• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Profesor UNAIR Serukan Eksplorasi Tanaman Herbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tiga Profesor UNAIR Serukan Eksplorasi Tanaman Herbal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Tiga Profesor UNAIR Serukan

Eksplorasi Tanaman Herbal

UNAIR NEWS – Gelar Inovasi Guru Besar UNAIR Seri ke-IV telah

digelar, Kamis (27/10). Acara yang berlangsung di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR tersebut mengusung tajuk “Back to Nature: Pengobatan Herbal sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”. Acara yang diinisiasi oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta dari berbagai kalangan.

Acara yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Sukardiman, Apt., M.S tersebut menghadirkan tiga Guru Besar UNAIR. Ketiganya yaitu, Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Selaku pembicara pertama, Prof. Hery menyampaikan materi terkait interaksi manusia dengan tumbuhan. Sebagai negara dengan biodiversity terkaya kedua di dunia setelah Brasil, sudah selayaknya Indonesia dapat memanfaatkan tanaman sebagai alternatif untuk kesehatan. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan bahan tanaman sebagaimana mestinya.

“Daun sejenis Ganja itu bisa dijadikan bahan kesehatan kalau digunakan sesuai kebutuhan dan takarannya, sehingga tidak memiliki ketergantungan,” terang Prof. Hery. “Indonesia itu butuh tobat, bukan hanya obat,” ujarnya sembari disambut tawa para hadirin.

Prof. Hery mengungkapkan bahwa Ethnobotany (kajian tumbuhan) merupakan sumber energi dan juga kehidupan. Selain itu, tumbuhan juga dapat menghasilkan bahan kimia untuk aktivitas pangan, pertahanan, perlindungan, dan penyebaran biji. Bahkan,

(2)

tumbuh-tumbuhan juga memiliki nilai budaya.

“Orang mantenan (acara pernikahan, –Red) itu biasanya pakai kalung melati, orang mati dikubur juga ditaburi kembang-kembang. Itu semua sudah menjadi budaya dan punya filosofi,” jelas Prof. Hery.

Sependapat dengan Prof. Hery, Prof. Mangestuti menambahkan, Indonesia memiliki kurang lebih 1700 bahan resep obat herbal yang kaya akan antioxidant. Namun kurangnya eksplorasi menyebabkan obat-obatan herbal belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Indonesia itu punya 1700 resep, lho. Lalu orang Jepang bilang kalau Indonesia harusnya gak ada yang sakit ya,” jelas Prof. Mangestuti.

Menurut Prof. Mangestuti, banyak masyarakat yang meragukan obat herbal. Pasalnya, respons tubuh terhadap obat alam terjadi lebih lambat dibanding obat yang bersifat supresif, sehingga membuat sikap pasien yang sering kali tidak sabar. “Respon terhadap obat-obatan alam untuk kesehatan terjadi secara perlahan apabila disertai perubahan gaya hidup untuk mengendalikan penyakit, seperti puasa,” jelas Prof. Mangestuti.

Prof. Mangestuti mengungkapkan, motto back to nature dapat terlaksana jika ada dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan dukungan ilmiah berupa evidence-based Research.

“Kajian filosofi obat herbal begitu lengkap. Tentunya dengan

support agen dari para konsumen obat herbal,” pungkas Prof.

Mangestuti.

Dari aspek klinis, Prof. Suhartati mengungkapkan, obat herbal bisa memberikan terapi bagi konsumennya, khususnya obat herbal yang memiliki kandungan flavonoid, yakni senyawa yang dapat mencegah beragam penyakit.

(3)

“Hal tersebut terjadi karena falvonoid memiliki gugus-gugus reaktif yang bisa meningkatkan enzim,” jelasnya.

Prof. Suhartati juga mengungkapkan, banyak dokter yang menganjurkan untuk tidak banyak mengonsumsi serbuk. Sehingga, hal itu memengaruhi jumlah konsumen produk herbal atau obat tradisional.

