• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konteks REDD+ di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konteks REDD+ di Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

THINKING

beyond the canopy

Daju Pradnja Resosudarmo & Josi Khatarina

Lokakarya

Konteks, elemen, dan dinamika REDD+ di Indonesia

Hotel Borobudur, Jakarta

15 Mei, 2013

Konteks REDD+ di Indonesia

(2)

Kerangka pemaparan

Hutan Indonesia, DD dan

pemicunya

Aspek kelembagaan,

lingkungan dan distribusi

Ekonomi politik hutan

Lingkungan kebijakan REDD+

Tantangan dan Peluang Tata

(3)

THINKING

beyond the canopy

Konteks: Hutan Indonesia

Under the purview of

the MOF

Local govt and

National Land

Agency

188 MHa

land area

134 MHa

Forest

Estate(71%)

43MHa

Not Forested

91 MHa

Forested

54 MHa

Non-Forest

Estate (29%)

45.6 MHa

Not Forested

8.6 MHa

Forested

1.87

3.51

1.08

1.17

0.83

0.45

1.37

2.83

0.78

0.76

0.61

0.50

0.68

0.30

0.41

0.22

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

1990-1996

1997-2000

2001-2003

2003-2006

2006-2009

2009-2011

M

ill

ion

s

Ha

Deforestation rate

Indonesia

Forest Estate

Outside of Forest Estate

Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2011

- Hasil Penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun

2009/2010, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan

Sumber Daya Hutan

(Data Hasil Pencermatan per Desember 2011)

- Data digital kawasan hutan dan perairan berdasarkan

SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, TGHK serta

mutasi kawasan hutan per Desember 2010,

Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan

Hutan

(4)

Kategori kawasan hutan dan

tutupan hutan

Jenis hutan

2005

(juta ha)

(juta ha)

2008

(juta ha)

2011

Berhutan

(juta ha)

Hutan konservasi

20.080

19.908

21.643

15.926

Hutan lindung

31.782

31.604

30.969

24.806

Hutan produksi terbatas

21.717

22.502

28.582

18.979

Hutan produksi tetap

35.813

36.649

29.674

20.631

Hutan produksi konversi

14.057

22.795

18.013

10.612

Fungsi telah ditetapkan

0.007

0.233

0.986

-

Jumlah

123.459

a

133.694

a

128.882

90.955

Sumber :

•Statistik Kehutanan Indonesia 2005

•Eksekutif Data Strategis Kehutanan 2009

•Statistik Kehutanan 2011

•Hasil Penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2009/2010, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (Data Hasil Pencermatan per

Desember 2011)

•Data digital kawasan hutan dan perairan berdasarkan SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, TGHK serta mutasi kawasan hutan per Desember 2010,

(5)

THINKING

beyond the canopy

Penyebab langsung Deforestasi

dan Degradasi hutan(DD)

Perubahan fungsi kawasan hutan

Untuk kepentingan pembangunan dan sektor2

lain, serta kebutuhan masyarakat: terencana dan

tidak direncanakan

Pembalakan (legal & illegal): degradasi memudahkan

deforestasi

(6)

Pemicu mendasar DD

Tumpuan pada SDA untuk ekonomi dan pendapatan

masyarakat dalam berbagai bentuknya

Perbedaan antara permintaan (>>>) dan suplai (<<<)

kayu

Permintaan pasar (>>>) akan kayu dan komoditas

Politik lokal dan tata kelola

SDA = political capital

Dengan mengorbankan tata kelola SDA

Ketidakpastian tenurial

(7)

THINKING

beyond the canopy

Kegiatan pembangunan dan sumber

penghidupan masyarakat (1): Si emas

hijau

0

10

20

30

40

50

60

70

80

5

10

15

20

25

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Billion Rp

x 1000

x 10

6

Kecenderungan kegiatan kelapa sawit

Area (ha)

Production (tonnes)

Export (tonnes)

Bank Credit for agriculture, forestry,

fishery and livestock

(8)

Kegiatan pembangunan dan sumber

penghidupan masyarakat (2): batubara

Indonesia produsen batubara kelima terbesar di

dunia

Produksi naik dua kali lipat dalam 6 tahun terakhir

Investasi naik tajam

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

50

100

150

200

250

300

350

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011*

B

ill

io

n

R

p

x 1000

to

n

n

e

s

x 1,

000,

000

Year

Trend of Coal Mining Activities

Production

Exports

Production Kalteng

Production Kaltim

Consumption

(9)

THINKING

beyond the canopy

Aspek Kelembagaan, Lingkungan

dan Distribusi (1)

