• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi Dan Biomedis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi Dan Biomedis"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN KEAMANAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOMEDIS Jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Candida albicans. Jamur ini masuk ke dalam kelompok risiko dua. Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai risiko sedang pada individu dan risiko rendah pada masyarakat. Kelompok mikroorganisme patogen ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan ternak, namun pada umunya tidak menimbulkan bahaya yang serius pada petugas laboratorium, masyarakat, ternak, atau lingkungan. Infeksi yang terjadi di laboratorium umumnya dapat dicegah dan diobati serta risiko penyebarannya terbatas. Laboratorium yang digunakan adalah laboratorium tingkat keamanan biologis 2.

I. PEDOMAN KEAMANAN LABORATORIUM

A. PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR 1. Cara Mencegah Penyebaran Bahan Infeksi

a. Lingkaran sengkelit harus penuh dan panjang tangkai maksimum 6 cm;

b. Menggunakan alat insinerasi mikro untuk membakar sengkelit, untuk mencegah timbulnya percikan bahan infeksi jika membakar sengkelit di atas pembakar bunsen;

c. Tidak melakukan tes katalae di atas gelas obyek, tetapi menggunakan tabung atau gelas obyek yang memakai penutup. Cara lain, sentuh permukaan koloni mikroorganisme dengan tabung kapiler hematokrit yang berisi hidrogen peroksida;

d. Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor;

e. Dekontaminasi permukaan kerja dengan disinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.

2. Cara Untuk Mencegah Tertelan dan Terkenanya Kulit Serta Mata Oleh Bahan Infeksi

a. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun/disinfektan. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja;

b. Jangan makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan makanan/minuman dalam laboratorium;

c. Jangna membubuhkan kosmetik dalam laboratorium;

d. Gunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko percikan bahan infeksi saat bekerja.

(2)

a. Bekerja dengan hati-hati;

b. Menggunakan jarum suntik sejarang mungkin;

c. Gunakan semprit dengan kanula tumpul sebagai pengganti; d. Pilih pipet pasteur yang terbuat dari plastik.

4. Cara Menggunakan Pipet dan Alat Bantu Pipet

a. Hindarkan memipet dengan mulut, sebaiknya selalu gunakan alat bantu pipet; b. Masukkan sumbat kapas ke dalam mulut pipet untuk mengurangi kontaminasi

terhadap pipet;

c. Jangan meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet;

d. Jangan keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa;

e. Sediakan kapas yang dibasahi disinfektan pada meja kerja untuk membersihkan meja jika terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari pipet. Kapas di-autoklaf setelah selesai digunakan;

f. Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes terakhir; g. Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan. Biarkan selama

18-24 jam sebelum disterilisasi;

h. Disamping kabinet keamanan biologis harus disediakan wadah untuk membuang pipet;

i. Jangan gunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk memipet. Gunakan alat khusus untuk membuka botol dengan penutup karet.

5. Cara Menggunakan Lemari Pendingin dan Lemari Pembeku

a. Lemari pendingin, lemari pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry-ice) harus dibersihkan dan esnya dicairkan (defrost) secara teratur;

b. Buang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah selama disimpan. Gunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat bekerja. Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan pembeku harus didisinfeksi dengan disinfektan yang tidak kororosif;

c. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama bahan, tanggal disimpan dan nama orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus di-autoklaf;

d. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin. B. PENGELOLAAN SPESIMEN

1. Penerimaan Spesimen di Laboratorium

a. Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam area laboratorium;

b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen;

(3)

c. Wadah harus dapat didisinfeksi atau di-autoklaf; d. Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor; e. Wadah diberi label tentang identitas spesimen;

f. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau di-autoklaf ulang;

g. Baki harus didisinfeksi/di-autoklaf secara teratur setiap hari; h. Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri. 2. Petugas Penerima Spesimen

a. Semua petugas pemeriksa spesimen harus mengenakan jas laboratorium; b. Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati; c. Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan setiap hari; d. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label;

e. Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja;

f. Cuci tangan dengan sabun/disinfektam setiap selesai bekerja dengan spesimen; g. Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh apapun pada meja dimana

spesimen tersimpan.

3. Petugas Pembawa Spesimen dalam Laboratorium

a. Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat membawa spesimen;

b. Membawa spesimen di atas baki;

c. Mencuci tangan dengan disinfektan sesering mngkin sebelum makan. Gunakan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari spesimen;

d. Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa spesimen di-autoklaf;

e. Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka pada saat bekerja.

C. STERILISASI YANG DIGUNAKAN 1. Alkohol

a. Alkohol merusak struktur lipid dengan cara penetrasi ke dalam daerah hidrokarbon dan denaturasi protein sel. Alkohol rantai pendek menyebabkan kerusakan membran yang lebih besar daripada alkohol rantai panjang. Yang umum digunakan adalah etanol dan isopropanol;

b. Aktif terhadap bakteri (kecuali bentuk spora), jamur dan virus berselubung; c. Alkohol yang digunakan adalah alkohol 70%.

2. Sterilisasi Cara Basah

a. Dilakukan dengan uap panas pada tekanan tertentu misalnya pada autoklaf, atau dengan cara mendidihkan. Sterilisasi dengan autoklaf paling efisien karena suhu yang dicapai melebihi titik didih air yaitu 121oC dan lama sterilisasi pada

(4)

umumnya adalah 20 menit. Lama sterilisasi dihitung mulai dari saat suhu mencapai 121oC. Untuk bahan seperti kain kasa dan kapas, lama sterilisasi 30

menit;

b. Jika dididihkan dengan air, lama sterilisasi adalah 15 menit (setelah air mendidih). Jika dikukus (uap air), lama sterilisasi adalah 30 menit. Kedua cara ini dapat membunuh spora;

c. Sterilisasi cairan atau setengah padat yang mudah rusak oleh panas, dapat dilakukan dengan cara Tyndalisasi yaitu pemanasan basah pada suhu 80oC

selama 30 menit yang dilakukan selama 30 hari berturut-turut. 3. Limbah Infeksi

Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara didisinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi. Insinerasi adalah metode yang berguna untuk membuang limbah laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah di-autoklaf. Caranya dengan membakar limbah tersebut dalam insinerasi (insinerator).

D. KETENTUAN PETUGAS PENUNJANG 1. Petugas/Teknisi Alat Laboratorium

Semua teknisi yang sedang memperbaiki (servis) alat laboratorium diharuskan mencuci tangan sebelum pulang, dilarang menyentuh alat lain di laboratorium dan jika perlu, memakai pakaian pelindung yang tersedia di laboratorium.

2. Petugas Kebersihan

a. Hanya ditugaskan membersihkan lantai. Dilarang menyentuh atau membersihkan meja kerja dan alat laboratorium yang lain;

b. Harus mengumpulkan secara terpisah sampah gelas/kaca dari sampah kertas dan sampah bahan habis pakai seperti tabung Eppendrof, tip pipet dan lain-lain. Gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan karet yang tebal saat bertugas;

c. Dilarang masuk ke dalam ruang laboratorium radioaktif. 3. Pengunjung

Tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang laboratorium tanpa izin petugas keamanan kerja laboratorium.

E. SISTEM VENTILASI

1. Ventilasi laboratorium harus cukup;

2. Jendela laboratorium yang dapat dibuka harus dilengkapi kawat anti nyamuk/lalat;

(5)

II. LABORATORIUM TINGKAT KEAMANAN BIOLOGIS 1 DAN 2 A. PERALATAN KEAMANAN KERJA LABORATORIUM

Peralatan keamanan laboratorium adalah: 1. Alat bantu pipet;

2. Autoklaf (khusus untuk laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan kuman);

3. Botol dengan tutup berulir; 4. Kabinet keamanan biologis; 5. Lemari asam.

B. CARA KERJA KHUSUS

1. Petugas laboratorium terlatih yang memiliki keahlian khusus untuk menangani mikroorganisme patogen;

2. Pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis bila menghasilkan aerosol;

3. Pintu laboratorium harus selalu dalam keadaan tertutup;

Referensi

Dokumen terkait

Fakta yang ada yaitu pelayanan angkutan intermoda yang sudah tersedia di bandara Adisutjipto belum dimanfaatkan secara efektif oleh penumpang angkutan udara.Sebagian besar

Pada tahap ini, untuk menghomogenisasi larutan tidak digunakan metode vortex karena jika microtube diguncang terlalu kuat, maka DNA kromosomal yang sudah berada

Senyawa mayor hasil biotransformasi minyak atsiri dari kulit jeruk Pontianak dengan menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dalam media air kelapa merupakan

Dalam Pemanggilan fungsi secara nilai maka data yang dikirimkan lewat argumen akan diterima oleh parameter dalam fungsi. Data yang diterima oleh parameter adalah berupa nilai

Tail Link adalah transmisi antara SDCC (Shortest Distance Charge Center) dan NTP (Node Termination Point), dimana besarnya biaya pembangunan Tail Link tergantung pada panjang

Bila dilihat dari beberapa bentuk kelompok sosial, PMIPTI dapat di kategorikan dalam beberapa bentuk kelompok sosial tersebut. Antara lain, kelompok primer yakni

Dalam rangka pemanfaatan protease termofilik yang hidup di sumber air panas Cangar Batu Malang dilakukan suatu penelitian tahap awal yang bertujuan untuk : isolasi mikroorganisme

Pendidikan jasmani diarahkan pada tujuan secara keseluruhan (multilateral) seperti halnya tujuan pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari