• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA BULAN DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 5) SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA BULAN DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 5) SKRIPSI OLEH"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA 24-59 BULAN

DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 5)

SKRIPSI

OLEH

NAMA

:MEIKE RAHYUNI

NIM

:10011181520275

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

(2)

ii

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA 24-59 BULAN

DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 5)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1)

Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sriwijaya

OLEH

NAMA

:MEIKE RAHYUNI

NIM

:10011181520275

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan naskah skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Indonesiaa (Analisis Data IFLS 5)”. Shalawat beserta salam tak lupa peneliti lantunkan untuk junjungan Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, tidak lupa pula peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan naskah proposal skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan support baik moral maupun material

2. Bapak Iwan Stia Budi, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

3. Ibu Amrina Rosyada, S.K.M., M.PH. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang baik dan sangat cantik

4. Ibu Fatmalina Febry, S.KM., M.Si, Ibu Rini Mutahar, S.KM., M.KM, Ibu Ditia Fitri Arinda, S.Gz., M.PH selaku penguji yang sangat baik.

5. Para Dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

6. Temen seperjuangan dari awal kuliah Dita, Dian dan Nisak terima kasih banyak telah membuat kenangan indah selama duduk kuliah yang selalu berempat

7. Temen squad DPM kuh cek Nisa, Manda dan Adji yang rela pulang malam, tim naik trevel 10 rb, tim nunggu damri terima kasih guys untuk kenangan yang pasti selalu diingat

8. Dinkes squad Dita, Dian, Uni Eldha dan Anik. Terima kasih tim selama beberapa semester selalu nempatin tempat duduk dan selalu ngasih kabar kalo dosen sudah masuk. Tengkyu tim motivasi biar dak males skripsian.

(8)

viii

9. Anak bu Aam squad terima kasih selalu ngajak bimbingan bareng dan saling mengingatkan

10.Adek-adek DPM yang imut-imut terima kasih sudah mengenang sambel dower kuh

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan naskah proposal skripsi masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi terwujudnya naskah skripsi yang berkualitas baik dari segi analisis, data, narasi hingga penulisannya.

Akhir kata, peneliti ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Indralaya, Juni 2019

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii LEMBAR PERSETUJUAN ... iv LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.4.1 Manfaat teoritis... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.5.1 Lingkup Lokasi ... 7

1.5.2 Lingkup Waktu ... 7

1.5.3 Lingkup Materi ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Status Gizi ... 8

2.2 Stunting Pada Balita ... 9

2.3 Penilaian Status Gizi ... 10

2.3.1 Pengukuran Antropometri ... 10

2.3.2 Parameter Antropometri ... 11

2.3.3 Indeks Antropometri... 12

(10)

x

2.4 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)... 14

2.4.1 Definisi MP-ASI ... 14

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI ... 14

2.4.3 Jenis-jenis MP-ASI ... 15

2.4.4 Pola Pemberian Makanan Pada Bayi ... 16

2.4.5 Makanan Prelakteal ... 18

2.5 Faktor Risiko Stunting pada Balita... 19

2.5.1 MP-ASI Dini ... 19

2.5.2 ASI Eksklusif... 20

2.5.3 Status Imunisasi ... 21

2.5.4 Berat Badan Lahir ... 21

2.5.5 Pendidikan Ibu ... 22

2.5.6 Pekerjaan Ibu ... 23

2.5.7 Jenis Kelamin Balita... 24

2.5.8 Status Ekonomi Keluarga... 24

2.5.9 Tinggi Badan Ibu ... 26

2.5.10 Penyakit Infeksi ... 26

2.5.11 Wilayah Temapt Tinggal ... 27

2.5.12 Ketersedian Air Bersih ... 28

2.6 Kerangka Teori ... 29

2.7 Penelitian Terdahulu... 31

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL Dan HIPOTESIS ... 37

3.1 Kerangka Konsep ... 37

3.2 Definisi Operasional... 38

3.3 Hipotesis ... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ... 43

4.1 Desain Penelitian ... 43

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 43

4.2.1 Populasi Penelitian ... 43

4.2.2 Sampel Penelitian ... 44

(11)

