• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan. Vol. 13, No. 01, Maret 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan. Vol. 13, No. 01, Maret 2020"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

S O S I O A K A D E M I K A

Vol. 13, No. 01, Maret 2020 Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Zarkoni, Muhamad Toyib, dan Suhairi

Budaya Hidup Anak Jalanan dan Dampaknya pada Pendidikan (Survei Anak Jalanan di Provinsi Jambi)

Norainun dan Zarkoni

Membangun Kelayakan Stratejik Pendidikan Tinggi melalui Penjaminan Mutu

Syarifuddin. K

Efektivitas Proses Pembelajaran serta Pengaruh Positif Terhadap Siswa Sekolah Dasar Negeri 298/VI Bukit Beringin III pada Masa Pandemi Covid-19

Suharno

Penerapan Pembelajaran Daring Class serta Pengaruh Terhadap Evaluasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 264/VI Bukit Bungkul II pada Masa Pandemi Covid-19

Sutiyana

Penyelesaian Permohonan Isbat Nikah dalam Maqhasid Syariah di Pengadilan Agama Bangko

Afrizal

Eksistens Pos Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Bangko

Ainul Mardhiah

Pengembangan Media Film Dokumenter sebagai Pendukung Pembelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang bagi Siswa SMK Kelas x Akuntansi

Hartini

PemanfaatanE-LearningMoodlePadaMataPelajaranMatematikadiSMKNegeri1KotaJambi

AR. Nefrida

Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service Bawah Bolavoli untuk Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota Jambi

Sujono

ImplementasiEmployabilitySkillspadaSMKProgramKeahlianTeknikKomputerJaringan

Sepriadi Erman

Persepsi Siswa Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran dan XII Multimedia Terhadap Seleksi Minat dan Bakat Siswa pada Kelas X di SMK Negeri 1 Kota Jambi

Atika Syam

Diterbitkan oleh:

STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO-JAMBI

(2)

S O S I O A K A D E M I K A

Penanggung Jawab

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Syekh Maulana Qori Bangko M. Thoiyibi, S.Sos., M.H. (Ketua STAI Syekh Maulana Qori Bangko)

Dr. H. M. Joni, Lc., M.A (Wakil Ketua I STAI SMQ Bangko) Dr. H. Firdaus, M.A. (Wakil Ketua II STAI SMQ Bangko) Drs. Hamdan, M.Pd.I (Wakil Ketua III STAI SMQ Bangko)

Pimpinan Redaksi

Masruri, S.Pd.I., M.Pd.I Abdul Kholik, M.Fil.

Penyunting Pelaksana

Ibrahim, S.Pd., M.Pd.I. Salahuddin, S.E., M.M. Habibah, S.Pd.I., M.Pd.I.

Pelaksana Tata Usaha

Muhammad Nuzli, S.Pd.I., M.Pd. Ahmadi, S.Pd.I., M.M.

Alamat Redaksi

STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO

Jln. Prof. Muhammad Yamin SH, Pasar Atas Bangko-Jambi Telp. 0746- 3260012

(3)

secara eksplisit tercermin dalam Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 488 Tahun 2002 tentang status STAI Syekh Maulana Qori adalah untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan ini lebih lanjut di atur dalam Permendiknas nomor: 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala.

Dengan demikian, STAI Syekh Maulana Qori tidak hanya dituntut agar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu keislaman dan kemasyarakatan melalui kegiatan pembelajaran, penelitian, dan menyebarluaskannya. Berdasarkan amanat tersebut, pimpinan STAI Syekh Maulana Qori telah mengambil kebijakan yang mengarah kepada peningkatan mutu intelektual akademik dosen STAI Syekh Maulana Qori melalui penerbitan jurnal berkala ilmiah, dan untuk pengelolaannya diberikan pada Pusat Penelitian.

Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan adalah salah satu jurnal ilmiah berkala, yang bertujuan pertama, untuk meningkatkan kemampuan akademik para dosen, karyawan, guru, ilmuan maupun cendekiawan dalam menulis karya ilmiah yang lebih baik sesuai dengan kaidah sistematika jurnal terakreditasi. Kedua, dapat menjadi wadah pembelajaran menulis bagi dosen-dosen pemula dan karyawan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek keterampilan menulis ilmiah. Ketiga, menambah khazanah jurnal yang ada di lingkungan STAI Syekh Maulana Qori untuk pengembangan citra diri sebagai lembaga perguruan tinggi Islam yang ada di Provinsi Jambi.

Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan ini diperuntukkan bagi “mahasiswa baru dan lama”, dosen, karyawan dan peminat informasi-informasi terapan maupun filosofis tentang pendidikan, sosial, bahasa serta budaya yang mengakar pada ilmu keislaman. Oleh karena itu fokus tulisannya lebih banyak menyentuh pada “Pendidikan Islam dalam arti luas dan persoalan sosial kemasyarakatan serta terdapat pula beberapa tulisan yang membahas tentang syari’ah sebagai salah satu keilmuan dalam Islam”.

Pada kesempatan ini tim redaksi mengucapkan alhamdulillahirobbil ‘alamin yang mana jurnal Sosio Akademika STAI SMQ Bangko telah berjalan pada tahun ke-13, seiring dengan ini diterbitkan pula jurnal Vol. 13, No. 01, Maret 2020. Yang merupakan semangat ke arah pengembangan yang lebih baik.

Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi terwujudnya tujuan dan cita-cita mulia kita bersama. Semoga kita dapat berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Demi kemajuan civitas akademika STAI Syekh Maulana Qori.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(4)

Daftar isi... v

Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Zarkoni, Muhamad Toyib, dan Suhairi... 1-10

Budaya Hidup Anak Jalanan dan Dampaknya pada Pendidikan (Survei Anak Jalanan di Provinsi Jambi)

Norainun dan Zarkoni... 11-26

Membangun Kelayakan Stratejik Pendidikan Tinggi melalui Penjaminan Mutu

Syarifuddin. K... 27-52

Efektivitas Proses Pembelajaran serta Pengaruh Positif Terhadap Siswa Sekolah Dasar Negeri 298/VI Bukit Beringin III pada Masa Pandemi Covid-19

Suharno... 53-72

Penerapan Pembelajaran Daring Class serta Pengaruh Terhadap Evaluasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 264/VI Bukit Bungkul II pada Masa Pandemi Covid-19

Sutiyana... 73-84

Penyelesaian Permohonan Isbat Nikah dalam Maqhasid Syariah di Pengadilan Agama Bangko

Afrizal... 85-104

Eksistens Pos Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Bangko

Ainul Mardhiah... 105-116

Pengembangan Media Film Dokumenter sebagai Pendukung

Pembelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang bagi Siswa SMK Kelas x Akuntansi

Hartini... 117-126

Pemanfaatan E-Learning Moodle Pada Mata Pelajaran Matematika di SMK Negeri 1 Kota Jambi

AR. Nefrida... 127-136

Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service Bawah Bolavoli untuk Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota Jambi

Sujono... 137-146

Implementasi Employability Skills pada SMK Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan

Sepriadi Erman... 147-158

Persepsi Siswa Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran dan XII

Multimedia Terhadap Seleksi Minat dan Bakat Siswa pada Kelas X di SMK Negeri 1 Kota Jambi

(5)

Syarifuddin. K

ABSTRAK

Pendidikan tinggi harus senantiasa menjaga mutu pendidikannya agar kompetitif terhadap pendidikan tinggi lainnya. Untuk meningkatkan mutu sebuah pendidikan tinggi dibutuhkan strategi yang baik, agar visi, misi, tujuan maupun sasaran yang ditentukan dapat tercapai. Tulisan ini mencoba mengulas beberapa pendapat atau pun teori beberapa ahli terkait dengan cara membangun kelayakan strategik pendidikan tinggi melalui penjaminan mutu.