“Kita harusnya mengkaji dulu, apa kandungan yang ada di serbuk yang dimaksud itu, lalu bagaimana dengan kualitasnya, takarannya, semua harus diperhitungkan,” pungkas Prof. Suhartati. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Binti Q. Masruroh

Tiga Profesor UNAIR Bahas

Obat Herbal

UNAIR NEWS – Setelah suskes dengan gelar inovasi guru besar

dengan tema “Demokrasi dan Keadilan : Mimpi yang Harus Segera Direalisasikan”, kali ini Universitas Airlangga akan menggelar acara serupa dengan tema “Back to Nature: Pengobatan Herbal

sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”.

Tiga guru besar UNAIR yang kompeten dalam bidangnya akan dihadirkan pada acara ini. Mereka adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Jalannya acara yang akan diselenggarakan di Ruang Kahuripan 300, Kamis (27/10) akan dipandu sepenuhnya oleh moderator Prof. Dr.

(4)

Sukardiman, Apt., M.S.

Ada beragam alasan yang mendasari Pusat Informasi dan Humas (PIH) untuk memilih topik obat herbal itu. Pertama, kekayaan biodiversitas Indonesia, khususnya tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Kedua, angka resistensi kuman terhadap obat-obatan produk industri farmasi yang kian meningkat. Itulah sebabnya, motto back to nature tengah digencarkan oleh para ilmuwan farmasi saat ini.

“Tema ini dekat sekali dengan persoalan-persoalan kesehatan dan penyakit yang ada di Indonesia. Mari kita dekati lagi dengan kembali pada alam. Harapannya, kasus resistensi itu bisa diatasi,” ujar Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes, Sekretaris PIH UNAIR.

Persoalan back to nature akan dibahas melalui tiga aspek. Pertama, aplikasi pemanfaatan tanaman obat untuk mengatasi persoalan kesehatan. Kedua, perkembangan riset tanaman obat herbal terbaru. Ketiga, banyaknya tanaman di Indonesia yang potensial untuk dijadikan obat herbal.

Melalui gelar inovasi guru besar ini, Bimo berharap guru besar di UNAIR dapat memberikan sumbangsih pengetahuan bagi persoalan kesehatan yang selama ini ada di Indonesia. Utamanya, kasus-kasus pemalsuan obat dan resistensi yang sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan obat-obat dari alam. Selain itu, ia juga berharap masyarakat semakin menyadari bahwa Indonesia memiliki beragam tanaman yang memiliki potensi besar sebagai obat.

“Diharapkan melalui kegiatan ini profesor yang ada di UNAIR dapat memberikan sumbangsih bagi persoalan kesehatan, terutama terkait kasus resistensi dan kasus pemalsuan obat yang dapat didekati dengan obat dari alam. Menjadi hal penting ketika kita kembali ke alam, mungkin berbagai persoalan itu bisa kita hindari,” ujarnya.

(5)

elemen mulai dari tenaga kesehatan di RS se-Surabaya, pusat-pusat riset tanaman obat alam di Surabaya, civitas perguruan tinggi di Surabaya baik dosen maupun mahasiswa yang menggeluti tema serupa, praktisi dalam bidang kesehatan, serta pengusaha jamu baik skala besar maupun tradisional. “Kita memperkenalkan

back to nature, tapi tetap yang sehat dan yang bersih,”

pungkas Bimo. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Dekan FF UNAIR Tanggapi

Maraknya

Peredaran

Obat

Ilegal di Online Shop

UNAIR NEWS – “Belilah obat di apotek!” Itulah pernyataan yang

terlontar dari Dekan Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Hj. Umi Athijah, M.S., Apt., ketika menanggapi maraknya peredaran – termasuk penjualan – obat-obatan via dalam jaringan (online, -red).

Seperti yang diketahui, tak sedikit akun di media sosial yang banyak menjual produk farmasi jenis obat dalam, khususnya obat peninggi dan pelangsing badan, hingga penambah stamina. Penjualan tersebut bukan berarti tak laris, karena ada pula pelanggan yang benar-benar membeli dan mengonsumsi obat dalam tersebut.

Mengutip Tempo.co, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibantu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI telah mengidentifikasi 214 laman yang digunakan dalam penjualan dan peredaran obat ilegal. Sedangkan, pada tanggal 30 Mei – 7 Juni

(6)

2016, telah disita 1.312 barang farmasi ilegal, termasuk yang palsu dengan nilai ekonomi lebih dari Rp 56 miliar.

Ditemui UNAIR NEWS (23/9), Umi menjelaskan bahwa pengertian produk ilegal dan palsu itu sendiri masih membingungkan. Meski demikian, Umi menggarisbawahi bahwa pemalsuan produk farmasi itu didasari motif ekonomi semata.

“Palsu itu kriterianya banyak. Pabrik obat itu diberi kewenangan untuk memproduksi obat jenis tertentu. Nah, yang membuat tidak punya ijin untuk itu. Kedua, pada kemasan tertulis kandungan sekian milligram, tapi ternyata kandungannya bisa kurang atau lebih dari itu. Rentang yang namanya palsu itu luas. Ada pula yang antara kemasan dengan isinya tidak sama, seperti vaksin. Masyarakat memalsu itu karena aspek ekonomi. Mereka hanya ingin untung,” terang Umi. Ia menyayangkan hal itu terjadi begitu marak, karena produk farmasi seperti obat-obatan tidak sama dengan komoditas lainnya seperti makanan. Oleh karena itu, ia menyarankan pihak terkait untuk memperbaiki pengelolaan obat.

“Harus ada apoteker. Namun, sistem itu belum sepenuhnya berjalan. Tidak semua apotek ada apotekernya. Sumber daya mumpuni bernama apoteker ini belum disebar merata,” tutur Dekan FF UNAIR. Selain pemerataan apoteker, Umi menyarankan agar pemerintah juga harus membenahi pengawasan industri farmasi baik kecil maupun menengah.

Terkait dengan peredaran dan penjualan obat ilegal yang marak di daring, ia mempertanyakan legalitas atau surat ijin yang dimiliki penjual dan pengedar. Pasalnya, di apotek resmi, pihak apoteker dan asisten apotekerlah yang bertanggung jawab atas penjualan obat. Untuk itu, Umi menyarankan agar masyarakat langsung membeli obat di apotek resmi.

“Maka belilah obat di tempat yang ada penanggung jawabnya. Toko obat itu juga ada penanggung jawabnya, apoteker dan asisten apoteker. Makanya yang dijual di toko obat belum tentu

(7)

sama dengan yang di apotek. Beli obat-obatan keras pasti ada di apotek karena ada penanggung jawabnya,” tegas pengajar “Pharmaceutical Management in Health System” di FF UNAIR itu. Dalam kaitannya dengan sumber daya apoteker yang berkualitas, Umi mengatakan bahwa mahasiswa FF UNAIR saat perkuliahan sudah dibekali dengan banyak mata kuliah dan praktikum dalam penjaminan mutu. “Itu sudah dikenalkan sejak semester satu, sehingga unsur ketelitian, kehati-hatian, sudah disiapkan dengan detail. Kurikulumnya memang mengarah ke sana,” tutur Umi. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Pengmas FF UNAIR, Membangun

Masyarakat Sehat bersama

Apoteker

UNAIR NEWS – Sudah dua tahun ini, sivitas akademika Fakultas

Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menjalankan program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di wilayah Bangkalan, Pamekasan, dan Sidoarjo. Dimulai sejak tahun 2014 hingga sekarang, pengmas tersebut merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis FF UNAIR ke-53.

Menurut Dekan FF UNAIR Dr. Dra. Hj. Umi Athijah, M.S., Apt, program tersebut melibatkan seluruh mahasiswa dan dosen seluruh departemen. Kelima departemen itu adalah Farmakognosi dan Fitokimia, Farmasetika, Farmasi Klinis, Farmasi Komunitas, dan Kimia Farmasi.

(8)

“Dengan adanya program ini, kami berharap masyarakat bisa mengatasi permasalahannya sendiri terkait barang-barang dan produk kefarmasian,” terang Umi.