xi

4.3.1 Jenis Data... 48

4.3.2 Cara Pengumpulan Data ... 48

4.3.3 Alat Pengumpulan Data... 48

4.4 Pengolahan Data ... 49 4.5 Analisis Data... 49 4.5.1 Analisis Univariat ... 49 4.5.2 Analisis Bivariat ... 49 4.5.3 Analisis multivariat ... 51 4.6 Penyajian Data ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

5.1 Gambaran Umum Indonesian Family Life Survey (IFLS) ... 53

5.2 Analisis Data... 54 5.2.1 Analisis Univariat ... 54 5.2.2 Analisis Bivariat ... 58 5.2.3 Analisis Multivariat ... 64 5.3 Kekuatan Uji ... 70 BAB VI PEMBAHASAN ... 73 6.1 Keterbatasan Penelitian ... 73 6.2 Pembahasan ... 74 6.2.1 Kejadian Stunting ... 74

6.2.2 Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1 Kesimpulan ... 82

7.1 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Antropometri... 12 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu... 31 Tabel 3.1 Defini Operasional ... 38 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel Minimal Berdasarkan

Penelitian Terdahulu ... 48 Tabel 4.2 Perhitungan Prevalance Ratio... 51 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Balita 24-59 Bulan... 54 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita 24-59 Bulan 55 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita 24-59 Bulan ... 55 Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Orang Tua Balita 24-59 Bulan .... 56 Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Keluarga Balita 24-59 Bulan ... 57 Tabel 5.6 Hubungan Antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 58 Tabel 5.7 Hubungan Antar Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 59 Tabel 5.8 Hubungan Antara Status Imunisasi dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 59 Tabel 5.9 Hubungan Antara Berat Badan Lahir dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 60 Tabel 5.10 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 61 Tabel 5.11 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 61 Tabel 5.12 Hubungan Antara Jenis Kelamin Balita dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 62 Tabel 5.13 Hubungan Antara Status Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 62 Tabel 5.14 Hubungan Antara Tinggi Badan ibu dengan Kejadian

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 63 Tabel 5.15 Hubungan Antara Penyakit Infeksi dengan Kejadian

(13)

xiii

Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 63

Tabel 5.16 Hubungan Antara Wilayah Tempat Tinggal dengan Kejadian Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 64

Tabel 5.17 Hubungan Antara Ketersediaan Air Bersih dengan Kejadian Stunting pada Balita 24-59 Bulan di Indonesia ... 64

Tabel 5.18 Pemodelan Awal Analisis Multivariat ... 66

Tabel 5.19 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel ASI Eksklusif ... 67

Tabel 5.20 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Pendidikan Ibu ... 67

Tabel 5.21 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Wilayah Tempat Tinggal ... 68

Tabel 5.22 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Penyakit Infeksi ... 68

Tabel 5.23 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Status Ekonomi Keluarga ... 68

Tabel 5.24 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Ketersediaan Air Bersih... 69

Tabel 5.25 Perubahan Prevalance Ratio (PR) Tanpa Variabel Jenis Kelamin Balita ... 69

Tabel 5.26 Perubahan Prevalance Ratio (PR) ... 70

Tabel 5.27 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat ... 71

(14)

