• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Limbah... Indri A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Limbah... Indri A."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat dan Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah (Kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang) (Public Perceptions Of Benefits And Negative Impact Of Livestock Waste Of Dairy Farm

Cattle (Case In The Village Of Rancamulya Sumedang West Java)) Indri A.*, Marina S.**, M. Ali M.**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang 45363

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Univeristas Padjadjaran

Email: indriasuzan@yahoo.com

Abstrak

Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah (kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang) ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 sampai 30 April 2015 di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling. Responden yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak 43 responden. Data yang diperoleh diolah secara analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program excel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah termasuk ke dalam kategori rendah dengan rentang nilai interval 10-17 sebanyak 36 orang (83,72%) sedangkan persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah didapatkan hasil sebanyak 35 orang dengan persentase 81,40% termasuk kedalam kategori tinggi dengan rentang nilai interval > 35,66. Kata Kunci: persepsi masyarakat, manfaat, dampak negatif, limbah sapi perah

Abstract

Research on public perceptions of benefits and negative impact of livestock waste of dairy farm cattle has been implemented on 1st April 2015 through 30th April 2015 in the village of Kebon Kalapa Rancamulya Sumedang. The purpose of this study to determine the public perception of the benefits and the negative impact of waste dairy farm in the village of Rancamulya Sumedang. This study was conducted using a survey method to determine the respondents carried out by simple random sampling. Respondents were defined in this study as many as 43 respondents. The data obtained were processed using descriptive statistical analysis excel program. These results indicate that the public perception of the benefits of dairy farm wastes fall into the category lower the value range 10-17 interval as many as 36 people (83,72%), while the public perception of the negative impact the dairy farm waste showed as many as 35 people with percentage 81,40% belongs to the high category with a range of interval values> 35,66.

(2)

Pendahuluan

Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi. Peternakan sapi perah menghasilkan produksi bahan pangan protein hewani, utamanya susu sapi. Susu yang dihasilkan sapi banyak dikonsumsi sebagai susu segar, susu formula maupun sebagai bahan makanan olahan.

Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha andalan sub sektor peternakan yang memiliki peluang prospektif dalam kegiatan agroindustri sebagai salah satu subsistem agribisnis. Pengembangan usaha ternak ini sangat berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjanjikan pendapatan tunai, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan agribisnis guna meningkatkan pendapatan keluarganya. Namun demikian, usaha peternakan sapi perah tidak hanya memiliki nilai positif melainkan dapat menjadi sumber pencemaran yang berasal dari limbah usaha peternakan sapi perah tersebut. Limbah peternakan adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urin dan sisa buangan lainnya.

Usaha peternakan sapi perah di wilayah Sumedang tepatnya di Desa Rancamulya mulai mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari jumlah populasi ternak yang semakin meningkat setiap tahunnya dari data Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang pada tahun 2011 jumlah populasi hanya 7 ekor, tahun 2012 berjumlah 45 ekor, dan tahun 2013 jumlah populasinya menjadi 100 ekor. Usaha peternakan ini mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan, selain itu memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat sekitar dari segi manfaat. Namun demikian, usaha peternakan juga menghasilkan dampak negatif dari limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan sekitar peternakan walaupun hanya ada satu peternakan di desa tersebut namun apabila semakin berkembangnya usaha tersebut dapat merugikan lingkungan sekitar.

Sebagian besar masyarakat di sekitar peternakan mengeluh akan adanya bau menyengat yang berasal dari limbah sapi perah, akan tetapi disisi lain terdapat beberapa warga yang terbantu kehidupannya, dimana antara pihak perusahaan dengan warga tersebut terjalin kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak seiring dengan berkembangnya usaha peternakan tersebut. Usaha peternakan sapi perah yang berada di tengah-tengah pemukiman warga akan

(3)

memunculkan kemungkinan-kemungkinan konflik pro/kontra dengan adanya limbah yang berasal dari peternakan sapi perah tersebut. Berbagai persepsi akan timbul ditengah-tengah masalah yang ada.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat dan Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah (Kasus di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)”.

Objek dan Metode 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu salah satu anggota rumah tangga yang sudah berumur 17 tahun yang tinggal di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang bermukim di sekitar usaha peternakan sapi perah.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling. Responden yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak 43 responden. Jumlah tersebut sudah melebihi angka 30 responden, jika data lebih dari 30 diasumsikan data berdistribusi normal. Pengambilan sampel dengan menggunakan tabel angka

random (Suyanto B. dan Sutinah, 2005). 3. Analisis Statistik

Data yang diperoleh diolah secara analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program excel. Hasil disajikan dalam bentuk tabel frekuensi tunggal. Tabel frekuensi tunggal ini

merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sederhana (Sudjana, 2005). Hasil dan Pembahasan

1. Persepsi Masyarakat

(1) Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah

Menurut Kotler (2001) persepsi merupakan proses individu dalam memilih masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, penyentuhan perasaan dan penciuman. Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui seseorang, maka informasi tersebut akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian

(4)

persepsinya mengenai suatu informasi dapat berupa pengertian tentang suatu obyek tersebut. Dalam hal ini responden memberikan tanggapannya mengenai stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar mengenai manfaat dan dampak negatif limbah peternakan sapi perah di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya. Persepi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah dibagi menjadi dua dimensi yaitu kognisi dan afeksi.

Kognisi merupakan kepercayaan atau pengetahuan sesorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir tentang sesuatu yang diterimanya (Luthans, 2006). Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognitif yang memberikan arah terhadap perilaku dan setiap lahiriyahnya baik dirasakan ataupun tidak dirasakan. Kemampuan daya pikir seseorang dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi (Rakhmat, 1989). Afeksi adalah tanggapan atau sikap seseorang yang sifatnya positif maupun negatif terhadap objek yang diterimanya. Proses diterima atau tidaknya suatu stimuli berlangsung secara bertahap, yang dapat terlihat pada aksi atau reaksi yang dinyatakan dalam perubahan sikap (Robbins dan Judge, 2008).

Pada tahap ini responden diberikan pertanyaan berupa pengetahuan (kognisi) dan sikap (afeksi) mengenai manfaat limbah peternakan sapi perah. Dimensi kognisi dan afeksi pada persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Dimensi Kognisi dan Afeksi pada Persepsi Responden terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah

No. Uraian Kategori (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Kognisi 2,33 90,70 6,98 - Pengertian Limbah - Kandungan Limbah 2. Afeksi 4,65 6,98 88,37 - Menambah Tambahan - Lapangan Pekerjaan - Bantuan Sosial

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai persepsi responden ditinjau daridimensi kognisi terhadap pemanfaatan limbah sapi perah sebagian besar responden (90,70%) termasuk kedalam kategori sedang, sedangkan persepi responden ditinjau dari dimensi afeksi terhadap pemanfaatan limbah sapi perah sebagian responden (88,37%) termasuk dalam kategori rendah. Dalam hal ini responden memahami akan adanya manfaat limbah sapi perah, akan tetapi terdapat berbagai alasan yang menyebabkan responden tidak melakukan pemanfaatan limbah tersebut sehingga responden tidak merasakan adanya manfaat yang dihasilkan dari limbah

(5)

peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

Sebagian besar responden ditinjau dari dimensi kognisi memahami mengenai pemanfaatan limbah peternakan sapi perah, akan tetapi responden tidak melakukan upaya dalam pemanfaatan limbah karena responden menganggap bahwa dengan memanfaatkan limbah tersebut tidak dapat meningkatkan pendapatan karena responden tidak pernah mencoba memanfaatkannya sehingga tidak mengetahui keuntungannya. Oleh karena itu dari dimensi afeksi dengan indikator: a. meningkatkan pendapatan, b. membuka lapangan pekerjaan, dan c. bantuan sosial bahwa responden tidak tertarik mengolah limbah karena dianggap tidak menambah pendapatan responden serta tidak terciptanya lapangan pekerjaan baru dari pemanfaatan limbah tersebut bagi responden di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya, walaupun sebagian besar responden tidak merasakan adanya manfaat dari limbah yang dihasilkan dari perusahaan sapi perah tersebut akan tetapi responden dapat merasakan batuan sosial berupa sumbangan dana pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya.

