• Tidak ada hasil yang ditemukan

III METODOLOGI PENELITIAN. Acuan Kerja Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III METODOLOGI PENELITIAN. Acuan Kerja Penelitian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

III METODOLOGI PENELITIAN

Acuan Kerja Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada hipotesis pengarah dan batas-batas analisis. Hipotesis pengarah dimaksud bukanlah kebenaran sementara yang hendak diuji atau diverifikasi di lapangan, melainkan pedoman yang memandu atau memberi arah dalam kerja penelitian mulai sejak turun lapang sampai analisis data dan penulisan. Hipotesis disusun berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bermaksud dijawab melalui data-data dan informasi empiris.

Hipotesis pengarah

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan teoritis, hipotesis pengarah yang berfungsi menuntun peneliti dalam bekerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Pariwisata massal dan ketidakadilan sumberdaya air menyebabkan keterancaman kelembagaan subak sebagai lembaga pendukung ketahanan pangan dan salah satu pilar pembangunan pariwisata di Bali.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada komunitas petani tanaman pangan padi dan palawija berbasis sawah dimana air merupakan sumber agraria yang menjadi syarat keharusan dalam menjalankan usahatani. Sumber utama pengairan memanfaatkan Sungai Yeh Ho dan beberapa sungai kecil di sepanjang aliran sungai tersebut. Yeh Ho merupakan salah satu sungai terbesar di Kabupaten Tabanan. Konstruksi masyarakat mengelola sumberdaya air, menyimpan makna pentingnya air dalam kehidupan masyarakat tani. Nilai-nilai itulah yang menjadi darah dalam tubuh subak dan mengalir keseluruh sendi-sendi kehidupan organisasi dalam menjalankan fungsinya mengatur, mendistribusi, dan memanfaatkan ketersediaan air secara adil dan kebersamaan.

Fokus penelitian pada kelembagaan pengairan subak. Mempelajari, menggali, dan menganalisis pertarungan akses sumberdaya air yang terjadi dan berkembang di lokasi penelitian dan dampaknya pada regim pengairan subak. Posisi metodologis berikut ditetapkan untuk membantu peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian agar sesuai dengan alur paradigma yang dianut, pegangan yang jelas tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Selanjutnya membantu peneliti dalam merumuskan kriteria kualitas penelitian, serta membantu pihak lain dalam menanggapi rencana, pelaksanaan, maupun hasil penelitian. Kejelasan metodologis memudahkan orang lain melakukan , memberi saran maupun mengkritik pelaksanaan dan hasil penelitian.

Paradigma dan Perspektif Penelitian

Paradigma merupakan pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajarinya (Ritzer, 2007) atau cara pandang terhadap suatu hal atau

(2)

fenomena tertentu (Moleong, 1999). Cara pandang muncul karena didalam diri peneliti sudah terbentuk satu perangkat kepercayaan yang didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu yang dinamakan aksioma. Paradigma sebagai seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan peneliti dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma digunakan peneliti atau saintis mencari kebenaran realitas suatu ilmu (Lincoln dan Guba, 2000). Kedudukan paradigma sebagai ideologi dipakai sebagai penuntun penelitian sehingga mewarnai keseluruhan perencanaan, proses, dan hasil penelitian. Pilihan satu paradigma merupakan keputusan ideologis dalam sebuah pencarian kebenaran realitas. Artinya, peneliti ingin mengatakan secara meyakinkan, tanpa ragu-ragu bahwa pilihan di luar itu adalah tidak berlaku. Oleh karena itu, segala keunggulan dan kelemahan dalam sebuah paradigma terbuka ruang lebar untuk saling kritik, koreksi, dan melengkapi sehingga berpeluang melahirkan revolusi ilmu pengetahuan (Ritzer, 2007).