Tata Kelola berkaitan dengan hutan

Di tingkat global dan perjanjian internasional

UNFCCC

UNCBD  IBSAP

FLEGT

Nasional

Peraturan perundangan terkait tidak konsisten

Kawasan hutan: pengukuhan kawasan hutan, interpretasi

dan legitimasinya

Proses perijinan tertutup dan berpotensi korupsi

Kapasitas pemerintah dalam memonitor kegiatan konsesi

hutan kurang

Pengelola hutan di tingkat tapak kurang

Penegakan hukum yang lemah

(10)

Aspek Kelembagaan, Lingkungan

dan Distribusi (2)

Desentralisasi

Kewenangan pemerintah daerah dalam sektor ekonomi

yang berpengaruh thd hutan

Penerbitan izin-izin

Bagi hasil

Hak masyarakat asli/adat dan hak-hak atas karbon, lahan dan

pohon

Perubahan fungsi kawasan hutan

(11)

THINKING

beyond the canopy

Ekonomi Politik hutan dan DD

Sejarah DD di Indonesia

1960 – 1982 --- industri kayu bulat

1982 – 1990an --- industri kayu lapis

1990 – 1998 --- bubur kertas dan kertas

> 1998

--- ijin2 skala kecil, HTI bubur kertas

DD dalam Konteks Kebijakan Politik, Ekonomi, dan Hukum

Kebijakan ekonomi politik (kemudahan pajak, tambang di

kawasan hutan, pengembangan wilayah pangan dan energi,

pengembangan energi nabati, kelapa sawit)

Penegakan hukum

(12)

Law enforcement

No

year

No. Of cases

Verdict reached

Ongoing

1

2005

949

331

373

2

2006

2034

371

1199

3

2007

685

202

364

4

2008

316

62

163

5

2009

243

61

109

Penegakan hukum sektor

kehutanan

Court verdicts in forestry cases

< 1 year

1-2 year

3-5 year

6-10 year

> 10 years

Putusan pengadilan

kasus kehutanan 2008

Putusan pengadilan kasus

kehutanan 2009

< 1 year

1-2 year

3-5 year

6-10 year

>10 years

>Life

> Death

(13)

THINKING

beyond the canopy

Kebijakan REDD: Para pihak dan

perannya

Para pihak dan proses kebijakan: dinamis, tidak selalu berjalan

seiring

Institusi utama:

Bappenas, Kemenhut, DNPI, Satgas REDD+

Berbagai kepentingan

Swasta, perwakilan masyarakat adat, LSM, donor,

pemerintah daerah, masyarakat

Berbagai pandangan akan REDD+

(14)

THINKING

beyond the canopy

Penetapan kawasan hutan, kebijakan terkait

penggunaan lahan, dan proses REDD+

Sept – Nov Draft of REDD+ National Strategy

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1999-2005

December 2009 COP 15 Copenhagen December 2008 COP14 Poznan December 2007 COP13 Bali December 2010 COP 16 Cancun December 2011 COP 17 Durban February Regulation on Non tax state revenue from forest area utilization March 2007 Presidential Instruction on Acceleration of peatland development rehabilitation and revitalization in Central Kalimantan May Presidential Regulation on MP3EI December Presidential Regulation on RTR Sulawesi May MoF Decree on Licensing procedures of projects on carbon sequestration and/or storage in production and protected forests

January Government Regulation on Forest Administration, Forest Management Planning, and Forest Utilization

Law on Mineral and Coal mining January Presidential Regulation on RTR Kalimantan island February 2012 Presidential Regulation on RTR Sumatera island February Constitutional court’s verdict on aspect of the forestry law 1999 Forestry Law Spatial Planning Law 2000  Forest area designation based on TGHK and RTRWP synchronization Map: 1:250,000 March Government regulation on national spatial planning Environmental law September Commitment to reduce emissions by 26% or up to 41% May Letter of Intent between Norway and Indonesia July Indonesia National Council on Climate Change (DNPI) May

MoF Decree on REDD mechanism procedures

Sept

MoU of REDD+ Task Force and Central Kalimantan

National Plan to Reduce GHG emission (RAN GRK) December 2010 Central Kalimantan as REDD+ pilot project September

REDD+ task force established July Indonesian Forest-Climate Alliance (IFCA) December Regulation on REDD Demonstration Activities September Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) - BAPPENAS

May

Moratorium on granting of new licences and improvement of natural primary forest and peatland governance June REDD+ national strategy script published 2004 MoF Regulation on the Utilization of Forest Protected Areas for Mining Activities March MoF Regulation on guidelines for lease borrow of forest zone February Government Regulation on Mining Area 2004 Plantation Law February Min. of Agriculture Decree on Peat for oil palm plantation February Presidential Instruction on the acceleration of the implementation of the national development priority

May and Nov

2nd and 3rd revision of

moratorium

July

Govt Reg 60 on the procedures of change in function of forest area Govt Reg 61 on the utilization of forest area

2004-2007

proposed revision of forest area in accordance with RTRWP/K and regional division

Map 1;250.000

1960-1998

1967

Basic Forestry Law

TGHK: Law 5 of 1990 and BFL Map 1:500,000 Harmonisation of TGHK and Provincial Spatial Plan 1960 Basic Agrarian Law 1992 Law on Spatial Planning December 2012 COP 18 Doha

(15)

THINKING

beyond the canopy

Capaian kebijakan utama terkait

tata kelola hutan dan REDD+(1)

RAN GRK : panduan utama nasional upaya

penurunan gas rumah kaca

Stranas REDD+: panduan umum REDD+ dan

perbaikan tata kelola hutan

Moratorium: jeda pembukaan hutan dan

(16)

Capaian kebijakan utama terkait

tata kelola hutan dan REDD+ (2)

Membantu meningkatkan kesadaran publik dan

kesadaran serta pengakuan birokrasi atas perlunya

memperbaiki tata kelola hutan dan lahan

Memberikan ‘waktu bernapas’ untuk memperbaiki tata

kelola kehutanan dan penggunaan lahan

Merupakan satu cara untuk mengedepankan

keterbukaan dan akuntabilitas pembuatan kebijakan

kehutanan dan lahan dan perencanaan tata ruang

Merupakan media untuk memperbaiki koordinasi antar

sektor terkait dan antar tingkatan pemerintahan serta

integrasi kebijakan perencanaan dan penggunaan

hutan dan lahan

Meletakkan lingkungan -- terutama pengelolaan hutan

dan lahan -- dalam agenda pemerintah, dalam

tingkatan ‘keseriusan’ yang lebih tinggi

(17)

THINKING

beyond the canopy

Tantangan dan peluang tata kelola

hutan dan REDD+

Tantangan, a.l.

Kebutuhan, insentif, dan tekanan

atas konversi hutan akan terus

berlanjut (misal, MP3EI), dan

bagaimana memperbaiki

penghidupan masyarakat

Ketidak selarasan atau kerancuan

peraturan perundangan terkait lahan

dan hutan merupakan PR besar

Kurangya integrasi antara kebijakan

di masing2 tingkat pemerintahan

dengan tingkatan pemerintahan

yang lainnya, sampai ke tingkat

tapak

Tata kelola pemerintahan secara

umum tetap merupakan tantangan

yang besar

Masalah penguasaan lahan

Peluang, a.l.

Perbaikan pencatatan data terkait

lahan dan hutan, serta

penggunaannya

Beberapa peraturan perundangan

telah mengakomodasi prinsip tata

kelola yang baik (UU Tata Ruang,

Keterbukaan Informasi)

 bgm penerapannya

Prosedur alokasi dan penggunaan

lahan lebih terbuka

Unsur lingkungan dimasukkan ke

dalam perencanaan pembangunan

secara menyeluruh

(18)
(19)

THINKING

beyond the canopy

Center for International Forestry Research

CIFOR memajukan kesejahteraan manusia, konservasi lingkungan dan kesetaraan melalui penelitian yang berorientasi pada kebijakan dan praktik kehutanan di negara berkembang. CIFOR merupakan salah satu dari 15 pusat penelitian dalam Kelompok Konsultatif bagi Penelitian Pertanian International (Consultative Group on International Agricultural Research – CGIAR). CIFOR berkantor pusat di Bogor, Indonesia dengan kantor wilayah di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Janda/Dudanya (Lembaran

Tekstur khasnya umum seperti beberapa buah yang lain, namun penebalan-penebalan di bagian- bagian tertentu yang memiliki tampilan tekstur sehingga menjadi satu

populasi mikroba pada tanah yang berada pada lapisan bawah tidak terpengaruh.. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Barasa dkk.,

Kegemaran anak untuk belajar memasak ini memunculkan beberapa peluang usaha yang terkait seperti lomba memasak untuk anak, acara televisi memasak oleh anak hingga tempat

PEI,IERIIITAH KABUPATET{ NAGEKEO KECAMATAT{ AESESA. KELURAHAil MBAY

[r]

[r]

Perkembangan ciri khusus atau karakteristik tersebut sudah sangat pesat, untuk mengantisipasi dampaknya diperlukan pendidikan karakter agar dapat menanggulangi dan mencegah