• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII PENUTUP. dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII PENUTUP. dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan

Pemanfaatan jamkesda di definisikan sebagai konsumsi pelayanan kesehatan dengan menggunakan jaminan kesehatan. Pemanfaatan jamkesda terdiri dari pemanfaatan layanan primer dan rawat inap. Intensitas penggunaan jamkesda di fasilitas kesehatan selama satu tahun (2013) menunjukkan bahwa kelompok masyarakat yang selalu menggunakan jamkesda untuk berobat persentasenya besar, yaitu mencapai 59,3%. Masyarakat yang menyatakan berobat terakhir dengan menggunakan jaminan kesehatan daerah mencapai 86,7%. Sedangkan masyarakat yang menyatakan tidak menggunakan jaminan kesehatan daerah ketika terakhir berobat persentasenya 13,3%. Masyarakat yang tidak menggunakan jamkesda penyebab utamanya adalah karena kecewa dengan kualitas pelayanan yang diterima sebelumnya.

Faktor-faktor yang mendorong dan mempengaruhi pemanfaatan jamkesda di Kabupaten Kulon Progo yaitu faktor predisposisi dan kemampuan sumber daya. Faktor predisposisi menunjukkan bahwa masyarakat pengguna jamkesda adalah masyarakat yang berada pada usia produktif dengan background pendidikan yang rendah. Kelompok masyarakat yang berada dalam usia produktif dan latar belakang pendidikan rendah mempunyai kolerasi dengan jenis mata pencaharian dimana masyarakat pengguna banyak bekerja pada sektor informal.

Faktor kemampuan sumber daya dalam pemanfaatan jamkesda di Kabupaten Kulon Progo menggambarkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap hak pengguna

(2)

jamkesda masih sangat rendah. Masyarakat pengguna hanya memahami terkait dengan hak mereka pada layanan kelas rawat inap. Pemahaman yang rendah ini tidak lepas di dorong dari faktor presdiposisi. Selain itu sumber informasi yang di dapatkan oleh masyarakat dalam mengakses layanan jamkesda masih terbatas. Pemahaman masyarakat terkait dengan hak pengguna Jaminan Kesehatan Daerah dan sumber informasi yang diterima masyarakat merupakan hal yang penting dalam pelayanan kesehatan. Pemahaman pengguna terhadap hak pengguna yang rendah menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan jaminan kesehatan daerah.

Pemanfaatan jaminan kesehatan daerah pada tahun 2013 menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat atau responden menggunakan jamkesda untuk berobat. Masyarakat yang menyatakan tidak menggunakan jaminan kesehatan daerah persentasenya 13,3%. Masyarakat yang menyatakan tidak memanfaatkan jaminan kesehatan daerah dipengaruhi oleh kekecewaan terhadap kualitas pelayanan yang diterima.

Karakteristik exit dalam pemanfataan jamkesda di Kabupaten Kulon Progo diidentifikasi dengan munculnya ketidakpuasaan masyarakat pengguna layanan kesehatan. Ketidakpuasaan kemudian di petakan ke dalam beberapa hal yaitu ketidakpuasaan terhadap sistem jaminan kesehatan daerah, kelas rawat inap, dan kelas rawat jalan.

Pertama, ketidakpuasaan masyarakat terhadap sistem Jamkesda berdasarkan intensitas penggunaan jamkesda pada tahun 2013 terletak pada kelas rawat inap dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima. Kedua, ketidakpuasaan masyarakat dengan layanan rawat jalan di rumah sakit maupun puskesmas berdasarkan

(3)

penggunaan jaminan kesehatan daerah pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ketidakpuasan yang besar terjadi pada masyarakat yang jarang menggunakan jamkesda dibanding dengan masyarakat yang sering menggunakan jamkesda. Faktor-utama yang mempengaruhi ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan rawat jalan adalah profesionalitas petugas registrasi dan ketersediaan obat. Ketiga, ketidakpuasaan masyarakat terhadap layanan rawat inap di rumah sakit dan puskesmas menunjukkan bahwa alasan yang paling banyak dikeluhkan adalah kualitas ruang rawat inap.

Karakteristik exit dalam pemanfataan Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Kulon Progo sangatlah kecil. Karakter exit bekerja ketika adanya penurunan kuantitas pengguna. Tetapi dari data menunjukkan bahwa tidak ada penurunan kuantitas pengguna. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh penerapan kebijakan Total Coverage. Selain itu ketidakpuasaan yang mucul persentasenya sangat sedikit dibandingkan dengan kepuasaan yang dialami oleh pengguna. Reaksi penyedia layanan yang muncul juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kuantitas pengguna.

Dalam karakter voice, masyarakat yang mengalami ketidakpuasaan cenderung menyampaikan kelulahan langsung kepada petugas di fasilitas kesehatan. Dalam karakter voice ada beberapa poin penting yaitu dimana pengguna yang menyampaikan keluhan dapat memberikan pengaruh pada penyedia layanan untuk melakukan perbaikan. Upaya pengguna menyampaikan keluhan belum secara

(4)

signifikan memberikan pengaruh kepada penyedia layanan karena respon penyedia layanan masih terbatas

Karakteristik loyalty dalam pemanfaatan Jamkesda menunjukkan bahwa keterikatan masyarakat yang muncul dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu keterikatan berdasarkan kepuasaan dan ketidakpuasaan. Keterikatan berdasarkan kepuasan muncul dimana masyarakat puas terhadap sistem Jamkesda dan pelayanan yang diberikan. Keterikatan berdasarkan ketidapuasaan muncul dimana terdapat perilaku menipu diri, yaitu masyarakat yang mengalami ketidakpuasaan menganggap pelayanan buruk merupakan hal yang wajar. Keterikatan masyarakat dalam pemanfaatan jamkesda di Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh keterikatan berdasarkan kepuasaan. Sedangkan keterikatan yang muncul atas dasar ketidakpuasaan dibagi menjadi dua yaitu keterikatan menggunakan jamkesda tetapi memberitahukan ke masyarakat lain bahwa pelayanan yang diberikan buruk dan keterikatan pengguna yang tetap menggunakan jamkesda walaupun mengalami ketidakpuasaan.

Keterikatan pengguna jamkesda yang muncul dipengaruhi oleh kebijakan yang menyertainya. Jamkesda merupakan bentuk asuransi sosial yang secara tidak langsung memaksa masyarakat masuk menjadi bagiannya. Keterikatan yang muncul merupakan upaya pemerintah memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan. Kemudian penerapan Total Coverage semakin menguatkan keterikatan masyarakat yang belum menggunakan jaminan apapun.

(5)

Program lain diluar jamkesda tidak memberikan ancaman yang berarti pada keterikatan pengguna. Keterikatan yang muncul tidak lepas dari pengetahuan pengguna terhadap program jamkesda itu sendiri. Masyarakat pengguna yang pengetahuannya luas terkait jamkesda akan dapat menghitung resiko yang muncul ketika memanfaatkan jamkesda dalam pelayanan kesehatan. Sebaliknya masyarakat pengguna yang pengetahuannya kurang cenderung tidak memikirkan resiko yang muncul, Mereka lebih suka menpu diri dengan menganggap bahwa pemanfaatan jaminan yang digunakan baik-baik saja walaupun mungkin pada kenyataannya mengalami penurunan kualitas pelayanan.

Karakter exit, voice, dan loyalty yang muncul dalam pemanfaatan jamkesda dianalisis dengan menggunakan faktor predisposisi dan kemampuan sumber daya menghasilkan beberapa temuan unik. Pertama, kelompok pengguna yang berpotensi mendorong karakter exit dilihar dari ketidakpuasaan terhadap sistem jamkesda meliputi kelompok masyarakat berdasarkan kategori umur kurang dari 45 tahun, masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi, dan masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih dari satu juta. Ketidakpuasaan kelompok pengguna jamkesda terletak pada kelas rawat inap dan kualitas pelayanan kesehatan. Kelompok pengguna yang berpotensi mendorong karakter exit dilihat dari ketidakpuasan terhadap layanan rawat jalan meliputi kelompok masyarakat berdasarkan kategori umur kurang dari 45 tahun, masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi, dan masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih dari satu juta. Kelompok pengguna yang berpotensi mendorong karakter exit dilihat dari ketidakpuasaan terhadap layanan rawat inap meliputi kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori umur lebih dari 45 tahun,

(6)

masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi, dan masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih dari satu juta.

Kedua, ketidakpuasaan pengguna dilihat dari pelayanan medis dan non medis memberikan gambaran bahwa warga pengguna layanan rawat jalan mengalami kecenderungan ketidakpuasaan terhadap pelayanan medis di banding dengan pelayanan non medis. Ketidakpuasaan pengguna tersebut terletak pada ketersediaan obat.. Warga pengguna dalam menggunakan layanan rawat inap mengalami kecenderungan ketidakpuasaan terhadap pelayanan non medis di banding dengan pelayanan medis. Ketidakpuasaan pengguna terhadap pelayanan non medis terletak pada kualitas ruang rawat inap.

Ketiga, reaksi komplain pengguna yang mengalami ketidakpuasan ditinjau dari faktor predisposisi dan kemampuan sumber daya memberikan gambaran kelompok pengguna mana yang aktif dalam menyampaikan suaranya (komplain). Reaksi pengguna yang dominan dalam melakukan komplain dengan menyampaikan langsung ke petugas difasilitas kesehatan berdasarkan jenis kelamin adalah masyarakat pengguna yang berjenis kelamin perempuan. Reaksi pengguna yang dominan dalam melakukan komplain dengan menyampaikan langsung ke petugas di fasilitas kesehatan berdasarkan tingkat umur adalah masyarakat pengguna yang berumur kurang dari 45 tahun. Reaksi pengguna yang dominan dalam melakukan komplain dengan menyampaikan keluhan langsung ke petugas di fasilitas kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan adalah kelompok masyarakat yang berpendidikan tinggi. Reaksi pengguna yang dominan dalam melakukan komplain dengan

(7)

menyampaikan keluhan ke petugas di fasililitas kesehatan adalah kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih dari satu juta.

Keempat, respon pengguna atas ketidakpuasaan dengan membiarkan dan tetap memanfaatkan program jamkesda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa respon pengguna berjenis kelamin perempuan lebih dominan menyatakan suaranaya dibanding dengan laki-laki. Dari segi umur, respon pengguna atas ketidakpuasaan yang membiarkan dan tetap akan memanfaatkan program Jamkesda lebih banyak didominasi oleh pengguna yang berumur lebih dari 45 tahun. Dari tingkat pendidikan, respon pengguna yang membiarkan dan tetap memanfaatkan program Jamkesda didominasi oleh masyarakat pengguna dengan tingkat pendidikan rendah .Respon pengguna berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa pengguna dengan tingkat pendapatan kurang dari satu juta lebih dominan dibanding dengan pengguna yang tingkat pendapatan lebih dari satu juta.

Strategi untuk mempertahankan keterikatan warga pengguna dalam pemanfaatan Jamkesda di Kabupaten Kulon Progo ditempuh melalui dua cara yaitu menguatkan fungsi voice dan menekan fungsi exit. Pertama, strategi yang dapat ditempuh dalam penguatan karakter voice adalah peningkatan partisipasi terutama pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dan menengah. Peningkatan partisipasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan informasi terkait dengan pelayanan jamkesda dan kesehatan lainnya. Strategi peningkatan pastisipasi dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan dalam pelaksanaan sosialisasi jamkesda baik langsung maupun tidak langsung.

(8)

Strategi sosialisasi jamkesda maupun program kebijakan kesehatan lainnya harus diarahkan pada bentuk konsultasi publik. Konsultasi publik dapat dilakukan melalui pembentukan forum kesehatan warga di lingkungan RW ataupun desa. Tujuan pembentukan forum kesehatan warga yang tidak menjadi kader kesehatan agar dapat turut serta terlibat langsung dan mendapatkan informasi yang menyeluruh terkait dengan program jamkesda dan program kesehatan lainnya.

. Pemberi layanan harus bisa membuat sebuah perangkat penyampaian informasi jamkesda dengan unsur-unsur yang memenuhi harapan masyarakat pengguna. Berdasarkan data sekunder, harapan pengguna terhadap penyampaian informasi terutama pada penyampaian suara atau keluhan meliputi sarana penyampaian keluhan mudah digunakan dan prosedur penyampaian keluhan sederhana dan mudah dipahami. Kemudian standar pengelolaan keluhan harus memperhatikan alur penyampaian suara dan bentuk respon. Kemudahan kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah dan rendah dalam memahami informasi baik sarana layanan maupun keluhan akan meningkatkan keterikatan masyarakat pada program layanan kesehatan.

Selain meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyampaikan suaranya baik terhadap progam jamkesda maupun keluhan yang dialami, hal lain yang menjadi perhatian adalah respon dari penyedia layanan dalam menanggapi respon pengguna terutama terhadap keluhan pengguna. Upaya untuk mengatasi respon birokrasi yang kaku ini salah satunya dengan membuka ruang diskresi petugas layanan yang berada dalam garda terdepan. Diskresi dapat ditempuh dengan mendiskusikan suatu masalah

(9)

dengan rekan kerja dan memutuskan masalah berdasarkan visi dari lembaga layanan/organisasi tersebut.

Kedua, strategi yang ditempuh dalam menekan karakter exit adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan melihat ketidakpuasaan yang muncul, dua hal yang menjadi titik perhatian adalah ketersediaan obat dan kualitas ruang rawat inap. Alternatif strategi yang bisa dijalankan terkait dengan perbaikan fasilitas kesehatan yaitu pertama, pemerintah daerah berserta jaringannya (dinas kesehatan,UPTD Jamkes, rumah sakit dan jaringannya) harus memberikan perhatian pada penerapan total coverage dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan Jamkesda. Hal tersebut dimungkinkan karena sebagai bentuk antisipasi dari dampak yang ditimbulkan dari penerapan total coverage yang tidak terawasi dengan baik (misal: membengkaknya pengeluaran belanja kebutuhan kesehatan). Kedua, petugas pelaksana jamkesda dan jaringannya harus memberikan pemahaman ke masyarakat terkait dengan hak dan kewajiban dalam pemanfaatan Jamkesda secara menyeluruh. Pemahaman yang baik terhadap program Jamkesda akan mengurangi ketidakpuasaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan.

B. Saran

Keberadaan Jamkesda merupakan upaya pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang maksimal dalam hal kesehatan dasar. Jamkesda sebagai bentuk asuransi sosial yang menjadi hak bagi semua masyarakat yang belum memiliki jaminan apapun tanpa memandang status dapat berjalan dengan baik apabila

(10)

seluruh elemen baik penyedia layanan dan pengguna layanan dapat saling mendukung.

Penyedia layanan disini baik dari segi kebijakan Dinas Kesehatan, badan pelaksana Jamkesda yaitu UPTD Jamkesda, dan rumah sakit/puskesmas beserta jaringannya harus dapat berkolaborasi dan bahu membahu dalam mewujudkan road map pembangunan kesehatan yang mengarah pada penerapan Universal Health Coverage (UHC). Upaya perwujudan yang sudah dirintis dengan menerapkan Total Coverage harus disertai dengan persiapan yang matang terkait dengan penyediaan akses fasilitas kesehatan yang memadai dan pendataan yang baik. Program-program yang ada dalam Jamkesda seperti sosialisasi harus dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, hal inilah perlu adanya inovasi dari penyedia layanan.

Penyedia layanan tidak hanya berada pada tataran suksesnya administrasi layanan kesehatan, tetapi juga harus bisa memahami kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam. Upaya partisipasi publik perlu didorong terus menerus dengan berbagai cara dan inovasi agar masyarakat mempunyai rasa memiliki atau keterikatan terhadap program Jamkesda ataupun program jaminan kesehatan lainnya. Masyarakat pada prosesnya tidak hanya menjadi sebagai subyek saja tetapi bisa menjadi pelaku yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam peningkatan kualitas layanan jamkesda. Partisipasi publik yang melibatkan peran aktif masyarakat ini secara bertahap akan memunculkan kemandirian masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Senyawa alkohol dengan rumus kimia C2H5OH tersusun dari 2 atom Carbon, 6 atom hidrogen, dan 1 atom oksigen. Senyawa ini membentuk 8 ikatan kovalen tunggal dan tidak memiliki

1) Penyusunan, penggandaan naskah soal dan kelengkapannya. 2) Transportasi dan akomodasi peserta, Panitia Pusat, dan Undangan dari Pusat. 3) Honorarium, transport dan

Dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya sebagai media berbasis nasional Tribun Jogja menjalankan etika jurnalistik yang berlaku baik untuk media konvensional

Gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 th. Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri..

Semua teman-teman Mahasiswa Pascasarjana angkatan 11 dan 12 Universitas Mercubuana khususnya Ernita, ibu Rilip Sri yang telah membantu dan memberikan motivasi selama penulis

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara harus diajukan oleh menteri/pimpinan Lembaga selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah realisasi pengadaan barang. Pengguna barang