Lincoln dan Guba (2000) menyebutkan ada empat aspek penting dalam paradigma meliputi; 1) ontology (mempelajari hakikat suatu realitas atau sesuatu yang dapat diketahui). Pada aspek ini dapat diajukan pertanyaan mendasar tentang bentuk dan sifat realitas tentang hal apa yang dapat diketahui mengenai realitas tersebut; 2) epistemology, mempelajari hakikat hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dengan objek yang ditemukan. Pada aspek ini dapat diajukan pertanyaan apa yang harus dilakukan untuk mengetahui realitas dan bagaimana hubungan sosial antara peneliti dengan yang diteliti sebaiknya dibangun ; 3) ethics atau aksiologi yangmembahas dan mendalami peran nilai-nilai dari suatu kegiatan penelitian; dan 4) methodology yaknimemilih peralatan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan penelitian.

Lincoln dan Guba (2000) menyebutkan ada lima jenis paradigma yaitu : (1) Paradigm positivisme yang berakar pada paham ontologi realisme dengan menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam (natural law)bersifat universal. (2) Paradigma post-positivisme muncul sebagai perbaikan terhadap pandangan positivism, dan mengatakan realitas kontrol oleh hukum alam hanya bisa dipahami sebagian saja. (3) Paradigma teori kritis (critical theory) memandang realitas yang teramati merupakan realitas semu yang telah terbentuk melalui proses sejarah oleh proses sosial, ekonomi, politik dan budaya. Realitas penuh dengan muatan ideologi tertentu. (4) Paradigma konstruktivisme secara ontologis menyatakan realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan kepada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik serta tergantung kepada pihak yang melakukannya. (5) Paradigma partisipatory yang ingin mengetahui permasalahan dan merubah realitas sosial menjadi lebih baik.

Penelitian ini menggunakan paradigm kritis (critical theory) yang memandang realitas yang teramati merupakan realitas semu, terbentuk melalui proses sejarah oleh proses sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Realitas penuh dengan muatan ideologi tertentu. Penelitian tidak dimaksudkan melakukan generalisasi melainkan memusatkan perhatian pada pemahaman tentang realitas tertentu yang terbentuk dari proses kesejarahan tertentu, dalam ajang sosial tertentu, sehingga hanya memungkinkan dipahami secara terbatas. Secara epistemology, merupakan transaksionalis subjektivis, hubungan antara peneliti dengan tineliti dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman mengenai suatu

(3)

realitas merupakan value mediated findings. Secara metodologi mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi level analisis. Atas dasar pandangan filosofis ini, hubungan epistemologis antara pengamat dan obyek merupakan satu kesatuan subyektif dan merupakan perpaduan interaksi diantara keduanya. Methodologinya melalui interaksi dialektik antara peneliti dan tineliti untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.

Mengikuti kerangka berfikir Turner (1998) dalam bukunya The Structure of Sociological Theory” yang menyebutkan ada delapan perspektif penelitian, studi ini lebih mendekati perspektif konflik. Pemikiran perspektif ini menekankan pada adanya perbedaan pada diri individu, petani, pengusaha, maupun birokrat dalam mendukung suatu sistem sosial. Konflik masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan (interests) terhadap sumberdaya air yang sifatnya langka. Keberhasilan individu mendapatkan sumberdaya air berbeda-beda karena kemampuan individu pun berbeda. Persaingan untuk mendapatkan sumberdaya air tersebut memicu munculnya konflik dalam masyarakat.

Asumsi utama perspektif konflik bahwa setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan, konflik di mana-mana dan memberikan sumbangan pada disintegrasi maupun perubahan yang didasarkan pada paksaan beberapa anggota terhadap anggota lainnya. Perspektif konflik juga beranggapan bahwa masyarakat dibentuk oleh persaingan kelompok-kelompok dalam menguasai sumberdaya alam termasuk sumberdaya air yang bersifat langka. Individu dibentuk oleh institusi sosial dan posisi kelompok-kelompok dalam masyarakat. Bagi perspektif ini perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan selalu terjadi dalam setiap masyarakat. Konsep-konsep yang ditekankan dalam perspektif ini adalah kepentingan, kekuasaan, dominasi, konflik, dan pemaksaan.

Lokasi dan Sasaran Penelitian

Tahap penelitian dimulai dari menyusun rencana penelitian dengan memformulasikan pertanyaan penelitian, memilih lokasi, memutuskan siapa dan dimana dilakukan observasi dan wawancara, mendapatkan akses ke lapangan, membangun hubungan (rapport), membina relasi dengan informan, merekam dan mencatat hasil observasi, melakukan wawancara, melakukan analisis data, dan menulis laporan. Peneliti juga berusaha mendapatkan gatekeeper, sehingga akses ke dalam masyarakat akan lebih mudah (Creswell, 1994).

Penelitian ini mengambil kasus Subak Agung Yeh Ho, di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Wilayah Subak Agung Yeh Ho merupakan pertanian padi sawah yang memperoleh pengairan dari Sungai Yeh Ho dan suplesi dari sungai-sungai kecil lainnya. Dari 45 Subak Tunggal yang ada, ditetapkan dua subak yang dilakukan penggalian informasi lebih mendalam yaitu Subak Aseman IV yang berlokasi dibagian hilir sungai dan Subak Aya III yang berada di bagian hulu sungai. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti: 1) Bali merupakan salah satu daerah sentra beras nasional dengan lahan sawah beririgasi cukup luas dan Tabanan merupakan basis utama pertanian pangan Bali; 2) Terdapat lembaga pengairan subak yang dikenal sudah ada sejak berabad-abad lalu dan tetap eksis hingga saat ini. Pada tahun 2012 subak ditetapkan sebagai

(4)

salah satu warisan budaya dunia oleh lembaga internasional UNESCO. Tabanan merupakan kabupaten yang memiliki subak terbanyak di Bali; 3) Subak Agung Yeh Ho adalah subak agung pertama di Bali yang meliputi salah satu sungai terbesar di Tabanan; 4) Di lokasi mulai merebak berbagai konflik perebutan air baik ditingkat petani, antar subak, antara petani dengan PDAM maupun antar wilayah administrasi. Dua Subak Tunggal yang diteliti lebih mendalam dengan memilih secara sengaja satu subak yang dekat dengan pegunungan atau daerah sumber air yaitu Subak Aya III, dan satu subak yang jauh dari sumber air karena berada di daerah dataran rendah, dekat dengan pantai yaitu Subak Aseman IV. Keduanya merupakan lokasi dimana pengelolaan dan pemanfaatan air telah menjadi pemicu konflik. Pendalaman kedua lokasi bertujuan melihat kemungkinan perbedaan bentuk krisis air dan konflik yang ditimbulkannya, penyebab-penyebab maupun bentuk-bentuk konflik yang terjadi.Penelitian lintas wilayah subak maupun lintas administrasi tidak terhindarkan karena konflik terkait air terbukti menembus batasan sekat-sekat wilayah mengikuti kondisi hidrologis, mengikuti letak sumber dan aliran air dan sepanjang bentang lintasannya .

Sasaran penelitian ditingkat atas desa adalah para aktor yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan kontrol terhadap sumberdaya air dan persubakan seperti Bappeda, Sedahan Agung, Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pengairan serta lembaga Shabantarayang dapat merepresentasikan aktor negara (dalam hal ini pemerintah daerah). Peneliti juga menggali data dari pihak-pihak legislatif daerah yang dianggap sebagai representasi rakyat dalam melahirkan produk hukum maupun mengontrol kebijakan-kebijakan terkait sumberdaya air daerah. Selanjutnya aktor pengusaha yang mengembangkan usaha dengan bahan baku utama air, termasuk didalamnya PDAM dan Air Minum dalam Kemasan (AMDK). Di tingkat mikro, sasaran penelitian adalah petani subak dan pengurus serta lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan dan penggunaan air.