Program “Membangun Masyarakat Sehat bersama Apoteker” itu terdiri dari berbagai kegiatan. Kegiatannnya cukup variatif. Masyarakat diberi penyuluhan tentang zat-zat tambahan yang aman pada makanan, seperti pewarna, dan pemanis buatan. Selain itu, ada juga kegiatan menanam tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan warga setempat, seperti pembuatan jamu dan masker.

“Kami juga mengajari bagaimana masyarakat menyimpan obat dengan benar. Bagi mereka yang memiliki sakit kronis, misalnya, mereka kan selalu menyetok obat-obatan di rumah. Karena obat ini kan menyimpannya tidak boleh sembarangan. Jadi, selama disimpan juga harus dijaga stabilitasnya,” imbuh Umi.

Setiap daerah memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Di Pamekasan dan Bangkalan, sivitas FF lebih spesifik tentang pengelolaan obat. “Masyarakat Madura itu unik, ya. Uniknya, ya sudah obat ditaruh di tempat-tempat yang sembarang karena juga terkendala bahasa. Sehingga, kami menganggap literasi kesehatan relatif bermasalah di sana,” tutur Umi. Kunjungan ke Pamekasan sendiri dilakukan pada Minggu (4/9) lalu.

Dari penyuluhan tersebut, masyarakat merespon dengan baik. “Sejauh ini, progresnya positif. Masyarakat sudah mengetahui caranya bikin jamu sendiri, mulai cara merebus, menyalakan api, termasuk pancinya. Minimal itu yang sudah diketahui masyarakat. Tujuannya, adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Mereka juga mengetahui cara menyimpan obat dengan benar,” tutur Umi.

Dalam menjalankan program itu, pimpinan FF UNAIR bekerja sama dengan RSUD Bangkalan, Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Ikatan Apoteker Indonesia cabang Pamekasan. (*)

(9)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

Dua Mahasiswi Jerman dan

Estonia Ikuti Pertukaran

Pelajar di Farmasi UNAIR

UNAIR NEWS – Selama satu bulan, dua mahasiswa asing, Carmen

Bohlinger asal Jerman dan Britt Lugenborg asal Estonia mengikuti Student Exchange Programme (SEP) 2016 di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Carmen mengaku senang berkesempatan mengikuti program ini, selain program magang dan studi, mahasiswi asal Freiburg tersebut juga terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia dan keindahan alamnya.

‘‘Saya merasa senang bisa ikut program ini, saya ikut meninjau berbagai penyakit yang ditangani di rumah sakit, berbagi dengan mahasiswa, dan merasakan baiknya orang Indonesia,’’ ungkap Carmen Bohlinger, mahasiswi Jerman.

Pada Jumat (23/9) lalu, diadakan pertemuan terakhir di Ruang Kuliah 2.1 FF UNAIR. Dalam acara tersebut Britt berhalangan hadir lantaran sudah meninggalkan Indonesia, sementara Carmen menikmati hari-hari terakhirnya di UNAIR.

Agenda yang dikemas dengan menarik tersebut, dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan panitia SEP 2016. Hadir pula Wakil Dekan I FF UNAIR, Dr. Riesta Primaharinastiti, S.Si., M.Si., Apt dan Dr.rer.nat. Maria Lucia Ardhani Dwi Lestari, Apt.

“Kegiatan ini diharapan berdampak positif dan memotivasi banyak mahasiswa, agar berkesempatan untuk mengikuti program

(10)

pertukaran pelajar mendatang,” terang Dr. Riesta dalam sambutanya.

“Kedua mahasiwi asing tersebut teribat dan mengamati bagaimana pelayanan selama magang baik di rumah sakit maupun di apotek,” tambah Kartika Dewi Pratiwi yang juga ketua Pantia SEP 2016. Kegiatan ini diadakan oleh FF UNAIR untuk kesekian kalinya, perserta pertukaran pelajar seringkali dari mahasiswa asal negara-negara Eropa, namun sesekali juga dari belahan dunia lain seperti Amerika, Asia maupun Timur Tengah. Kegiatan ini berjalan dengan baik melalui kerjasama dengan International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF), Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (Ismafarsi), Rumah Sakit Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Apotek Semolowaru, dan Apotek Nahdha Farma.

