• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH WAKAF MELALUI SUKUK JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH WAKAF MELALUI SUKUK JURNAL ILMIAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH WAKAF

MELALUI SUKUK

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Dwi Putri Rahayu

155020501111073

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH WAKAF MELALUI SUKUK

Yang disusun oleh :

Nama

: Dwi Putri Rahayu

NIM

: 155020501111073

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai

persyaratan ujian skripsi

yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 Januari 2021

Malang, Januari 2021

Dosen Pembimbing,

Dra. Marlina Ekawaty, M.Si., Ph.D.

NIP. 196503111989032001

(3)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH WAKAF MELALUI SUKUK

Dwi Putri Rahayu

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Islam Universitas Brawijaya#

Email: dwiputriraha@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan produktivitas tanah wakaf melalui sukuk. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia menunjukkan besarnya potensi wakaf yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan mengurangi permasalahan sosial ekonomi yang ada di Indonesia. Akan tetapi peruntukan wakaf di Indonesia masih belum mengarah pada pemberdayaan ekonomi. Peruntukan wakaf di Indonesia masih cenderung untuk kepentingan kegiatan ibadah karena keterbatasan umat Islam di Indonesia dalam memahami wakaf. Penelitian ini menggunakan metode studi literature. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengingkatan produktivitas tanah wakaf melalui sukuk menggunakan sukuk akad ijarah karena memiliki fleksibelitasdan berpotensi baik. Sementara di Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura telah berhasil memberdayakan tanah wakaf menggunakan sukuk. Akan tetapi masih belum ada akad resmi yang akan digunakan dalam upaya mengoptimalkan produktivita tanah wakaf di Indonesia. Beberapa aspek masih perlu diperhatikan, seperti peraturan yang jelas untuk mengatur tentang sukuk wakaf.

Kata kunci: Wakaf, Tanah Wakaf, Sukuk, Sukuk Wakaf.

A. PENDAHULUAN

Wakaf merupakan salah satu instrumen ajaran Islam yang tidak hanya memiliki dimensi spiritual

tetapi juga dimensi sosial ekonomi. Amalan wakaf memiliki kedudukan yang sama pentingnya seperti zakat dan sedekah. Wakaf mengharuskan seorang muslim untuk merelakan harta yang telah diberikan digunakan untuk kepentingan ibadah dan kebaikan karena harta yang sudah diberikan menjadi hak milik umat. Prinsip utamanya dalam hal pemberian wakaf adalah pokok wakaf harus tetap kekal, sedangkan yang dibagi hanya manfaatnya, sehingga manfaat wakaf tetap ada selama pokok masih ada (Hazami, 2017). Hal itu berbeda dengan zakat, infaq dan sedekah yang didistribusikan kepada asnaf akan habis wujudnya, begitu pun manfaatnya kecuali jika harta tersebut dikelola terlebih dahulu oleh badan yang berwenang. Indonesia merupakan salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslim tersebut menunjukkan besarnya potensi wakaf yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan mengurangi permasalahan sosial ekonomi yang ada di Indonesia. Peruntukan wakaf di Indonesia sejauh ini masih kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi. Padahal di negara-negara lain seperti Mesir, Saudi Arabia, Turki, Yordania, Bangladesh, Mesir, Malaysia dan Amerika Serikat, wakaf telah dikembangkan sebagai salah satu instrumen sosial ekonomi Islam yang dapat membantu berbagai kegiatan umat dan mengatasi masalah umat seperti kemiskinan (Prihatini, 2005). Di Indonesia peruntukan wakaf masih kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat, yaitu cenderung untuk kepentingan kegiatan ibadah karena keterbatasan umat Islam dalam memahami wakaf. Padahal wakaf berupa aset publik yang mampu dijadikan solusi negara dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan apabila dimanfaatkan dengan maksimal (Al-Hadi, 2009).

Menurut data yang dihimpun Departemen Agama RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai 2.686.536.656,68m2 (dua milyar enam ratus delapan puluh enam juta lima ratus tiga puluh enam ribu enam ratus lima puluh enam koma enam puluh delapan meter persegi) atau 268.653,67Ha (dua ratus enam puluh delapan ribu enam ratus lima puluh tiga koma enam tujuh hektar) yang tersebar di 366.595 lokasi di seluruh Indonesia (Badan Wakaf Indonesia, 2010). Akan tetapi pemahaman umat Islam Indonesia mengenai peruntukan wakaf hanya terbatas untuk dibangun masjid, sekolah, madrasah, pondok pesantren dan makam. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal tersebut tanpa diimbangi dengan wakaf yang dapat dikelola secara produktif, maka kesejahteraan sosial masyarakat yang diharapkan tidak akan dapat terealisasi secara optimal.

(4)

Di sekeliling kita banyak sekali tanah wakaf yang di atasnya di bangun masjid, musholla atau sekolah yang biasanya menyisakan beberapa meter tanah kosong. Tanah kosong tersebut bisa diberdayakan dengan membangun gedung pertemuan, toko, ruko, maupun perkantoran yang bisa disewakan kepada masyarakat umum. Nantinya hasil dari penyewaan gedung tersebut dapat digunakan untuk biaya pemeliharaan masjid, musholla atau sekolah itu sendiri. Salah satu kendala utama pengembangan aset tanah wakaf selama ini adalah terbatasnya dana yang dapat dihimpun oleh nadzir untuk mendirikan bangunan di atas aset (tanah) wakaf tersebut. Pengelolaan tanah wakaf masih sangat sederhana dan mengarah pada konsumtif belum dikelola engan lebih produktif lagi agar manfaatnya lebih bisa dirasakan oleh masyarakat. Dalman pengembangan model penglolaan wakaf mestinya dapat disentuh dengan inovasi-inovasi yang lebih dapat memperdayakan secara ekonomis (Triyanta dan Zakie. 2014).

Dalam upaya pemanfaatan tanah-tanah wakaf yang biasanya berupa tanah kosong, rumah ibadah (masjid atau musholla) dan tanah pemakaman secara umum tidak menghasilkan pendapatan tetap. Sementara itu, operasional nadzir maupun aset wakaf membutuhkan pendapatan tetap dan hal ini biasanya ditutupi dari pendapatan masjid atau infak masyarakat. Salah satu kendala utama pengembangan aset tanah wakaf selama ini adalah terbatasnya dana yang dapat dihimpun oleh nadzir untuk mendirikan bangunan di atas aset tanah wakaf tersebut. Sementara saat ini banyak sekali produk-produk keuangan syariah yang menjadi pilihan untuk menghimpun dana. Apalagi ditambah dengan disahkannya beberapa regulasi yang mendukung produk-produk keuangan syariah. Salah satu produk yang menjadi alternatif untuk menghimpun dana masyarakat adalah sukuk. Sukuk bisa dipilih sebagai alternatif penghimpunan dana karena sukuk sudah menjadi instrumen pasar keuangan syariah yang sangat populer di Indonesia dan perdagangannya sudah relatif aktif. Dalam perkembangannya di Indonesia, sukuk diperkirakan menjadi salah satu andalan pemerintah untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terbentuklah rumusan masalah: 1. Bagaimana meningkatan produktivitas tanah wakaf melalui sukuk?

B. TINJAUAN PUSTAKA

Wakaf

Di Indonesia mayoritas umat Islam masih melekat paham yang kuat bahkan terkesan stagnan terhadap persoalan mengenai wakaf. Selama ini, wakaf dianggap sebagai ajaran agama yang posisinya masih kurang diperhatikan. Suatu harta benda yang telah diwakafkan pada dasarnya tidak diperbolehkan untuk dirubah, menyangkut masalah penggunaan maupun peruntukan lain dengan menitiberatkan pada “prinsip keabadian” yaitu menjaga kelestarian atau keberadaan barang wakaf kapan dan dimana saja, tidak boleh dijual dengan alasan apapun dan tidak boleh ditukar dalam bentuk apapun, kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu seperti harta benda wakaf yang tidak produktif karena umur yang sudah tua, rusak maupun terbengkalai sehingga tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dalam pasal 215 ayat 1 Kompilasi hukum Islam, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang yang memisahkan sebagian benda miliknya untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf ialah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan umum (Elsi, 2006). Wakaf dapat diartikan sebagai proses menyerahkan hak milik suatu barang yang tahan lama zatnya kepada pengelola, baik individu dan kelompok/lembaga tertentu untuk diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi kepentingan publik yang sesuai dengan syariat Islam (Zein, 2004).

Wakaf memiliki dasar hukum yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadits. Namun, pada dasarnya tidak ada ayat di dalam Al-Qur’an yang secara spesifik menganjurkan wakaf (Kuran, 2001). Bahkan istilah wakaf tidak dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an. Akan tetapi terdapat beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan mengenai keutamaan bersedekah diantaranya: Q.S. Al-Baqarah ayat 261-262, yang memiliki arti: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki”. “Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

(5)

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

Syarat Wakaf dan Rukun Wakaf adalah sebagai berikut:

1. Orang yang berwakaf (wakif)

2. Benda yang diwakafkan (mauquf)

3. Tujuan/tempat diwakafkan harta itu adalah penerima wakaf (mauquf ‘alaih)

4. Pernyataan lafaz penyerahan wakaf (Sighat)/ikrar wakaf

Pelaksanaan wakaf benda tidak bergerak (tanah) didasarkan pada Pasal 49 Ayat 3 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, yang lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Hak Milik. Peraturan Dirjen Bimas Islam No. Kep/D/75/1979 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik. Adapun benda yang tidak bergerak yang dapat diwakafkan harus berstatus tanah hak milik dan badan-badan sosial keagamaan dijamin dapat mempunyai hak atas tanah dengan hak pakai.