Kata kunci: Strategi Pendidikan Tinggi, dan Penjaminan Mutu

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan, persaingan adalah hal yang wajar. Munculnya persaingan itu adalah untuk mendapatkan objek pendidikan (siswa/mahasiswa) sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, biasanya hanya pimpinan institusi pendidikan bermental gigih dan kuatlah yang mampu menghadapi kerasnya persaingan atau pun krisis yang terjadi di dalam perjalanan sekolah atau universitas. Persaingan dalam memperebutkan objek pendidikan, sangat erat kaitannya dengan kecekatan seorang yang terjun dalam bidang pendidikan mengenali selera pasar serta pemilihan pasar usaha yang tepat. Agar objek pendidikan loyal, maka harus mempunyai strategi guna mempertahankan mereka agar tidak lari ke pesaing-pesaing lain. Strategi pendidikan itu bisa disusun dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lembaga.

Kebijakan dalam pembangunan perguruan tinggi harus merupakan pondasi untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan perguruan tinggi adalah untuk membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan di berbagai bidang pembangunan lainnya. Filosofis dalam kebijakan pendidikan pada dasarnya dijiwai oleh cita-cita luhur sebagaimana rumusan yang termaktub dalam amanah konstitusi. Dalam konteks inilah filosofi tersebut harus menjadi pedoman dalam mengimplementasikan setiap kebijakan pembangunan dalam bidang pendidikan.18 Hal ini yang dilakukan banyak perguruan tinggi dalam

melahirkan kebijakan sesuai dengan amanah konstitusi dan bertaraf internasional. Sejumlah kebijakan sudah dikeluarkan perguruan tinggi bertaraf internasional untuk bisa tetap menatap maju sebagai perguruan tinggi di Indonesia.

18M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan: dalam Perspektif Teori, Aplikasi dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hal. 29-30

(6)

PEMBAHASAN

1.Manajemen Strategik Pendidikan

Manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan managerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategik meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategik (perencanaan strategik atau perencanaan jangka panjang), evaluasi dan pengendalian.19 Manajemen strategik menurut Chandler merupakan alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.20Strategi merupakan

tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang, tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.21

“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.

Manajemen strategis adalah suatu proses yang berkesinambungan, komponen yang ada dalam satu sama lain saling berkaitan. Oleh sebab itu, dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tindakan yang menentukan arah strategis lembaga pendidikan kepada pemenuhan tujuan dan sasaran organisasi dalam lingkungan yang dinamis dan merupakan dasar manajemen strategis sebuah lembaga pendidikan. Kepala sekolah dalam tinjauan manajemen strategis merupakan kunci dasar yang dapat mengarah pada tingkat keberhasilan yang salah satunya dilakukan melalui berbagai aktivitas efektif, efisien, dan inovatif.22

Manajemen sangat penting bagi setiap individu atau kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Manajemen berorientasi pada proses(proses oriented) yang berarti bahwa manajemen membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan dan keterampilan agar aktivitas lebih efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan, oleh sebab itu, tidak ada organisasi yang akan sukses apabila tidak menggunakan manajemen yang baik, karena organisasi merupakan wadah proses administrasi untuk mencapai tujuan.23 Perubahan organisasi dapat dilakukan melalui pengembangan

organisasi (organizational development) sebagai suatu proses untuk menuju perubahan organisasi.24

19Husen Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hal 16.

20Ibid., hal.17. 21Ibid., hal.18. 22Ibid., hal. 169.

23Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen, ( Bandung: Alfabeta, 2016), hal. 165. 24Ibid., hal. 149.

(7)

Menurut Philip Sadler mendefinisikan strategi adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan upaya untuk mendefinisikan secara memadai dari sebuah kalimat atau dua yang hampir pasti akan kehilangan beberapa elemen kunci. Di antara banyak definisi dalam literatur dapat menemukan sejumlah kata-kata dan frase yang semuanya terkait dalam beberapa cara dengan gagasan strategis yakni: 1) tujuan atau misi, 2) kebijakan, 3) tujuan, 4) kekuatan dan kelemahan, 5). keputusan kunci, 6), kemampuan dan kompetensi, perencanaan dan penjadwalan, 7) pelaksanaan, 8) keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan 9) Manajemen strategis dan konteksnya.25 Dalam konteks strategi

perusahaan, kebijakan yang membimbing aturan atau prinsip-prinsip yang dianggap sebagai bagian integral dari perusahaan 'model sukses'; yang mengatakan, mereka praktik atau cara melakukan sesuatu, sering lama didirikan, yang di pandang sebagai bagian tidak terpisahkan dari rumus perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.26

Penerapan manajemen strategik ada empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam manajemen strategik SDM sebagai sistem dalam organisasi yakni 1) manajemen puncak, 2) unit pengelola sumber daya manusia (SDM) harus memiliki pemahaman yang komprehensif atas “bahasa” dan penerapan perencanaan strategik perusahaan/lembaga, 3) unit pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu menerapkan strategik yang tepat agar selaras dengan strategik perusahaan/lembaga yang telah ditetapkan dan 4) unit pengelola sumber daya manusia harus mampu bertindak sebagai konsultan dalam berbagai unit.27

Menurut A. Thomas Penik, manajemen strategik adalah proses untuk melakukan kegiatan kewirausahaan dari sebuah perusahaan untuk pembaharuan organisasi, pertumbuhan, dan transformasi. tugas utama adalah: 1) menetapkan misi dan tujuan, 2) menilai lingkungan, 3) menilai kemampuan perusahaan, 4) kerajinan strategi, 5) menerapkan strategi, dan 6) mengevaluasi dan mengontrol strategi. Kebijakan bisnis adalah satu set yang ditentukan dan diskresioner pernyataan, membatasi tindakan individu dalam perusahaan, sebagaimana diatur dalam arahan dan panduan. Misi adalah alasan perusahaan ada, dan apa itu akan dilakukan. Pada dasarnya, itu menggambarkan produk/jasa yang akan diberikan, pasar untuk dilayani, dan teknologi yang diterapkan (jika penting). Pernyataan visi menjawab pertanyaan, apa yang kita ingin menjadi sukses mengekspresikan aspirasi perusahaan/lembaga, tujuan umum yang tidak dapat diukur. dalam mengejar kesempurnaan. Tujuan adalah spesifik target yang harus di capai oleh waktu yang ditentukan. faktor luar “Keuntungan akan tumbuh dan meningkat pertahun selama lima tahun ke depan.” Tujuan jangka panjang (5 tahun atau lebih) yang tujuan strategis dan menentukan karakter yang

25Philip Sadler, Manajemen Strategis (London: Kogan Page, 2012), hal. 12. 26Ibid., hal. 2.