Carmen Bohlinger asal Jerman (kiri) dan Britt Lugenborg asal Estonia (kanan)Saat Belajar Mengenai Gambelan Di SC Kampus C UNAIR. (Foto: Istimewa)

(11)

diantaranya; magang di RSUA, RSUD Dr. Soetomo, dan Apotek Semolowaru serta Apotek Nahdha Farma; mengunjungi seluruh departemen di FF, dan mengunjungi beberapa fasilitas di UNAIR seperti perpustakaan dan LPT, serta mengikuti sejumlah kegiatan Dies Natalis; menjadi pembicara dalam talkshow “Creative Pharmasist with Global Perspective”; belajar tari dan kesenian bersama UKTK di Student Center kampus C UNAIR; dan berwisata ke sejumlah tempat di Malang dan Madura.

‘‘Program ini sudah dilaksanakan di Fakultas Farmasi selama 4-5 tahun, mahasiswa Farmasi UNAIR sudah menjadi anggota dalam International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF), yang tentu saja memudahkan untuk menarik mahasiswa asing untuk datang kesini,’’ imbuh Kartika Dewi Lestari. (*)

Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan

Obat-obatan

Palsu

Jadi

Tantangan Apoteker Baru

UNAIR NEWS – Fakultas Farmasi Universitas Airlangga kembali

meluluskan apoteker yang telah menyelesaikan pendidikan profesi. Sebanyak 214 mahasiswa yang lulus dari Program Studi Pendidikan Apoteker diambil sumpahnya dan dilantik menjadi apoteker, Rabu (14/9). Pelantikan apoteker baru ke-102 itu disaksikan oleh pimpinan serta seluruh tamu undangan yang datang di Airlangga Convention Center.

Pelantikan apoteker dihadiri oleh Dekan Fakultas Farmasi, Dr. Umi Athiyah, MS., Apt., perwakilan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) Drs. Noeffendri Roestam, Apt, perwakilan Komite Farmasi Nasional Dr. Faiq Bahfen, SH, Wakil

(12)

Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, S.Si, M.Kes, Ph.D, Rektor UNAIR periode 2006-2010 dan 2010-2015 Prof. Dr. Fasich, Apt, dan seluruh wali mahasiswa.

Mewakili apoteker yang baru dilantik, Faris Setiawan Bastomi, S.Farm, Apt, dalam sambutannya mengatakan pembelajaran dan pemantapan ilmu selama di bangku kuliah merupakan salah satu tahap untuk menjadi apoteker yang profesional. Faris lantas mengingatkan pentingnya tanggungjawab dan profesionalisme yang wajib diemban oleh para apoteker.

Selain profesionalisme, maraknya peredaran obat-obatan palsu menjadi tantangan bagi para apoteker baru. Noeffendri selaku perwakilan PP IAI mengatakan hal itu disebabkan oleh peran apoteker yang terabaikan. “Adanya vaksin dan obat-obatan yang palsu disebabkan karena peran apoteker diabaikan. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga marwah kita bersama,” ujar Noeffendri.

Senada dengan Noeffendri, Junaidi mengatakan peran apoteker dalam bidang farmasi hendaknya bisa lebih dioptimalkan. Junaidi mengingatkan agar para apoteker baru memegang teguh sumpah yang telah diucapkan.

“Ingat-ingatlah selalu kalimat pertama pada sumpah apoteker yang berisi “saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan

perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan.” Beredarnya

vaksin dan obat-obatan palsu tentu menjadi masalah besar bagi masyarakat. Itu menyebabkan rapuhnya ketahanan sebagai bangsa,” ujar alumnus Fakultas Farmasi UNAIR itu.

Acara sumpah apoteker diakhiri dengan doa dan ucapan selamat kepada apoteker. Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah yang diikuti oleh semua undangan. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

(13)

Rais Razak, Wisudawan Terbaik

S2 Farmasi, Serius Kembangkan

Ilmu Farmasi

UNAIR NEWS – Datang jauh-jauh dari Makassar demi studi

pascasarjananya, Rais Razak boleh berbangga hati dengan hasil yang didapat. Selain karena telah berhasil mendapat gelar Magister Farmasi (M.Farm) dengan nilai IPK 3,79, Rais juga menyabet predikat wisudawan terbaik dalam wisuda periode Juli 2 0 1 6 . S e l a i n h o b i d i b i d a n g f o t o g r a f i y a n g s e r i n g mengantarkannya menang kontes, ilmu farmasi juga merupakan hal menyenangkan baginya. Maka tak segan ia mengerahkan semua usahanya untuk menggeluti bidang ilmu ini.

Ketertarikannya dengan pengembangan obat di Indonesia mendorongnya untuk melakukan penelitian mengenai obat turunan

alilthiourea sebagai calon obat analgesik dalam studinya di

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR). Obat analgesik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengatasi peradangan. Dalam tesisnya, Rais memberikan judul “Sisntesis Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Analgesik Terhadap Mencit (Mus musculus) dari Beberapa Turunan N-Alil-N’-Benzoilthioure.”

“Bidang ilmu farmasi yang saya pelajari semakin memotivasi untuk terus mempelajari pengembangan obat di Indonesia, terlebih lagi untuk bisa menciptakan produk obat buatan anak bangsa,” jelas Rais.

Kesuksesan Rais dalam penelitiannya itu, tak terlepas dari pembimbing tesisnya, yang bagi Rais telah banyak menginspirasi selama ini. Beliau adalah Prof. Dr. Siswandono, Apt., MS.,

(14)

yang juga Guru Besar bidang Kimia Medisinal di FF UNAIR. Dari Prof. Siswandono, Rais merasa termotivasi dalam mengerjakan tesisnya meskipun di tengah jalan sempat berganti judul dan cukup membuatnya kewalahan.

“Kata beliau, jangan cepat menyerah selalu optimis semua ada jalannya tetap berusaha dan tawakal. Dan benar, ketika saya melakukannya dengan perasaan senang dan usaha yang gigih hasilnya memuaskan,” ujar Rais.

Bahkan demi keberhasilannya ini, Rais harus mengorbankan banyak waktu pribadinya, terlambat makan hingga harus sering begadang. Semua tentu terasa tidak sia-sia dan membuatnya puas. Ia juga bertekat untuk mengaplikasikan ilmunya selama di UNAIR ini demi kemajuan farmasi di Indonesia dan tidak akan berhenti belajar. Dukungan dari seluruh orang terkasih, yaitu keluarga dan teman adalah pemantik semangatnya dalam pencapaiannya saat ini, terlebih didukung staf pengajar di UNAIR yang sangat baik. (*)

Penulis: Okky

Editor: Nuri Hermawan

Sampaikan Tesis dalam Tiga

Menit,

Mahasiswa

Asal

Indonesia Juarai Kompetisi di

Australia

UNAIR NEWS – Belajar di negeri orang biasanya menyisakan

pengalaman berharga di benak mahasiswa yang menjalaninya. Salah satunya adalah Andi Hermansyah, M.Sc, Apt., staf

(15)

pengajar Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga yang kini menempuh program doktoral di Australia.

Bagi Andi, salah satu pengalaman menarik baginya adalah ketika mengikuti kompetisi 3MTC atau 3 Minutes Thesis Challenge pada O k t o b e r 2 0 1 5 l a l u . K o m p e t i s i 3 M T C p a d a s a a t i t u diselenggarakan di Sydney Southeast Asia Centre, Australia. Apa itu kompetisi 3MTC? Kompetisi 3MTC adalah kompetisi khusus bagi mahasiswa yang menempuh S-3 untuk menyampaikan orasi ilmiah sesuai dengan topik tesis yang telah dibuat oleh para peserta kompetisi, hanya dalam kurun waktu tiga menit. Pesertanya berasal dari berbagai negara di belahan dunia. “Pesertanya ada yang dari Vietnam, Australia dan negara lainnya. Kalau dari Indonesia ada dua,” ujar lulusan program magister Erasmus University, Rotterdam Belanda tersebut.