Sukuk

Secara etimologi Sukuk “ كوكص” merupakan bentuk jamak dari Sakk “كص” yang memiliki arti dokumen/lembaran kontrak yang serupa dengan sertifikat (Eri, 2017). Sedangkan secara terminologi sukuk merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi ketika jatuh tempo (Iqbal, 2016). Berbeda dengan instrumen keuangan pada umumnya, sukuk memenuhi prinsip-prinsip syariah, yang berarti tidak memiliki hal-hal yang dilarang dalam hukum Islam seperti: riba (bunga), gharar (ketidakpastian), maysir (spekulasi), dan unsur haram lainnya. Adapun larangan akan riba semua jelas telah disebutkan dalam firman Allah surat Al-Imran:130, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S. Ali-Imran:130). Landasan hukum penerbitan sukuk adalah UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah. Tersirat pada UU No. 19 tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menjelaskan bahwa sukuk adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip Syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing (Undang-Undang No. 19 Tahun 2008). Sejak tahun 2003 ketika Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menyuarakan penerbitan sukuk untuk menangkap peluang investasi sekaligus perkembangan perekonomian Syariah di Indonesia.

Jual beli sukuk hukumnya boleh baik secara tunai ataupun tidak tunai (untuk sukuk-sukuk yang boleh diperjualbelikan secara tidak tunai) dengan syarat kegiatan perusahaan baik investasi tidak bertentangan dengan Syariah (Al-Ma’sayir, 2010). Hal ini berdasarkan dalil bahwa sukuk tersebut adalah milik syarik (pelaku syirkah) dan ia berhak melakukan apa saja terhadap sukuk yang menjadi miliknya, terlebih lagi setiap syarik sudah mengizinkan kepada syarik yang lain untuk menggunakan porsi sukuknya. Izin tersebut dibuktikan dengan persetujuannya atas ketentuan perusahaan (Oni, 2015). Ibnu Quddamah menjelaskan yang artinya: “Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya, hukumnya boleh, karena ia membeli milik pihak lain.”

Setiap barang/komoditas yang diperjualbelikan harus sesuatu yang bernilai menurut tradisi pasar dan perundang-undangan yang berlaku. Begitu pula dengan sukuk, sebagai surat berharga harus menjadi bukti kepemilikan atas aset tertentu yang halal sehingga bisa dimiliki dan diperjualbelikan. Suku ijarah adalah sukuk yang diterbitkan bedasarkan akad ijarah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kempemilikan barang atau jasa itu sendiri. Berkat fleksibilitas pada aturan ijarah, pelaksanaan sekuritasasi kontrak ijarah merupakan factor kunci dalam mengatasi masalah-masalah manajemen likuiditas dan untuk pembiayaan kebutuhan-kebutuhan sektor publik di negara-negara berkembang. Pembayaran dari sewa ijarah dapat tidak berhubungan dengan periode pengambilan manfaat oleh penyewa. Hal ini bisa dibuat sebelum memulai periode sewa beli, selama periode atau setelah periode sesuai keputusan yang saling menguntungkan antara pihak-pihak yang terlibat. Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengubah bentuk dari penerbit dan para pemegang sukuk. (Huda dan Nasution, 2008)

(6)

Pemerintah dapat menggunakan konsep ini sebagai alternatif dari peminjaman berdasarkan bunga asalkan, mereka memiliki aset jangka panjang yang dapat digunakan dalam proses pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan. Penggunaan aset oleh pemerintah di mungkinkan, tidak masalah apakah aset ini meningkatkan pendapatan atau tidak (Kahf, 1998 dalam Huds dan Nasution, 2008). Sukuk ijarah dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan

2. Sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau yang akan disewakan dengan tujuan untuk menjual aset tersebut dan mendapat dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik aset tersebut.

3. Sukuk kepemilikan manfaat

4. Sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat aset dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset dan menerima uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik manfaat dari aset.

5. Sukuk kepemilikan jasa

6. Sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa tertentu melalui penyedia

jasa (seperti jasa pendidikan pada universitas) dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa.

7. Secara teknis sukuk ijarah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (Yaumidin, 2008).

a. Investor dapat bertindak sebagai penyewa (mustajir), sedangkan emiten dapat bertindak

sebagai wakil investor dan Property Owner dapat bertindak sebagai orang yang menyewa.

b. Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali obyek sewa tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut, maka terbitlah surat berharga jangka panjang (obligasi syari’ah ijarah), di mana emiten wajib membayar pendapatan kepada investor berupa fee serta membayar kembali dana saat jatuh tempo. Sukuk ijarah merupakan produk yang terakhir yang tumbuh dengan cepat dalam pasar modal. Produk ini telah muncul sebagai suatu kelas modal yang berbeda antara produk-produk pembiayaan Islam lainnya. Permintaan sukuk ijarah yang tinggi oleh investor dan institusi pembiayaan Islam, membuat produk ini semakin berkembang. Dari sisi supply pula, telah banyak negara yang mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan sumber dana dari keperluan fiskal dan pembiayaan jangka panjang terhadap proyek-proyek pembangunan (Ali 2005, dalam Wahid 2010).

Mekanisme sukuk ijarah yang biasa dilakukan oleh pemerintah yaitu:

1. Pemerintah menjual aset kepada SPV dengan akad bay’ al-wafa’ (jual beli dengan suatu keizinan untuk membeli semula)

2. Pemerintah menerima bayaran tunai dari SPV sebagai harga aset (dengan demikian sekarang SPV sebagai pemilik atas aset)

3. SPV mengeluarkan sukuk dengan menggunakan kontrak ijarah dan menjualnya kepada investor sebagai pooled asset

4. Investor membayarnya dengan harga tunai kepada SPV

5. SPV menyewakan semula aset kepada pemerintah dengan harga sewa tertentu 6. Pemerintah membayar sewa kepada SPV secara kwartal

7. SPV membayar dan menagihkan sewa tersebut kepada masing-masing investor sebagai pendapatan investor

8. Pada masa maturity, SPV menjual semula aset kepada pemerintah dengan nilai harga jual semula 9. Pemerintah membayar tunai harga aset sejumlah yang diperjanjikan

10. SPV menebus sukuk kepada investor dengan nilai harga yang sama

Penerbitan Sukuk Negara ini merupakan upaya Pemerintah untuk memperoleh sumber pembiayaan baru terutama dari sektor keuangan syariah domestik maupun global yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir (Eri, 2017). Penerbitan Sukuk Negara ini digunakan untuk pembiayaan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara (Eri, 2017).

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah ilmiah dalam memperoleh data dengan tujuan tertentu yang rasional dan sistematis. Rasional berarti proses-proses yang masuk akal sedangkan sistematis merupakan langkah-langkah yang logis. Penelitian ini merupakan penelitian review sistematis

(systematic review) yaitu penelitian yang mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mengevaluasi semua sumber literatur terkait topik tertentu (Kitchenham, 2004). Hart (1998) berpendapat bahwa

(7)

review sistematis adalah kegiatan mengkaji dokumen yang tersedia, baik yang sudah diterbitkan secara umum maupun yang belum, yang membahas suatu topik tertentu.

Penyusunan penelitian review sistematis harus dilakukan dengan berhati-hati agar tidak terjebak pada sekedar menyusun kutipan-kutipan yang terlalu banyak dan padat tapi tidak bermakna. Penyusunan studi literatur dilakukan bukan hanya dengan meringkas sumber-sumber yang ada, melainkan juga mensintesa, menganalisa, dan mengevaluasinya (Bem, 1995).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review.

Literature review adalah proses menempatkan, mendapatkan, membaca, dan mengevaluasi literatur yang berhubungan dengan penelitian (Bordens dan Abbot, 2005). Penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berupa buku teks, skripsi, tesis, jurnal penelitian dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bahan penelitian. Bahan-bahan tersebut kemudian disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik kesimpulan sehingga pada akhir bab dapat sub bab yang berisi analisis penulis yang terkait dengan rumusan masalah yang diteliti. Studi literatur atau bahan pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan data terkait dengan peningkatan produktivitas tanah wakaf melalui sukuk.

D. PEMBAHASAN

Wakaf memainkan peran ekonomi dan sosial yang sangat penting dalam sejarah Islam, wakaf berfungsi sebagai sumber pembiayaan bagi masjid-masjid, sekolah-sekolah, pengkajian dan penelitian, rumah-rumah sakit, pelayanan sosial dan pertahanan. Wakaf di Indonesia berpotensi untuk bisa dikembangkan lebih produktif melalui sukuk wakaf. Selama ini masyarakat mengetahui aset wakaf hanya berupa tanah untuk dibangun sebuah tempat ibadah atau lembaga sosial.

Produktivitas tanah wakaf berpotensi menghasilkan nilai ekonomis. Salah satu cara memanfaatkan produktivitas wakaf dengan menerbitkan sukuk. Sukuk dan wakaf adalah dua hal yang berbeda namun berkolaborasi menjadi satu dengan tujuan untuk memperoleh nilai maslahat yang lebih besar. Hal tersebut sudah diberlakukan di negara Singapura dan Malaysia.

Salah satu contoh tanah wakaf yang berpotensi untuk memberikan nilai tambah ekonomi adalah tanah wakaf kawasan Masjid Agung di Semarang. pemanfaatan tanah wakaf adalah tanah wakaf kawasan masjid Agung di Jawa Tengah. Tanah wakaf seluas 100.000 meter di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah merupakan benda berwujud yang dapat bernilai ekonomis untuk digunakan sebagai tempat usaha. Tanah wakaf tersebut dapat memberikan arus kas yang berguna bagi pergerakan ekonomi umat kawasan kota Semarang dan sekitarnya. Kas tersebut dapat digunakan sebagian untuk kegiatan ibadah dan untuk memberikan santunan anak yatim. Akad yang bisa ditempuh dalam penerbitan sukuk adalah akad ijarah atau akad mudharabah. Akad ijarah dapat ditempuh dengan cara korporasi menyewa tanah wakaf selama waktu tertentu untuk membuat minimarket area perkotaan. Nadzir mendapat hasil sewa dari penyewaan tanah tersebut. Hasil sewa digunakan untuk santunan anak yatim, bantuan fakir miskin, dan beasiswa pendidikan warga sekitar. Sedangkan investor mendapat keuntungan berupa set yang mereka sewakan berupa tanah wakaf yang digunakan sebagai tempat usaha tersebut. Sukuk mudharabah mempunyai mekanisme nadzir berkerjasama bersama-sama dengan korporasi dalam tenggat waktu tertentu dalam mengelola tanah wakaf secara produktif. Keuntungan yang didapat adalah hasil keuntungan usaha dengan presentase sesuai kesepakatan (Muhammad, 2018).

Sukuk mempunyai potensi yang cukup tinggi sebagai instrumen untuk memobilisasi dana keuangan syariah, karena merupakan salah satu instrumen pembiayaan jangka panjang dan menjadi alternatif memperoleh dana investasi proyek. Sementara aset wakaf mempunyai kepastian untuk mendapatkan income sebagai aktivitas sosial keuangan syariah dalam bentuk produk sukuk. Wakaf di Indonesia merupakan persoalan klasik yang sampai saat ini belum tuntas. Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, akan dapat memberikan harapan besar untuk pemberdayaan serta pengembangan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat secara umum.

Dalam meningkatkan produktivitas aset tanah wakaf melalui sukuk dengan menerbitkan sukuk sekurang-kurangnya ada empat pihak yang terlibat yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI) selaku

nadzir, Developer, Special Porpose Vehicle (SPV) selaku penerbit sukuk, Investor. Pembangunan

dilakukan di atas tanah wakaf yang akan diproduktifkan. Penerbitan sukuk dapat menggunakan manfaat asset wakaf sebagai underlying asset selama memenuhi beberapa prinsip: pertama, sepanjang pengelolaannya bisa mempertahankan keawetan harta wakaf itu. Kedua, penerbitan sukuk akan memberi manfaat baik bagi kepentingan publik. Ketiga, selama tidak akan memberikan keuntungan tertentu kepada orang atau pihak tertentu (Respati, 2016). Peningkatan produktivitas

(8)

tanah wakaf melalui sukuk yang ditunjukan merupakan sukuk berlandaskan akad ijarah, karena ijarah memiliki fleksibelitas dan potensi yang bagus, karakteristik ijarah yaitu pemegang sukuk bersama-sama menanggung risiko atas aset, biaya yang berhubungan dengan kepemilikan dan hasil dari uang sewa dibagikan kepada pemegang saham.

Proses sukuk ijarah adalah pertama, nadzir atau pengelola aset wakaf memerlukan dana tunai, kemudian membuat kontrak sukuk ijarah dengan SPV yang sebelumnya dilakukan pendataan dan bekerjasama dengan pihak BWI, Kemenkeu, BUMN, dan BI. Kedua, Kemudian wali amanat sebagai mediator antara Nadzir dengan investor yang disebut SPV menyerahkan sukuk ijarah kepada investor, investor membayar tunai. Ketiga, selanjutnya SPV membiayai tunai pengembangan aset wakaf tersebut (underlying asset) untuk dibangun fasilitas publik yang memberi manfaat untuk semua pihak dan memberikan manfaat materil selama masa pengembangan dan sewa perusahaan dalam hal ini pengembangan (BUMN) membayar uang sewa kepada investor dan sebagian kepada nadzir melaui SPV. Keempat, pada saat jatuh tempo aset wakaf tersebut kembali kepada nadzir secara pengelolaan dibantu lembaga terkait melalui SPV (Sulistiani, 2018).

Belum adanya akad yang resmi yang akan digunakan dalam pengembangan akad dalam upaya mengoptimalkan wakaf tanah di Indonesia. Berdasarkan deskripsi fatwa AAOIFI dari segi obyek akad, terdapat tiga jenis sukuk ijarah. Pertama, sukuk ijarah Milkiyah al-A’yan Al-Mu’jarah atau

certificates of ownership in leased assets. Sukuk ijarah Milkiyah al-A’yan al-Mu’jarah yaitu sukuk ijarah yang melambangkan kepemilikan atas asset yang bertujuan untuk disewakan (investor adalah pemilik atas asset dan tentu saja berikut manfaatnya).

Jenis sukuk ijarah kedua adalah Sukuk ijarah Manafi’ al-A’yan al-Musta’jarah atau Certificates of ownership of usufructs of existing assets, yaitu sukuk ijarah yang melambangkan kepemilikin atas manfaat dari asset (bukan wujud asset). Dan jenis sukujk yang ketiga adalah sukuk ijarah Milkiyah al-A’mal al-Mujarah atau Certificates of ownership of services of a specified supplier yang menyewakan dalam bentuk jasa (Sulistiani, 2018). Dari ketiga akad tersebut dikenal juga Sukuk Al Intifa’a hampir mirip dengan akad sukuk ijarah, dimana terdapat asset pendukung yang mendasari diterbitkannya sukuk tersebut. Underlying asset yang dimaksud disini tidaklah berbentuk aktiva berwujud, melainkan dalam bentuk manfaat aset tersebut karena al intifa’a yang dimaksud memiliki arti mengambil manfaat, yaitu manfaat dari aset yang dijadikan sebagai underlying asset pada penjualan sukuk.

Beberapa aspek masih perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan tanah wakaf melalui sukuk, perlunya peraturan yang jelas dan khusus untuk mengatur tentang sukuk wakaf supaya menjadi payung hukum yang lebih jelas dan spesifik tentang pihak-pihak yang ikut serta dalam mengoptimalkan tanah wakaf melalui sukuk. Hal yang penting lainnya yaitu mengenai sertifikasi tanah wakaf yang menjadi masalah dalam bidang administratif pencatatan oleh BWI karena masih banyak juga tanah-tanah wakaf yang belum bersertifikat. Selanjutnya yaitu perlunya landasan syariah yang membahas tentang penerbitan sukuk wakaf.

Di Singapura telah berkembang wakaf produktif. Wakaf telah dikelola dengan manajemen yang profesional. Pembiayaan pembangunan wakaf menggunakan instrumen sukuk, yaitu dalam pelakasanaannya menggunakan akad musyarakah dan penciptaan nilai aset baru yang lebih tinggi nilainya dibanding dengan menggunakan aset lama menggunakan akad ijarah. Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) sebagai baitul mal untuk mengelola aset wakaf (Rossy, 2018).

Aset wakaf di bawah tanah wakaf yang digunakan yaitu terletak di Bencoolen Singapura dalam bentuk pembinaan masjid, kompleks komersial dan 103 bilik apartemen (termasuk aset wakaf pertama yang digunakan dalam penerbitan sukuk). Ke-tiga pihak mengawali modal terbesar S$ 35 Milyar dan dana tunai sebesar S$ 519.000 serta pihak Baitul Maal (MUIS) sebagai pemodal induk dan Warees Invesment berupa keahlian serat menyediakan sedikit modal. Kontrak berjalan dengan akad ijarah imbal hasil yang diinginkan 3,5% dengan jatuh tempo 10 tahun. Akad ijarah dilakukan oleh SPV dengan Ascott internasional Pte. Ltd (developed programe). Sukuk dijalankan dengan dua akad, yaitu Musyarakah 5 tahun, akad Ijarah berjalan pada tahun ke -6 dari masa jatuh tempo. Pihak MUIS memperbolehkan dengan nilai kadar akad ijarah sama antara nilai kontrak pertama dengan nilai kadar pada kontrak selanjutnya. Pada prosesnya Baitul Mal (MUIS) berhak atas aset sewa bangunan selama 99 tahun (Omar, 2015)

Di Malaysia Instrumen sukuk untuk harta wakaf yang berlaku di negara Malaysia adalah akad ijarah dan akad al-Wakalah dengan nama sukuk SRI (Sustainable and Responsible). Pada pembiayaannya menggunakan akad ijarah terdapat empat fase. Pertama, Majlis Agama Islam Negri (MAIN) membuat serikat khusus yaitu syarikat al-wakalah berkerjasama dengan Yayasan Waqaf Malaysia (YWM) dengan perjanjian mudharabah mutlaqah dalam pembuatan tanah wakaf milik

(9)

MAIN. Kedua, Syarikat Al-Wakalah menggunakan layanan SPV , SPV menerbitkan sukuk ijarah kepada investor bertujuan untuk mendapatkan dana untuk pembangunan aset wakaf. Ketiga, proses pembayaran keuntungan penerbitan sukuk ijarah secara tahunan kepada penerbit dan kepala MAIN dan YWM. Keempat, proses penebusan sukuk ijarah dan pengambil alihan ke semua saham yang diterbitkan kepada YWM secara wa’ad. Pada tahun ke 5 imbalan hasil siap untuk diberikan kepada pengelola sebanyak 10% akan dihibahkan kepada syarikat al-wakalah. Pada akhir tahun ke lima, hasil dari penyewaan akan ditagihkan oleh syarikat al wakalah kepada investor dan pihak kerjasama. Setelah pembagian di antara pihak terkait, di mana pada tahun ke-26, syarikat al-wakalah menerima sebanyak 60%, pihak MAIN menerima hasil 40% dari keseluruhan jumlah sewaan (manfaat) bangunan yang berhasil. Dengan demikian MAIN akan mendapatkan sumber dana yang berkelanjutan serta pendistribusian nilai manfaat aset wakaf. (Omar, 2015).

Selain itu instrumen sukuk dalam mengelola aset wakaf di Malaysia degan menggunakan sukuk SRI (Sustainable and Responsible Investment). Sukuk SRI atau Khazanah SRI dikeluarkan oleh Ihsan Sukuk Berhad. Sukuk SRI disusun dengan prinsip Islam Wakalah bi al-Istithmar. Kontrak sukuk dengan SRI menggunakan akad Wakalah bi al-Istithmar dimana sertifikat mewakili atau merepresentasikan suatu projek yang dikelola berdasarkan agen investasi (Invesment Agensi) dengan memberikan keleluasaan kepada agen untuk mengelola operasional sebagai Certificate Holder (pemegang sertifikat). Transaksi ini penerbit adalah sebagai agency of investment serta Investor sebagai pelaku utama sebagai sumber dana operasional. Dengan begitu pemegang sertifikat memiliki aset yang diwakilkan oleh adanya sertifikat dengan memiliki nilai manfaat serta berhak untuk mendapatkan nisbah apabila terdapat keuntungan dalam penerbitan tersebut. Sukuk khazanah SRI menggunakan kontrak wakalah berhasil diterbitkan pada 18 Mei 2015. Sukuk diterbitkan

sebesar RM 100 juta untuk mendanai aset wakaf yayasan AMIR Trust School untuk meningkatkan

aksesibilitas dalam dunia pendidikan. (Rossy, 2018).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam meningkatkan produktivitas aset tanah wakaf melalui sukuk di Indonesia dengan menerbitkan sukuk ada empat pihak yang terlibat yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI) selaku nadzir, Developer, Special Porpose Vehicle (SPV) selaku penerbit sukuk, Investor. Dalam menerbitkan sukuk, underlying asset nya berupa asset wakaf yaitu tanah wakaf, yang harus memenuhi beberapa prinsip: pertama, sepanjang pengelolaannya bisa mempertahankan keawetan harta wakaf itu. Kedua, penerbitan sukuk akan memberi manfaat baik bagi kepentingan publik. Ketiga, selama tidak akan memberikan keuntungan tertentu kepada orang atau pihak tertentu. Beberapa aspek masih perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan tanah wakaf melalui sukuk, perlunya peraturan yang jelas dan khusus untuk mengatur tentang sukuk wakaf supaya menjadi payung hukum yang lebih jelas dan spesifik tentang pihak-pihak yang ikutserta dalam mengoptimalkan tanah wakaf melalui sukuk. Hal yang penting lainnya yaitu mengenai sertifikasi tanah wakaf yang menjadi masalah dalam bidang administratif pencatatan oleh BWI karena masih banyak juga tanah-tanah wakaf yang belum bersertifikat, dan juga perlunya landasan syariah yang membahas tentang penerbitan sukuk wakaf.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hadi, A. A. (2009). Upaya Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Bagi Kesejahteraan Ummat. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 4(1).

Anggraini, R. (2018). Kontrak, skema dan underlying asset sukuk berbasis wakaf pada tiga negara (Malaysia, Singapura, dan Indonesia) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Bahmi, Muhammad Akbar. (2018) Sulaf (Sukuk Linked Waqf) Inovasi Sukuk Daerah Melalui Optimalisasi Fungsi Tanah Wakaf Menuju Pembangunan Dan Pemerataan Infrastruktur Refleksi Konsep Mawacita Jokowi-Jk 2019, Universitas Hasanuddin Makassar.

Bem, Daryl J. (1995). Writing a Review Article for Psychological Bulletin. Psychological Bulletin Vol. 118 (2).

Bordens, K. S., & Abbott, B. B. (2005). Research Design And Methods (6th ed.). USA : McGraw-Hill.

Fasa, Muhammad Iqbal. (2016). Sukuk; Teori dan Implementasi, (Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam: Li Falah), Volume I, nomor 1.

(10)

Hariyanto, Eri. (2017). Mengenal Sukuk Negara; Instrumen Pembiayaan APBN dan Sarana Investasi Masyarakat, (Yogyakarta: Gaya Media),

Hariyanto, Eri. (2017). Wakaf Produktif Melalui Sukuk Negara Salah Satu Solusi Pengentasan Kemiskinan, Kementerian Keuangan.

Hart, Chris. (1998). Doing a Literature Review: Releasing the Social Science Research Imagination. London: Sage Publications.

Hazami, B. (2017). Peran dan Aplikasi Wakaf dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat di Indonesia. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 16(1).

Huda, N. (2009). Manajemen Pengelolaan Tanah Wakaf di Majelis Wakaf dan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang. Malang: Skripsi FEUIN.

Ilmiah, Dunyati .(2019). Optimalisasi Asset Wakaf Melalui Sukuk Wakaf Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, Volume IX, No. 2.

Kementrian Agama RI, Data Tanah Wakaf. http://siwak.kemenag.go.id diakses pada 12 Januari 2019.

Kementrian Agama RI, Pedoman Pengeolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2013 http://simbi.kemenag.go.id/pustaka diakses pada 12 Januari 2019.

Kitchenham, Barbara. (2004). Procedures for Performing Systematic Reviews. Eversleigh: Keele University.

Prihatini, F. et. al. 2005.Hukum Islam Zakat dan Waqaf. Jakarta: Kerjasama Penerbit Papas Sinar Mentari dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Respati, Y. (2016). Ini Syarat Penerbitan Sukuk dengan Underlying Aset Wakaf. diaksess pada tanggal 1 Januari 2021.

Sari, Elsi Kartika. (2006). Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: Grasindo). Sulistiani, Siska Lis. Pembaruan Hukum Wakaf di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Triyanta, A., & Zakie, M. (2014). Problematika Pengelolaan Tanah Wakaf: Konsep Klasik Dan Keterbatasan Inovasi Pemanfaatannya Di Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum UII, 21(4). Zein, Z. (2004). Pemanfaatan tanah wakaf di Kota Padang: laporan penelitian. Lembaga Penelitian,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil paper ini menunjukkan Sukuk Linked Wakaf dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan aset wakaf agar menjadi produktif sekaligus berkontribusi dalam

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat dan rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Elektronik

Sebuah kapasitor daya atau yang dikenal dengan kapasitor bank harus mempunyai daya Qc yang sama dengan daya reaktif dari sistem yang akan diperbaiki faktor

Demikian juga halnya dengan orang tua subjek penelitian di Desa Lamdom, melalui komunikasi antara orang tua dan anak dapat memberikan pemahaman tentang pengguaan

Perbandingan berat serbuk bahan bakar dan matriks tergantung dari tingkat muat/densitas uranium yang akan dibuat, untuk uranium dengan tingkat muat 3,6 gU/cc perhitungan berat

Nasional di lingkungan Kemhan dan TNI Kabaranahan 2008 Hardcopy/ Softcopy Sampai dengan ada revisi Permenhan Nomor 18 Tahun 2008 Tanggal 8 Oktober 2008..

G: ia mereka rata-rata juga sudah tahu, yang pertama ketika tryout kan ditemukan mana hasil yang bagus mana siswa yang mendapat nilai jelek, yang kedua dari persiapan,

Tindakan yang dilakukan oleh gerakan sosial Ikhwanul Muslimin di Mesir yaitu; dengan memboikot pemilihan umum yang diselenggarakan tahun 2014, setelah Mursi turun dari