Data dan Prosedur Pengumpulan Data

Realitas sosial yang menjadi lapangan studi (subject –matter) ini berpusat pada aspek berikut : 1) Deskripsi lokasi dan sistem pengairan kelembagaan tradisional subak; 2) Keterlibatan berbagai aktor dalam pengelolaan, pemanfaatan dan kontrol terhadap sumberdaya air; 3) Sumber dan basis kekuasaan setiap aktor memainkan perannya dalam kontestasi kekuasaan atas sumberdaya air; 4) Proses yang dilakukan setiap aktor dalam rangka mempertahankan dan melestarikan akses dan kekuasaan atas sumberdaya air. 5) Tempat dan waktu berlangsungnya pertarungan perebutan air baik secara material maupun immaterial; 6) Melakukan analisis peran kelembagan tradisional subak dalam memainkan kuasa pengetahuan lokalnya untuk menjaga keberlanjutan mengakses, memanfaatkan, dan mengendalikan sumberdaya air sehingga kebutuhan anggota tetap terpenuhi secara adil, termasuk mengamati peran tokoh/pemimpin subak; dan 7) Otonomi subak dan disintegrasi pengelolaan serta pemanfaatan air dalam satu daerah ekologi air.

(5)

Realitas yang beragam digali menjelajahi sejarah perkembangan kelembagaan pengairan subak dan kebijakan sumberdaya air.Penelusuran dokumen tertulis maupun bukti-bukti sejarah yang ada seperti pada Museum Subak dan Sedahan Agung, dilengkapi wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh subak maupun tokoh yang berkaitan dengan subak di berbagai tingkatan. Persoalan dicermati melalui beragam aspek diantaranya :1) Kesejarahan (historically): tinjauan terhadap keadaan ekologi dan kelangkaan air serta kebijakan serta realitas pelaksanaan di level pusat atau negara, daerah maupun komunitas; 2) Ekonomi (economically): strategi setiap aktor dalam usaha mengakses, memanfaatkan dan mengendalikan sumberdaya air. 3) Politik (politically) dan geografi: sejauhmana hubungan antar wilayah, sektor, dan antar aktor berdialog yang diekspresikan lewat kebijakan dan tindakan untuk mengatasi krisis dan menjaga kelestarian lingkungan.

Penggalian data, pengamatan, dan objek merupakan satu kesatuan subyektif dan merupakan perpaduan interaksi diantara peneliti dan tineliti. Interaksi dialektik antara peneliti dengan tineliti dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Secara metodolog imengutamakan analisis komprehensif, kontekstual, dan multi level analisis. Transformasi sosial antara peneliti dan tineliti untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti partisipan observasi yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah paradigmakritis.

Sebagai penelitian kualitatif, studi ini lebih merupakan deskriptif-eksplanatif yang luwes dan terbuka, sama sekali tidak bermaksud memberikan verifikasi yang kaku dan tertutup. Rumusannya berubah sesuai tuntutan perkembangan studi. Bentuk akhir rumusan baru ditemukan saat menganalisis data bahkan saat melakukan penulisan disertasi.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi baik dari sisi geografis maupun objek kajian. Kasus diamati pada pengairan sawah di Kabupaten Tabanan Bali yang memiliki sistem sosial masyarakat dengan lembaga subak yang khas. Fokus diutamakan kepada bagaimana pertarungan gagasan dan praktikal antar aktor dalam pengaturan, pemanfaatan, dan pengendalian sumberdaya air dan konflik yang terjadi. Meskipun fenomena yang dikaji dikaitkan dengan produk hukum dan program pembagunan pertanian dan pengairan, namun fokus tetap berada pada arena pertarungan pengetahuan dan konflik yang terjadi.

Beberapa keterbatasan penelitian ini datang dari diri peneliti sendiri maupun cakupan sistem sosial yang dikaji. Pertama, dari diri peneliti sendiri yang memiliki peran sangat sentral akan menentukan kelengkapan, kedalaman, dan kualitas hasil penelitian. Etnis dengan budaya dan bahasa peneliti yang berasal dari luar Bali, serta pengalaman melakukan penelitian kualitatif yang masih relatif terbatas merupakan salah satu kelemahan studi ini. Kedua, keterbatasan akses melakukan diskusi dan interaksi dengan para pejabat daerah yang memegang kunci informasi di dalam melihat pertarungan ditingkat proses penyusunan kebijakan juga menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Ketiga, struktur masyarakat Bali yang menganut sistem kasta dan menganut ideologi Hindu yang mewarnai seluruh kehidupan sosial kemasyarakatannya diduga membatasi

(6)

peluang hasil studi ini menjadi sumbangan kebijakan yang bersifat general bagi Indonesia.

Berpijak pada keterbatasan yang ada, peneliti berusaha melakukan pendalaman materi dan konfirmasi data melalui wawancara kelompok dan diskusi informal-intensif dengan informan yang dinilai memiliki pengetahuan tentang subak, pengairan, dan pertanian serta kemampuan bahasa Indonesia yang baik. Peneliti juga secara aktif menghadiri FGD dan forum-forum diskusi yang terkait subak dan sumberdaya air.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data utama yang digunakan adalah analisis kualitatif, oleh karenanya penelitian ini tidak ditujukan untuk mengklarifikasi teori melainkan diartikan sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun ke dalam bentuk teks yang diperluas. Bermakna bahwa data yang disajikan berwujud kata-kata dan bukan angka-angka kecuali pada angka penunjang yang diperoleh dari data sekunder. Peneliti membuat catatan lapang dari data hasil pengamatan, wawancara , maupun tafsiran data berdasarkan hubungan antar informasi dan interaksi yang terjadi.

Langkah analisis dilakukan bertahap sbb:

1. Sebelum ke lapangan, dilakukan analisis melalui studi pustaka hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama atau bersinggungan, meninjau kebijakan yang ada di berbagai tingkatan, penajaman teori yang digunakan untuk menganalisis, sebagai bentuk pengenalan dan pengayaan pengetahuan awal terkait substansi. 2. Saat di lapangan, melalui pengamatan, wawancara bebas, maupun wawancara

mendalam, dibuat catatan penelitian, mengkaitkan dengan teori, memilih, menyederhanakan, mengabstraksi dan membuat kerangka dasar penyajian data. 3. Setelah dari lapangan, melakukan kategorisasi dan reduksi data, klasifikasi dan

penyajian data, membuat rumusan-rumusan, menarik kesimpulan umum hingga kesimpulan spesifik.

Tahap pertama analisis data kualitatif yang dilakukan adalah proses reduksi data yang terfokus pada pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan lapangan yang dinilai relevan dengan fokus penelitian. Proses reduksi data dilakukan bertahap selama dan sesudah pengumpulan data sampai laporan tersusun dengan membuat ringkasan data, menelusuri tema tersebar, dan membuat kerangka dasar penyajian data.

Tahap kedua adalah penyajian data, yaitu penyusunan informasi menjadi pernyataan yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk teks naratif, mulanya terpencar dan terpisah pada berbagai sumber informasi, kemudian diklasifikasi menurut tema dan kebutuhan analisis.

Tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian data. Penarikan kesimpulan berlangsung bertahap dari kesimpulan umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik pada tahap penyajian data, dan lebih spesifik lagi pada tahap penarikan kesimpulan. Rangkaian proses bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus. Analisis data kualitatif dengan metode induktif, tidak bermaksud menguji hipotesis tetapi lebih

(7)

merupakan abstraksi berdasarkan bagian yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan.

Pemeriksaan keabsahan data juga dilakukan melalui empat cara, yaitu: 1). Derajat Kepercayaan (credibility). Pada penelitian kuantitatif cara ini dikenal dengan konsep validitas internal. Disini kriteria kredibilitas berfungsi untuk melaksanakan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Pentingnya uji kepercayaan secara kualitatif dalam penelitian ini karena karakteristik sumber informasi yang beragam serta substansi informasinya yang relatif abstrak. Beberapa teknik yang digunakan untuk menentukan kredibilitas data dalam penelitian kualitatif antara lain: (a) memperpanjang masa observasi yang semula empat bulan menjadi enam bulan dengan komunikasi via telepon selama proses penulisan; (b) pengamatan yang terus menerus secara berulang sampai diyakini informasi sudah jenuh dan tetap, oleh karena itu kunjungan ke lapang secara berulang dimaksudkan untuk hal ini; (c) triangulasi melalui keragaman sumber untuk suatu informasi yang sama; (d) membicarakan dengan orang lain yang paham substansi subak dan pengairan atau mereka yang pernah melakukan studi yang terkait; (e) menganalisis kasus negatif dalam hal ini hal suatu realitas yang kontradiksi dengan hipotesis atau temuan umum tentang konflik air dan persubakan; dan (f) menggunakan bahan referensi termasuk hasil-hasil studi atau analisis tentang subak, pengairan, politik ekologi maupun politik ekonomi irigasi; 2). Keteralihan (transferability); .pengganti konsep validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, validitas eksternal bukan untuk memperoleh generalisasi melainkan untuk memperoleh keteralihan (logika replikasi), yaitu seandainya penelitian yang sama dilakukan oleh orang lain, dengan menggunakan pendekatan yang sama, niscaya hasilnya akan sama atau hampir sama. Sekalipun subak hanya terdapat di Bali, berpeluang dilakukan pada lembaga pengairan tradisional lainnya; 3). Kebergantungan (dependability); merupakan pengganti konsep reliability pada penelitian kuantitatif. Peneliti akan membuat sebanyak mungkin langkah-langkah, serta dalam menyelenggarakan penelitian seolah-seolah ada seseorang yang selalu melakukan quality kontrol terhadap apa yang sedang dikerjakan. Reliability tercapai apabila alat ukur yang digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam hal ini, alat ukurnya bukan benda tapi manusia atau peneliti sendiri sehingga peneliti menggunakan metode observasi partisipatif. 4). Kepastian (confirmability); adalah pengganti konsep obyektivitas pada penelitian kuantitatif yang berarti apa adanya, tidak berat sebelah. Objektivitas disini bersifat the objectivied subjectivities (subjektif menurut peneliti maupun teori yang dipakai tetapi objektif menurut subjek yang diteliti), bukan bersifat the subjectivied objectivitiesyang berartiobjektif menurut teori yang dipakai peneliti tetapi subjektif menurut yang diteliti.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu enam bulan (Oktober 2012 sampai Maret 2013) secara berulang-ulang sehingga ada empat kali kunjungan ke lapangan dengan rata-rata tiga sampai empat minggu setiap ke lapangan. Cara ini dilakukan sebagai upaya validitas data dengan menanyakan ulang kembali

(8)

temuan-temuan pada kunjungan sebelumnya, dengan demikian temuan itu selalu dikoreksi dan dikonfirmasi pada kunjungan berikutnya. Pengulangan kunjungan juga dilakukan karena peneliti membutuhkan adanya waktu sela untuk memahami dan merenungkan temuan setiap kunjungan. Hal ini karena keterbatasan peneliti memahami secara cepat hubungan antar data dan informasi terutama ditingkat subak yang sarat dengan simbol-simbol dan makna budaya-agama sebagai konsekuensi peneliti berasal dari etnis, bahasa, dan agama yang berbeda dengan tineliti.

Peneliti mengakui, literatur hasil-hasil penelitian sebelumnya, seminar atau forum diskusi tentang subak dan sumberdaya air yang sempat diikuti, serta keterbukaan para ahli subak dan pengairan di Bali untuk diwawancara mendalam secara berulang sangat membantu memahami realitas sosial yang diamati dan menambah rasa percaya diri peneliti terhadap data yang dihimpun.

Sumber data yang beragam meliputi diskusi intensif dengan delapan tokoh subak yang meliputi petani anggota dan pengurus subak otonom, subak gde, dan subak agung. Data juga dihimpun dari aparat pemerintah atau birokrat dari instansi yang terkait pengelolaan air dan subak dari tingkat provinsi hingga desa yang ditemui secara sengaja mengikuti arus informasi yang dihimpun. Wawancara terbatas berhasil dilakukan dengan pihak pengusaha yang memanfaatkan sumberdaya air seperti direktur dan staf PDAM. Meski demikian, sebagian besar dari informan bersedia di hubungi untuk tambahan maupun konfirmasi data melalui media komunikasi telepon atau pesan singkat (SMS) bahkan sampai proses penulisan disertasi ini berlangsung.

Langkah operasional dilapangan dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah kunjungan sebulan pertama peneliti mencoba mengumpulkan dan mencermati undang-undang, peraturan pemerintah, serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengan substansi seperti otonomi daerah, sumberdaya air dan pengairan, lingkungan hidup, program pembangunan daerah Bali dan Tabanan yang bersentuhan dengan sumberdaya air, pariwisata, dinamika pemilikan/penguasaan dan alih fungsi lahan, hingga kelembagaan terkait pertanian, pengairan, dan subak. Bersamaan dengan pengumpulan data sekunder ini dilakukan wawancara dengan aparat pemerintah terkait isi kebijakan dan pelaksanaan operasional di lapangan menurut rencana dan kacamata aktor yang terlibat pada berbagai tingkatan supra desa. Pengumpulan hasil-hasil studi yang dilakukan oleh institusi penelitian lain seperti Universitas Udayana, Universitas Saraswati, lembaga peduli lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya air. Tahap kedua adalah sebulan kunjungan kedua, melakukan penggalian data primer melalui wawancara, dialog, pengamatan langsung pada tingkat petani meliputi penggalian sejarah tentang subak dan perkembangannya, dinamika kelembagaan dilihat dari aktivitas pengairan dan pertanian, keterkaitannya dengan kelembagaan lain baik internal desa seperti desa dinas, desa adat, koperasi, maupun dengan supra desa seperti kecamatan, sedahan agung, shabantara, pemda kabupaten, serta proses-proses yang terjadi dalam merespon faktor eksternal baik yang datang dari aktor negara maupun aktor lain yang terlibat. Substansi data primer berupa realitas sosial yang berpusat pada aspek keterlibatan berbagai aktor masyarakat subak, swasta, maupun pemerintah, bentuk dan jenis wacana yang menjadi sumber kekuasaan, proses dalam mempertahankan dan melestarikan akses dan kekuasaan, tempat dan waktu berlangsungnya pertarungan pengetahuan dan

(9)

kekuasaan; dan analisis peran kelembagaan tradisional. Realitas yang beragam digali menjelajahi sejarah kebijakan sumberdaya air dan sistem pengairan pertanian melalui penelusuran dokumen, bukti-bukti sejarah, dan melakukan wawancara mendalam. Tahap ketiga adalah tiga minggu kunjungan ketiga, digunakan menggali otonomi subak dan bandingan antar subak di daerah Aseman IV dan Subak Aya, bentuk otonomi yang menyebabkan disintegrasi dalam pemeliharaan, pemanfaatan dan keberlanjutan proses usahatani subak khususnya yang berada di bagian hilir. Tahap keempat adalah tiga minggu kunjungan keempat lebih kearah mengkonfirmasi data dan informasi yang sudah dikumpulkan serta melihat relasi-relasi antar informasi. Sekalipun koreksi dan konfirmasi selalu dilakukan tiap kunjungan, secara keseluruhan dilakukan lebih intens pada kunjungan terakhir, termasuk konfirmasi silang informan.

Referensi

Dokumen terkait

Supervisor (Kepala Ruangan) memberitahu PP (Perawat Primer) bahwa akan dilakukan supervisi prosedur pemberian obat melalui intravena Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi

a) Mempersiapkan Silabus pembelajaran. b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaan media audio visual. c) Mempersiapkan

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif karena penulis pada penelitian ini akan mendeskripsikan

(2) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelas RSBI dan Reguler pada kelompok mata kuliah tertentu, yaitu pada kelompok mata kuliah MPB,

Peningkatan intensitas radiasi ultraviolet di troposfer, tingginya kandungan uap air karena jumlah penguapan yang tinggi, serta meningkatnya konsentrasi ozon atmosferik

Untuk itu ketika isi dokumen dengan bukti fisik tidak sesuai, maka penahanan barang di Balai Besar karantina Pertanian akan dilakukan.dalam hal tertahannya barang

Dari laporan yang dipublikasikan oleh EF pada tahun 2015 ini, negara yang masih bergelut dengan krisis adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa inggris