• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN

Ditujukan untuk memenuhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak

Oleh : Kelompok 6

Kelas B

Lies Ratna Juita G1B013010

Rizky Adrian Noer G1B013042

Chendy Prastika Sari G1B013052

Dinda Syifa Al’adila G1B013081

Yesinta Bella Savitri G1B013087

Afaf Dwi Luthfiyah G1B013099

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan fase-fase yang sangat kritis dan penting dalam hal tumbuh kembang fisik, mental dan psikosisal yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa depan anak sebagai generasi penerus bangsa. Kelainan atau penyimpangan apapun bila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Dewasa ini tumbuh kembang anak adalah salah satu aspek yang diperhatikan serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan individu secara fisik maupun psikologis pada anak (Sunawari, 2007).

Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan jumlah dan ukuran sel yang akan menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel sedangkan perkembangan merupakan perubahan kualitatif yaitu perubahan fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi melalui proses kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi tersebut saling berkaitan dan berpengaruh pada tumbuh kembang pada setiap anak (Wong, 2009).

(3)

wasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Pengukuran perkembangan dapat dilakukan dengn menggunakan DDST (Wong, 2008). Terdapat empat aspek perkembangan anak melingkupi kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), motorik halus (fine motor adaptive), motorik kasar (gross motor), dan bahasa (language). Metode skrining ini yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 0-6 tahun (Suwariyah, 2013).

Tumbuh kembang pada anak terjadi di sepanjang kehidupan yang terdiri dari beberapa tahapan, salah satu diantaranya adalah masa toddler. Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Pada masa ini seorang anak mulai belajar menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari derajat kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi serta kemampuan diri seorang anak di masa mendatang. Interaksi antara anak dan orang tua dalam proses ini sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses tumbuh kembang anaknya sedini mungkin. (Potter & Perry, 2010).

(4)

(Schiller, 2010). Masa emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak karena pada masa ini lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan anak, khususnya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta kurangnya stimulasi, akan berdampak buruk pada perkembangan anak (Kemenkes RI, 2011). Anak dibawah lima tahun merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini sering menderita kekurangan gizi (Proverawati, 2009). Dampak kurang gizi pada anak dapat meningkatkan risiko kematian, menghambat perkembangan kognitif, dan mempengaruhi status kesehatan pada usia remaja dan dewasa (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011).

World health organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan morik halus (Widati,2012). Sedangkan menurut (Kay-Lambkin, dkk, 2007) secara global dilaporkan anak yang mengalami gangguan berupa kecemasan sekitar 9% , mudah emosi 11-15%, gangguan perilaku 9-15%. Maka dari itu perhatian dari orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini lah yang mendorong kelompok kami untuk melakukan observasi terhadap anak usia 2-3 tahun untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dan gangguan apa saja yang terdapat pada anak usia 2-3 tahun.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia 2-3 tahun 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak usia 2-3 tahun b. Mengetahui gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak usia 2-3

tahun

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi Tumbuh Kembang

Wong (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan jumlah dan ukuran sel yang akan menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel sedangkan perkembangan merupakan perubahan kualitatif yaitu perubahan fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi melalui proses kematangan dan belajar.

Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi tersebut saling berkaitan dan berpengaruh pada tumbuh kembang pada setiap anak

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain -lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat, 2009, hlm. 25).

Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 201 3, hlm.18).

2. Teori-Teori Perkembangan

a. Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)

(6)

menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008, hlm 118). Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase praoperasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2008, hlm 119).

b. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versusrasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117). Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Wong, 2008, hlm 118).

c. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)

(7)

tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun) (Wong, 2008, hlm 117). Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan men jadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut (Wong, 2008, hlm 117).

d. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm 119). Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm. 120)

3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

(8)

rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum meeraka menggunakan tubuh bagian bawahnya. Prinsip

proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam keluar. Anak-anak belajar mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki (Papalia, dkk, 2010, hlm 170).

4. Aspek–Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan a. Aspek Pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal. b. Ciri Pertumbuhan Anak 2-3 Tahun

1. Berat Badan

Pada umur 2½ tahun berat badan meningkat 4 x berat badan lahir. Pertambahan berat badan anak umur 1-2 th : 0,2 kg/bln.

2. Tinggi Badan

(9)

kelaminnya, pada usia tertentu harus memiliki tinggi badan ideal dengan plus minus 2 standar deviasi.

Tabel 2.1 Standar tinggi dan berat badan untuk anak usia 2-3 tahun

Umur Berat (gram) Tinggi (cm)

Standar 80% standar Standar 80% standar 2 tahun 0 Bulan

Pengukuran tinggi badan pada anak diatas 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Pada tahun kedua peningkatan tinggi badan lebih banyak

Berat otak sebesar 1/8 berat total bayi paling pesat berkembang pada usia 2 tahun. Berat otak kecil sebesar 3x berat badan setelah bayi berusia 2 tahun. Pengukuran lingkar kepala dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

4. Pertumbuhan Gigi

Gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 th.

c. Aspek perkembangan

(10)

dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25). 2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik

yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari -jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26). 3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).

4) Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26). Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat, 2009, hlm. 38).

(11)

Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat. Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya pengurangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru. Kemampuan motorik yang dimiliki anak sbb;

Tabel 2.2 Aspek perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun

Usia Motorik Kasar Motorik Halus

24-36 bulan (2-3 tahun)

Mulai dapat memanjat dan

melompat Melakukan kegiatan dengan satulengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis

Mulai kenal irama dan mulai membuat gerakan-gerakan yang berkaitan dengan menari

Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan

Melompat dengan 2 kaki Melepas kancing jepret Berdiri dengan satu kaki selama

beberapa saat

Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu Naik turun 4-6 anak tangga

tanpa bantuan dan biasanya tidak jatuh

Memegang gunting dan mulai memotong kertas

Menaiki dan mendorong benda keras seperti meja, kursi, dan lain-lain

tangan di atas kepala Menyikat gigi dan menyisirrambut sendiri

2) Perkembangan Bicara dan Bahasa

(12)

penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena system otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak memproses sebagai bahasa.

Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri,kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan pembicaraan yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih berkomunikasi secara sosial.

Tabel 2.3 Aspek perkembangan bicara dan bahasa anak usia 2-3 tahun Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa

24-36 bulan (2-3 tahun)

Bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain, meskipun masih sering membuat kesalahan

Menyebutkan tiga buah angka yang berurutan Umumnya kalimat terdiri dari 4 sampai 5 kata

Menggunakan kata aku atau saya untuk menunjuk dirinya Dapat menyebutkan namanya sendiri

Kosa kata berjumlah lebih dari 1000 kata Memberi jawaban yang relevan jika ditanya

Dapat melakukan 2 sampai 4 kegiatan dengan instruksi yang berhubungan

Mengerti arti hubungan jika menggunakan kata “kalau……”, ”kemudian……” dan “karena…..”

Mengerti konsep besar dan kecil, panjang dan pendek

Mulai mengerti kata yang menerangkan waktu seperti : “Besok kita akan ke rumah nenek”

3) Perilaku Sosial dan Kemandirian

(13)

keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.

Tabel 2.4 Aspek perkembangan perilaku sosial dan kemandirian anak usia 2-3 tahun

Usia Kemampuan Bersosialisasi Kemampuan Kemandirian 24-36

bulan (2-3 tahun)

Dapat mematuhi perintah

sederhana Makan sendiri tanpa banyak bantuan Sudah mulai memperlihatkan

kehendaknya pada orang lain Menggunakan toilet sendiri (namunmasih memerlukan bantuan untuk membersihkan dan memakai baju

rumit Menunggu giliran dan berbagi dengan dorongan dari orang lain

(14)

Dapat bekerja sama dengan orang dewasa dalam sejumlah aktivitas sederhana

Menyisir rambut sendiri

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

1) Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. 2) Faktor Lingkungan

(15)

baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

B. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

1. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012, hlm.15).

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi (Depkes, 2012, hlm.15).

Tabel 2.5 Kelompok umur stimulasi anak (Depkes, 2012)

No. Priode Tumbuh Kembang Kelompok UmurStimulasi

1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal 2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan 3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 361-48 bulan Umur 48-60 bulan 4. Masa anak prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

(16)

dilakukan pada kemampuan gerak kasar pada anak misalnya dengan mendorong anak untuk bermain bola bersama temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh, belari, melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya (Depkes, 2012, hlm.37).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan, belajar mengukur dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.37).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat -ingat, menjawab pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.38).

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.39).

2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan mudah juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40).

(17)

lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial) (Depkes, 2012, hlm.1).

Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Hermawan, 2011).

Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi penyimpangan mental emosional.

1) Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus (Depkes, 2012, hlm 52).

Cara penggunaan KPSP yaitu :

a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.

(18)

c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP (Depkes, 2012, hlm 52).

2) Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).

Cara melakukan TDD :

a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.

b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.

c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau pengasuh anak.

d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh. (Depkes, 2012. hlm. 70).

3) Tes Daya Lihat (TDL)

(19)

sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snelle n chart (Depkes, 2012, hlm 71).

C. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah

(20)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Objek Pengamat

a. Nama : ZMA

b. Tanggal Lahir : 23 Agustus 2013 c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Umur : 2 tahun 3 bulan

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan Perkembangan objek yang telah kami amati yaitu dilakukan wawancara dengan ibu kandungnya yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan adiknya tidak mengalami gangguan. a. Aspek pertumbuhan objek pengamat

1) Tinggi Badan : 90 cm

2) Berat Badan : 11 kg

b. Aspek perkembangan objek pengamat

Tabel 3.1 Hasil wawancara aspek perkembangan responden

Motorik Kasar Motorik Halus Bersosialisasi Kemandirian Berbicara danBerbahasa Berjalan meloncat Membentuk lingkaran

anggota tubuh Bermain bersama orang lain Mampu menyebutkan namanya Berdiri satu kaki

tanpa berpegangan Meniru beberapa pekerjaan rumah tangga Mengenal dan mencium anggota keluarga

(21)

Pertumbuhan anak dilihat dari berat badan dan tinggi badannya jika dibandingkan dengan tabel berat badan dan tinggi ideal menurut Direktorat Kesehatan Gizi Depkes RI Anak usia 2 tahun 3 bulan memiliki tinggi badan ideal 89,5 cm. Tetapi anak yang kami teliti memiliki tinggi badan 90 cm. Ini masih variasi normal dan dengan tinggi badan 90 cm, berat badan normalnya menjadi 10,8 kg. Perbedaan tinggi badan ini masih dalam batas normal.

Perkembangan anak yang kami teliti sudah bisa menyebutkan namanya sendiri tanpa bantuan orang lain, dapat menyanyikan beberapa lagu, sudah bisa menyebutkan tiga buah angka yang berurutan, bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain meskipun masih sering membuat kesalahan. Sedangkan, apabila dilihat dari segi perkembangan anak mengalami gangguan berupa hiperaktivitas karena anak tidak bisa duduk diam, tidak dapat mengikuti aktifitas dengan tenang, selalu bergerak terus dan banyak bicara, dapat memulai pembicaraan dengan orang yang baru dia kenal, bahkan mau diajak pergi dengan orang yang baru saja dikenal, sering marah ketika sesuatu hal yang dia inginkan tidak bisa didapatkan, jika ada teman yang mengganggunya, dia berani membalas dengan mengganggu temannya juga.

(22)

kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman, 2010). Berikut beberapa perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia pra sekolah :

1. Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009).

2. Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009).

Sosio-emosional adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya (Hidayat, 2009).

(23)

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang kami dapatkan dari hasil studi kasus yaitu :

1. Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan Sedangkan perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting.

2. Gangguan tumbuh kembang anak terdiri dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), pada kasus objek yang kami mengalami gangguan hiperaktivitas.

3. Mendeteksi gangguan tumbuh kembang pada anak dapat dilakukan berupa deteksi dini pentimpangan pertumbuhan, deteksi perkembangan dan deteksi penyimpangan mental emosional.

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Lukman. 2013. “Peran Orangtua Sebagai Guru dengan Perkembangan

Perilaku Sosial Pada Anak Usia Prasekolah di TK AL-IKHLAS Desa Sukoanyar Dusun Toyorono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto”. Hospital Majapahit. Vol 5 nomor 1.

Departemen Kesehatan . 2012 . Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

______2009. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta : Heath Books

Kay-Lambkin, F., Kemp, E.,Stafford, K., & Hazell, T. (207). Mental Health Promotion and Early Intervention in Early Childhood and Primary School Settings: A Review1. Journal of Student Wellbeing. (vol 1 No 1). Australia: Hunter Institute of Mental

Health.http://www.responseability.org/data/assets/pdf_file/0004/4882/MentaH ealth PromotI on-and-Early-Intervention-in-Earl y-Childhood-and

Primary-School -Settings-A-Review.pdf.

Musarofah, S. 2011. Analisa pelaksanaan pendekatan sentra untuk mengembangkan kreatifitas anak usia dini. skripsi. pontianak: Program studi bimbingan dan konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan UNTAN.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Bayi, Balita dan Anak. Jakarta : Nuha Medika Papalia . 2010. Kecerdasan dan Kesehatan Emosi Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Santrock . 2011. Perkembangan Masa Hidup Jilid. 1 edisi kelima. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Utami, Sri. 2009. Bermain Lego Meningkatkan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 tahun). Ners Jornal Jurnal Ners Vol 3. Surabaya: Program Studi Ilmu Keperawatan FKp Unair.

Wong, D., L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. 2008.

(25)

______2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 vol 1. Jakarta: EGC.

Alifiani Hervira dan Yuni M. “Pusat Tumbuh Kembang Anak” Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain. Prodi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). ITB.

Apriadi, Sandi. 2009. Bagian Ilmu Penyakit Anak Jurnal Fakultas Kedokteran. Bandung.

Dewi Ratna dan Indarwati. 2011. “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Bahaya Cedera Dan Cara Pencegahannya Dengan Praktik Pencegahan Cedera Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar”. Jurnal GASTER. Vol. 8, No. 2 : (750 - 764) 750.

Fristi Widya, dkk. “Perbandingan Tumbuh Kembang Anak Toddler Yang Diasuh Orang Tua Dengan Diasuh Selain Orang Tua”. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Bayi, Balita dan Anak. Jakarta : Nuha Medika. Nur Chamidah Atien. 2009. “Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak”. Jurnal Pendidikan Khusus.Vo. 5.No. 2.

Potter, P. A., & Perry, A.G. 2010. Fundamental of nursing. (buku 1 edisi 7). Jakarta: EGC.

Suwariyah, P. 2013. Tes perkembangan bayi/anak menggunakan Denver Developmental Screening Test (DDST). Jakarta: TIM.

Wong, D. L. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC.

Gambar

Tabel 2.1 Standar tinggi dan berat badan untuk anak usia 2-3 tahun
Tabel 2.2 Aspek perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun
Tabel 2.3 Aspek perkembangan bicara dan bahasa anak usia 2-3 tahun
Tabel 2.4 Aspek perkembangan perilaku sosial dan kemandirian anak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan anak memiliki beberapa dimensi diantaranya dimensi perkembangan motorik (motorik kasar dan halus), bahasa (aktif dan pasif), kecerdasan (kognitif),

Perkembangan responden sebagian besar normal terdiri dari perkembangan motorik kasar 84,6%, motorik halus 84,6%, perkembangan social 100%, perkembangan bahasa 92,3%

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa ada hubungan antara stimulasi orang tua terhadap tingkat perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah yang usianya 4- 5 tahun dimana

Hasil penilaian pengembangan kemampuan motorik kasar dalam pembelajaran gerak fisik/jasmani anak dapat dikumpulkan secara periodik dalam waktu harian, mingguan, bulanan, atau

Berdasarkan hasil penelitian dari tiga subjek, didapatkan gambaran perkembangan motorik kasar sebagai berikut yaitu Cc dan Ad sudah mampu melakukan semua

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa motorik kasar pada dasarnya merupakan merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar

Hasil penelitian tentang Tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar anak adalah baik sebanyak 28 ibu (53,8%), tingkat perkembangan motorik kasar anak usia 2-3

Simpulan: Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna antara formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan global, motorik