14

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 30

Bagan 3.1 Kerangka konsep ... 37

Bagan 4.1 Skema Pemilihan Populasi Penelitian ... 44

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tujuan pembangunan

berkelanjutan 2030 dan biasa disebut dengan Global Goals. Seluruh tujuan SDGs adalah sebuah kesatuan sistem pembangunan yaitu integrasi pembangunan nasional. Terdapat 17 tujuan SDGs yaitu, 109 indikator utama dan 111 indikator tambahan yang diusulkan pada publikasi Sustainable Development SolutionsNetwork (SDSN) (BPS, 2014). Dari indikator SDSN tersebut terdapat 73 indikator utama dan 62 indikator tambahan yang tersedia di Indonesia. Ada 4 tujuan tentang kesehatan diantaranya tujuan untuk mengatasi gizi masyarakat dimana mengakhiri kelaparan, mencapai ketahan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. SDGs dalam menangani gizi masyarakat menetapkan delapan target, salah satu target yang akan dilakukan ialah mengakhiri segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 dan mencapai target internasional tahun 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita serta mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusi, serta lansia (RAKORPOP Kemenkes RI, 2015).

Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah keadaan gizi kurang yang terjadi pada anak. Status gizi buruk pada bayi dan anak dapat menimbulkan terhambatnya pertumbuhan fisik mental maupun kemampuan berfikir pada anak sehingga berdampak pada menurunnya produktivitas kerja dan kualitas sumber daya manusia. Keadaan gizi kurang merupakan keadaan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu lama (Purwandini, 2013). Kekurangan gizi juga dapat diartikan sebagai suatu proses kekurangan asupan makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi. Dampak dari kekurangan gizi kronis yaitu anak tidak dapat

(16)

2

Universitas Sriwijaya

mencapai pertumbuhan yang optimal. Keadaan ini jika berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan kejadian stunting pada anak (Kartikawati, 2012).

Stunting merupakan suatu keadaan yang menggambarkan riwayat

kekurangan gizi yang disertai dengan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting akan tampak pada saat bayi berusia 2 tahun (Millennium Challenga Account Indonesia, 2014).

Pada tahun 2011 terdapat 165 juta atau sebesar 26% balita dengan status gizi stunting di seluruh dunia. Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan merupakan daerah terbanyak di dunia dengan anak yang status gizi stunting, sebesar 405 balita stunting di Sub-Sahara Afrika dan sebesar 39% balita stunting di Asia Selatan. Negara – Negara lain yang juga memiliki status gizi stunting tinggi yaitu India sebanyak 61,7 juta balita, Nigeria sebanyak 11 juta balita, Pakistan sebanyak 9,6 juta balita dan Cina 8 juta balita. Keadaan gizi kurang merupakan permasalahn kesehatan masyarakat yang sangat penting (Unicef, 2013).

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013 Prevalensi stunting di Indonesia cukup tinggi yaitu 37,2% yang terdiri dari 18% anak sangat pendek dan 19,2% anak pendek. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain di Asia Tenggara, seperti di Negara Myanmar dengan prevalensi stunting sebesar 35%, Negara Vietnam prevalensi stunting sebesar 23% dan di Negara Thailand sebesar 16% dimana Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting (UNSD,2014).

Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting,wasting dan overweight pada balita. Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan studi potong lintang dengan sampel dari rumah tangga yang mempunyai balita di Indonesia. Menurut PSG 2015, sebesar 29% balita di Indonesia termasuk kategori pendek, dengan persentase tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat.

Survey kesehatan nasional 2008 menunjukkan sebanyak 37% balita memiliki tinggi badan dibawah standar alias stunting (Depkes RI, 2007). Tidak

(17)

3

Universitas Sriwijaya

hanya di Indonesia, penelitian yang dilakukan UNICEF menunjukkan hampir sepertiga anak-anak dibawah usia lima tahun di Negara-negara berkembang memiliki tubuh pendek. India menduduki tempat tertinggi untuk balita pendek dengan jumlah mencapai 61 juta anak, artinya 3 dari 10 anak pendek di dunia berasal dari India (Zetlin,2000).

Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang (Nadyah dan Drajat, 2016).

Bayi berusia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai nutrisi utama. Setelah 6 bulan, bayi baru dapat diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI diberikan atau mulai di perkenalkan pada bayi ketika umur balita diatas 6 bulan (Depkes, 2009). Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makan baru pada anak, MP-ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi yang tidak dipenuhi oleh ASI saja, serta dapat membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan dan minuman (Kemenkes, 2017). WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan pengenalan MP-ASI akan tetapi ASI tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun (WHO, 2014).

Balita dikatakan MP-ASI dini apabila balita tersebut diberikan makanan atau minuman selain ASI sebelum balita berusia 6 bulan. Menurut Riskesdas (2010) proporsi pemberian MP-ASI dini di Indonesia dapat dilihat berdasarkan ASI Parsial dan ASI predominan. Persentase pemberian ASI parsial sebesar 83,2%. Sedangkan persentase pemberian ASI predominan sebesar 1,5%.

Menurut penelitian Teshome anak yang diberi MP-ASI dini berisiko untuk mengalami kejadian stunting. Berdasarkan penelitian Rahayu (2011) menyatakan bahwa pemberian MP-ASI dini dapat meningkatkan risiko stunting karena saluran pencernaan bayi belum sempurna sehingga lebih muda terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Farah (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur

(18)

4

Universitas Sriwijaya

pertama pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak balita (p-value = < 0,05). Selain itu penelitian yang dilakukan Dwi (2016) bahwa waktu pemberian MP-ASI pertama kali memilki pengaruh 2,8 kali lebih besar untuk mengalami stunting. Penelitian ini juga sesuai dengan departemen kesehatan (Depkes) yang menyatakan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan bayi antara lain disebabkan oleh kekurangan gizi sejak bayi, pemberian MP-ASI dini. Penelitian yang dilakukan oleh Wanda dkk (2014) proporsi anak stunting juga lebih tinggi terjadi pada anak yang diberikan MP-ASI dini dan memiliko pengaruh 6,54 lebih besar dibandingkan dengan anak yang diberikan MP-ASI dengan waktu yang tepat (p-value = 0,0001;955 CI = 2,84-15,06).

Penelitian Zaenal Arifin (2012), menyatakan bahwa faktor resiko kejadian stunting pada balita 6 sampai 59 bulan adalah berat badan saat lahir, asupan gizi balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, ibu bekerja, pendapatan keluarga dan jarak kehamilan. Penelitian lain oleh Picauly (2013) menyebutkan bahwa faktor resiko kejadian stunting yakni pendapatan keluarga, ibu bekerja, pengetahuan gizi dan pola asuh ibu, memilki riwayat infeksi penyakit, tidak memiliki riwayat imunisasi lengkap, dan asupan protein rendah. Ahmad et al (2010) menyatakan stunting lebih banyak di temukan pada anak yang memilki asupan gizi yang kurang baik dari makanan dan ASI, dimana ASI sebagai anti infeksi sehingga dapat meningkatkan resiko stunting.

Indonesia Family Life Survey (IFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) adalah survei longitudinal rumah tangga yang paling komprehensif yang pernah dilakukan di Indonesia. IFLS adalah survei yang bertujuan untuk memberikan gambaran keadaan sosial-ekonomi dan kesehatan rumah tangga di Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan. Data IFLS diperoleh melalui survei yang dilakukan atas kerjasama dengan RAND Corp dan Center for Population and policy Studies (CEPS) UGM. Survey ini adalah sebuah studi panel rumah tangga, individu dan survey masyarakat terintegrasi yang berlansung selama lima gelombang, yaitu sejak tahun 1993, 1997, 2000, 2007 dan 2014 di 13 provinsi di Indonesia ( seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara).

(19)

5

Universitas Sriwijaya

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia (Analisis Data IFLS 5). Mengingat pemberian MP-ASI dini dapat membuat balita mengalami status gizi stunting, sehingga melalui penelitian ini dapat diketahui hubungan yang tepat, serta pengendalian dan penanganan yang sesuai.

1.2 Rumusan Masalah

Pembangunan kesehatan periode tahun 2015-2019 difokuskan pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu priopritas pembangunan nasional yang tercantum dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan Menengah Tahun 2015-2019. Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak balita adalah menjadi 28% (RPJMN, 2015-2019). Data riskesdas 2018 proporsi pemberian MP-ASI dini sebesar 12,6%. Menurut WHO pemberian MP-ASI harus dilaksanakan pada saat bayi umur 6 bulan. Pemberian MP-ASI dini dapat meningkatkan risiko stunting karena saluran pencernaan bayi belum sempurna sehingga lebih muda terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti merumuskan suatu permasalahan yaitu “Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia (Analisis Data IFLS 5)”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Menganalisis Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia (Analisis Data IFLS 5).

1.3.2Tujuan Khusus

A. Mendeskripsikan distribusi frekuensi responden meliputi kejadian stunting, pemberian MP-ASI dini, pemberian ASI ekslusif, status imunisasi, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin

(20)

6

Universitas Sriwijaya

balita, penyakit infeksi, status ekonomi keluarga, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal dan ketersediaan air bersih.

B. Menganalisis hubungan Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia.

C. Menganalisis hubungan pemberian ASI ekslusif, status imunisasi, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin balita, penyakit infeksi, status ekonomi keluarga, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal dan ketersediaan air bersih dengan kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia.

D. Menganalisis hubungan Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel pemberian ASI ekslusif, status imunisasi, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin balita, penyakit infeksi, status ekonomi keluarga, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal dan ketersediaan air bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian tentang kesehatan masyarakat terutama mengenai Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-59 Bulan.

1.4.2Manfaat Praktis

A. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pengambilan suatu kebijakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian kejadian stunting di Indonesia oleh institusi kesehatan maupun pemerintahan terkait lainnya.

B. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi seluruh civitas akademik Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Terutama dalam menanggapi pemberian MP-ASI dini dengan kejadian stunting pada balita 24-59 bulan di Indonesia.

(21)

7

Universitas Sriwijaya

C. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh pemberian MP-ASI dini dengan kejadian stunting pada balita 24-59 bulan di Indonesia dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan tentang kesehatan masyarakat yang telah dipelajari selama perkuliahan serta untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilakukan di 13 provinsi dari 26 provinsi yang berada di Indonesia pada tahun 1993, yaitu Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jakarta Timur, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Lampung, beserta daerah (provinsi) pemekarannya.

1.5.2Lingkup Waktu

Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS 5). Periode pengambilan data IFLS 5 dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Agustus 2015. Adapun pengolahan data sekunder dilakukan pada bulan Maret-April 2019.

1.5.3Lingkup Materi

Variabel independen dalam penelitian ini adalah MP-ASI dini dan variabel dependen adalah stunting, sedangkan variabel confounding dalam penelitian ini adalah pemberian ASI ekslusif, status imunisasi, berat bayi lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin balita, penyakit infeksi, status ekonomi, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal dan ketersediaan air bersih

(22)

8

Universitas Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2010. Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Almatsier, S. 2009, Prinsip Dasar Ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arifin, dan Handayana. 2012. Analisis Sebaran Dan Faktor Risiko Stunting Pada Balita Di Kabupaten Purwakarta. Vol.2 No.3.

Auliya, C et.al. 2015. Profil Status Gizi Balita Ditinjau Dari Topografi Wilayah Tempat Tinggal (Studi Di Wilayah Pantai Dan Wilayah Punggung Bukit Kabupaten Jepara). Unnes Jurna of Public Health. Vol.4, No.2.

Berg dan Muscat. 1985. Faktor Gizi (di diterjemahkan oleh Achmad Djaeni). Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

BPS. 2014, Kajian Indicator Sustainable Development Goals (SDGS). Jakarta: BPS

Bunga, Adisty. 2016, Asuhan Gizi : Nutritional Care Prosess. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dangour AD, Hill HL, Ismail SJ. 2002. Height, Weight And Haemoglobin Status Of 6 To 59 Month Old Kazah Children Living In Kyzl-Oeda Region, Kazakhtan. Europe Journal Clinical Nutrition. Vol 56.

Danim, Sudarwan. 2003. RISET KEPERAWATAN:SEJARAH DAN

METODELOGI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal. Jakarta.

(23)

9

Universitas Sriwijaya Departemen Kesehatan RI. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI

Eksklusif bagi Petugas Puskesmas. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan Makanan Pendampin ASI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007, Survey Kesehatan Nasional 2008. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2009, Pola Makan Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI). Jakarta.

Devi, Nirmala. 2010, Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Diana, F. 2006. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Batita Di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1 No.1

Dwi, P et.al. 2016. Waktu Pemberian MP-ASI Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan Di Kecamatan Sedayu. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Vol.4, No.2.

Eko, P Karyuni dan Ester Monica. 2008, Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.

Farah, O et.al. 2015, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stinting Pada Anak Balita Diwilayah Pedesaan Dan Perkotaan. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol.3, No.1.

Fitrah dan Lutfiyah. 2017, Metode Penelitian: Peneltian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Friska, Meilyasari dan Muflihah Isnawati. 2014. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Journal of Nutrition College. Vol.3. No.2.

Gibson, R.S. 2005, Principles of Nutriotional Assesment 2th ed. New York: Oford

(24)

10

Universitas Sriwijaya Hanum, F dan Heryanto Y. 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Tinggi Badan Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi Dan Pangan. Vol.9, hal 1-6

Hairudin, Angkat. 2018, Penyakit Infeksi Dan Praktek Pemberian Mp-Asi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Simpang Kiri Kota Sabulussalam. Jurnal Dunia Gizi. Vol.1, No.1.

Hayyudini, D dan Dharmawan, Y. 2017. Hubungan Karakteristik Ibu, Pola Asuh dan Pemberian Imunisasi Dasar Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal). Vol.5 No.4, hal 788-800.

Hendra A, Miko A dan Hadi A. 2013. Kajian Stunting pada Anak Balita ditinjau dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi, dan Karakteristik Keluarga di Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes. Vol.6. No. 2, hal 169-184.

Hendra, Agus Al Rahmad. 2018. Pemberian ASI dan MP-ASI Terhadap Pertumbuhan Bayi 6-24 Bulan.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol 17. No.1 Hunt, J.M. 2001. “Investing in Children: Child Protection and Economic

Growth”. Asian Development Bank.

Kartikawati, 2012. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunted Growth Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Jember.

Kementerian Kesehatan RI. 2010, Keputusan Menteri Kesehatan Republic

Indonesia No: 1995/ Menkes/SK/XII/2010. Kementerian Kesehatan RI,

Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010, Pusat Data Dan Informasi ASI. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2015, Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

(25)

11

Universitas Sriwijaya Kementerian Kesehatan RI. 2015, Pemantauan Status Gizi (PSG). Kementerian

Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2016, Pusat Data Dan Informasi Situasi Balita Pendek. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2017, Pusat Data Dan Informasi Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Data dan Informasi Profik Kesehatan Indonesia tahun 2016. Kementerian Kesehatan RI, Pusdatin Kemenkes RI. Khanna. S et al. 2007. Fetal Origin of Adult Disease. JK Vo.6. No.4

Kusharisupeni. 2002, Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting Pada Bayi: Sebuah Studi Prospektif. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol.23, No. 3.

Kusuma, K dan Nuryanto. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur) (Doctoral Dissertation, Diponegoro University).

Lemeshow, S., Hosmer, D. dan Lwangsa, S.K. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Lesiapeto, et al. 2010. Risk Factos of Poor Antrophometric Status in Children Under Five Years of Age Living in Rural Districts of The Eastern Cape and Kwazulu Provinces, South Africa. Afr Journal Clin Nutr. Vol. 23 No. 4, hal 202-207.

Lestari, w., Margawati, A. 2014. Faktor risiko stunting pada anak umur 6-24 bulan di kecamatan penanggalan kota subussalam provinsi aceh. Jurnal gizi indonesia. vol.3 No.1, hal 37-45.

Lita Dwi Astari dan Amini Nasoetion. 2006. Hubungan Konsumsi ASI dan MP-ASI Serta Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan di Kabupaten Bogor. Jurnal Medika Gizi dan Keluarga. Vol.30 No.1, hal 15-23.

(26)

12

Universitas Sriwijaya Masithah, T., Soekiman, dan Martianto. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan dan Kesehatan dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Mulya Harja. Jurnal Media Gizi dan Keluarga. Vol.29 No. 2, hal 29-39.

Mardani, R dan Suwanwaiphatthana. 2015. Faktor Prediksi yang Mempengaruhi Stunting pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun. KEMAS Jurnal. Vol.11 No.1, hal 1-7.

Maria A dan Rini Wijaya. 2000. DASAR-DASAR RISET KEPERAWATAN. Jakarta: Buku Kedoteran EGC.

Maxwell, Stephanie. 2011. Module 5: Cause of Malnutrition.

Medhin, Girmar et al. 2010. Prevalence and Predictors of Under Nutrition Among Infants Aged Six and Twelve Months in Butiajira, Ethiopia. The P-MaMie Birth Cohort. BMC Public Health. Vol.10 No.10.

Millenium challenge account-indonesia. 2014, stunting dan masa depan indonesia.

Dari:

http://mca-indonesia.go.id/wp-content/uploads/2015/01/Backgrounder-Stunting-ID.pdf.[22 Desember 2018].

Mityani, Wiwi dan Sartika. 2010, Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media. Nadiyah, N dan Martianto. 2014. Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia 0-23 Bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi Dan Pangan. Vol.9 No.2

Narendra, M et al. 2002. Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta: Sagung Seto. Notoadmodjo, soekidjo. 2012, Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka

Cipta.

Nova, Maria dan Olivia Afriyanti. 2018. Hubungan Berat Badan, ASI Eksklusif, MP-ASI Dan Asupan Energi dengan stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Perintis. Vol.5. No.1.

Nursalam. 2008. KONSEP DAN PENERAPAN METODOLOGI PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

(27)

13

Universitas Sriwijaya Nur Hadibah Hanum. 2019. Hubungan Tinggi Badan Ibu, Berat Badan Lahir, ASI Eksklusif, MP-ASI Kejadian Stunting 24-59 Bulan. Jurnal Amerta Nutrition. Vol.3 No.2.

Oktarina, Z dan Sudiarti, T. 2013. Risk Factor of Stunting Among Toddlers (24-59) at Sumatera. Nutrition and Food Journal. Vol.8 No.3, hal 175-180 Permata, Y. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Alita Dan Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor Maret 2008. Skripsi. Jakarta: FK UI.

Proverawati, Atikah dan Erma Kusumawati. 2011, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwandini, K. 2013. Pengaruh Pemberian Mikronutrient Sprinkle Terhadap Perkembangan Motorik Anak Stunting Usia 12-36 Bulan. Journal of Nutrition College. Vol 2, No.1 hal 147-163.

Rahayu, A dan Rahman, F. 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Kesmas: National Public Health Journal. Vol.10 No. 2, hal 67-73.

Ramli, et al. 2009. Prevalence and Risk Factors for Stunting and Severe Stunting Among Under Fie in Nourth Maluku Province Of Indonesia. BMC Pediatrics. Vol.9. No.64

Rebhan et al. 2009. Breastfeeding Duration And Excluslvty Assoclated With Infants Helath And Growth: Data From A Prospective Cohort Study In Bavaria, Germany. Acta Paedltr.

Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Riset kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

(28)

14

Universitas Sriwijaya Samba, R. 2008. Effect of Parental Formal Education on Risk of Child Stunting in Indonesia and Bangladesh: A Cross Sectional Study. The lancet article, 371: 322-328.

Senbanjo, I. 2011. Prevalence of and Risk Factors for Stunting Among School Children and Adolescents in Abeokuta, South West Nigeria. Journal Health Popul Nutr. Vol.29 N0.4, hal 364-370.

Soetjiningsih. 2008, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Strauss, J., Witoelar, F., & Sikoki, B. (2016). The Fifth Wave Of The Indonesia

Family Life Survey: Overview And Field Report.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : IPB PAU Pangan dan Gizi. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi.Jakarta: Bumi Aksara. Supriasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supriyanto, Y., Paramashanti, B.A., & Astiti, D. 2017. Berat Badan Lahir Rendah Berhubungan Dengan Kejadian Stuntingpada Anak Usia 6-23 Bulan. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal Of Nutrition And Dietetics). Vol.5 No.1, hal 23-30.

Suryabrata, S. 2013, Metode Penelitian. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Survey Meter. Survai Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI)

1993-2007 dari

http://surveymeter.org/read/66/survei-aspek-kehidupan-rumah-tangga- indonesia-sakerti-1993-2007[12 Februari 2019].

Taguri, A et al. 2008. Risk Factor for Stunting Among Under Five In Libya. Public Health Nutrition. Vol.2 No.8, hal 1141-1149.

Teshome, B et.al. 2009, Magnitude and Determinants of Stunting in Children Under Five Years of Age in Food Surplus of Ethopia: The Case of West Gojam Zone. Jurnal Ethiopian Health and Nutrition Research Institute. Vol.23, No.2.

Thapar, N et al. 2013. Diarrhoea in Children: An Interfave Between Developing and Developed countries. Lancet No. 363, hal 641-653.

(29)

15

Universitas Sriwijaya UNICEF. 2009. TRACKING Progress on Child and Maternal Nutrition a Survival

and Development Priority. New York. USA diakses melalui

www.unicef.org/publications.[21 Februari 2019]

UNICEF. 2013, key factand figures on nutrition. Hal 1-4. Dari: http://www.Who.int/pmnch/media/news/2013/20120416_unicef_factsheet.p df.[2 Januari 2019].

USAID. 2010, Nutrition Assessment For 2010 New Project Design. Dari www.indonesia.usaid.gov.[5 Januari 2019]

UNSCN. 2008. 6th Report on The Word Nutrition Situation, Progress in Nutrition.

Vargas, M et al. 2009. Prevalance of Diarrheagenic Escherichia Coli Strains Detected by PCR in Patients With Treveler’s Diarrhae. Clin. Microblol. Infect. Vol 4, hal 682-688.

WHO. 2014, Feeding And Nutrition of Infants and Young Children. WHO Regional Publications, European Series, No. 87.p.17.

Yimer, G. 2000. Malnutrition Among Children In Soutbern Ethiopia; Levels And Risk Factor. Ethiop Journal Health. Vol 14, No. 3 hal 283-292.

Zetlin, M. 2000, Balita Di Negara-Negara Berkembang. Vol.3, No.1.

Zeve, Eyod dan Diane Mcntyre. 2003. In Equities in Under Five Child Malnutrition in South Africa. International Journal for Equity in Helath. Vol.2 No.7.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai signifikansi antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita menggunakan uji chi square menunjukkan nilai p = 0,034 dengan nilai OR =

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Dan balita yang mengalami stunting sebanyak 20 orang (20,4%), mayoritas praktek pemberian MP- ASI yang diberikan pada balita sesuai usia sebanyak 72 oraang (73,5%), jenis MP-ASI

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI pada usia yang tidak sesuai pada anak yang tidak diberikan ASI lagi mempunyai risiko 1,6 kali lebih besar untuk mengalami

Berdasarkan hasil analisa data didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI eksklusi dengan kejadian stunting pada balita usia

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan pemberian ASI eksklusif, pengetahuan ibu, asupan makan energi dan protein dengan kejadian stunting pada anak balita 12-59

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah BBLR dengan Kejadian Stunting pada Balita 24-59 Bulan Setelah dilakukan analisis bivariat antara berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Desa Tista Wilayah Kerja Puskesmas Abang I