Hasil akumulasi perhitungan data secara keseluruhan dari dimensi kognisi dan afeksi mengenai persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Limbah Peternakan Sapi Perah

No. Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tinggi 1 2,33

2. Sedang 6 13,95

3. Rendah 36 83,72

Jumlah 43 100,00

Limbah peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya menghasilkan limbah kotoran ± 30 kg/ekor/hari. Limbah peternakan sapi perah ini apabila tidak dikelola dengan baik sehinggamenimbulkan pencemaran lingkungan sekitar. Apabila pihak perusahaan ataupun masyarakat sekitar memahami akan dampak tersebut maka akan ada upaya dalam menangani masalah tersebut dengan cara melakukan penanganan melalui pengolahan yang baik misalnya diolah menjadi biogas, menjadi pupuk organik dan arang, dengan kata lain limbah yang menimbulkan masalah tersebut masih memiliki nilai ekonomi yang sangat membantu bagi pihak perusahaan maupun masyarakat sekitar, seperti menambah pendapatan,mengurangi pengangguran karena terbukanya lapangan pekerjaan, dan masyarakat mendapatkan bantuan

(6)

sosial berupa sumbangan dana untuk suatu kegiatan yang berada dilingkungan peternakan. Sampai saat ini peternakan tersebut belum ada penanganan terhadap limbah yang di hasilkannya. Adapun sumur penampung untuk biogas tidak digunakan dikarenakan dianggap tidak efektif dan alat yang digunakannya mudah rusak.

Penilaian responden mengenai manfaat limbah sapi perah berdasarkan tiga kategori yaitu kategori rendah dengan kelas interval (10-17), kategori sedang dengan kelas interval (>17-24), dan kategori tinggi dengan kelas interval (>24). Berdasarkan penelitian dilapangan mengenai persepsi responden terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya sebagian besar responden (83,72%) termasuk kedalam kategori rendah.

Pada dasarnya masyarakat sekitar tahu mengenai beberapa cara mengolah limbah seperti cara membuat biogas dan kompos, serta tahu mengenai keuntungan yang akan didapatkan jika memanfaatkan limbah sapi perah ini, akan tetapi terdapat beberapa alasan yang membuat masyarakat sekitar perusahaan enggan untuk melakukan pengolahan limbah sapi perah ini, seperti masyarakat berasumsi bahwa pihak perusahaan terkait belum melakukan pengolahan limbah, selain itu alasan masyarakat tidak melakukan pengolahan limbah sapi perah ini yaitu untuk melakukan pengolahan memerlukan biaya cukup mahal dan cara pembuatannya yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga masyarakat tidak merasakan adanya manfaat tambahan pendapatan ataupun keuntungan lain dengan adanya limbah sapi perah ini karena belum di lakukan percobaan. Djaja (2008) menyatakan bahwa sebenarnya limbah sapi perah begitu banyak manfaat terlebih dalam peningkatan pendapatan seseorang ketika mampu mengolahnya dengan baik dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk sangat mendukung usaha pertanian. Disisi lain dengan memanfaatkan limbah yang ada setidaknya mengurangi jumlah pengangguran bahkan mengurangi dampak yang dapat merugikan bagi pihak perusahaan peternakan maupun masyarakat yang berada di sekitar peternakan sapi perah.

4.1.1. Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah

Persepsi merupakan proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh pancaindera, seperti bau. Stimuli tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata, telinga, mulut, hidung, dan kulit (A. W. Van Den Ban and H.S. Hawskin, 1998). Terdapat masalah yang timbul ditengah pemukiman warga di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya yang berasal dari limbah peternakan sapi perah yang didirikan di dekat pemukikan warga dan tidak dikelola dengan

(7)

baik.Persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah yang ditinjau dari dimensi kognisi dan afeksi.

Pada tahap ini responden diberikan pertanyaan berupa pengetahuan (kognisi) dan sikap (afeksi) mengenai dampak negatif limbah peternakan sapi perah.Dimensi kognisi dan afeksi pada persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Dimensi Kognisi dan Afeksi pada Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah

No. Uraian Kategori (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Kognisi

88,37 11,63 0,00

- Dampak Negatif Limbah - Kerugian Limbah

2. Afeksi

34,88 62,79 2,33

- Bau Menyengat - Sumber Air Tercemar - Kebersihan Lingkungan - Kenyamanan Terganggu - Peribadahan Terganggu

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai persepsi responden ditinjau dari dimensi kognisi terhadap dampak limbah sapi perahsebagian besar responden (88,37%) termasuk kedalam kategori tinggi, sedangkan persepi responden ditinjau dari dimensi afeksi terhadap dampak limbah sapi perah sebagian responden (60,74%) termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena responden yang bermukim di sekitar peternakan sapi perah memiliki tingkat kepedulian yang tinggiakan lingkungannya dari dampak negatif limbah yang tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar responden ditinjau dari dimensi kognisi memahami dampak negatif dan kerugian dari limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan sekitarnya dari pengalaman selama peternakan tersebut didirikan. Responden beranggapan bahwa dengan adanya masalah limbah yang dihasilkan dari peternakan seharusya menjadi tanggung jawab pihak peternakan untuk memberikan solusi terbaik dalam mengendalikan masalah yang timbul ditengah-tengah lingkungan sekitar pemukiman akibat limbah yang dihasilkan. Dalam hal ini pihak peternakan seharusnya memberikan penyuluhan atau pelatihan bagi masyarakat agar ikut serta membantu mengendalikan masalah

(8)

yang ada, sehingga permasalahan tersebut tidak berlarut-larut dan menimbulkan dampak negatif yang merugikan warga sekitarnya.

Sebagian besar responden yang ditinjau dari dimensi kognisi memahami dan mengetahui adanya dampak negatif dan kerugian yang dihasilkan dari limbah peternakan yang tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Oleh karena itu terdapat beberapa indikator dari dimensi afeksi untuk mempertegas persepsi responden, yaitu: a. bau menyengat yang dihasilkan, b. sumber air yang tercemar, c. kebersihan lingkungan yang terganggu, d. kenyamanan yang terganggu, dan e. tempat beribadah yang terganggu, responden berpersepsi bahwa bau menyengat yang berasal dari limbah tersebut dapat dirasakan setiap waktu pada pagi, siang, dan malam hari, terlebih ketika cuaca sedang panas terik yang menimbulkan bau limbah tersebut semakin menyengat. Bau menyengat yang berasal dari peternakan sapi perah tersebut tidak mudah hilang, terlebih limbah yang di buang melewati selokan yang berada di pemukiman warga.

Untuk indikator sumber air yang tercemar akibat limbah yang di buang langsung ke selokan warga, sebagian besar responden yang menggunakan air Sumur, kualitas airnya kurang baik karena terjadi perubahan warna menjadi keruh, berbau dan berjentik sehingga sebagian responden harus mengeluarkan dana lebih untuk memasang pompa air agar kualitas airnya lebih baik, selain itu ada pula yang tetap menggunakan sumur sebagai sumber airnya akan tetapi perlu diberikan obat terlebih dahulu seperti kaporit dan abate untuk meminimalisir air yang keruh dan berkembangnya jentik.

Kebersihan lingkungan masyarakat Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya menjadi terganggu hal ini dikarenakan alur pembuangan limbah yang dihasilkan peternakan sapi perah ini melewati jalur selokan pemukiman sehingga selokan tersebut dihinggapi banyak lalat dan sisa-sisa feses yang tidak ikut teralirkan mengakibatkan kebersihan lingkungan menjadi tercemar. Kenyamanan masyarakat yang berada di wilayah sekitar peternakan menjadi terganggu dikarenakan polusi yang timbul akibat limbah peternakan yang dihasilkan. Pada pagi hari seharusnya masyarakat menghirup udara segar dan pada malam hari yang seharusnya merupakan waktu untuk beristirahat dengan tenang menjadi terganggu akibat adanya limbah tersebut. Terlebih apabila ada sanak saudara jauh ataupun yang berkunjung ke rumah responden akan menimbulkan kesan yang kurang baik karena terganggu dan merasakan ketidaknyamanan akibat dampak negatif yang dihasilkan limbah.

(9)

Hasil akumulasi perhitungan data secara keseluruhan dari dimensi afeksi dan kognisi mengenai persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi perah

No. Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tinggi 35 81,40

2. Sedang 7 16,28

3. Rendah 1 2,33

Jumlah 43 100,00

Penilaian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, untuk kategori rendah dengan rentang nilai kelas interval 15–25,33, kategori sedang dengan rentang nilai interval >25,33 – 35,66, dan untuk kategori tinggi dengan rentang nilai kelas interval >35,66. Berdasarkan penelitian dilapangan masyarakat berpersepsi bahwa limbah peternakan sapi perah yang berada disekitar pemukiman dengan jarak 1-30 m merasa terganggu dengan bau menyengat yang berasal dari limbah peternakan tersebut dirasakan setiap waktu pada pagi, siang hingga malam hari terlebih apabila cuaca sedang dalam keadaan terik. Bau menyengat ini disebabkan karena limbah peternakan ini langsung dialirkan ke selokan yang melewati pemukiman masyarakat tanpa ditampung terlebih dahulu dan tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Hal ini ditunjukan dari hasil Tabel 14 bahwa sebagian besar responden (81,40%) berada pada kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarma dalam Rachman (2002), bahwa tanggapan seseorang terhadap bau yang tercium tergantung individu seseorang, dimana bau peternakan berasal dari limbah yang tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar peternakan.

Limbah peternakan sapi perah yang berada di Dusun Kebon Kalapa Desa Rancamulya ini terdiri dari limbah kotoran sapi perah seperti feses dan urin. Adapun limbah berupa pakan yang disimpan di sepanjang gangway seperti onggok dan hijauan yang disimpan begitu saja tanpa ada tempat khusus seperti gudang pakan, oleh karena itu limbah-limbah tersebut menyebabkan polusi udara di sekitar pemukiman menjadi terganggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djaja (2008) bahwa limbah sapi perah ada dua, yaitu limbah pakan dan kotoran sapi perah. Limbah pakan seperti hijauan dan konsentrat yang tidak termakan bisa menjadi busuk apabila tidak segera diolah. Sedangkan limbah kotoran ternak terdiri dari dua bentuk, yaitu feses dan urin. Kedua kotoran ternak tersebut bisa menjadi penyebab ditutupnya usaha peternakansapi perah jika

(10)

mengganggu lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sistem penanganan perlimbahan menjadi sangat penting untuk diperhatikan pada pembangunan usaha peternakan sapi perah.

Sebenarnya, pemerintah telah memberikan rambu-rambu bagi para pengusaha yang akan melakukan investasi di berbagai bidang terutama yang terkait dengan lingkungan dan pencemarannya. Aturan ini disusun agar perusahaan yang menghasilkan buangan limbah tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, terutama masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Aturan main yang disusun tersebut adalah untuk mengatur dan menjamin ketenangan bagi masyarakat maupun perusahaan itu sendiri sehingga satu sama lain tidak saling dirugikan. Berdasarkan beberapa peraturan hukum yang jelas bahwa pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan wajib melakukan pengolahan limbah sebelum limbah tersebut dapat dilepas dengan aman ke lingkungan (Farida, 2000).

Komoditas sapi perah merupakan hewan ternak yang secara biologis juga akan mengeluarkan kotoran dari makanan yang dimakannya. Bahkan, diasumsikan jumlah kotoran sapi perah yang berada di peternakan ini dalam bentuk padat dan cair bisa mencapai 30 kg/ekor/hari. Menurut Prihandini (2007) seekor sapi perah mampu menghasilkan kotoran padat dan cair 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari. Untung (2002) melaporkan bahwa seekor sapi perah akan memproduksi 15-30 kg kotoran per hari. Jika sapi perah yang dipelihara cukup banyak, jumlah kotoran yang dihasilkan pun akan meningkat pula.

Ada dua permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh kotoran sapi perah ini, yaitu bau menyengat yang berasal dari limbah peternakan sapi perah yang menyebabkan ketidaknyamanan warga sekitar dan berlangsung dengan waktu yang cukup lama ataupun setiap waktu (pagi, siang, dan malam), selain itu air yang biasanya digunakan sehari-hari oleh warga yang jaraknya 1-15 m dari peternakan menjadi tercemar dengan ciri-ciri airnya berbau, berjentik bahkan keruh. Tercemarnya air yang digunakan masyarakat mempertegas bahwa limbah yang dihasilkan tidak ditangani dengan baik terlebih dahulu melainkan langsung dialirkan ke selokan yang berada di pemukiman masyarakat, sehingga mengakibatkan air menjadi tercemar, terlebih apabila limbah tersebut langsung bermuara ke sungai, dengan kata lain ketika air yang digunakan tercemar bisa menjadi sumber penyakit bagi penggunanya. Sesuai dengan Firman (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah yang diakibatkan oleh limbah yang tidak ditangani dengan baik yaitu

(11)

polusi bau dan jika kotoran dialirkan ke sungai maka akan mencemari air sungai. Oleh karena itu diperlukan solusi alternatif guna menangani limbah ternak sapi perah.

Kotoran yang baru dihasilkan sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses terlebih dahulu. Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu diproses sebelum dimanfaatkan atau dibuang begitu saja adalah agar tidak mencemari lingkungan sekitar, baik itu mencemari polusi udara lingkungan sekitar, mencemari sumber air yang berada dekat dengan suatu usaha dan menjadi gangguan kesehatan akibat polusi udara yang tidak segar. Masyarakat sekitar pun sudah pernah menegur kepada pihak perusahaan bahkan sudah melaporkan kepada pihak yang lebih berwenang yaitu aparat desa untuk memberikan solusi terbaik, namun belum ada tindakan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah ini. Oleh karena itu seharusnya peraturan-peraturan pemerintah harus lebih dipertegas kembali mengenai keberadaan suatu usaha peternakan yang berskala cukup besar dan pihak perusahaan harus melakukan pengolahan limbah dengan baik serta memberikan layanan penyuluhan bagi masyarakat agar pihak perusahaan dan masyarakat sekitar saling merasa diuntungkan,bahkan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat di Dusun Kebon Kalapa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap manfaat limbah peternakan sapi perah termasuk ke dalam kategori rendah (83,72%). Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil penelitian mengenai pemanfaatan limbah sapi perah dimana responden memberikan pernyataan bahwa responden memahami akan adanya manfaat limbah sapi perah, akan tetapi responden tidak melakukan pemanfaatan limbah tersebut sehingga responden tidak merasakan adanya manfaat yang dihasilkan dari limbah peternakan sapi perah yang berada di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

Persepsi masyarakat terhadap dampak negatif limbah peternakan sapi perah termasuk kedalam kategori tinggi (81,40%). Hal ini ditunjukan dengan belum adanya pengolahan limbah yang baik oleh pihak peternakan sehingga limbah peternakan ini menimbulkan dampak negatif bagi responden yang berada di lingkungan sekitar peternakan yang menyebabkan terjadinya

(12)

pencemaran lingkungan dengan adanya bau yang tidak sedap serta tercemarnya sumber air yang mereka gunakan.

Daftar Pustaka

Anwar. 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Peternakan Burung Puyuh. Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

A.W. Van Den Ban and HS. Hawkins. 1998. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 83.

Baharsjah, S. 1981. Dampak Ekonomi. Training Analisa Dampak Lingkungan. Seri II. Jakarta. Charles, R.T. dan Hariono, B. 1991. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Peternakan dan

Penggelolaannya. Bull. FKH-UGM. Vol. X;2.

Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang, 2013. Data Populasi Ternak Tahun 2013. Sumedang. Djaja, W., N.K. Suwardi dan L.B. Salman. 2003. Pengaruh Imbangan Kotoran Sapi Perah dan

Serbuk Gergaji Terhadap Kualitas Kompos Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan.

Universitas Padjadjaran. Bandung.

Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. AgroMedia Pustaka. Bandung. 2.

Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai

Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah. IPB. Bogor.

Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Wisya Padjadjaran. Bandung. 115.

Jalaludin, R. 2004. Psikologi Komunikasi. CV. Remaja Rosadakarya. Bandung.

Juheini, N. dan Syakryanu, K.D. 1998. Perencanaan Sistem Usahatani Terpadu dalam

Menunjang Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan: Kasus Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi (JAE) Vol. 17(1). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi

Pertanian. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.

Kotler P. Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan Jilid I). Erlangga. Jakarta. Lahamma, A. 2006. Persepsi Peternak tentang Limbah Pertanian dalam Pemanfaatannya

sebagai Pakan Ternak Sapi di Kecamatan Sukamaju Luwu Utara. Universitas

(13)

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andhika Yuwono; Shekar Purwanti; Th. Arie Prabawati; dan Winong Rosari Edisi 10. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 207.

Prihandini P.W. dan T. Purwanto. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran

Sapi Perah. Penebar Swadaya. Grati Pasuruan.

Pulungan, I. Dan R. Pambudy. 1993. Peraturan dan Undang-Undang Peternakan. Produksi

Media Informasi. Lembaga Swadaya Informasi IPB. Bogor.

Rachman. M. 2002. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, J. 1989. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 45-53. Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Duabelas. Penerbit Salemba Empat.

Jakarta. 215.

Rynk, R., M. van de Kamp, G.B. Wilson, T.L. Richard, J.J. Kolega, F. R. Gouin, L. Laliberty, Jr., D. Kay, D.W. Murphy, H.A.J. Hoitink, and W.F. Brinton. 1992. On-farm Composting

Handbook. Editor R. Rynk. Northeast Regional Agricultural Engineering Service, U.S.

Department of Agriculture. Ithaca, N.Y., Pp. 1-13.

Sarlito, 1987. Psikologi Sosial. CV. Rajawali. Jakarta. 13-14, 20.Sarwono S. Wirawan, 1992.

Psikologi Lingkungan. PT Gramedia Wisiasarana Indonesia. Jakarta. 47.

Sayogyo dan Fujiwati, S. 1987. Sosiologi Pedesaan. Jilid I. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. 16.

Sihombing, D.T.H.. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. 3-5. Siregar,S.B., M. Rangkuti, Yanto T. Rhardja, dan H. Budiman. 1996. Informasi Teknologi

Budidaya, Pascapanen, dan Analisis Usaha Ternak Sapi Perah. Kerja sama antara Studi Informasi Teknologi Pedesaan, Kebijakan IPTEK dan Teknologi Industri. Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah

Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta

(14)

Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

Suganda dan Iskandar. 1980. Skripsi: Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Peternakan

Babi di Kampung Katimbang Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Universitas Hasanudin. Makasar.

Sulaeman, M. 1993. Ilmu Sosial Dasar. PT. Eresco. Bandung. 18-19.

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. 87 Suratmo, F.G. 1990. Analisa Dampak Lingkungan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta. Suyanto B. dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial. Edisi Revisi, Cetakan keenam.

Kencana. Jakarta. 53.

Untung. 2002. Prospek Agribisnis Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Van Horn, H.N., A.C. Wilkie, W.J. Powers, and R.A. Nordstedt, 1994. Component of Dairy

Manure Management Systems. J. DairySci. 77 : 2008 – 2030.

Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo. Jakarta.

Yunasaf, U. 2003. Diktat Perencanaan dan evaluasi program penyuluhan. Laboratorium sosiologi dan penyuluhan fakultas peternakan UNPAD. Bandung.

Gambar

Tabel  11.  Dimensi  Kognisi  dan  Afeksi  pada  Persepsi  Responden  terhadap  Manfaat  Limbah Peternakan Sapi Perah
Tabel  13.  Dimensi  Kognisi  dan  Afeksi  pada  Persepsi  Masyarakat  Terhadap  Dampak  Negatif Limbah Peternakan Sapi Perah
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Limbah Peternakan Sapi perah

Referensi

Dokumen terkait

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 6 mahasiswa fakultas keperawatan kampus Jatinangor, Garut dan Pangandaran didapatkan hasil bahwa, 4 dari 6

Adapun hasil analisa daerah bahaya banjir adalah daerah yang dari segi fisik dan klimatologis memiliki kemungkinan terjadi banjir dalam jangka waktu tertentu dan

Menurut Anonim (2012) minimal harus 30 persen jumlah peminjam perempuan, dalam halini LKM UED-SP BUMDes Mekar Jaya telah mencapai target tersebut dengan rasio.. jumlah

Berdasarkan Tabel 1 panjang total Metelliana yaitu 11,20 mm, panjang karapas 2,13 mm, lebar karapas 2,01 mm, panjang abdomen 9,12 mm, dan lebar abdomen 4,13 mm.Jane dan

Tahap pertama adalah kegiatan penerimaan BBM dilakukan dari mobil tangki pengangkut BBM ke dalam Tangki Timbun, pada proses pengisian ini yang perlu

Pada pengujian calon induk dari 24 famili yang dihasilkan secara komunal diperoleh keragaan pertumbuhan terbaik pada populasi persilangan antara betina GIMacro dengan jantan Musi

Analisis Hujan Bulan September dan Prakiraan hujan bulan November, Desember dan Januari 2018 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan