• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah tayamum.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah tayamum.pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. latar Belakang Masalah b. Rumusan Masalah c. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Tayamum

b. Rukun dan Syarat Tayamum c. Sebab - Sebab tayamum

d. Hal hal Yang Membatalkan Tayamum e. Sunah-Sunah Tayamum

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara untuk kita bersuci dari hadast kecil maupun hadast besar adalah dengan berwudhu. Namun adakalanya ada yang membuat kita untuk tidak menggunakan air untuk berwudhu. Cara lain agar dapat bersuci yaitu dengan kita bertayamum.

Sering kali kita mendengar kata tayamum namun belum tentu kita

memahami bagaimana tata cara yang sesuai dengan syariat islam. Maka dari itu setiap orang muslim harus mengetahui tata caranya, sehingga bersuci yang kita lakukan sah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Tayamum?

2. Apa Rukun dan syarat Tayamum ? 3. Apa Sebab – Sebab Tayamum ?

4. Apa Hal – Hal yang membatalkan Tayamum ? 5. Apa Sunah –Sunah Tayamum ?

C. Tujuan Masalah

Untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat untuk semuanya

.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAYAMUM

Kata Tayamum menurut bahasa berarti menyengaja. Sedangkan menurut termonologi berarti menycngajakan diri menyentuh debu yang suci untuk mengusap wajah kedua tangan.

Dalil dari Al-Qur'an si (QS. An — Nisa' (4):43).

Yang Artinya : Dan .iika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan kemudian kamu tidak inendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tangan mu sesungguhnya Allah Maha Pema'af Lagi Maha Pengampun. (QS. An — Nisa' (4):-43) ‘

B. RUKUN DAN SYARAT TAYAMUM

RUKUN – RUKUN TAYAMUM

1. Niat Ini menurut Malikiyah dan Asy-Syafi'yah. Adapun menurut Hanafiyah

dan Hanabilah, niat adalah syarat, sebagaimana yang telah disebutkan. Dalil tentang niat adalah hadits dari Umar bin AI-Khathab Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulutlah Alaihi wa Sallam bersabda : "Sesungguhnya setiap amalan ada niatnya, dan orang bergantung kepada apa yang diniatkannya." (HR. AI-Jamaah)

Yaitu berniat agar bisa melaksanakan shalat, atau berniat akan melaksanakan sesuatu yang rnengharuskan seseorang bersuci. Jika berniat untuk

menghilangkan hadats, maka tidak sah, karena tayamum tidak bisa menghilangkan hadats, namun agar kita bisa melaksanakan shalat.2

(4)

Apabila Tayamumnya untuk melaksanakan shalat nafilah (sunnah), atau untuk menyentuh Al-Qur'an, atau yang Iainnya, maka ia tidak boleh mcmakai

tayarrturnnya tersebut untuk shalat wajib, karena tayamum yang tadi di sebutkan adalah lemah, dan lemah tidak bisa menanggung yang lebih kuat. Akan tetapi yang lebih kuat bias menanggung yang lemah. Namun jika seseorang bertayamum untuk shalat wajib, maka dengan tayamum yang sama ia bisa melaksanakan shalat sunnah, atau menyentuh Al ¬ Qur‘an, namun tayamumnya tersebut tidak bisa digunakan untuk shalat wajib yang lain, karena satu tayamum hanya untuk satu kali shalat wajib.

Kecuali Hanafiyah, mereka berpendapat : boleh shalat apa saja apakah itu yang wajib sunnah dengan satu kali tayamum. Karena hukum tayamum sama dengan whudu, dan menggantikan posisi air. Karena Nabi juga menamakan tayamum dengan whudu.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, sesungguhnya Nabi Shalfallahu Alaihi wa sallam bersabda: "Sha‘ id (tanah) itu alat bersuci bagi orang muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. maka apabila ia mendapatkan air, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan

basuhkanlah air itu ke kulit badannya." (HR. Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Ibnu Al-Qathan)3

2. Sha‘id (tanah berdebu) yang suci. Yaitu yang tidak terkena najis. Apabila terkena najis, maka tidak sah digunakan untuk tayamum walaupun najis

bekasnya sudah hilang. Sha‘id adalah setiap apapun yang sejenis dengan tanah, selain tambang seperti besi, kaca, ter yang terkenal dengan sebutan aspal. Sebagaimana firman Allah SWT : "Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)." (Al-Maa'idah: 6)

Dan para ahli bahasa telah sepakat, bahwa sha'id adalah permukaan bumi, baik tanah maupun yang lainnya. Sesuai hadits Abu Umamah Radhiyallahu Anhu yang telah disebutkan sebelumnya, dimana disebutkan, "Dan bumi dijadikan

(5)

untukku dan umatk sebagai masjid dan alat bersuci." (HR. Ahmad dan yang lainnya).

Kecuali Asy-Syafriyah dan Hanabilah, mereka berpendapat : disyariatkan bagi yang bertayamum itu menggunakan tanah yang berdebu, sebagaimana yang di jelaskan dalam hadist yang diriwayatkan dari Hudzaifah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Dan di jadikan tanahnya itu alat bersuci bagi kami jika kami tidak mendapatkan air ― ( HR Muslim ).

Dan dalam riwayat dari Ali Radhiyallahu Anhu, "Dan dijadikan tanah bagiku sebagai alat bersuci."4

3. Mengusap seluruh wajah, walaupun dengan satu tangan, termasuk jenggot walaupun

panjang demikian juga yang ada di sekeliling kelopak mata, dan antara jenggot dan tulang yang mengarah ke telinga, demikian juga di bawah tulang yang mengarah telinga berwarna putih, yang antara telinga dan jenggot.

Hanafiyah mereka berpendapat : tidak wajib mengusap jenggot yang memanjang,yaitu yang melebihi kulit muka yang wajib dibasuh. Rukun ini disebutkan secara tegas dalam AI-Qur‘an, As-Sunnah dan Ijma‘. Adapun dalam A1-Qur‘an, adalah firman Allah SWT ―Maka basuhlah mukamu.‖ Dan dalam As-Sunnab adalah hadits dan Amar bin Yasir Radhiyaliahu Anhuma, ia herkata

―Nabi SAW mengirimku untuk suatu misi, lalu dalam perjalanan aku junub, dan aku tidak mendapatkan air, kemudian aku berguling di bumi sebagaimana binatang berguling, kemudian aku datang kepada Nabi SAW dan menceritakan apa yang terjadi, maka sabdanva, ‗Cukup untukmu, engkau berbuat dengan kedua tanganmu seperti ini : lalu ia tepukkan dua tangannya di bumi satu kali, kemudian ia usap tangan yang kiri dengan tangan yang kanan, dan punggung telapak tangannya, dan wajahnya.‖ (HR. Asy-Syaikhani lafazhnya untuk MusIim).5

(6)

4. Mengusap kedua tangan sampai siku. Dan wajib melepaskan apapun yang menghalangi, seperti cincin, gelang dan jam tangan,dan usaplah bagian bawahnya. Dalam tayamum tidak cukup menggerakkannya, berbeda dengan wudhu.

Hanafivah berpendapat : cukup menggerak-gerakkannya karena ja telah mengusap bagian bawahnya. karena tujuarrnya adalah mengusap bukan meratakan tanah. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata : Nabi SAW bersabda, ―Tayamum adalah dua kali tepukan, tepukan yang pertama untuk wajah, dan yang kedua untuk kedua tangan sampai siku.‖ (HR. Ad-Daruquthni)

Malikiyah dan Hanabilah berpendapat: bahwa yang wajib adalah mengusap dua tangan sampai pergelangan, adapun sampai siku hukumnya sunnah, hal ini sebagai mana yang telah dijelaskan dalam hadits ‗Ammar. Dan ada riwayat lain menyebutkan, ―Cukup bagimu melakukan seperti itu, lalu Nabi SAW menepuk kedua telapak tangannya ke bumi, lalu ia tiup keduanya, kemudian dengan kedua tangannya ia usap wajah dan telapak tangan.‖ (Muttafaq Alaihi)

Dan dalam lafadz lain untuk Ad-Daruquthni : ―Cukup bagimu untuk menepukkan kedua telapak tanganmu ke tanah, lalu engkau tiup keduanya, kemudian engkau usapkan wajah dan kedua telapak tanganmu sampai pergelangan.‖6

5. Kontiyu (muwalat). Yaitu adanya kesinambungan dalam mengusap wajah dan kedua tangan dan janganlah ada jeda waktu yang lama diantara keduanya. Hanafiyah dan Asy-Syafi‘iyah berpendapat : Bahwa kontinyu atau kesinambungan adalah sunnah.

6. Tertib. Yaitu dimulai dan wajah kemudian kedua tangan. Ini merupakan pengalaman dari hadist Ammar yang telah di kemukakan, pada hadits tersebut ada lafazh, ‗Kemudian mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.‖ (Muttafaq Alaihi). Sabda Rasulullah SAW, ―Mulailah dengan apa yang dimulal oleh Allah.‖ Dan susunan ayat Al-Qur‘an menjelaskan untuk mengedepankan wajah daripada kedua tangan, dan hadits Abdullah bin Umar yang juga telah di

(7)

utarakan yaitu, ―tayamum adalah dua kali tepukan, pertama untuk wajah, dan tepukan kedua untuk kedua tangan sampai siku.‖ Kecuali Hanafiyah dan Maiikiyah mereka berpendapat : tertib hukumnya sunnah dan bukanlah wajib. lalu Malikivah menambahkan rukun yang ketujuh.7

SYARAT - SYARAT TAYAMUM

Ada beberapa syarat sahnya tayamum. Dan kami sebutkan šebagai berikut: 1. waktu shalat. Maka tidak sah tayamum sebelum masuknya waktu. Kecuali

Hanafiyah mereka berpendapat sah tayamum sebelum masuk waktu. 2. Niat. Menurut Hanaflyab dan Hanabilah niat adalah syarat. Dan menurut

Malikiyah dan Asy-Syafi‘iyah niat adalah rukun. Perbedaan antara syarat dan rukun adalah syarat didahulukan atas suatu pekerjaan dengan tenggang waktu yang sangat singkat,adapun rukun tidak sah dilakukan sebelum suatu amal, akan tetapi ia bagian dan amal itu sendiri.

3. Telah berusaha mencari air tetapi tidak mendapatkannya. Secara rinci nanti akan di bahas pada sebab-sebab dibolehkannya tayamum.

4. Tidak ada pcnghalang pada anggota tubuh yang merupakan anggota tayamum. Seperti cat dan lilin yang menghalangi tempat diusapnya anggota tayamum.

5. Tidak haid dan nifas8

C. SEBAB-SEBAB DIBOLEHKANNYA TAYAMUM

Tayamum dibolehkan bagi yang memiliki hadats kecil atau besar, bermukim atau safar, jika ada sebab beberapa sebab berikut ini.

1. Apabila tidak ada air, atau ada air namun tidak mencukupi untuk bersuci. Namun Asy-Syafi‘iyah dan Hanabilah berpendapat : apabila ada air namun tidak cukup untuk bersuci maka ia wajib memanfaatkan air tersebut untuk mensucikan sebagian anggota wudhu kemudian sisa anggota Iainnya dengan tayamum. Sebagaimana yang tercantum hadist yang diriwayatkan dari Imran bin Al-Hushain Radhiyallahu Anhu, ia berkata : ―Kami tengah bepergian bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu beliau hendak shalat

(8)

bersama orang-orang. Namun beliau mendapati seorang laki-laki yang menyendiri lalu Rasul bertanya: ‗Apa yang menghaiangimu untuk sholat? ‗Ia berkata: aku junub dan tidak mendapatkan air.‘ Rasullullah bensabda: ‗Bersucilah kamu dengan sha‘id, karena itu sudah cukup bagimu.‖ (Muttafaq Alaihi)

Dan Abu Dzar Radhiyallahu Anhu, la berkata, dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam beliau bersabda, ― Sesungguhnya sha‘id adaiah suci (aìat bersuci) bagi orang yang tidak rnendapatkan air selama sepuluh tahun.‖ HR. Ashab As-Sunan, dan At-Tìrmidzi berkata.hadist ini hasan shahih..

Sebelum tayamum, seseorang wajib mencari air, walaupun harus membeli air, dan bila air itu dapat memenuhi kebutuhannya dan dengan harga terjangkau, serta tidak menipu dengan cara menipu secara keji.

Apabila telah yakin tidak mendapatkan air, atau tempat untuk menclapatkannya terlalu jauh rnaka tidak wajib baginya untuk mencarinya.

Terdapat perbedaan di antara madzab, batasan jarak yang tidak wajib untuk menean air. Hanafiyah berpendapat : batasan paling jaub adalah satu mil, dan satu mil sama dengan 4000 langkah dan sama dengan 1847 meter. Malikiyah berpendapat : bahwa batasan paling jauh adalah dua mil, itu berarti sama dengan 3694 meter. Dan Asy-Syafi‘iyah berpendapat : bahwa batasan paling jauh adalah setengah farsakh, dan satu farsakh sama dengan 3 mii, itu artinya setengah farsakh adalah satu setengah mil, dan sama mil adalah 6000 hasta atau samadengan 2771 meter. Adapun Hanabilah bcrpendapat : batasan paling jauh adaiah sesuai dengan adat yang berlaku. Dan tidak wajib mencari air jika telah melebihi jarak tersebut kecuali dengan syarat situasi aman untuk keselamatan diri dan harta, dan juga tidak ada sesuatu yang membahayakan. 2. Tidak sanggup dalam menggunakan air karena sebab-sebab syar‘i. Seperti

ketiadaan air, ia harus bertayamum setiap kali akan melakukan perbuatan yang yang mengharuskan bersuci. Di antara sebab-sebab ketidak sanggupan tersebut adalah : jika berdasarkan dugaan kuat. apabila ia menggunakan air, maka dia akan sakit, atau bertambah sakit, atau semakin lama untuk sembuhnya. Hal tersebut biasanya berdasarkan pengalaman atau saran dari dokter muslim yang

(9)

professional. Maiikiyah berpendapat : apabila tidak ada dokter muslim, maka kita boleh percaya pada dokter non muslim.

Dalil masalah ini adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu, ia berkata :

―Kami keluar dalam sebuah safar kemudian seorang laki-laki di antara kami tertimpa batu dan di kepalanya mengalami luka yang cukup besar. kemudian malam harinya ia mimpi basah, lalu ia bertanya kepada sahabat-sahabatnya, ‗Apakah aku rnendapatkan rukhsah untuk tayamum?‘ Para sahabatnya hcrkata: ‗Tidak ada rukhsah bagimu, karena engkau masih bisa menggunakan air.‘ Lalu laki-laki tersebut mandi dan tidak lama setelah mandi ¡a meninggal. Maka ketika kami sampaikan perihal tersebut kepada Rasuiullah, beliau bersabda. ‗mereka telah membunuhnya, niscahya Allah akan murka kepada mereka. lngatlah, mengapa kalian tidak bertanya jika kalian tidak tahu? Sesungguhnya obat bagi orang yang bodoh adalah bertanya. Sebenarnya baginya cukup bertayamum, ia balut lukanya dengan sehelai kain, kemudian ja usap balutannya dan la mandikan seluruh badannya.‖ ( HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni dan dishahihkan oleh ibnu Sikn)

3. Apabila ada air di dekatnya, akan tetapi la merasa khawatir dengan keselamatan dirinya, kehormatan dan hartanya, atau khawatir tertinggal temannya, atau antara dirinya dengan posisi air ada musuh yang menakutkan, apakah itu musuh berupa manusia, atau binatang buas.atau dia di penjara dan tidak mendapatkan air dan juga tidak ada orang yang memberinya air, atau tidak mampu untuk mengeluarkan air karena tiadanya alat, seperti tali atau ember, karena dalam keadaan demikian, air yang ada di sumur seperti juga tidak ada. Begitupun bagi orang yang takut jika ia ada orang yang menuduh dengan sesuatu yang membahayakannya, maka baginya dibolehkan tayamum.

4. Ada yang Iebih membutuhkan air, baik untuk masa sekarang atau masa yang akan datang, apakah untuk minum manusia atau hewan walaupun itu seekor anjing. Hanabilah berpendapat : Bahwa anjing yang berwarna hitam seprti anjing predator jangan diberi air waIaupun dia akan mati karena kehausan,

(10)

karena kita di anjurkan untuk rnembunuhnya. Dimana RasulIullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda dalam salah satu kalimatnya, ―Dia adalah setan.‖ Imam An-Nawawi dalam syah Musiimnya mengatakan ; makna setan di daiam hadits tersebut adalah bahwa kejelekannya lebih dari kcbaikannya. Begitu juga jika dibutuhkannya air untuk membuat adonan kue, atau memasak, atau menghi1angkan najis yang tidak bisa dimaafkan.

Namun Asy-Syafi‘iyah memberi syarat bahwa najis tersebut melekat di badan, dan jika menempel di baju maka hendaknya berwudhu dengan air kemudian shalat tanpa memakai baju jika memang tidak ada lagi kain penutup, dan tidak usah mengulangi shalatnya kenibali. Imam Ah Radhiallahu Anhu pernah berfatwa kepada seorang laki-laki yang sedang bepergian, lalu laki-laki tersebut junub dan dia hanya memiliki sedikit air dan jika digunakan air tersebut dia khawatir akan kehausan, ―Hendaklah dia bertayamum, dan jangan mandi.‖ (HR. Ad-Daruquthni). Imam Ahmad Radhiyahlahu Anhu herkata : bebeerapa sahabat IebIh memilih tayamum dan menyimpan aimya untuk keperluan minum mereka.

5. Khawatir dengan memakai air yang sangat dingin, karena akan membahayakan jika tetap menggunakan air tersebut, dengan syarat dia tidak mampu untuk memanaskan airnya.wa1aupun harus dengan cara membayar. Atau dia tidak mampu masuk ke kamar mandi yang hangat airnya.Maka boleh baginya untuk bertayamum dan shalat, tanpa harus mengulangi shaiatnya kembali. Kecuali Asy-Syali‘iyah, mereka berpendapat : wajib diulang kembahi shalatnya (jika badannya telah kuat berwudhu)

Dan Hanafiyah berpendapat : tidak ada tayamum bagi orang yang takut dengan air yang sangat dingin, kecuali apabila dia terkena hadats besar, karena dia menganggap akan membahayakan dirinya. Adapun bagi yang memiliki hadats kecil, janganlah bertayamum kecuali memang akan jelas membahayakan dirinya jika tetap memakai air. Halini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dan ‗Amr bin Al-Ash Radhiyahlahu Anhu, ketika beliau diutus ke peperangan Dzat As-Salasil lalu ia berkata : pada suatu malam yang sangat dingin aku mimpi basah, aku khawatir jika aku mandi akan membahayakan diriku, aku

(11)

tayamum dan shalat Subuh bersama sahabat-sahabatku, ketika aku ceritakan kepada Rasullullah Shallahlahu Alaihi wa Sahlam, beliau bersabda,‖ Wahai Amr, apakah benar engkau shahat dengan sahabat-sahabatmu padahal kamu dalam keadaan junub.?‖Lalu jawabku, ―aku teringat firman Allah Subhanahuu wa Ta‘ala, ‗Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adatah Maha Penyayang kepadamu.‘ (An-Nisaa:29)

Oleh karena ituiah aku tayamum kemudian shalat.‖ Maka Rasullullah Shaliallahu Alaihi wa Sallam tersenyum dan tidak berkata apa-apa.‖ (HR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Ad-Daruquthni, Ibnu Hibban dan Al-Bukhari memu‘aiaqkan hadits ini).

Dalam hadits ini ada sebuah pengakuan (taqrir) dan Rasulluiiah, dan taqrir bisa dijadikan hujjah. Karena Rasulullah Shallaliahu Alaihi wa Sallam tidak mungkin akan mengakui kebatilan

Dan bagi orang yang khawatir kehabisan waktu shalat seandainya menggunakan air, sementara jika ia tayamum ia akan mendapatkan waktu shalat, maka boieh baginya bertayamum lalu shalat dan dia tidak usah mengulang shalatnya kembali. ini pendapat Malikiyah. Dan Hanafiyah berpendapat : orang tersebut wajib mengulang shalatnya. Adapun Asy-Syafi‘iyah dan Hanabilah berpendapat : tidak boleh bertayamum selama ada air. maka pergunakanlah aimya walaupun waktu shalat akan habis karenanya. Namun Hanabilah memberikan pengecualian kepada musafir, mereka boleh bertayarnum. Dan Hanafiyah berpendapat : barang siapa yang takut tertinggal shalat jenazah dan shalat dua hari raya, maka dia boleh tayamum untuk mendapatkan waktu kedua shalat tersebut. dimana menurut Ahmad berjamaah adalah syarat sah dalam shalat

6. Adanya hambatan hingga tidak sampai ke tempat air. mungkin saja air itu ada, namun disana ada hambatan yang menghalangi untuk sampai ke air itu. Seperti musuh yang ganas, binatang buas yang sangat menakutkan, atau sipir penjara yang akan menangkapnya atau hal-hal yang serupa dengan itu. Pada kondisi demikian keberadaan air itu sama dengan tidak adanya. Dia ada secara hakikat namun secara de jure tidak ada

(12)

Kami rasakan ini tatkala kami dalam tahanan militer di Mesir. Dimana di sana ada air namun jeruji penjara tertutup bagi kami tidak bisa sampai ketempat air kecuali dua kali dalam sehari. Sekali pada saat fajar dan sekali pada saat sebelum matahari tenggelam.

Sedangkan kami tidak memiiiki tempat untuk menyimpan air kecuali tempat yang cukup untuk di minum.10

7. Kebutuhan untuk menggunakan air untuk diminum. mungkin pula air itu ada dan tidak ada penghalang untuk sampai padanya. Namun dia sangat membutuhkan air untuk sesuatu yang Iebih penting daripada wudhu dalam pandangan syariah. Seperti untuk minum dirinya atau minum orang lain, atau untuk minum binatang. Seperti domba, sapi, keIedai. dan anjing. Karena mereka adalah binatang-binatang yang tidak bisa hidup tanpa air. Dengan demikian kebutuhan mereka sama dengan kebutuhan manusia.

Sebab dikedepannya minum atas wudhu, padahal menjaga agama itu sebuah keharusan dan menjaga jiwa dan kehidupan itu juga merupakan keharusan. Bahkan keharusan menjaga agama didahulukan daripada keharusan menjaga kehidupan.Oleh sebab itulah seseorang mengorbankan jiwanya pada saat ¡iwa demi agamanya. Namun disini dilakukan karena wudhu ada gantinya bagi orang yang sedang kehausan. ini merupakan sebuah bentuk keindahan dalam syariat. Dan yang serupa dengan minuman adalah segala sesuatu yang mesti seperti adonan, rnasakan yang sangat di butuhkan. Kami mengalami hal ini pada saat berada di penjara militer. Dimana kami hanya memiliki sedikit air yang kami butuhkan untuk kami minum. Bahkan kadang kala tidak cukup. Sehingga kami terpaksa mengambil rukhsah. dengan bertayamum. Karena kami yakin bahwa Allah tidak membuat kesusahan dalam agama.

8. Adanya Kekhawatiran Saat Menggunakan Air. Diantara yang membolehkan seseorang bertayamum adalah adanya kekhawatiran seseorang jika menggunakan air. Sehab dalam islam tidak boleh melakukan sesuatu yang berbahaya dan membahayakan. Dan Allah tidak membuat kesulitan dalam agama.

(13)

Dalam ayat tayamum discbutkan bahwa sakit merupakan salahsatu scbab,yang karenanya seseorang boleh bertayamum. Allah berfirman ― Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir‖ (An-Nisaa 43 ) dan (Al-Maa‘idah:6). Maka seseorang yang sakit dan akan menimbulkan bahaya jika dia memakai air atau membuat Iukanya semakin parah, atau kesembuhannya menjadi terlambat, atau sakitnya akan bertambah, atau seseorang yang sehat namun khawatir sakit jika menggunakan air pada kondisi yang sangat dingin, semuanya boleh saja bertayamum sebagai pengganti dan wudhu dan mandi.

Dalilnya adalah hadits Amr bin Al-Ash tatkala dia diutus oleh Rasulullah dalam perang Dzat As-Salasil. Pada suatu malam yang sangat dingin dia mimpi basah. Lalu dia bertayamum dan menjadi imam shalat bagi sahabat-sahabatnya. Tatkala dia kembali dan perang itu mereka mengabarkan itu kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda,‖ Wahai Amr, Apakah engkau menjadi Imam shalat untuk sahabat-sahabatmu sedangkan engkau dalam keadaan junub.?‖ Maka Amr bin Al-Ash berkata; ―Sebab saya ingat terhadap firman Allah yang berbunyi ―Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.‖ (An-Nisaa 29) makanya saya bertayamum kemudian shalat.‖ Mendengar jawaban itu Rasuiullah tertawa dan tidak mengatakan apa-apa.

Hadits ini dikuatkan hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud pada bab ―Orang yang Luka Bertayamum‖ yang diriwayatkan dan Jabir bin Abdullah dia berkata Kami melakukan perialanan kemudian seseorang terkena batu yang membuat kepalanya luka. Kemudian setelah ¡tu dia mimpi basah. Lalu dia menanyakan pada sahabat-sahabatnya tentang masalah itu. Dia berkata : Apakah kalian mendapatkan keringanan bagi saya untuk bertayamum? Mereka berkata : Kami tidak dapatkan keringanan untuk bertayamum sedangkan engkau mampu menggunakan air! maka diapun mandi. Lalu dia meninggal dunia. Maka tatkala kami datang menemui Rasulullah, lalu beliau diberi tahu tentang peristiwa ¡tu. Maka Rasulullah bersabda : Mereka telah membunuhnya, Allah akan membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya jika mercka tidak tahu?

(14)

Sesungguhnya obat ketidakmampuan itu adalah bertanya. Sesungguhnya bagi dia itu cukup bertayamum, kemudian dia membalut Iukanya dengan secarik kain dan mengusap di atasnya lalu mencuci seluruh badannya.‖

Seikh Al-Aibani menyatakan bahwa hadits ini shahih hingga sabdanya ―sesungguhnya bagi dia itu cukup dcngan bertayamum‖ yang merupakan dalil dan hadits ini tentang kebolehan bertayamum bagi seseorang yang terluka dan yang serupa dengannya yang dlkhawatirkan dengan menggunakan air akan semakin membuat bahaya.

9. Bertayamum karena khawatir kelewatan waktu jika mandi. diantara yang membolehkan tayamum walaupun ada air adalah adanya kekhawatiran lewatnya waktu. Waktu jika mandi,, khususnya jika masih harus memasak air. Ini sering terjadi pada waktu shalat subuh daripada yang lainnya. Mereka membedakan antara seseorang yang pada saat bangun, fajar baru menyingsing dan dia tidak bisa mandi, dengan seseorang yang pada saat bangun matahari telah hamper menyingsing dan jika mandi maka waktunya akan lewat. Mereka membolehkan tayamum untuk orang yang pertama dan tidak bagi orang yang kedua.

Ibnu Taimiyah berkata : .Jika waktu shalat tiba seperti menyingsingnya fajar dan tidak mungkin baginya mandi untuk melakukan shalat hingga matahani terbit, mungkin karena airnya jauh, tempat mandinya tertutup, atau karena dia fakir dan dia tidak mampu membayar sewa tempat mandi maka demikian ini boleh bertayamum dan melakukan shalat pada sant itu juga dan tidak usah menunda shalat agar waktunya tidak Icwat. Sedangkan jika dia bangun dan waktunya sangat sempit untuk mandi, jika airnya ada maka hendaknya mandi dan shalat setelah terbitnya matahari. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian besar ulama. Sebab waktu pada sant dia bangun ada haknya. ini bcrbeda dengan seseorang yang tidak tidur, karena sesungguhnya waktunya adaiah pada saat fajar menyingsing.

Dan hendaknya seseorang shalat pada waktunya. Tidak boleh bagi seorangpun untuk rnengakhiri dari waktu yang telah ditentukan. baik karena adanya udzur atau tidak. Namun hendaknya dia shalat sedapat mungkin pada waktunya.

(15)

Hal-Hal Yang Membatalkan Tayamum.

Adapun yang membatalkan tayamum adalah semua hal yang membatalkan wudhu. Artinya bahwa apapun yang membataikan wudhu maka ia juga membatalkan tayamum.

Maka barang siapa yang menyatakan bahwa ada sesuatu yang membatalkan selain itu, maka janganlah diterima kecuali dia bisa mendatangkan dalil. Namun kami tidak mendapatkan dalil yang bisa di jadikan hujjah untuk itu. Maka kewajiban kita adalah membatasi hanya pada hal-hal yang membatalkan wudhu.

Bisa kita tambahkan di smi hilangnya sebab yang membolehkan seseorang bertayamum. Seperti mendapatkan air setelah dia tidak mendapatkannya sebelumnya. Atau dia mampu untuk menggunakan air setelah sebelumnya dia tidak sanggup melakukan itu. Atau bahaya memakainya telah sima. Atan dia mampu menghangatkan air setelah sebelumnya tidak mampu menghangatkannya dan seterusnya. Oleh sebab itu ada semacam ungkapan yang menyebar di kalangan kaum muslimin; jika air tiba maka batallah tayamum. Sebab tayamum itu sebagai pengganti air. Maka jika digantikan telah ada, gugurlah yang menjadi penggantinya.12

E. SUNAH-SUNAH TAYAMUM

Tayamum memiliki beberapa sunnah di antaranya:

1. Membaca Bismillah (Tasmiyah). Kecuali Hanabilah, mereka berpcndapat: membaca bismiillah adalah wajib dan jika sengaja di tinggalkan maka tayamumnya batal, dan kewajiban ini menjadi gugur jika kita lupa atau tidak tahu. Hal ini sebagai mana yang diterangkan dalam sabda Rasulullah SAW: ―Tidak (sah) wudhu bagi orang yang tidak menyebut asma Allah pada permulaannya.‖ Dan tayamum sama seperti wudhu.

2. Siwak (menggosok gigi). Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadits yang dirìwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ja berkata, sesungguhnya Nabi SAW bersabda : ―Kalaulah tidak memberatkan kepada umatku, maka aku akan

(16)

perintahkan mereka untuk siwak setiap kali wudhu.‖ (HR. Malik, Asy-Syafi‘l dan yang Iainnya). Dan teiah kita ketahui sebelumnya bahwa Nabi SAW menamakan tayamum juga dengan wudhu.

3. Menepuk dengan bagian bawah telapak tangan kepada sesuatu yang akan digunakan untuk tayamum. Kecuali Malikiyah, mereka berpendapat: tepukan pertama adalah rukun. Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam hadits Ammar yang telah diutarakan sebelumnya, dimana ada lafazh, ―Nabi menepuk bumi dengan telapak tangannya.‖ (Muttafaq Alaihi) dan riwayat Ad-Daruquthni, ―Cukup bagimu menepuk tanah dengan kedua telapak tanganmu‖ 4. Melebarkan jari-jari ketika menepukkannya ketanah agar debu bisa menembus

di sela-sela jari.

5. Mengibaskan kedua tangan, atau meniup debu jika yang menempel di di tangan terlalu banyak.. Hal ini seperti dalam hadist yang telah dikemukakan yaitu, ―dan Nabi meniup kedua tangannya.‖ (HR. Asy-Syaikhani).

6. Melepaskan cincin pada tepukan pertama. Adapun pada tepukan kedua, maka melepaskan cincin adalah fardhu sebagaimana yang telah di sebutkan, kecuali Hanafiyah mereka berpendapat : cukup dengan menggerak-gerakkannya. 7. Memulai dari anggota tubuh yang kanan. Yaitu mulai mengusap tangan kanan

sebelum tangan kiri, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullab SAW, ―Mulailah oleh kalian dari anggota tubuhmu yang kanan.‖

8. Menyelat-nyelat jari. Demikian juga menyelat-nyelat jenggot menurut Hanafiyah.

9. Berdoa ketika mengusap wajah dan kedua tangan seperti doa yang dipakai dalam wudhu, demikian juga doa sesuadah tayamum sama dengan doa setelah selesai berwudhu, dengan membaca syahadat dan yang lainnya, maka lihatlah kembali pada pembahasan tentang sunnah-sunnah wudhu.

10.Menghadap kiblat ketika bertayamum. Dan sunnah-sunnah yang telah disebutkan ini ada hukumnya disunnahkan dan ada yang sekedar di sukai (mandub). Maka barang siapa yang mengerjakannya akan di beri pahala dan bagi yang meninggalkannya tidak berdosa dan tayamum tetap sah.13

(17)

BAB III

KESIMPULAN

1. Tayamum berarti menyengajakan din menyentuh debu yangsuci untuk mengusap wajah dan kedua tangan

2. Rukun tayamum a Niat

b. Sha‘id (tanah berdebu) c. Mengusap seluruh wajab

d. Mengusap kudua tangan sampai kesiku e Tertib

Syarat Tayamum

a. Masuknya wakiti cholat b. Niat

c. Telah berusahahieikari air d. Tidak ada penghalang e. Tidak sedang haid dan nifas 3. Sebab-Sebab Tayamum a. Apabila tidak ada air

b. Tidak sanggup dalam menggunakan air karena sebab-sebab syar‘i e. merasa khawatir dengan keselamatan dirinya

d. Ada yang lebih membutuhkan air

e. Khawatir dengan memakai air yang sangat dingin, karena akan membahayakan

f. Adanya Hambatan Hingga Tidak Sampai Ke Tempat Air g. Kebutuhan Untuk Menggunakan Air Untuk Diminum h. Adanya Kekhawatiran Saat Menggunakan Air.

j. Bertayamum Karena Khawatir Kelewatan Waktu Jika Mandi

4. Hal-hal yang memoatalkan tayamum adalab semua yang membatalkan sholat 5. Sunah-Sunah Tayamum

(18)

a. Membaca Bismillah (Tasmiyah). b. Siwak ( menggosok gigi).

e. Menepuk dengan bagian bawah telapak tangan. d. Melebarkan jan jan ketika menepukkannya ketanah. e. Mengibaskan kedua tangan.

f. Melepaskan cincin pada tepukan pertama. g. Memulai dan anggota tubuh yang kanan. h. Menyelat-nyelat jan.

Referensi

Dokumen terkait

Program pesantren lansia melalui pelaksanaan aktivitas ibadah rutin, seperti membaca Al Qur’an, kajian, wisata ruhani, shalat sunnah, shalat wajib dan dzikir berjama’ah,

menyentuh al-Qur'an, dan menyentuh lain jenis yang bukan mahram. Memiliki pemahaman tentang landasan hukum shalat, yang meliputi kewajiban shalat, tujuan shalat, waktu shalat,

Kemampuan membaca Al- Qur‟an merupakan keterampilan yang wajib dikuasai siswa sebagai harapan untuk menjadi anak saleh yang di antaranya pandai membaca Al- Qur‟an

Program pesantren lansia melalui pelaksanaan aktivitas ibadah rutin, seperti membaca Al Qur’an, kajian, wisata ruhani, shalat sunnah, shalat wajib dan dzikir berjama’ah,

Inabah XIX Cabang Surabaya pada tanggal 6 september 2003.. shalat wajib dan sholat sunnah. Dalam usaha penegakan shalat ini anak bina dididik agar melaksanakan sholat sesuai

Ali Abdul Raziq menegaskan bahwa dari kaca mata Al-Qur‟an maupun Sunnah, tidak ditemukan matan yang bersifat teologis tentang adanya bentuk pemerintahan tertentu yang wajib

1 Rofi’i melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat sebelum Maghrib 2 Keluarga pak Ja’far melaksanakan shalat idul Fitri di masjid Jami’ 3 Mahmud selalu melaksanakan shalat sunnah 4 rakaat

ini adalah panduan lengkap shalat wajib dan sunnah