkan arus yang masuk ke rele pada saat ada
gangguan dengan arus setting tersebut.
c.
Elemen kontrol (Control Element
)
Berfungsi mengadakan perubahan dengan tiba-tiba pada besaran kontrol
dengan menutup arus operatif.
Ketiga elemen dasar rele proteksi di atas dapat dijelaskan oleh gambar 2.3 di bawah
ini :
I
A
2.2.5.1 Fungsi Rele Proteksi
Fungsi rele proteksi pada suatu sistem tenaga listrik antara lain :
a. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian
sistem yang diamankannya.
b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lainnya
dapat terus beroperasi.
c. Memberitahu operator tentang adanya gangguan dan lokasinya.
Atau dengan kata lain fungsi dari suatu sistem proteksi adalah :
•Meminimalisasikan lamanya gangguan
•
Mengurangi kerusakan yang mungkin timbul pada alat atau sistem.
•Melokalisir meluasnya gangguan pada sistem.
•
Pengamanan terhadap manusia.
Rele proteksi dalam fungsinya sebagai pengaman memiliki beberapa syarat
yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Kepekaan (
sensitivity)
Pada prinsipnya rele harus cukup peka sehingga dapat mendetekasi gangguan di
kawasan pengamanannya meskipun gangguan yang ada relatif kecil.
Maksud dari keandalan adalah bahwa sebuah rele proteksi harus selalu berada
pada kondisi
yang mampu melakukan pengamanan pada daerah yang
diamankan.
Keandalan memiliki 3 aspek, antara lain :
•
Dependability, a
dalah kemampuan suatu sistem rele untuk beroperasi
dengan baik dan benar. Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan
bekerjanya (dapat mendetaksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak
boleh gagal bekerja. Dengan kata lain
dependability-nya harus tinggi.
•
Security, adalah tingkat kepastian suatu sistem relai untuk tidak salah
dalam bekerja. Salah kerja, misalnya lokasi gangguan berada di luar
pengamanannya, tetapi salah kerja mengakibatkan pemadaman yang
seharusnya tidak perlu terjadi.
•
Availability,
adalah perbandingan antara waktu di mana pengaman
dalam keadaan siap kerja (actually in service) dan waktu total operasinya.
3. Selektifitas (
selectivity)
Maksudnya pengaman harus dapat membedakan apakah gangguan terletak di
daerah proteksi utama dimana pengaman harus bekerja cepat atau terletak di luar
zona proteksinya dimana pengaman harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak
bekerja sama sekali.
Untuk memperkecil kerugian atau kerusakan akibat gangguan, maka bagian yang
terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Selang
waktu sejak dideteksinya gangguan sampai dilakukan pemisahan gangguan
merupakan penjumlahan dari waktu kerja relai dan waktu kerja pemutus daya (
a
p e m u tu sd
re la i
ja
t
t
t
k e r=
+
). Namun pengaman yang baik adalah pengaman yang
mampu beroperasi dalam waktu kurang dari 50 ms.
5. Sederhana (Simplicity)
Relai pengaman harus disusun sesederhana mungkin namun tetap mampu bekerja
sesuai dengan tujuannya.
6. Ekonomis (
Ekonomic)
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pengaman yang akan digunakan. Namun
sebaiknya pilihlah suatu sistem proteksi yang memiliki perlindungan maksimum
dengan biaya yang minimum.
Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon terhadap
kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang
diamankan.
Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain :
•Sederhana dan murah
•
Mudah penyetelannya
•
Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan
•
Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (
overload
).
•
Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi
•
Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi.
b. Rele Tegangan Kurang (
Under Voltage relay)
Adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran
ukur. Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui
batas yang telah ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah
lebih kecil dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami
penurunan efisiensi.
c. Rele jarak (
Distance Relay
)
Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan arus
gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka
impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan.
d. Rele Arah (
Directional Relay
)
Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan tegangan
yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang.
Rele ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah
trip.
e. Rele Hubung Tanah (GFR)
Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat
adanya gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
f. Rele Arus Hubung Tanah Terbatas (REF)
Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan satu
fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.
g. Rele Diferensial (
Differential Relay
)
Adalah rele yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang
masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang
dimaksud titik pada proteksi diferensial ialah daerah pengamanan, dalam hal ini
dibatasi oleh 2 buah trafo arus.
2.3 Proteksi Arus Lebih
Gangguan yang diamankan oleh proteksi arus lebih dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Gangguan Beban Lebih (overload)
b.
Gangguan hubung singkat antar fasa dan fasa ke tanah
Berdasarkan karakteristik dari waktu kerjanya rele arus lebih dapat d ibedakan
menjadi :
1. Rele Arus Lebih Sesaat/ Momen (
instantaneous overcurrent relay)
Rele ini bekerja dengan sangat cepat (tidak ada penundaan waktu) atau
dengan kata lain jangka waktu antara terjadinya gangguan dan selesainya kerja rele
sangat singkat.
t (s)
I(A)
2. Rele Arus Lebih Dengan Waktu Tunda (
time delay overcurrent
)
a. Rele Arus Lebih dengan Waktu Tertentu (
definite time
)
Jangka waktu kerja rele ini dari mulai start sampai selesainya kerja rele
diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang
menggerakkannya
t (s)
Gambar 2.5 Karakteristik Rele Arus Lebih Definite Time
b. Rele Arus Lebih dengan Waktu Terbalik (
inverse time overcurrent relay
)
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu
mulainya rele pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan besar nilai
yang besarnya berbanding terbalik dengan arus yang mnggerakkannya.
Jenis karakteristik inverse rele dengan waktu terbalik dapat d ibedakan menjadi :
-
Long Time Inverse (LTI)
-
Standard Inverse (SI)
-
Very Inverse (VI)
-
Extremely Inverse (EI)
Gambar 2.6 Karakteristik Rele Arus Lebih Inverse Time
c.
Rele Arus Lebih Terbalik dan Terbatas Waktu Minimum (
inverse
definite minimum time
/ IDMT )
Pada rele ini semakin besar arus yang mengalir maka kerja rele akan semakin
cepat, tetapi pada saat tertentu yaitu saat mencapai waktu yang ditentukan maka kerja
rele tidak lagi ditentukan oleh arus tetapi oleh waktu.
LTI VI
SI
t (s)
I(A)
Gambar 2.7 Karakteristik Rele Arus Lebih IDMT
2.4
Gangguan Pada Sistem Tenaga
2.4.1 Macam-Macam Gangguan
a. Gangguan Beban Lebih
Sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus
berlangsung dapat merusak peralatan. Umumnya gangguan beban lebih terjadi di
transformator dan memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap 110% pembebanan
secara continue, meskipun demikian kondisi tersebut sudah merupakan keadaan
beban lebih yang harus diamankan.
Dengan mengetahui kemampuan pembebanan tersebut penyetelan rele beban
lebih sebaiknya dikoordinasikan dengan pengamanan gangguan hubung singkat.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) dan satu
fasa ke tanah. Gangguan yang terjadi dapat bersifat temporer atau permanen.
-
Gangguan Permanen : Terjadi pada kabel, belitan trafo, dan generator.
-
Gangguan temporer : Akibat
Flashover
karena sambaran petir, pohon, atau
tertiup angin.
Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan
mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan
kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik atau tolak-menolak.
c. Gangguan Tegangan Lebih
•
Tegangan lebih dengan power frekuensi
Misalnya : Pembangkit kehilangan beban,
over speed
pada generator, gangguan
pada AVR.
•
Tegangan lebih transien
Misalnya : surya petir atau surya hubung
d. Gangguan Hilangnya Pembangkit
Gangguan hilangnya pembangkit dapat disebabkan oleh :
-
Gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan terpisahnya sistem,
dimana unit pembangkit yang lepas lebih besar dari
spinning reserve
maka
frekuensi akan terus turun sehingga sistem bisa
collapse
.
e. Gangguan Instability
Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit dapat menimbulkan
ayunan daya (
power swing
) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron.
Ayunan daya ini dapat menyebabkan rele salah kerja.
Untuk mengatasi akibat-akibat negatif dari berbagai macam
gangguan-gangguan tersebut diatas, maka diperlukan Rele Proteksi.
2.4.2
Upaya Mengatasi Gangguan
Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat dilakukan
dengan cara :
Mengurangi terjadinya gangguan
•
Memakai peralatan yang memenuhi peralatan standar.
•
Penentuan spesifikasi yang tahan terhadap kondisi kerja normal/
gangguan.
•
Pengguanaan kawat tanah pada saluran udara dan tahanan kakitiang
yang rendah pada SUTT/ SUTET.
Mengurangi akibat gangguan
•
Mengurangi besarnya arus gangguan, dapat dilakukan dengan
menghindari konsentrasi pembangkit di satu lokasi dan menggunakan
tahanan pentanahan netral.
•
Penggunaan Ligthtning arrester dan koordinasi isolasi.
•Melepaskan bagian terganggu : PMT dan Rele
•
Pola Load shedding
•
Mempersempit daerah pemadaman
-
Penggunaan jenis rele yang tepat dan koordinasi rele
-
Penggunaan saluran double
-
Penggunaan sistem loop
-
Penggunaan Automatic Reclosing/ Sectionalize
BAB III
3.1 Umum
Untuk menjamin keandalan dari suatu sistem tenaga listrik diperlukan suatu
proteksi yang baik terhadap gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik tersebut.
Gangguan pada salah satu sisi interkoneksi dapat menyebabkan pemutusan daya pada
sisi yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan laju kenaikan arus pada
unit-unit pembangkit lain yang masih beroperasi semakin cepat sehingga beban sistem
dapat mencapai harga yang melebihi harga yang seharusnya. Sehingga untuk
mencegah kegagalan total sistem pembangkitan, maka perlu melepas sejumlah beban
tertentu dari sistem (pemadaman). Setelah pelepasan sejumlah beban, diharapkan
terjadi keseimbangan antara sisa pembangkit dan beban.
Pada proses pelepasan beban perlu direncanakan sebelumnya beban-beban
yang akan dilepas, dengan urutan prioritas. Prioritas utama yaitu beban-beban yang
kurang penting karena beban-beban penting perlu mendapat pelayanan listrik secara
kontinue. Dalam pelaksaannya pelepasan beban dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1.
Pelepasan beban manual (
Manual Load Shedding
)
2.
Pelepasan beban otomatis (
Automatic Load Shedding
)
Pelepasan beban secara manual hanya berlaku pada kondisi sistem yang tidak
kritis dan dalam hal ini operator harus mengambil inisiatif sendiri untuk melepaskan
sebagian beban.
Kekurangan –kekurangan pelepasan beban secara manual adalah sebagai berikut :
•Diperlukan operator yang banyak
•
Dapat terjadi pelepasan beban berlebih (
overshedding
)
•Kelambatan waktu bertindaknya operator.
Pada kondisi yang kritis dimana arus naik sangat cepat, tindakan pelepasan beban
secara manual sulit untuk mengantisipasi kenaikan arus.
3.3
Pelepasan Beban Otomatis (
Automatic Load Shedding
)
Pelepasan beban secara otomatis direncanakan khusus untuk mengatasi
kondisi sistem yang kritis. Alat yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah jenis
Pengaman Arus Lebih yang lebih dikenal dengan
Overload Shedding
(OLS). Alat ini
khusus untuk mengatasi beban lebih dan bekerja akibat kenaikan arus yang melebihi
suatu batas tertentu. Batas tertentu tersebut ditentukan sebesar 0,95 dari arus nominal
pada
incoming fedeer
. Hal ini dilakukan agar OLS bekerja lebih dahulu daripada
pengaman hubung singkat pada saat terjadi gangguan beban lebih. Oleh sebab itu
setting OLS harus dikoordinasikan dengan setting OCR yang mengatasi gangguan
hubung singkat.
Setelah diketahui batasan arusnya, ditentukan juga kelebihan beban
maksimum pada sistem interkoneksi tersebut. Dalam hal ini, kelebihan beban
maksimum dapat ditentukan pada saat semua pembangkit pada salah satu sisi
off dan
semua beban pada keadaan maksimum. Untuk selanjutnya digunakan karakteristik
arus lebih jenis
definite time relay
agar dengan kenaikan beban berapa pun waktu
pelepasan beban adalah sama. Namun, untuk meningkatkan keandalan dengan
meminimalkan lama gangguan dan kerusakan peralatan maka waktu pelepasan beban
diset lebih kecil dari batasan waktu maksimum terjadinya beban lebih dan lebih besar
dari setting waktu OCR. Untuk selanjutnya OLS akan bekerja dengan mengaktifkan
pemutus untuk melepaskan sejumlah beban apabila beban sistem berada di atas
batasan beban yang telah ditentukan (beban lebih).
3.4 Jenis Pola Pelepasan Beban Otomatis
Jenis Pola Pelepasan Beban Otomatis dapat dibedakan menjadi :
•Pola terpusat
Dengan pola terpusat, perkiraan beban dihitung pada Unit Pengatur Beban
(UPB) dan pelepasan beban dimulai dengan transmisi sinyal dari UPB ke
gardu-gardu induk berurutan untuk melepaskan blok-blok beban yang diperlukan sesuai
dengan urutan prioritas.
•
Pola Terdistribusi
Pola ini mengusahakan agar pengaman beban lebih ditempatkan diluar dari
gardu induk (seringkali untuk penghematan pengaman beban lebih dipasang dalam
GI yang akan mengontrol beberapa penyulang di luar GI ). Setting arus dan
kelambatan waktu pengaman beban lebih menentukan titik dimana blok-blok beban
spesifik dilepaskan.
3.5 Pelepasan Beban Lebih (
Overload Shedding
)
Yang menjadi masalah pokok dalam merencanakan pelepasan beban suatu
sistem tenaga listrik, adalah :
-
Jumlah tingkat pelepasan beban
-
Besar beban yang dilepas pada setiap tingkat
-
Setting arus setiap tingkat
-
Kelambatan waktu pada setiap tingkat pelepasan
Pelepasan beban dilakukan secara bertahap agar sistem tidak mengalami
pelepasan beban yang terlalu besar atau melakukan pelepasan beban yang tidak
diperlukan. Pelepasan beban ditentukan oleh besarnya kelebihan beban, hal ini dapat
diartikan bahwa semakin besar kelebihan beban semakin banyak jumlah tingkat
pelepasan.
Over Load shedding
(OLS) yang bekerja atas dasar arus, diset pada suatu
harga setting arus dibawah arus nominalnya (I
n) dan kemudian akan memberikan
perintah pemutus daya (PMT) untuk melaksanakan pelepasan beban (dalam hal ini
dapat dilengkapi dengan timer). Setting waktu untuk OLS ini menggunakan
karakteristik waktu tunda tertentu (
definite time
), yaitu waktu yang diperlukan oleh
rele dari menerima respon sampai bekerjanya Pemutus Daya dan besarnya adalah
tetap.
3.6 Koordinasi
Over Load Shedding
(OLS) Dengan
Over Current relay
(OCR)
Karena beban lebih merupakan salah satu gangguan yang menyebabkan arus
lebih maka setting
Overload Shedding
(OLS) akan dikoordinasikan dengan setting
Overcurrent relay
(OCR). Agar pada saat terjadi gangguan hubung singkat tidak
terjadi salah kerja antara OLS dan OCR.
3.6.1
Studi Hubung Singkat
3.6.1.1 Analisa Komponen Simetris dari Jaringan Tiga Fasa
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor yang tak seimbang dari sistem tiga
fasa dapat diuraikan menjadi tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang
seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah :
1. Komponen urutan positif
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120
odan memiliki urutan fasa yang sama seperti fasor asalnya.
Ketiga besaran pada komponen urutan positif dapat dinyatakan :
0 1 1 1 1 0 1 1 2 1 1 1 120 240 ∠ = = = ∠ = = =I
aI
aI
I
I
I
a
I
I
I
a c a b a 0 1 1 1 1 0 1 1 2 1 1 1120
240
∠ = = = ∠ = = =V
aV
aV
V
V
V
a
V
V
V
a c a b a2. Komponen urutan negatif
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120
odan memiliki urutan fasa yang berlawanan dengan fasor asalnya. Ketiga
besaran pada komponen urutan negatif dapat dinyatakan :
0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 240 120 ∠ = = ∠ = = = = I I a I I aI aI I I I a c b b a 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 240 120 ∠ = = ∠ = = = = V V a V V aV aV V V V a c b b a
3. Komponen urutan nol
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol
antara fasor yang satu dengan yang lain. Komponen urutan nol dapat
dinyatakan sebagai berikut :
0 0 0 0 0 0 c b a c b a V V V I I I = = = =
Gambar 2.1. Tiga himpunan fasor-fasor seimbang yang merupakan komponen
simetris dari tiga fasor tak seimbang ( a) komponen u rutan positif, ( b ) komponen
urutan negatif, ( c ) komponen urutan nol
Fasor tak seimbang merupakan jumlah dari komponen-komponen fasor asal
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va = Va
1+ Va
2+ Va
0(2.7)
Vb = Vb
1+ Vb
2+ Vb
0(2.8)
Vc = Vc
1+ Vc
2+ Vc
0(2.9)
3.6.1.2 Komponen Simetris dari Fasor-fasor Tak Simetris
Untuk menguraikan fasor-fasor tak simetris menjadi komponen simetrisnya,
masing-masing komponen Vb dan Vc dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara
fungsi operator a dengan komponen Va menurut hubungan persamaan berikut:
0 0 0 0 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 Va Vc Va Vb Va a Vc aV a Vb aV a Vc Va a Vb = = = = = =
(2.10)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.10) ke persamaaan (2.7), (2.8), dan (2.9)
diperoleh :
Va1 Va2 Va0 Vb1 Vb2 Vc2 Vc0 Vb0 (a) (b) ( c ) Vc1Va = Va1
+ Va2
+ Va0
(2.11)
Vb = a
2Va1
+ a Va2
+ Va0
(2.12)
Vc = a Va1
+ a
2Va2
+ Va0
(2.13)
Atau dalam bentuk matrik
=
2
1
0
2
2
1
1
111
V
V
V
aa
aa
V
V
V
(2.14)
Misalkan A =
2
2
1
1
1
1
1
a
a
a
a
maka A
-1=
3 1
2
2
1
1
1
1
1
a
a
a
a
Dengan mengalikan persamaan (2.14) dengan A
-1didapat :
2
1
0
V a
V a
V a
=
3 1
2
2
1
1
1
1
1
a
a
a
a
V c
V b
V a
(2.15)
Dalam bentuk biasa diperoleh
Va
0=
1/3
(Va
+
Vb
+
Vc)
(2.16)
Va
1= 1/3 (a
2Va + a Vb + a
2Vc)
(2.17)
Va
2= 1/3 (Va + a
2Vb
+
Vc)
(2.18)
Sedangkan untuk arusnya diperoleh :
Ia
1= 1/3 (a
2Ia + a Ib + a
2Ic)
(2.20)
Ia
2= 1/3 (Ia + a
2Ib
+
Ic)
(2.21)
3.6.1.3 Impedansi Urutan dan Rangkaian Urutan
Dalam metoda komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :
1. Impedansi urutan positif, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya
mengalir arus urutan positif.
2. Impedansi urutan negatif, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya
mengalir arus urutan negatif.
3. Impedansi urutan nol, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir
arus urutan nol.
Untuk menghitung besarnya gangguan hubung singkat dengan metode
komponen simetris, tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan
impedansi-impedansi urutan masing-masing komponen sistem dan menghubungkannya menjadi
rangkaian urutan.
a. Rangkaian Urutan Positif dan Negatif
Impedansi urutan positif dan negatif dari rangkaian yang linier,simetris, dan
statis adalah identik karena impedansi rangkaian semacam itu tidak tergantung pada
urutan fasanya asal tegangan yang dikenakan seimbang.
Rangkaian urutan positif terdiri dari suatu ggl (emf) yang terhubung seri
dengan impedansi urutan positif, sedangkan rangkaian urutan negatif tidak memiliki
ggl tetapi memiliki impedansi urutan negatif saja.
b. Rangkaian Urutan Nol
Rangkaian ekivalen urutan nol untuk suatu transformator tiga fasa memiliki
berbagai kombinasi yang mungkin dari belitan primer dan sekunder yang terhubung
dalam Y ataupun ∆ yang mempengaruhi rangkaian urutan nol, antara lain :
1. Hubungan Y ground – Y
2. Hubungan Y ground – Y ground
3. Hubungan Y ground - ∆
4. Hubungan Y - ∆
5. Hubungan ∆ - ∆
Rangkaian ekivalen urutan nol yang secara terpisah telah ditentukan untuk
berbagai bagian sistem, dengan mudah dapat dihubungkan untuk membentuk jaringan
urutan nol yang lengkap.
3.6.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat
Dalam perhitungan arus hubung singkat harus terlebih dahulu diketahui nilai
impedansi total pada sistem tersebut. Beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk
menentukan impedansi gangguan antara lain :
1. Menghitung impedansi sumber
Bila nilai impedansi sumber diketahui dalam satuan (Ω), maka impedansi sumber
dalam satuan per unit dapat dihitung dengan menentukan base sumber terlebih
dahulu. Atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
2
Z
=
2 1 1 2 2xZ
KV
KV
Dimana :
Z
1= Impedansi trafo lama
Z
2= Impedansi trafo baru
KV
12= Tegangan base dekat sumber
KV
12= Tegangan base dekat trafo
2. Menghitung impedansi pada transformator tenaga di gardu induk
Nilai impedansi pada transformator dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Z
1T= Z
2T= j
KVbase xX % KVtrafo x MVAtrafo base MVADimana :
Z
1T= impedansi urutan positif transformator (Ω)
Z
2T= impedansi urutan negatif transformator (Ω)
X = impedansi trafo (pu)
Untuk impedansi urutan nol pada transformator (Z
0T) perlu diperhatikan ada
tidaknya belitan delta dengan syarat sebagai berikut :
-
Jika kapasitas Δ sama dengan kapasitas Y, maka berlaku nilai
Z
0T= Z
1T-
Jika pada transformator mempunyai hubungan Y-∆ maka
terdapat belitan ∆ dengan kapasitas 3x kapasitas primer (sekunder), sehingga
Z
0T= 3 x Z
1T-
Jika pada transformator mempunyai hubungan Y-Y tanpa
belitan ∆ didalamnya sehingga Z
0T= 10 x Z
1T3. Menghitung impedansi penyulang (
feeder
)
Impedansi penyulang tergantung pada luas penampang kabel yang
digunakan, panjang saluran, dan bahan yang digunakan (lihat lampiran 1 untuk
nilai impedansi dengan jenis penghantar yang berbeda).
Impedansi urutan positif dan negative pada penyulang dalam study hubung
singkat mempunyai nilai yang sama besar Z
1L= Z
2L. Secara umum impedansi
pada penyulang dapat dihitung dengan rumus :
Z
L= Panjang saluran x Z per km
Jika nilai impedansi sumber, impedansi transformator, dan impedansi penyulang
telah di dapat, maka setiap nilai impedansi urutan dijumlahkan untuk
mendapatkan impedansi ekivalen urutan.
L T S eq eq Z Z Z Z Z 1
=
2=
1+
1+
1Sedangkan untuk impedansi ekivalen urutan nol perlu dipertimbnagkan besarnya
tahanan pentanahan (Rn), sehingga didapat :
L T
S
eq Z Z Rn Z Z 0
=
0+
0+
3+
03.6.3 Sistem satuan per unit
Satuan perunit untuk setiap harga didefinisikan sebagai n ilai sebenarnya yang ada
dari besaran tersebut dibagi dengan nilai dasar (nilai base) yang dipilih.
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Nilai sebenarnya terhadap besaran yang ditinjau
Sistem per unit (pu) =
Nilai dasar (base) besaran yang dipilih
Dimana :
Base Arus (I
base) =
KVbase baseKVA
3
Base Impedansi (Z
base) =
MVAbase KVbase 2
) (
3.7
Penyetelan Rele Arus Lebih
Arus kerja atau arus pick up (Ip) adalah arus yang memerintahkan rele arus
untuk bekerja dan menutup kontak a sehingga rele waktu bekerja. Sedangkan arus
kembali atau drop off (Id) adalah nilai arus dimana rele arus berhenti bekerja dan
kontak a kembali membuka., sehingga rele waktu berhenti bekerja.
t
Gambar 3.2 Arus Kerja dan Arus kembali (drop off)
Dari gambar 3.2 bila t
a< t maka rele arus lebih dinyatakan tidak bekerja, dan
bila t
a> t maka rele arus lebih dinyatakan bekerja. Perbandingan arus kembali dengan
arus kerja secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
p d d I I K =
Dimana, K
dadalah faktor arus kembali dengan karakteristik waktu tertentu dan
memiliki nilai 0,7-0,9. Untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik
mempunyai nilai
≈1,0.
Pada dasarnya penyetelan pengaman arus lebih dilakukan penyetelan atas
besaran arus dan waktu. Batasan dalam penyetelan arus yang harus diperhatikan
adalah :
-
Batas penyetelan minimum arus kerja yang tidak boleh bekerja pada
saat arus baban maksimum.
max
xI
K
K
Is
d FK=
-
Batas penyetelan maksimum arus kerja yang harus bekerja pada saat
arus gangguan minimum.
φ
2
hs I
Is ≤
Secara umum Batasan dalam penyetelan arus dapat dituliskan sebagai berikut :
I
max< Is < I
hs minDimana :
Is
= Nilai setting arus
K
FK= Faktor keamanan (safety factor) sebesar 1,1 – 1,2
K
d= Faktor arus kembali
I
max= Arus beban maksimum yang diizinkan untuk alat yang diamankan, pada
umumnya diambil arus nominalnya (In).
I
hs min= I
hs (2 )minpada pembangkitan minimum
n d FK
xI
K
K
Is
=
Dimana :
a. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (
definite time
) nilai K
FKsebesar 1,1 – 1,2 dan K
dsebesar 0,8.
b. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (
inverse time
) nilai K
FKsebesar 1,1 – 1,2 dan K
dsebesar 1,0.
3.7.2
Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu
Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif maka penyetelan waktunya
dibuat bertingkat agar bila ada gangguan arus lebih di beberapa seksi rele arus akan
bekerja.
Cara penyetelan waktu :
a. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (
definite time
)
Untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu, waktu kerjanya
tidak dipengaruhi oleh besarnya arus. Biasanya, setting waktu kerja pada rele arus
lebih dengan karakteristik waktu tertentu adalah sebesar 0,2 - 0,4 detik.
W
e
Gambar 3.2 Karakteristik rele dengan waktu tetap
Dari gambar 3.2 di atas dapat diketahui kelambatan waktu rele selalu
menunjukkan waktu yang tetap. Misalnya untuk kelebihan beban sebesar 450
Ampere, pelepasan beban baru dilaksanakan 0,4 detik kemudian.
b. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (
inverse time
)
Gambar 3.3 Gangguan pada sistem tenaga
Akibat gangguan di F, maka :
I
fdi F >
I
fdi A >
I
fdi B >
I
fdi C
Penyetelan waktu untuk karakteristik waktu terbalik dihitung berdasarkan
besarnya arus gangguan dimana waktu (t) pada sisi penyulang ditentukan sebesar 0,2
- 0,4 detik. Dan untuk mendapatkan pengamanan yang baik, yang terpenting adalah
menentukan beda waktu (Δ) antara dua tingkat pengaman agar pengamanan selektif
tetapi waktu untuk keseluruhannya tetap singkat.
Jadi, waktu penyetelan arusnya dapat ditentukan sebagai berikut :
t
C= t
1t
B= t
1+ Δt
t
A= t
B+ Δt
Hal – hal yang mempengaruhi Δt adalah :
-
Kesalahan rele waktu di C dan B adalah 0,2 detik
-
Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api 0,06 – 0,14 detik
-
Faktor keamanan sebesar 0,05 detik
-
Kelambatan rele arus lebih pembantu dan arus over travel 0,005 detik.
Sehingga nilai Δt ditentukan sebesar 0,4 – 0,5 detik dan untuk rele dengan ketelitian
yang lebih nilai Δt ditentukan sebesar 0,2 – 0,4 detik.
Setelan waktu kerja standar inverse didapat dengan menggunakan kurva
waktu dan arus. Secara matematis dapat ditentukan dengan rumus :
β
α
−
=
1
set fault setI
I
x
t
tms
Dimana :
tms = factor pengali terhadap waktu
I
fault= Arus gangguan (Ampere)
Iset = Arus setting (Ampere)
t
set= Waktu setting (detik)
α dan β = konstanta
Untuk menguji selektifitasnya, nilai setelan waktu ini diuji dengan
menggunakan rumus :
Untuk setelan waktu pada penyulang, nilai waktu selektifitasnya ditentukan
sebesar 0,7 - 0,9 detik. Waktu pada
incoming feeder
dibuat lebih besar agar pada saat
terjadi gangguan hubung singkat, rele pada penyulang bekerja sebagai proteksi yang
pertama dan bila gangguan tersebut tidak bisa diatasi maka rele pada
incoming feeder
yang bekerja. Untuk selanjutnya nilai setelan rele tersebut dikoordinasikan dengan
Overload shedding
. Dalam hal ini, t
setpada
Overload shedding
diatur lebih besar
dibanding t
setOCR. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah kerja antara
Overload
shedding
dengan rele arus lebih.
−
=
1
αβ
set fault setI
I
tmsx
t
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA OVERLOAD SHEDDING (OLS)
4.1. Umum
Gardu Induk Bukit Siguntang memiliki satu buah transformator yang
bertegangan 70/20 KV dengan daya sebesar 15 MVA dan melakukan interkoneksi
dengan PLTG Musi 2 yang masing-masing transformatornya memiliki tegangan
sebesar 6,3/20 KV dan daya sebesar 6,5 MVA. Diagram satu garis dari sistem saluran
distribusi GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut.
G G G 70 kV SUMBERDAYA GI BUKIT SIGUNTANG 40ohm 20 kV DOMBA RUSA KANCIL GHGANDUS AVTUR RESIDU P R EM IX P R EM I UM 40ohmPLTG MUSI 2 I PLTG MUSI2 I I P LTGMUSI 2III
INCOMING S1 S2 S3 S4 AAAC150 AAAC150 20 kV 20 kV 15 MVA 70/20KV 7,3 % 6,5 MVA 6,3/20KV 6,5 MVA 6,3/20KV 6,5 MVA 6,3/20KV 6,75 MVA 6,3 KV 6,75 MVA 6,3 KV 6,75 MVA 6,3 KV OCR OCR OCR
OCR OCR OCR OCR OCR
OCR OLS
Gambar 4.1 Diagram satu garis interkoneksi
GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2
Pada sistem tenaga listrik di atas terjadi pemutusan daya dari PLTG Musi 2
yang mengakibatkan terjadinya beban lebih di sisi GI Bukit Siguntang. Sehingga,
perlu adanya proteksi yang khusus mengatasi beban lebih tersebut. Dalam hal ini
PLN memasang suatu pengaman dari jenis rele arus lebih yang khusus bekerja pada
saat terjadi beban lebih di sisi GI Bukit Siguntang. Pengaman ini lebih dikenal
dengan nama
Over Load Shedding
(OLS). Pada saat terjadi beban lebih OLS akan
memerintahkan PMT pada penyulang untuk melakukan pemutusan (
trip). Sehingga
pada penggunaannya, setting OLS pada GI Bukit Siguntang ini akan dikoordinasikan
dengan setelan rele arus lebih (OCR). Dimana, setelan rele arus lebih ini didapat
dengan menggunakan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat pada tiap
penyulang di sisi GI Bukit Siguntang. Perhitungan arus hubung singkat pada
penyulang di sisi GI Bukit Siguntang akan dilakukan pada 100% dari panjang
penyulang dimana aliran daya dari PLTG Musi 2 diputus.
4.2. Data Jaringan
Data sistem meliputi data pembangkitan, transformator, dan data saluran. Data
ini didapat dari PT. PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Palembang, PT. PLN
(Persero) WS2JB Sumatera Selatan, dan PT.Pura Daya Prima Palembang.
4.2.1.
Data Sistem 70 KV Sisi GI Bukit Siguntang
Data sistem 20 KV pada Gardu Induk Bukit Siguntang meliputi :
MVA
base= 15 MVA
MVA
sc3= 217,775 MVA
MVA
sc1= 6,353 MVA
4.2.2. Data Transformator
Data transformator untuk GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat kita
lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut
Tabel 4.2 Data transformator
Data
Trafo sisi GI Bukit Siguntang
Trafo sisi PLTG Musi 2 PLTG Musi 2 I PLTG Musi 2 II PLTG Musi 2 III Kapasitas 15 MVA 6.5 6.5 6.5 Tegangan 70/20 6,3/20 6,3/20 6,3/20 Impedansi 7,3% 8 % 8% 8% CT Ratio 600 : 5 600 : 5 600 : 5 600 : 5
4.2.3.
Data Saluran
Tabel 4.3 Data Saluran untuk Tegangan Menengah 20 KV
Penyulang Panjang Penyulang (km) Arus Maksimum (Ampere) Z Saluran (ohm / km ) CT Ratio Z1L= Z2L Z0L Domba 10,03 125 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5 Kancil 12,50 260 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 400 : 5 Rusa 2,10 220 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 400 : 5 Avtur 19.65 86 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5 Premix 17,33 85 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 100 : 5 Premium 24,04 166 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5 Residu 2,10 220 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 300 : 5Tahanan Pentanahan = 40 Ω
Jenis kabel yang dipakai adalah AAAC 150 mm
2dengan jari-jari 7,875 mm.
Sehingga dapat diketahui nilai
Z
1= 0.225+j0.321 Ω/km
Z
0= 0.373+j1.608 Ω/km
Nilai-nilai impedansi penghantar jenis lainnya dapat kita lihat pada lampiran 1.
4.3. Perhitungan Impedansi
4.3.1. Impedansi Dasar
A
KA
x
xKV
MVA
I
base base base0
,
433
433
20
3
15
3
=
=
=
=
pu
MVA
KV
Z
base base base26
,
67
15
)
20
(
)
(
2 2=
=
=
4.3.2. Impedansi Sumber Pada GI Bukit Siguntang
Untuk sisi 70 KV dengan Kapasitas Sumber 15 MVA
II
SC3SC3=
=
A
A
x
x
x
x
K
KV
V
KVA
KVA
base base sc sc 62866286 ,,6622 2 200 3 3 1 100 7 77755 ,, 2 21177 .. 3 3 3 3 = = = =II
SC3SC3(pu) =
(pu) =
1144,,551199p
pu
u
4 43333 6 622 ,, 6286 6286
=
=
II
SC3SC3=
=
S S f fZ
Z
V
V
j
j
1 1 φ φ 3 3 1 1 SC SC f f S S I I V V j j Z Z == p puu j j j j Z Z S S 00,,06890689 5 51199 ,, 1 144 1 1 1 1=
=
=
=
b.
b. Imp
Impedan
edansi
si Sum
Sumber
ber Uru
Urutan
tan Nega
Negatif
tif
pu pu j j Z Z Z Z 11S S == 22S S == 00,,06890689
c.
c. Im
Impe
pedan
dansi S
si Sum
umber
ber Ur
Uruta
utan N
n Nol
ol
II
SC1SC1=
=
A
A
x
x
x
x
K
KV
V
KVA
KVA
base base sc sc3
39
9
,,
1
18
83
3
2
20
0
3
3
1
10
0
3
35
53
3
,,
6
6
..
3
3
3 3 = = = =II
SC1SC1(pu) =
(pu) =
00,,442233p
pu
u
4 43333 3 399 ,, 1 18833
=
=
II
SC1SC1=
=
S S S S S S f fZ
Z
Z
Z
Z
Z
V
V
0 0 2 2 1 13
3
+
+
+
+
pu pu j j j j I I V V j j Z Z Z Z Z Z SC SC f f S S S S S S7
7
,,
08
083
3
42
423
3
,,
0
0
1
1
..
3
3
3
3
0 0 0 0 2 2 1 1+
+
+
+
=
=
=
=
=
=
φ φ p puu j j j j j j Z Z 00S S == 77,,080833 −−22(( 00,,06890689)) == 66,,9494554.3.3
4.3.3.. Imp
Impedan
edansi Tra
si Transfo
nsforma
rmator Pa
tor Pada GI Buk
da GI Bukit Sig
it Sigunta
untang
ng
2 2 2 2 2 2 1 1
))
((
))
((
base base trafo trafo trafo trafo base base pu pu T T T TK
KV
V
K
KV
V
x
x
M
MV
VA
A
M
MV
VA
A
xj
xj
Z
Z
Z
Z
Z
Z
=
=
=
=
2 2 2 220
20
20
20
15
15
15
15
%
%
3
3
,,
7
7
x x xx==
=
=
j 0,073 pu
j 0,073 pu
Belitan pada transfor
Belitan pada transformator ini adalah
mator ini adalah hubungan Y-Y ,
hubungan Y-Y , sehingga :
sehingga :
p puu j j x xjj x xZ Z Z Z 00T T ==1010 11T T ==1010 00,,070733 == 00,,7373
4.
4.3.
3.4.
4. Im
Impe
peda
dans
nsi
i Sa
Salu
lura
ran
n
Impedansi Saluran
Impedansi Saluran
base base L L Z Z Zperkm Zperkm ZZ
=
=
x panjang saluran
x panjang saluran
4.3.4.1 Pada Penyulang GI Bukit Siguntang
4.3.4.1 Pada Penyulang GI Bukit Siguntang
a. Penyulang Domba
a. Penyulang Domba
Panjang saluran = 10,03 km
Panjang saluran = 10,03 km
0 033 ,, 1 100 6 677 ,, 2 266 3 32211 ,, 0 0 2 22255 ,, 0 0 2 2 1 1 xx j j Z Z Z Z L L=
=
L L=
=
+
+
L L L L Z Z Z Z 11 == 22=
=
(0,085 + 0,121)
(0,085 + 0,121) pu
pu
0 033 ,, 1 100 6 677 ,, 2 266 6 60088 ,, 1 1 3 37733 ,, 0 0 0 0 xx j j Z Z L L=
=
+
+
= (0,140 + 0,605) pu
= (0,140 + 0,605) pu
b. Penyulang Kancil
b. Penyulang Kancil
Panjang saluran = 12,50 km
Panjang saluran = 12,50 km
5 500 ,, 1 122 6 677 ,, 2 266 3 32211 ,, 0 0 2 22255 ,, 0 0 2 2 1 1 xx j j Z Z Z Z L L=
=
L L=
=
+
+
L L L L Z Z Z Z 11 == 22=
=
(0,105 + 0,150)
(0,105 + 0,150) pu
pu
5 500 ,, 1 122 6 677 ,, 2 266 6 60088 ,, 1 1 3 37733 ,, 0 0 0 0 xx j j Z Z L L=
=
+
+
= (0,175 + 0,754) pu
= (0,175 + 0,754) pu
c. Penyulang Rusa
c. Penyulang Rusa
Panjang saluran = 2,10 km
Panjang saluran = 2,10 km
1 100 ,, 2 2 6 677 ,, 2 266 3 32211 ,, 0 0 2 22255 ,, 0 0 2 2 1 1 xx j j Z Z Z Z L L=
=
L L=
=
+
+
L L L L Z Z Z Z 11 == 22=
=
(0,018 + 0,025)
(0,018 + 0,025) pu
pu
1 100 ,, 2 2 6 677 ,, 2 266 6 60088 ,, 1 1 3 37733 ,, 0 0 0 0 xx j j Z Z L L=
=
+
+
= (0,029 + 0,127) pu
= (0,029 + 0,127) pu
4.4.
4.4. Per
Perhitu
hitungan
ngan Gang
Gangguan
guan Hub
Hubung
ung Sing
Singkat
kat
4.4.1.
4.4.1. Perhitungan
Perhitungan Pada
Pada GI
GI Bukit
Bukit Siguntang
Siguntang
a. Rangkaian urutan positif
a. Rangkaian urutan positif
b. Rangkaian urutan negative
b. Rangkaian urutan negative
Z
Z2S2S ZZ2T2T ZZ2L2L
c. Rangkaian urutan nol
c. Rangkaian urutan nol
Z0S Z0T Z0L 3Rn
4.4.1.1. Pada Penyulang Domba di 100% Panjang Saluran
-
Gangguan Dua Phasa ( 2
)
L L Z Z 1 = 2
= 100 % x (0,085 + j 0,121) = (0,085 + j 0,121) pu
Z
1eq=
Z 1S+
Z 1T+
Z 1 L= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,085 + j 0,121)
= (0,085 + j 0,2629) pu
Z
2eq= Z
1eq= (0,085 + j 0,2629) pu
-
Gangguan Dua Phasa ( 2
)
Z
2eq= Z
1eq= (0,085 + j 0,2629) pu
) 5258 , 0 170 , 0 ( 3 ) 2629 , 0 085 , 0 ( 2 1 3 3 2 1 j I j x Z Z xV I f eq eq f f+
=
+
=
+
=
A x xI I A I pu I f base f f 18 , 1357 134 , 3 433 ) ( 134 , 3 552 , 0 3 = = = = =-
Gangguan Tiga Phasa ( 3
)
A x xI I A I pu I I j Z V I f base f f f eq f f 14 , 1567 619 , 3 433 ) ( 619 , 3 276 , 0 1 ) 2629 , 0 085 , 0 ( 1 1
=
=
=
=
=
+
=
=
4.4.1.2.
Pada Penyulang Kancil Pada 100% Panjang Saluran
-
Gangguan Dua Phasa ( 2
)
L L Z Z 1 = 2
= 100 % x (0,105 + j 0,150) = (0,105 + j 0,150) pu
Z
1eq=
Z 1S+
Z 1T+
Z 1 L= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,105 + j 0,150)
= (0,105 + j 0,2919) pu
Z
2eq= Z
1eq= (0,105 + j 0,2919) pu
) 2919 , 0 105 , 0 ( 2 1 3 3 2 1 j x Z Z xV I eq eq f f+
=
+
=
A x xI I A I pu I j I f base f f f 82 , 1208 792 , 2 433 ) ( 792 , 2 620 , 0 3 ) 5838 , 0 210 , 0 ( 3 = = = = = + =-
Gangguan Tiga Phasa ( 3
)
Z
1eq= (0,105 + j 0,2919) pu
) 2919 , 0 105 , 0 ( 1 1 j Z V I eq f f + = = A x xI I A I pu I f base f f 82 , 1395 224 , 3 433 ) ( 224 , 3=
=
=
=
310 , 0 1=
f I4.4.1.3.
Pada Penyulang Rusa Pada 100% Panjang Saluran
-
Gangguan Dua Phasa ( 2
)
L L Z Z 1 = 2
= 100 % x (0,018+ j 0,025) = (0,018+ j 0,025) pu
Z
1eq=
Z 1S+
Z 1T+
Z 1 L= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,018+ j 0,025)
= (0,018+ j 0,1669) pu
Z
2eq= Z
1eq= (0,018+ j 0,1669) pu
) 1669 , 0 018 , 0 ( 2 1 3 3 2 1 j x Z Z xV I eq eq f f+
=
+
=
A x xI I A I pu I j I f base f f f 51 , 2232 156 , 5 433 ) ( 156 , 5 336 , 0 3 ) 334 , 0 036 , 0 ( 3 = = = = = + =-
Gangguan Tiga Phasa ( 3
)
Z
1eq= (0,018+ j 0,1669) pu
) 1669 , 0 018 , 0 ( 1 1 j Z V I eq f f + = = 168 , 0 1=
f I A x xI I A I pu I f base f f 41 , 2579 957 , 5 433 ) ( 957 , 5=
=
=
=
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Pada 100% Panjang Saluran
Penyulang Panjang Saluran (km)
Arus Gangguan Hubung Singkat (A) 2 phasa 3 phasa