(8)

dikehendaki perusahaan, pada waktu yang ditentukan. Strategi hanya sarana atau tindakan umum untuk mencapai tujuan jangka panjang.28

2.Mutu Pendidikan

Berbicara mengenai mutu, Edward Sallis menyatakan bahwa definisi mutu memiliki dua aspek yakni: pertama, aspek penyesuaian diri dengan spesifikasi, kedua, dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.29 Kualitas (mutu)

pada organisasi profit adalah "Doing the right thing, right time, always string for improvement, and always satisfying the customers", maksudnya adalah hasil kondisi produk harus memenuhi beberapa tolok ukur tertentu sesuai dengan kepuasan pelanggan.30Produk berkualitas mempunyai aspek penting lain, yakni

1) Konsumen yang membeli produk berdasarkan mutu, umumnya mempunyai loyalitas produk yang besar dibanding dengan konsumen yang membeli berdasarkan orientasi harga, 2) Memproduksi barang bermutu tidak secara otomatis lebih mahal dengan memproduksi produk bermutu rendah dan 3) Menjual barang tidak bermutu, kemungkinan akan banyak menerima keluhan dan pengembalian barang dari konsumen.31

Kualitas dalam organisasi non profit sebenarnya mempunyai fungsi utama memberikan pelayanan umum (public service). Oleh karena itu, ukurannya bukan produk fisik yang berkualitas, namun sejauh mana masyarakat merasa puas dilayani.32 Kualitas sebagai bentuk produk/jasa (goods) yang

mengutamakan karya cipta. Bahkan orang-orang Amerika memahami kualitas sebagai sesuatu yang memiliki nilai kecepatan, ketepatan dan keajaiban teknologi yang terukur, kemudian setiap aspek di dalamnya diukur dan digabungkan dalam esensi kualitas.33

Wille melihat mutu sebagai standar kualitas yang merupakan suatu kumpulan pemikiran, tetapi tidak hanya pemikiran seseorang tetapi merupakan pemikiran yang kolektif. Kualitas dicapai oleh orang-orang yang berhubungan dengan yang lainnya. Kualitas memerlukan energi, kesenangan (enthusiasm) dan kecerdasan (intelligence). Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas adalah proses kontrol statistik, diagram sebab akibat, upaya mengatasi masalah, bagan pareto, histogram dan sebagainya.34 Mutu yang standar bisa

diketahui melalui pengukuran tang standar pula. Mutu suatu produk harus menjadi tujuan dan menjadi kerangka kerja bersama untuk mencapainya.

28A Tomas Penik, Strategic Management (USA: Quick Study), hal. 1. 29Ibid., hal. 54.

30Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hh,

12-128

31Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21: Kiat Membangun Bisnis Yang Kompetitif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hh. 2-3.

32Hadari Nawawi, op. cit., hal. 129.

33Tom Peter, Liberation Management Necessary Disorganization for The Nanosecond Nineties,

(New York: First Published In The USA, 1992) hal. 677.

(9)

Kualitas pendidikan dalam penelitian ini adalah suatu tampilan kinerja yang ditunjukkan oleh lembaga pendidikan untuk memenuhi kepuasan atau harapan pelanggan internal dan eksternal dari serangkaian kegiatan akademik yang ditandai dengan aspek kepuasan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan siswaterhadaptampilan penyelenggaraan pendidikan, serta aspek kepuasan masyarakatterhadap tampilan pelayanan kepada masyarakat (stakeholders).

Mutu memiliki tiga belas karakteristik yang bisa dikenali, terutama dalam dunia pendidikan seperti berikut:

a. Kinerja (performance); berkaitan dengan aspek fungsional sekolah. Misalnya kinerja guru dalam mengajar. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut menjadi sekolah yang favorit.

b. Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu.

c. Handal (reliability); usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya pelayanan prima yang diberikan sekolah dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dari tahun ke tahun sebagai sekolah favorit.

d. Daya Tahan (Durability): Tahan Banting. Misalnya meskipun krisis moneter, se-olah masih tetap bertahan, tidak tutup.

e. Indah (aestetics). Misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik. f. Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai-nilai

misalnya warga sekolah saling menghormati, baik warga intern maupun ekstern sekolah, demokratis, dan menghargai profesionalisme.

g. Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapan.

h. Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu. Misalnya: sekolah ada yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di Universitas bermutu. i. Standar tertentu (penforence to specification): memenuhi standar tertentu.

Misalnya: sekolah sudah memenuhi standar minimal ujian nasional

j. Konsistensi (consistency): keajegan, konstan, atau stabil. Misalnya mutu sekolah dari dahulu sampai sekarang tidak menurun seperti harus mengontrol nilai siswa-siswanya.

k. Seragam (uniformity): tanpa variasi, tidak bercampur. Misalnya sekolah menyeragamkan pakaian sekolah dan pakaian dinas. Sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau pilih kasih.

l. Mampu melayani (serviceability): mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

m. Ketepatan (accuracy): ketepatan dalam pelayanan. Misalnya sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan diinginkan pelanggan sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya.35

35Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

(10)

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang pendidikan.

b. Kesulitan yang dihadap oleh para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama harus diubah.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan kantor dinas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama dan akuntabilitas. Yang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.

e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan.

f. Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan, dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang pendidikan.

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan“program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan dengan program-program singkat.36

36Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen),(Bandung: Refika Aditama, 2006), hh. 10-11.

(11)

3.Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Pada tahun 2005 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang menyatakan bahwa SNP bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasonal. 37Dengan demikian

implementasi penjaminan mutu selain wajib memenuhi SNP juga memberikan kebebasan pada setiap perguruan tinggi untuk mengembangkan penjaminan mutu sesuai sejarah, visi, misi, budaya, ukuran, dan berbagai kekhasan dari perguruan tinggi tersebut. Dengan pola implementasi seperti ini, dalam kurun waktu tujuh tahun tentu telah berlangsung beragam implementasi penjaminan mutu, baik pada aras perguruan tinggi maupun pada aras Nasional.

Namun persoalan yang dihadapi penjaminan mutu bukan semata masalah akreditasi program studi, tetapi juga masalah akreditasi institusi akuntabilitas publik, penjaminan mutu internal (evaluasi diri) yang tidak berjalan sesuai prosedur semestinya, tidak adanya standar mutu internal perguruan tinggi, tidak adanya organisasi penjamin mutu internal dan sebagainya. Persoalan ini bukan semata masalah kinerja organisasi, tetapi juga menyangkut masalah kebijakan makro, dan implementasinya di lapangan. Hal ini tentunya tidak hanya memperlemah penjaminan mutu, tetapi juga memperlemah perbaikan mutu perguruan tinggi secara keseluruhan Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2008) tentang implementasi pen jaminan mutu internal di perguruan tinggi dinyatakan bahwa: a. Sebagian besar perguruan tinggi belum memahami secara utuh fungsi dan

peran penjaminan mutu bagi pengembangan dan keberlanjutannya bagian besar perguruan tinggi belum memahami tentang Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) yang digagas oleh Ditjen Dikti.

b. Sebagian besar perguruan tinggi masih memfokuskan pada penjaminan mutu internal bidang akademik (hanya focus pada aspek pembelajaran).

c. Sebagian besar perguruan tinggi masih dalam taraf pengadaan dokumen, baik dokumen kebijakan, manual penerapan kebijakan standar mutu.

d. Sebagian kecil perguruan tinggi telah mengimplementasikan penjaminan mutu internal secara penuh (memiliki kelengkapan dokumen kebijakan,

manual penerapan kebijakan standar mutu, dan

mengimplementasikannya).38

Komponen penentu mutu proses dan lulusan perguruan tinggi terdiri dari banyak komponen, di antaranya mutu program akademik, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan suasana akademik. Berbagai komponen mutu tersebut perlu ditingkatkan dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Nomor19 Tahun 2005 (Standar Nasional Pendidikan) pasal 2, menyatakan bahwa untuk penyelenggaraan setiap

37Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) 38Halimatus Sakdiah, Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi, Insania Vol 16. No. 1,

(12)

satuan pendidikan harus mengacu delapan standar mutu pendidikan, yakni: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, standar pengelolaan, pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Hal ini telah ditegaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat 3, bahwa untuk mencapai mutu standar pendidikan itu tidak hanya ditentukan oleh unsur tenaga kependidikan yakni dosen, tetapi juga bagaimana pengelolaan perguruan tinggi itu atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang dapat dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.39

Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu; penjaminan mutu internal dan penjaminan mutu eksternal. Penjaminan mutu internal (internal quality assurance) bentukannya berupa evaluasi diri yang dilakukan oleh program studi atau institusi perguruan tinggi. Tujuannya untuk memperbaiki kinerja dan memberi penjaminan mutu internal, khususnya kepada para stakeholder internal perguruan tinggi, seperti para pimpinan, dosen, peneliti, karyawan dan mahasiswa.

Pengembangan system penjaminan mutu internal pada perguruan tinggi ada berbagai macam bentuk, misalnya; Universitas Indonesia (UI) membentuk organisasi berjenjang, mandiri dan nonstructural, yaitu BPMA (Badan Penjaminan Mutu Akademik), Institut Teknologi Bandung (ITB) mendirikan Satuan Penjaminan Mutu. Organisasi ini bertanggung jawab terhadap rektor. Dalam struktur organisasi, SPM-ITB adalah organisasi mandiri yang berada pada sayap kiri-kanan dengan Satuan Pengawas Internal (SPI) setara dengan Wakil Rektor Senior. SPM-ITB adalah organisasi tingkat pusat yang memiliki susunan berjenjang. Sedang di tingkat fakultas dan program studi disebut Gugus Kendali Mutu (GKM), yang berfungsi untuk mengembangkan dan menjabarkan system penjaminan mutu, serta melaksanakannya pada seluruh fakultas dan unit kerja yang ada. Hal ini berbeda dengan SPM Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang susunan kepengurusannya terdiri atas ketua, sekretaris, dan tim SPM, organisasinya hanya sekedar bagian dari Unit Penunjang Kegiatan, bukan suatu organisasi mandiri dan berjenjang. SPM UPI hanya ada dalam administrasi Rektorat dan belum sampai ke tingkat fakultas dan program studi.

Seperti halnya UPI, Universitas Gajah Mada juga tidak membentuk organisasi khusus secara berjenjang. Penjaminan mutu menjadi tugas dan fungsi dari Direktorat Akademik dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), yang bertugas mengembangkan system penjaminan mutu, evaluasi diri, dan pembuatan standar mutu UGM. Begitu pula dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) juga tidak membentuk organisasi khusus yang mandiri dan

39Bambang Sumardjoko, Faktor-Faktor Determinan Peran Dosen dalam Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. (Jurnal Cakrawala Pendidikan, November 2010, Th. XXIX, No. 3, P.P. 294-310).

(13)

berjenjang. Penjaminan mutu di IPB adalah menjadi tugas dan fungsi Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan di bawah koordinasi Wakil Rektor I (Bidang akademik). Baik UI, UPI, IPB dan UGM adalah contoh kasus yang kurang tepat, karena penjaminan mutu hanya dikaitkan dengan kegiatan akademik semata. Dalam perspektif penjaminan mutu terpadu (total quality assurance system) yang harus mendapat penjaminan mutu bukan hanya kegiatan akademik saja, tetapi seluruh kegiatan baik akademik maupun non akademik.

Dengan demikian system pelaksanaan penjaminan mutu internal selama ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu; 1) perguruan tinggi yang mengembangkan system penjamin mutu secara khusus, tanpa mendirikan organisasi khusus. Tugas dan fungi untuk pengembangan mutu dilakukan oleh senat akademik bekerjasama dengan seluruh jajaran pimpinan, 2) perguruan tinggi yang mendirikan organisasi untuk mengembangkan system penjaminan mutu secara internal. Ada dua kategori organisasi, yaitu a) organisasi khusus yang mandiri, baik berjenjang mulai dari tingkat pusat, fakultas dan program studi, maupun yang tidak berjenjang, b) organisasi yang menyatu dengan struktur organisasi dan system administrasinya; 3) perguruan tinggi yang tidak mengembangkan sistem penjaminan mutu khusus dan tidak mendirikan organisasi khusus. Kategori ketiga inilah yang terbanyak pada PTS dan PTN non BHMN.Demikian juga tentang syarat Sistem Penjaminan Mutu Organisasi/institusi harus menetapkan, mendokumentasikan, mengimplementasikan, memelihara dan meningkatkan secara berkelanjutan (continual improvement) SMM sesuai dengan persyaratan,pedoman dan standar yang ditentukan Prinsip Sistem Penjaminan Mutu. Tuliskan apa yang dilakukan/dikerjakan dan lakukan/kerjakan apa yang ditulis. Kebanyakan perguruan tinggi melakukan apa yang seharusnya dikerjakan namun sangat kurang dalam domentasi, dan ada juga dokumentasinya lengkap namun tidak sesuai dengan implementasinya di lapangan. Hanya sebagian kecil perguruan tinggi yang memenuhi syarat sistem penjaminan mutu.40

Agar penjaminan mutu internal pendidikan tinggi dapat dilaksanakan, maka beberapa prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu komitmen, perubahan paradigma, dan sikap mental para pelaku proses pendidikan tinggi, serta pengorganisasian penjaminan mutu di perguruan tinggi (Dirjen Dikti). Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Komitmen

Para pelaku proses pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Tanpa komitmen ini di semua lini organisasi suatu perguruan tinggi, niscaya penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi tersebut akan berjalan tersendat, bahkan mungkin tidak akan berhasil dijalankan.

(14)

Terdapat aneka cara yang dapat dipilih untuk menggalang komitmen dari semua lini di suatu perguruan tinggi, tergantung dari ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan dari/di perguruan tinggi tersebut. Q.S. Az-Zumar: 39 dijelaskan bahwa:41

䇅 ⹻ [⹻ źh

x Ů jų Ůk

Ů ⹻

䇅 Ů ⹻䇅濨 j⹻

A ⹻ h

Ů_⹻ źj ⹻

(Katakanlah, "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaan kalian) kondisi kalian (sesungguhnya aku akan bekerja pula) sesuai dengan keadaanku (maka kelak kalian akan mengetahui) .(Q.S. Az-Zumar: 39)

b. Perubahan Paradigma

Paradigma baru penjaminan mutu pendidikan tinggi, yaitu perguruan tinggi harus menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya agar visinya dapat diwujudkan melalui pelaksanaan misi, serta agar stakeholders dapat dipuaskan. Dengan paradigma baru tersebut, tugas pengawasan oleh pemerintah diringankan, akuntabilitas perguruan tinggi meningkat, stakeholders berperan lebih besar dalam menentukan mutu pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi.

c. Sikap Mental

Harus diakui bahwa sebagian terbesar perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan pendidikan tinggi tanpa didahului dengan perencanaan. Dapat dikemukakan fakta bahwa dalam skala makro, Rencana Induk Pengembangan (RIP) suatu perguruan tinggi, sebagian besar disusun untuk memenuhi persyaratan akreditasi, sedangkan dalam skala mikro dapat dikemukakan fakta tentang rendahnya persentase dosen yang membuat rencana pembelajaran berupa Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan masih banyak lagi fakta yang menunjukkan bahwa suatu perguruan tinggi menjalankan pendidikan tinggi tanpa perencanaan.

d. Pengorganisasian

Mengenai pengorganisasian serta mekanisme kerja organisasi penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi, tidak terdapat pola baku yang harus diikuti oleh semua perguruan tinggi. Pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi sangat tergantung pada ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan dari/di perguruan tinggi tersebut. Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa suatu perguruan tinggi dapat mengadakan unit penjaminan mutu di dalam struktur organisasinya yang dipimpin oleh seorang wakil rektor, atau suatu unit yang independen terlepas dari struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang dosen.42

41Ibid., hal. 463

(15)

4.Bidang Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

SDM Perguruan Tinggi. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menyangkut dua aspek juga, yakni aspek fisik (kualitas fisik), dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan kerja, berpikir dan keterampilan lain. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ini juga dapat diarahkan kepada kedua aspek tersebut. Untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan melalui program-program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan non fisik, maka upaya pendidikan dan pelatihan adalah yang paling diperlukan. Dengan demikian, peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat tercipta melalui pendidikan. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan atau meminimalisasi resiko.

Firman Allah Swt:43

䇅Ů

Ů ⹻ ⹻ 䇅Ů濨

A ⹻䇅

䇅 ŮĂ h ⹻

䇅 ⹻ A Ů ⹻

Ů Ů䇅j j⹻

h

A b

䇅 ⹻

䇅 ⹻

䇅濨 h 䇅Ů

q Ů 濨 ü Ů

䇅⹻ h 䇅Ů

m Ů Ů濨 䇅

Ů 濨 Ů Ů⹻

h

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. an-Nisa(4) : 58

Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen sumber daya manusia perguruan tinggi adalah:

a. Perencanaan. Perencanaan adalah suatu cara untuk mencoba menetapkan keperluan tenaga kerja kependidikan untuk suatu periode tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas dengan cara-cara tertentu.

b. Rekrutmen. Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari sebanyak-banyaknya calon tenaga kependidikan yang sesuai dengan lowongan yang tersedia, sumber-sumber di mana terdapatnya calon tenaga kependidikan tersebut dapat diperoleh melalui macam-macam sumber, misalnya lembaga pendidikan, departemen tenaga kerja, biro-biro konsultan iklan di media massa dan lain sebagainya.

c. Seleksi. Proses seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang diterima adalah dianggap paling tepat, baik dengan kriteria yang telah ditetapkan atau pun jumlah yang dibutuhkan.

d. Place (penempatan). Penempatan dilakukan untuk melakukan penyesuaian antara kebutuhan sekolah dengan spesifikasi keahlian masing-masing tenaga kependidikan yang diterima di sekolah tersebut.

(16)

e. Penampilan Kerja. Penampilan kerja sangat dibutuhkan oleh guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Penampilan kerja yang standar adalah penampilan kerja yang memenuhi standar baku penetapan kualifikasi guru yang telah dibuat oleh sekolah.

f. Pelatihan dan Pengembangan. Program pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang. Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan. Program latihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi “gap” antara kecakapan guru dengan permintaan jabatan, selain itu juga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja tenaga kependidikan dalam mencapai sasaran kerja. Untuk melaksanakan program pelatihan dan pengembangan, manajemen hendaknya melakukan analisis belajar tentang kebutuhan, tujuan, sasaran, serta isi dan prinsip belajar terlebih dahulu agar pelaksanaan program pelatihan tidaklah sia-sia.

g. Kompensasi. Salah satu mereka untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja para tenaga kependidikan adalah melalui kompensasi. Kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima guru sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

h. Keselamatan Kerja. Keselamatan kerja perlu terus di bina agar dapat meningkatkan kualitas keselamatan kerja guru.

i. Pengembangan karier untuk meningkatkan profesionalitas, guru dituntut untuk selalu mengembangkan kariernya secara personal dan kelompok.

j. Kelanjutan (pensiun). Akhir dari karier seorang guru adalah memasuki masa pensiun, di mana kondisi tenaga kependidikan yang tidak berkerja lagi, namun mendapat kompensasi dari pemerintah sebagai hasil kerjanya dalam mengabdi di institusi pendidikan.44

Sumber Daya Manusia (SDM) dapat berkembang dengan baik dalam lingkungan yang memungkinkan perkembangan kecerdasan itu terjadi. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan, karena lingkungan inilah yang memang dengan sengaja dipersiapkan salah satu tujuannya untuk mengembangkan kecerdasan manusia.

Organisasi pendidikan diciptakan dan dijalankan untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan pada tataran organisasi dengan personil45)

adalah sebagai berikut:

a. Tujuan disusun menurut hierarki dalam organisasi.

44Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal.

4-18.

45Wiliam B. Casteter, The Personal Fungtion in Educational Administrasion, New York:

(17)

b. Tujuan organisasi menjelaskan maksud dan memberikan arahan kepada aktivitas individu.

c. Tujuan organisasi melahirkan unit, dan individu saling menguatkan. d. Tujuan organisasi, unit dan individu saling menguatkan.

e. Tujuan organisasi sebetulnya berpengaruh kepada semua bentuk dari hubungan perencanaan terhadap sistem, keanggotaan dari kualitas dan kuantitas personil pada rekrutmen, seleksi, pelantikan, penilaian, pengembangan, motivasi dan kompensasi terhadap pengunduran diri (pensiun).

f. Tujuan organisasi mempersiapkan kerangka kerja untuk mengkoordinir usaha. g. Kegagalan untuk mencapai tujuan individu tidak selayaknya mempengaruhi

hasil yang dicapai oleh tujuan unit dan sistem.

h. Manusia merupakan tujuan yang diarahkan dengan jelas dibangun tujuan untuk aktivitas individu dan unit.

i. Tujuan-tujuan mempersiapkan standar dan evaluasi kinerja sistem, unit dan individu

j. Tujuan mendatangkan perilaku diri yang teratur. k. Tujuan mempersiapkan gerak perilaku anggota.

l. Tujuan merupakan penghubung antara kebijakan personil, prosedur, aturan metode dan strategi.

m.Efektivitas organisasi diminati manakala tujuan individu, sistem dan unit tepat. Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi khususnya pendidikan sangat penting dalam mencapai hasil kerja yang optimal, baik secara makro maupun secara mikro. Pengembangan sumber daya manusia merupakan bentuk investasi. Oleh karena itu, pelaksanaan pengembangan SDM perlu memperhatikan faktor-faktor baik dalam diri organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut menurut sebagai berikut:

a. Faktor Internal. Faktor internal di sini mencakup keseluruhan kehidupan organisasi yang dapat dilakukan, baik pimpinan maupun anggota organisasi yang bersangkutan.

1) Misi dan Tujuan Organisasi. Setiap organisasi mempunyai misi dan tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat. Untuk itu diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui pengembangan sumber daya manusia.

2) Strategi Pencapaian Tujuan. Misi dan tujuan organisasi mungkin sama dengan organisasi lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut dapat berbeda. Oleh karenanya, kemampuan karyawan diperlukan dalam memperkirakan dan mengantisipasi keadaan di luar, sehingga strategi yang disusun sudah memperhitungkan dampak yang akan terjadi di dalam organisasinya. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi.

(18)

3) Sifat dan Jenis Tujuan. Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap pengembangan sumber daya manusia. Misalnya, suatu organisasi yang sebagian besar melaksanakan kegiatan teknis, akan berbeda dengan pola pengembangan sumber daya manusia pada organisasi yang bersifat ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan program pengembangan sumber daya manusia antara organisasi yang kegiatan rutin dan organisasi yang kegiatannya memerlukan inovasi dan kreativitas.

4) Jenis Teknologi yang digunakan. Pengembangan organisasi diperlukan untuk mempersiapkan tenaga dalam mengoperasikan teknologi atau mungkin terjadinya otomatisasi kegiatan-kegiatan yang semula dilakukan oleh manusia. b. Faktor Eksternal. Organisasi itu berada di dalam lingkungan dan tidak lepas dari pengaruh lingkungan di mana organisasi itu berada, agar organisasi itu dapat melaksanakan misi dan tujuannya maka harus memperhitungkan faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisasi.

1) Kebijakan Pemerintah. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik yang dikeluarkan melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah, surat keputusan menteri maupun pejabat pemerintah merupakan arahan yang harus diperhitungkan oleh organisasi. Kebijakan-kebijakan tersebut akan mempengaruhi program-program pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi yang bersangkutan.

2) Sosio Budaya Masyarakat. Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami karena suatu organisasi apa pun didirikan untuk kepentingan masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi faktor eksternal perlu dikembangkan.

3) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini telah sedemikian pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus mampu memilih teknologi yang tepat. Untuk itu kemampuan karyawan organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut.46

Pembiayaan perguruan tinggi. Pengelolaan keuangan perguruan tinggi

adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinyu terhadap biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan perguruan tinggi.

Berbicara mengenai pendidikan, tentu saja tak terlepas dari peran biaya, antara biaya dan mutu mempunyai keterkaitan secara langsung, biaya antara biaya dan mutu mempunyai keterkaitan secara langsung, biaya

46Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta,

(19)

merupakan salah satu di antara sekian banyak faktor penentu mutu pendidikan yang tidak dapat dihindarkan yang berfungsi dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar.47

Biaya pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Sumber keuangan dan pembiayaan seperti anggaran sekolah pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu: 1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; 2) orang tua atau peserta didik; 3) masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat.48

Selama ini ada kesan bahwa keuangan adalah segalanya dalam memajukan suatu lembaga pendidikan. Tanpa dukungan finansial yang cukup, manajer lembaga pendidikan seakan tidak bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebab, mereka berpikir semua upaya memajukan senantiasa harus dimodali uang. Upaya memajukan komponen-komponen pendidikan tanpa disertai dukungan uang seakan pasti mandek di tengah jalan. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan timbulnya perhatian yang besar pada keuangan, yaitu: pertama, keuangan termasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan ini mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaharuan atau pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak didukung oleh keuangan yang memadai. Kedua, lazimnya uang dalam jumlah besar sulit sekali didapat khususnya bagi lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri.49

Lipham dikutip Mulyasa, mengungkapkan empat fase kegiatan pokok penyusunan anggaran sebagai berikut.

a. Perencanaan anggaran; merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur menganalisis alternatif pencapaian tujuan dengan analisis costefectiveness, membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai sasaran.

b. Mempersiapkan anggaran; antara lain menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran

47Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

hal. 77.

48E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 47-48. 49Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 163.

(20)

program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan, dan bahan-bahan yang telah tersedia.

c. Mengelola pelaksanaan anggaran; antara lain mempersiapkan pembukuan, melakukan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.

d. Menilai pelaksanaan anggaran; antara lain menilai pelaksanaan proses belajar mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.50

Manajemen biaya adalah suatu aktivitas pengelolaan biaya agar dapat berfungsi sebagai alat perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol. Menurut Blocher, bahwa informasi manajemen biaya merupakan suatu konsep yang luas, yakni mencakup segala informasi yang dibutuhkan untuk mengelola secara efektif suatu organisasi. Baik berupa informasi keuangan tentang biaya maupun informasi non-keuangan yang ada kaitannya dengan produktivitas, kualitas dan faktor kunci sukses lainnya untuk suatu organisasi. Ada empat perlunya informasi manajemen biaya yaitu:

a. Manajemen strategis, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan strategis yang tepat untuk pemilihan produk, metode proses, teknik, dan saluran pemasaran, dan hal-hal yang bersifat jangka panjang.

b. Perencanaan dan pengambilan keputusan untuk mendukung yang terus menerus dilakukan dalam kaitannya dengan pemindahan peralatan, pengelolaan aliran kas, pembelian bahan, dan penjadwalan.

c. Pengendalian manajemen dan operasional. Informasi manajemen biaya dibutuhkan untuk memberikan dasar yang wajar dan efektif untuk mengindetifikasikan operasi yang tidak efisien dan untuk memberi penghargaan dan dukungan kepada para manajer yang paling efektif.

d. Penyusunan laporan keuangan. Informasi manajemen biaya dibutuhkan untuk memberikan catatan yang akurat tentang persediaan dan aset lain.51

Sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang. Uang dipandang ibarat darah dalam tubuh manusia yag mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah dalam tubuh. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa uang ini ibarat kuda dan pendidikan sebagai gerobak. Gerobak tidak akan berjalan tanpa ditarik oleh kuda. Pendidikan tidak akan jalan tanpa adanya biaya dan uang. Uang ini termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh karena itu uang perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai investasi yang akan menghabiskan manusia manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Manfaat

50E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal.

199.

(21)

(benefit) individu, sosial atau institusional akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi manfaat individual tidak akan diperoleh dalam waktu seketika atau diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu waktu yang cukup lama, bahkan bisa satu generasi. Pendidikan dipandang sebagai sektor publik yang dapat melayani masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang dibutuhan oleh peserta didik. Manajemen keuangan dalam lembaga pendidikan berbeda dengan manajemen keuangan perusahaan yang berorientasi profit atau laba. Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai organisasi publik yang nirlaba (non profit), oleh karena itu manajemen keuangannya memiliki keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik pendidikan. Penerapan peraturan dan sistem manajemen keuangan yang baku dalam lembaga pendidikan tidak dapat disangkal lagi. Permasalahan yang terjadi di dalam lembaga terkait dengan manajemen keuangan pendidikan diantara sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang serampangan, tidak mendukung visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis di dalam rencana strategis lembaga pendidikan.52

Kebijakan pendidikan yang efektif ditentukan secara bersama oleh para pengambil keputusan manajerial, dan dibicarakan secara terbuka dengan seluruh aparat/sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga/perusahaan itu. Dalam dunia yang semakin rumit dan terbuka, pengembangan sistem kebijakan harus ditata secara demokratis dengan memperhatikan unsur-unsur hak asasi manusia. Kebijakan yang dibuat oleh organisasi/lembaga pendidikan harus mampu memberikan jaminan kepastian hukum, keadilan dan nilai guna. Perencanaan pendidikan dalam sistem manajemen efektif tidak mempergunakan perencanaan alokatif yang sifatnya statis, tapi mengembangkan perencanaan strategis yang menekankan pada tuntutan masa dan tantangan perubahan dengan memperhatikan unsur kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang yang memungkinkan untuk dicapai secara baik oleh perusahaan.53

Selama ini ada kesan bahwa keuangan adalah segalanya dalam memajukan suatu lembaga pendidikan. Tanpa dukungan finansial yang cukup, manajer lembaga pendidikan seakan tidak bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebab, mereka berpikir semua upaya memajukan senantiasa harus dimodali uang. Upaya memajukan komponen-komponen pendidikan tanpa disertai dukungan uang seakan pasti mandek di tengah jalan. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan timbulnya perhatian yang besar pada keuangan, yaitu: pertama, keuangan termasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan ini mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaharuan atau

52Dadang Suhardan, dkk., Manajamen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 255-256. 53Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(22)

pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak didukung oleh keuangan yang memadai. Kedua, lazimnya uang dalam jumlah besar sulit sekali didapat khususnya bagi lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri.54

Pengelolaan keuangan dan pembiayaan ini merupakan hal yang sensitif dibandingkan dengan manajemen bidang yang lainnya. Itulah sebabnya, maka manajemen bidang ini memerlukan tingkat keterbukaan dan akuntabilitas yang tinggi, khususnya tentang asal uang diperoleh dan penggunaannya.

Kurikulum Perguruan tinggi. Dalam perjalanannya dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan disempurnakan menjadi kurikulum 1999, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan oleh pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project),, kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Kompetensi lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut dan terakhir Kurikulum 2013.

Pergantian sistem pendidikan nasional, berarti di dalamnya terjadi perubahan kurikulum. Pergantian kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam merespons perkembangan masyarakat yang begitu cepat. Pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam masyarakat, dan itu bisa dijawab dengan perubahan kurikulum.

Dalam proses pendidikan, kurikulum menempati posisi yang sangat menentukan, ibarat tubuh, kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan. Dalam hal ini Pengelolaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa, yang menjadi perhatian adalah bagaimana strategi agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam konteks ini, guru harus didorong untuk terus menyempurnakan strategi tersebut, misalnya dengan menerapkan kaji tindak dalam pembelajaran (class room action research).

Sedangkan prinsip-prinsip pembinaan isi kurikulum yang bisa dilakukan perguruan tinggi adalah:

(23)

e. Di Indonesia kurikulum harus mencerminkan jiwa mukhadimah UUD 1945 dan isi UUD 45. Dengan demikian kurikuum harus menjadi pelaksanaan dan jiwa dari UUD 145 dalam bidang pendidikan.

f. Kurikulum harus diintegrasikan ke dalam nation character bulding (membangun karakter bangsa) khususnya sebagai alat dalam pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.

g. Kurikulum harus memberikan kemungkinan perkembangan secara maksimal tentang cipta, rasa, karsa dan karya anak yang sedang berkembang untuk menjadi manusia yang memiliki moral budi pekerti luhur dan kuat dalam keyakinan agamanya, tinggi kecerdasan, tampil dalam pembangunan, dan memiliki fisik yang sehat dan kuat.

h. Kurikulum harus mempersiapkan setiap anak didik untuk dapat berdiri sendiri dan mandiri menjadi anggota masyarakat pancasilais.

i. Kurikulum harus memadukan teori dan praktik. Segala pengetahuan yang diajarkan di sekolah hendaknya dihubungkan dengan kehidupan konkrit di dalam masyarakat dan tuntutan kerja produktif sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan sekolah.

j. Isi kurikulum harus diselaraskan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

k. Kurikulum harus disusun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan adanya integrasi lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat.

l. Kurikulum harus disusun sedemikian rupa, hingga memungkinkan diadakannya kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan bersama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, seperti pramuka dan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya.

m. Kurikulum harus merupakan rangkaian yang harmonis yang memungkinkan adanya kontinuitas antara lembaga-lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya.

n. Kurikulum harus fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi tempat dan perkembangan IPTEK.55

Kepustakaan Perguruan Tinggi. Perpustakaan menurut istilah adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan pustaka baik berupa buku-buku, maupun bukan berupa buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.56 Perpustakaan sebagai

salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk

55Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: GP Press, 2010), hal. 89-90. 56Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hal. 3.

(24)

digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.57

Jo Bryson, dikutip Lasa Hs, menjelaskan bahwa manajemen atau pengelolaan pelayanan perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan program perpustakaan dengan pemanfaatan sumber daya manusia, informasi, sistem dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan keahlian dalam. Indikator pengelolaan pelayanan perpustakaan adalah adanya proses manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.58

Pengelolaan perpustakaan merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap perpustakaan yang dikelola menyangkut sumber daya manusia, informasi, sistem dan sumber pembiayaan serta sarana dan prasarana perpustakaan dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran. Pengelolaan perpustakaanmeliputi perencanaan: a) kesesuaian antara jumlah buku dan jumlah murid, b) sumber daya manusia, c) informasi, d) sistem dan sumber pembiayaan dan e) sarana dan prasarana. Pelaksanaan meliputi kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi: a) adanya kontrol, b) adanya pelaporan, c) adanya tanggung jawab dan d) adanya penilaian.59

Perpustakaan dianggap tidak lain daripada tempat terkumpulnya buku-buku, atau suatu gudang buku saja. Perkembangan teknologi yang amat cepat dewasa ini amat berpengaruh terhadap sumber belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang banyak dimanfaatkan. Pengaruh teknologi bukan hanya terhadap bentuk dan jenis-jenis sumber belajar, melainkan juga terhadap komponen-komponen sumber belajar terutama sumber belajar yang dirancang.

Laboratorium Perguruan Tinggi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 43 menjelaskan bahwa: 1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium IPA dan komputer, laboratorium, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia, 2) Standar jumlah peralatan bagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan peserta didik.60

57Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2004),

hal. 2

58Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009), hal.

18-19.

59Ibid., hal. 26-32.

60Anonim, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 26.

(25)

Menurut Mukhtar, dkk, dikutip Kompri61, pengelolaan laboratorium

menempuh beberapa tahapan penting yaitu:

a. Perencanaan dan analisis kebutuhan, yaitu merinci rancangan pembelian, rehabilitas, distribusi, sewa, atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.

b. Penganggaran, yaitu menentukan perincian dana yang diperlukan serta menetapkan program prioritas sesuai dengan kondisi biaya yang tersedia. c. Pengadaan, yaitu upaya madrasah dalam memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana sebagaimana yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan dan penganggaran.

d. Penyimpanan dan penyaluran, yaitu upaya mengatur persediaan sarana dan prasarana di ruang penyimpanan, serta bagaimana menyalurkan ke tempat pemakaian.

e. Pemeliharaan, yaitu upaya untuk mengusahakan agar kondisi sarana dan prasarana yang tersedia tetap dalam kondisi baik, dengan cara merawat, dan menyempurnakan, atau merehabilitasinya.

f. Inventarisasi, yaitu upaya mencatat dan menyusun daftar inventaris sarana dan prasarana yang tersedia.

g. Penghapusan, yaitu menghapus daftar inventaris barang-barang yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, sesuai dengan peraturan yang ada.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam perpustakaan. Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan atau digunakan sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Namun tak dapat dipungkiri bahwa banyak tenaga pendidik yang tidak bisa mengoperasikan atau menggunakan peralatan teknologi saat ini. Sehingga saat ini sangat dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dalam proses belajar mengajar agar tidak tertinggal. Yusufhadi Miarso sendiri menjelaskan bahwa: Educational technology is defined as theory and practice in designing, deveoping, utilizing, managing, and evaluating process and resource for learning.62

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.63

61Kompri, Manajemen Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 200.

62Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana dan Diknas,

2011), hal. 286.

63Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Akasara, 2008), hal. 16-17.

(26)

Sarana Penunjang Perguruan tinggi. Sarana dan prasarana sangat mendukung dan memperlancar proses pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi suatu lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pendidikan. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan, maka keberadaan sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat diabaikan, melainkan harus dipikirkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya di suatu lembaga pendidikan. Apalagi di era teknologi ini, di mana setiap lembaga pendidikan dihadapkan pada kemampuan menghadirkan sarana dan prasarana yang up date, sesuai tuntutan zaman.

Setiap lembaga pendidikan bertanggung jawab dalam mengusahakan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan. Sarana dan prasarana merupakan faktor yang secara langsung maupun tidak langsung ikut menentukan kelancaran kegiatan pendidikan, pada gilirannya pula mempermudah tercapainya tujuan pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung, maka penyelenggaraan atau pelaksanaan proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik. Begitu pun sebaliknya, sarana dan prasarana yang mendukung dan lengkap akan memudahkan proses pendidikan, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan memberi makna dan kualitas pada pelaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung. Berdasarkan kebutuhan itu, maka makalah ini berupaya menyajikan pengelolaan sarana dan prasarana yang bisa dilakukan secara maksimal dalam dunia pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan pada pokok pemaparannya juga membicarakan standar sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42:

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang memiliki perabot, peralatan pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, buku dan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, bahan habis dipakai, sera perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruangan laboratorium, ruang bengkel kerja¸ ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.64

(27)

Setiap lembaga pendidikan bertanggung jawab dalam mengusahakan pengelolaan sarana penunjang pendidikan secara memadai. Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan kontribusi atau pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 95 tahun 2007 tentang perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 mengenai:

a. Proses pengadaan pada sektor publik, pada zaman orde baru berbasis pembangunan sedangkan sekarang berbasis kinerja.

b. Mengenai perencanaan anggaran, dahulu berdasarkan DUK dan DUP, sekarang berdasarkan AKL.

c. Mengenai penetapan, dahulu DIP dan DIK, sekarang DIP.

d. Mengenai pelaksanaan anggaran, dahulu dibedakan antara rutin dan pembangunan, sekarang dijadikan satu.

e. Sistem pengorganisasian finansial, dahulu mengacu kepada sistem anggaran perimbangan jumlah anggaran yang didapatkan satuan kerja sesuai dengan kontribusi yang diberikan oleh satuan kerja yang bersangkutan kepada negara, sekarang mengacu kepada anggaran yang berkesinambungan.

f. Mengenai indikator pelaksanaan anggaran (daya serap) dahulu hanya untuk melihat output pembelian barang sesuai dengan anggaran, sekarang tidak dilihat dari output saja, namun juga dari out comes yang harus terlihat pada AKIP yang menunjukkan apakah kinerja satuan kerja tersebut meningkat akibat pengadaan barang atau jasa tersebut.

g. Mengenai pertanggung jawaban anggaran dahulu bersifat formil kuantitatif hanya melihat jumlah di kuantasi sama dengan jumlah barang yang ada, sekarang bersifat material kuantitatif.

h. Mengenai pejabat pengelolaan anggaran dahulu hanya ada pimpinan proyek, pimpinan bagian proyek dan bendaharawan, sekarang pejabat pengguna anggaran, kuasa penggunaan anggaran atau pejabat pembuat komitmen pejabat penguji dan penandatanganan SPM dan bendaharawan.

Memenuhi tuntutan efektivitas tersebut, maka manajemen sarana dan prasarana harus dimulai dari:

a. Penentuan Kebutuhan. Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau sarana prasarana yang lain, lebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian, baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan sekolah itu.

b. Proses Pengadaan. Pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh seperti pembelian dengan biasa pemerintah, pembelian dengan biaya dari SPP, Bantuan dari komite sekolah dan, bantuan dari masyarakat lainnya.

c. Pemakaian. Penggunaan barang habis dipakai harus secara maksimal dan dipertanggungjawabkan pada tiap triwulan sekali. Sedangkan penggunaan

(28)

barang tetap dipertanggungjawabkan satu tahun sekali, maka perlu pemeliharaan dan barang-barang itu disebut barang inventaris.

d. Pengurusan dan Pencatatan. Untuk keperluan pengurusan dan pencatatan ini disediakan instrumen administrasi berupa antara lain buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan dan Kartu Barang.65

Mulai dari penentuan kebutuhan hingga pengurusan dan pencatatan serta penghapusan, maka yang perlu diperhatikan mutunya sesuai kebutuhan lembaga pendidikan seperti penentuan kebutuhan harus mengacu pada perencanaan yang dibuat dengan memperhatikan skala prioritas; proses pengadaan harus memenuhi standar kualitas dan ke kinian; tahapan pemakaian harus ditangani oleh personil yang cakap dan memahami teknologi; dan pengurusan dan pencatatan dilakukan secara berkesinambungan dan dapat memberi informasi mengenai keadaan sarana prasarana secara jelas.

SIMPULAN

Kebijakan adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk menangani sejumlah permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan program dan kegiatan, penerapan strategi dan implementasi visi dan misi negara oleh pemerintah dalam rentang waktu tertentu. Kebijakan pengelolaan perguruan tinggi adalah proses pengambilan keputusan untuk menangani sejumlah permasalahan pengelolaan pendidikan pada perguruan tinggi seperti SDM, biaya, kepustakaan, laboran dan sarana pendukung lainnya.

Mengadapi berbagai permasalahan yang muncul, maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang terarah terhadap berbagai perangkat kebijakan, kondisi birokrasi dan sistem yang berlaku di suatu sekolah. evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi.

DAFTAR RUJUKAN

A Tomas Penik, Strategic Management USA: Quick Study.

Anonim, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

B. Suryosubroto. 2008. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Bambang Sumardjoko. Faktor-Faktor Determinan Peran Dosen dalam

Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. (Jurnal Cakrawala Pendidikan, November 2010, Th. XXIX, No. 3, P.P. 294-310.

Dadang Suhardan, dkk. 2008. Manajamen Pendidikan, Bandung: Alfabeta

65B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.

(29)

Darmono. 2004. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta: PT Grasindo

Dedi Mulyasana. 2012. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: Remaja Rosdakarya

E. Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya E. Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Edgar Wille. 1992. Quality: Achieving Excelence, London: Century Bussiness Hadari Nawawi. 2000. Manajemen Strategik, Yogyakarta: Gajah Mada University

Press

Halimatus Sakdiah. Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi, Insania Vol 16. No. 1, Januari – April 2011.

Hamzah B. Uno.2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Akasara

Husaini Usman,. 2006. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Husein Umar. 2000. Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Husen Umar. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Ibrahim Bafadal. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara

Kompri. 2014. Manajemen Sekolah, Bandung: Alfabeta

Lasa Hs. 2009. Manajemen Perpustakaan Sekolah, Yogyakarta: Pinus Book Publisher

Lias Hasibuan. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: GP Press M. Hasbullah. 2015. Kebijakan Pendidikan: dalam Perspektif Teori, Aplikasi dan

Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada Maisah. 2013. Manajemen Pendidikan, Jakarta: Referensi

Mujamil Qomar. 2007. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga

Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen), Bandung: Refika Aditama Nanang Fattah. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Philip Sadler. 2012. Manajemen Strategis, London: Kogan Page

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta

(30)

Suyadi Prawirosentono. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21: Kiat Membangun Bisnis Yang Kompetitif, Jakarta: Bumi Aksara Syamsir Torang. 2016. Organisasi dan Manajemen, Bandung: Alfabeta,

Taufik Bahaudin. 2000. Brainware Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia

Tom Peter. 1992. Liberation Management Necessary Disorganization for The Nanosecond Nineties, New York: First Published In The USA,

Wiliam B. Casteter,. 1981. The Personal Fungtion in Educational Administrasion, New York: Macmillan Publishing Co.Inc

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prinsip dan prosedur pemberian kredit

Perancangan jaringan distribusi di Komplek Batununggal Indah Bandung dengan 280 pelanggan ini menggunakan metode two stage 1:4 pada ODC 1:8 pada ODP, dengan metode ini

Ekstrak etanol daun sambiloto dosis 70, 140, 280 mg/kg BB yang diberikan pada mencit model diabetes aloksan mampu menurunkan kadar glukosa darah, namur secara

Keinginan untuk pindah kerja dapat membuat auditor kurang peduli terhadap apa yang ia lakukan sehingga lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional disebabkan

Maksudnya, diskursus yang dilangsungkan masih terperangkap dalam paradigma konvensional yakni mengutamakan aspek ide atau kepercayaan (belief). Padahal, terafirmasinya sebagai

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan, sesuai dengan

  Menjadi terang dan garam dunia sebagai bagian dari komunitas kolektif kampus Katolik dalam lingkungan pendidikan tinggi (menjadi referensi)..   Menjadi terang dan garam

Banyaknya penyaluran zakat produktif yang mengalami kemacetan atau tingkat pengembalian dari modal yang disalurkan masih sangat rendah, rata-rata tingkat pengembalian modal