Andi mengungkapkan, bahwa 3MTC ini memiliki beberapa perbedaan dengan ujian tesis pada umumnya. Fokus utama dari 3MTC ini adalah penyampaian ringkasan penelitian yang menarik perhatian para khalayak luas dalam waktu singkat, selama tiga menit.

“Sedangkan ujian tesis kan ada evaluasi menyeluruh, mulai dari proses hingga hasil akhirnya,” terang Andi. “Keduanya ada benang merahnya, namun tetap tidak bisa dibandingkan. Tentu saja tiga menit tidak akan pernah cukup, tapi itu menunjukkan bagaimana kita bisa menyajikan suatu yang padat dan intens dalam waktu yang singkat,” imbuhnya.

Dalam 3MTC, Andi menyampaikan tesisnya yang bertajuk “Investigation to practice change in Australian and Indonesian

community pharmacy”. Dalam penelitiannya, ia memaparkan

perubahan praktik di industri farmasi dan pelayanan kesehatan yang terjadi di Australia dan Indonesia. Tujuannya, untuk mendapatkan wawasan dalam pengembangan praktik di apotek masyarakat Indonesia.

(16)

di kompetisi tersebut,” serunya.

Andi mengatakan, dalam proses mengikuti 3MTC, ada beberapa tantangan yang harus dihadapinya. Selain penyampaian tesis dalam waktu singkat, penggunaan bahasa inggris dalam meyampaikan tesis juga memiliki tantangan tersendiri. “Karena ini forum, jadi background-nya orang berbeda-beda, saya kan dari farmasi. Jadi kita harus mencari cara bagaimana orang dengan berbagai latarbelakang berbeda itu, bisa memahami apa yang kita sampaikan dalam Bahasa Inggris,” terang Andi. Andi berharap, kompetisi ilmiah seperti 3MTC ini dapat dipopulerkan di Indonesia. Pasalnya, negara lain seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, bahkan Malaysia sudah lazim mengadakan kompetisi layaknya 3MTC. Maka tidak menutup kemungkinan kompetisi 3MTC dapat diadakan di Indonesia.

“Karena kita tau penelitian kita banyak, tapi bagaimana menjualnya dengan kemasan yang menarik, dalam waktu singkat selama 3 menit, kan bagus. Bisa di-upload di media sosial untuk jadi pengetahuan bagi khalayak luas,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila

Editor : Defrina Sukma S.

BEM FF Gandeng Alumni Untuk

Berbagi

UNAIR NEWS – Alumni memang aset penting bagi almamater, tidak

jarang setelah sukses dalam dunia kerja, banyak alumni yang diminta kembali ke almamater untuk berbagi pengalaman dan

(17)

pengetahun. Salah satunya adalah kegiatan “Alumni Berbagi” yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi UNAIR.

Program dari kerja sama Dekanat dengan Departemen Dalam Negeri BEM FF UNAIR tersebut, mendatangkan Miky Nurhariadi, S.Farm., Apt., alumnus FF UNAIR tahun 2006. Dalam paparannya Miky menuturkan bahwa penting memiliki sikap peka terhadap masalah dalam dunia kerja. Hal ini diperlukan agar permasalahan yang ada dapat diperbaiki sesegera mungkin.

“Memang setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda. Orang yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan kerjanya, dia lah yang akan bertahan. Semakin peka terhadap masalah, semakin banyak yang dapat diperbaiki,” ungkap Miky dalam penyampaian materinya, Sabtu (28/5).

Pada acara tersebut Miki juga menjelaskan tiga elemen dari

Daily Management System (DMS). Ketiganya yakni Management

terstruktur, Kepemimpinan yang aktif, dan Management berdasarkan fakta. Selain itu, Miky juga memberikan dasar – dasar coaching yang baik saat menjadi atasan.

“Atasan yang baik adalah dapat menempatkan diri sesuai situasi. Selain itu, seorang atasan harus pemahami dengan betul setiap kata dalam UU Keteganakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan peraturan perusahaan, supaya tidak terjadi adanya perbedaan persepsi. Ini merupakan salah satu poin penting yang perlu diperhatikan oleh seorang calon pemimpin,” jelas Miky. (*)

Penulis : Alwinda Priska Y. (Mahasiswa Fakultas Farmasi) Editor : Nuri Hermawan

(18)

[Podcast] Mahasiswa UNAIR

Produksi

Pemanis

Alami

Berbahan Lidah Buaya

UNAIR NEWS – Lidah buaya adalah salah satu tanaman yang

memiliki berbagai macam khasiat, baik untuk kecantikan maupun kesehatan. Akan tetapi, masih jarang ditemukan olahan lidah buaya berupa makanan yang banyak digemari masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi Bisma Brata Atmaja (FEB 2014), Fania Andriana (FEB 2014), Indi Mumtaza (Farmasi 2014), Hady Palgunadi (FST 2014) dan Muhammad Yusuf (FEB 2015) untuk membuat sebuah terobosan baru, yakni pemanis berbahan lidah buaya yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat memulai gaya hidup sehat.

“Disini kami ingin memasyarakatkan lidah buaya dan mempermudah orang agar mengonsumsi lidah buaya. Maka hadirlah gulo ijo sebagai pemanis alami. Rasanya sama seperti gula biasa, tidak ada rasa lidah buaya tapi kita tetap mendapatkan manfaat lidah buaya,” Papar Hady.

Selama memproduksi gulo ijo, banyak hambatan yang menghadang. Salah satunya adalah ketika memanaskan saringan lidah buaya dengan suhu yang terlalu tinggi, maka saringan lidah buaya tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, tim juga harus melakukan perjalanan panjang untuk mendapatkan supplier lidah buaya dengan harga murah tapi memiliki kualitas yang baik.

Gulo ijo dipasarkan dalam kemasan 125 gram. Untuk membuatnya, lidah buaya dikupas, kemudian dicuci dan diblender. Setelah berbentuk cair, lidah buaya disaring dan airnya dipanaskan sampai menyusut hingga mencapai takaran tiga perempatnya. Selanjutnya, ditambah gula pasir dengan perbandingan 1:1. Terakhir, campuran lidah buaya dan gula dimasak dan jadilah gulo ijo.

(19)

Selain memproduksi gulo ijo, Mahasiswa yang tergabung dalam tim PKM-K ini juga mengolah aneka minuman yang berbahan dasar lidah buaya dan tentu saja menggunakan pemanis gulo ijo.

“Kami saat ini sedang bereksperimen membuat aloe vera menjadi nata de coco,” pungkas Hady. (*)

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila

Referensi

Dokumen terkait

Saskia Lydiani Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen 8.4.4 8.3.6 4.2.2 4.2.2 4.4.1 5.4.3 6.2.4 5.4.2 Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Selasa Senin Rabu

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

11 Sabtu 29-04-2017 13-125 Thaibah Pengaruh Disiplin Kerja Pegawai Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pada Kantor Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur. 1.

51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek yaitu (a) tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, (b) sarana yang digunakan

bahwa dari hatilah timbul segala keinginan baik jahat maupun baik. Bahkan seorang Teolog bernama Yohanes Calvin juga mengatakan bahwa kehidupan manusia

Hasil analisa data dengan uji stastistic Wilcoxon pada responden didapatkan nilai asymp sig = 0,000 (P < 0,05), Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh jumlah colony bee (individu) terhadap solusi terbaik dan pengujian untuk mengetahui pengaruh banyaknya

Oleh karena itu, diksi atau pilihan kata dapat disimpulkan bahwa pertama, diksi atau pilihan kata mencakupi pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk