• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan Suku Mentawai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan Suku Mentawai"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan

Suku Mentawai

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Menyelesaikan Program Strata 1

Jurusan Sastra China

Oleh

Josi – 1100000651

Juliana – 1100012903

Fakultas Bahasa dan Budaya

Universitas Bina Nusantara

Jakarta

2011

(2)

Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan Suku

Mentawai

Skripsi

Josi

1100000651

Juliana

1100012903

Dosen Pembimbing

Fu Ruo Mei, BA

D3050

Fakultas Bahasa dan Budaya

Universitas Bina Nusantara

Jakarta

2011

(3)
(4)
(5)
(6)

RINGKASAN ISI

Suku Drung adalah salah satu suku di China, terletak di Propinsi Yunan lembah sungai Jiang, suku Drung mempunyai tradisi yang unik yaitu para wanita suku Drung mentato wajahnya atau disebut “wen mian”. Di Indonesia juga terdapat tradisi mentato tubuh yaitu di Pulau Mentawai, Sumatera Barat. Tato Mentawai merupakan tato tertua di Indonesia. Salah satu alasan suku Mentawai mentato tubuhnya adalah sebagai simbol penghormatan terhadap alam, karena suku Mentawai hidup berdampingan dengan alam dan hidup mereka bergantung pada alam.

Alasan diatas membuat penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi apa alasan mereka mentato tubuh mereka, mencari persamaan dan perbedaan baik sejak kapan dimulai tradisi tersebut, alat yang digunakan, proses, kegunaan, bentuk tato dari masing-masing suku. 1. Sejarah Singkat Tato

Tato diperkirakan muncul pertama kali di Mesir pada tahun 4000

SM pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Bukti tato Mesir

yang tertua dengan peninggalan mumi Nubbian sehingga para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni dalam membuat tato sudah ada sejak 12.000 tahun SM.

Menjelang abad 2000SM, seni tato meluas hingga, menjelang tahun 1000SM keberadaan tato makin meluas, hal ini terjadi karena adanya difusi kebudayaan akibat migrasi penduduk.

(7)

2   

Aliran difusionisme menjelaskan bahwa kebudayaan itu asalnya satu, kemudian menyebar ke seluruh dunia karena adanya perpindahan manusia akibat perubahan lingkungan alam.

Difusi tato menyebar ke Timur Tengah, kemudian menyeberang melalui darat dan laut dataran India, China, Jepang, dan Kepulauan Pasifik.

Awalnya, teknik dan alat yang digunakan dalam pembuatan tato masih sangat tradisional yaitu menggunakan arang tempurung yang dicampur air tebu. Jarum dan pemukul berasal dari batang yang diruncingkan.

Pada jaman sekarang, mentato tidak lagi menggunakan jarum yang berasal dari tulang hewan atau batang tumbuhan yang diruncingkan, namun menggunakan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris, zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis.

1.2 Fungsi Tato Pada Suku

Dahulu seni mentato sering dipakai oleh suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia dengan fungsi yang hampir sama di berbagai tempat atau suku yaitu : pertama, tato sebagai simbol prestasi dari hasil berburu binatang, keberanian, keterampilan, pengobatan. Kedua, tato merupakan perintah religius kepada masyarakat yang meyakini itu sebagai perintah dewa atau Tuhan. Ketiga, sebagai bukti ketabahan dalam melewati masa peralihan dari gadis ke perempuan dewasa, perempuan dewasa ke ibu, tato juga dianggap mampu mengatasi rasa sakit dan duka. Keempat, sebagai jimat mujarab, simbol kesuburan dan kekuatan dalam melawan berbagai penyakit dan kecelakaan.

(8)

2.

Tato Suku Dan Tradisi

Kelompok masyarakat yang tinggal di dalam grup mempunyai pengalaman hasil pembelajaran dan interaksi sesama. Mereka menggunakan kemampuan untuk mengekspresikan pengalaman mereka, yaitu membuat seni, lebih tepatnya seni tradisional. Dikatakan seni tradisional karena mempunyai beberapa karakteristik yaitu mudah, memiliki dua sisi, silsilah yang aneh dan si pembuat tidak memiliki pendidikan secara formal. Dapat disimpulkan seni rakyat adalah keindahan sebuah grup, identitas, dan berharga.

Ciri khas manusia adalah kemampuannya menciptakan simbol yang mempunyai makna tertentu, maka manusia disebut animal simbolicum (Earnest Cassiers, 1994). Simbol merupakan salah satu bahasa nonverbal karena menggunakan lambang berupa benda, lukisan,binatang, sebagai contoh adalah tato.

Tato adalah salah satu simbol mengekspresikan kebudayaan dan merupakan seni yang dapat dilihat. Melalui tato, beberapa suku di dunia dapat mengekspresikan apa yang mereka harapkan dalam hidup. Itu berarti tato menjadi salah satu alat yang dipergunakan masyarakat untuk mengungkapkan suara hati mereka dan menyampaikan ide. Tato juga dapat menjadi suatu simbol untuk mengidentifikasikan bahasa di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu karena tato dapat mengartikan sesuatu. Tato yang terdapat dalam perseorangan maupun suku-suku tertentu mempunyai makna dan fungsi yang berbeda, simbol yang digunakan untuk membuat tato biasanya sangat sederhana dan diambil dari kebudayaan asli mereka.

Fungsi simbol adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan simbol yang mempunyai makna, manusia dapat berkomunikasi dengan

(9)

4   

manusia lain. Simbol digunakan dalam tato biasanya asli dari mana orang berasal. Mereka tidak memutuskan hubungan dengan kebudayaan asli mereka.

Fungsi tato antara lain sebagai simbol profesi seseorang,

penyembuhan penyakit, penghormatan terhadap roh-roh nenek moyang, dan bentuk rasa terimakasih terhadap alam. Fungsi ini berkaitan dengan pandangan hidup mistis pada suku-suku tertentu. Suku di pedalaman hidup berdampingan dengan alam, hidup mereka bergantung pada alam, maka hidup mereka terkungkung oleh alam, kondisi yang demikian membuat mereka berpandangan hidup mistis, yaitu pandangan yang tunduk kepada kekuatan alam sehingga mereka menyembah alam.

Pada suku primitif, peraturan adat yang harus dilaksanakan pada saat wanita atau pria sudah memasuki usia akil balik atau remaja adalah mentato tubuhnya sebagai lambang memasuki gerbang kedewasaan. Proses penatoan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, melainkan orang yang dipercaya dan ditunjuk oleh kepala suku seperti dukun adat. Ter Harr mengatakan bahwa hukum adat yang berlaku hanya dapat diketahui dari penetapan-penetapan petugas hukum seperti kepala adat, hakim, rapat adat, perangkat desa dan lain sebagainya. Proses penatoan tubuh pada usia akilbalik dilakukan secara turun temurun dan menjadi sebuah tradisi. Tradisi adalah kebiasaan, adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, informasinya diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan.

Tradisi mentato banyak kita temui di berbagai suku di dunia seperti suku Mentawai Padang , suku Dayak di Kalimantan, suku Drung, Dai, Li di china, suku Aborigin Australia, motif tato, alat yang digunakan dalam pembuatan tato, fungsi, makna juga beraneka ragam. Pada

(10)

umumnya tradisi mentato antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun memungkinkan adanya kesamaan tradisi dan kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lainnya ini disebabkan karena persebaran budaya.

Kebanyakan suku di dunia yang mempunyai tradisi mentato berhubungan dengan kepercayaan masyarakat mengenai animisme dan totemisme. Simbol-simbol dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Animisme adalah suatu keyakinan bahwa alam semesta – dunia kita ini dan juga benda langit memiliki jiwa abadi. Tato merupakan salah satu cara untuk menghormati roh roh nenek moyang maupun alam, karena benda yang ada di alam yang menurut mereka sakral, dilukiskan di atas kulit tubuh mereka sebagai busana abadi yang dibawa sampai mati.

Sekarang tato hanya merupakan sebuah simbol apresiasi mereka terhadap seni melukis di atas tubuh. Tradisi mentato bagi masyarakat yang hidup dipedalaman kini sudah mulai punah seiring perkembangan jaman. Seperti dikatakan Soepomo bahwa setiap peraturan adalah adalah timbul berkembang dan selanjutnya lenyap dengan lahirnya peraturan baru.

3. Suku Drung Dan Suku Mentawai

3.1 Tradisi Tato Suku Drung

Suku Drung terletak di lembah sungai Dulong yang berada di Provinsi Yunnan Utara jurang sungai Nu. 5.000 meter di atas permukaan laut timur Gao li gong shan, dibagian Barat dan Selatan berbatasan dengan Myanmar, daerah otonom Tibet Utara. Suku Drung memiliki bahasa sendiri, dari bermacam jenis bahasa termasuk Sino-Tibet dengan Sino-Tibet Burma. Profesi menebang dan membakar, pria

(11)

6   

memancing dan berburu, wanita kesehariannya memetik. Sebagian besar suku Drung yang ada di Dulong, membangun desa disepanjang tepi Sungai Yangtze.

Menurut catatan sejarah dan legenda masyarakat, wanita Suku Drung memiliki kebiasaan mentato wajah, terlebih mempunyai alasan sejarah yang spesifik. Hampir dua tiga ratus tahun yang lalu, penghulu Suku Tibet dan Suku Lizu berusaha memasuki daerah Suku Drung, terhadap Suku Drung melakukan hal eksploitasi kejam dan tekanan. Terutama penghulu Chawa Naga Tibet, setiap tahun masyarakat Suku Drung harus membayar upeti, bahkan mulut, telinga, hidung, rambut juga dikenakan upeti. Jika tidak mampu membayar, maka penculikan perempuan dibawa sampai daerah Tibet sebagai budak. Terutama perempuan Suku Drung yang muda dan cantik, biasanya sering menghadapi bahaya diculik. Jadi mentato wajah dalam sejarah penindasan wanita Suku Drung, merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan diri.

3.1.1 Fungsi Tato Bagi Suku Drung

Alasan wanita suku Drung mentato wajah mereka, secara garis besar ada 4 anggapan yaitu: (1) wanita mentato mukanya sebagai penghias, (2) mentato wajah adalah asalnya menyembah dan salah satunya hasil kegiatan ilmu sihir dukun, (3) tato wajah menandakan suku atau kelompok bangsa yang berbeda, (4) wanita Suku Drung mentato wajah dikarenakan untuk menghindari penghulu Chawa Naga Tibet yang merampas paksa menjadi budak.

(12)

3.1.2 Motif Dan Makna Tato Suku Drung

Didaerah Sungai Dulong (Desa Bu Ka Wang),wajah dipenuhi tato, yaitu batang hidung, kedua pipi, atas dan bawah bibir adalah pola duri, dibawah wilayah sungai, dipipi bawah dan bibir bawah ditusuk dua tiga jalur memanjang, seperti kumis laki-laki yang terkulai.

3.1.3 Proses Pembuatan Tato Suku Drung

Letak tato wanita Suku Drung fokus utama terdapat pada wajah,sehingga sering disebut “lukisan wajah” atau “tato wajah”. Pola umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: daerah tengah sungai Dulong, dari alis ke hidung dihubungkan dengan menusukkan lima atau enam pola berbentuk belah ketupat, lalu dipusat mulut, pada kedua sisi hidung mulai menusuk pola berlian kecil, dilanjutkan dengan menusukkan pola belah ketupat kecil di pipi rahang sampai bertemu membentuk satu lingkaran, membentuk lingkaran garis-garis persegi, lingkaran garis-garis persegi ditusukkan mendatar, lingkaran garis-garis persegi di area atas mata ditusukkan garis putus-putus horizontal. Pola keseluruhan seperti kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya. Daerah tengah sungai Dulong lebih sederhana, biasanya hanya dirahang bawah ditato bergaris vertikal dua atau tiga. Bagian lainnya tidak ditato.

3.2 Tradisi Tato Suku Mentawai

Pulau Mentawai terletak di Kepulauan Siberut disebelah Pantai Barat Pulau Sumatra dimana suku Mentawai mengembangkan bahasa simbolnya sendiri. Bahasa simbolnya diekspresikan melalui tato. Tato merupakan busana abadi Suku Mentawai yang dibawa sampai mati. Tato juga sebuah tahap penyempurnaan jiwa dan raga demi mencapai

(13)

8   

Mentawai muncul pada zaman logam 1500 SM – 500 SM. Mereka menyebut tato dengan sebutan “titi”.

Motif pohon sagu pada tubuh Sikerei mempunyai makna. Dalam Mitologi suku Mentawai pohon sagu mempunyai makna tersendiri, mengisahkan tentang seorang pria yang menjelma menjadi pohon sagu. Pohon sagu sebagai pohon kehidupan sebagai sumber pangan yang tidak akan pernah habis. Motif pohon sagu ini selalu terdapat pada tubuh setiap dukun adat (Sikerei).

Tidak hanya Sikerei yang memiliki tato di tubuh, tetapi juga masyarakatnya, karena masyarakat Mentawai percaya benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh, karena Masyarakat suku mentawai menganut aliran kepercayaan Animisme.

Agama Animis Mentawai disebut “Jarayak”, menggunakan simbol gambaran sebuah pohon sagu.

Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya. Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ''Arat Sabulungan''.

3.2.1 Fungsi Tato Bagi Suku Mentawai

Fungsi tato dari suku Mentawai antara lain :

a) Melambangkan jati diri, status sosial, dan profesi.

b) Simbol keseimbangan alam

c) Keindahan

d) Fungsi mistis berguna untuk mempersatukan roh dan tubuh agar

tidak berjauhan

(14)

3.2.2 Motif Dan Makna Tato Suku Mentawai

Motif – motif dan design tato Mentawai tidak diciptakan untuk

ditorehkan pada tubuh secara tunggal atau berdiri sendiri, melainkan di

design lengkap untuk seluruh bagian tubuh yaitu dada, punggung, sisi rusuk, perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher dan wajah.

Keseluruhan motif dan design terdiri dari garis-garis geometrical sederhana yang melintang diberbagai bagian tubuh dan berakhir dengan garis-garis kurva pada kedua belah pipi wajah.

Motif tato suku Mentawai antara lain :

a) Pohon, gunung, matahari, hewan, batu merupakan wujud penghormatan suku Mentawai terhadap alam

b) Babi, rusa, kera, burung, buaya, melambangkan seseorang

pemburu binatang, sesuai dengan hewan apa yang diburu.

c) Alat perang dan daun beraneka motif merupakan hasil kreatifitas

mereka sendiri.

Elemen utama dari design keseluruhan adalah garis sentral yang

mengarah ke dagu, kemudian ,menuju kebagian atas area rambut kemaluan, garis ini kadang terputus dan mengarah menuju pundak dan bahu yang bercabang kebagian tubuh atas lainnya. Terlihat jelas pada bagian dada yang menyimbolkan bunga pohon sagu.

Elemen garis pada kaki bermakna batang pohon utama, garis putus – putus yang panjang pada lengan turun kebawah menuju pergelangan tangan melambangkan cabang – cabang pohon.

3.2.3 Proses Pembuatan Tato Mentawai

Proses pembuatan tato mentawai melewati proses ritual , dan memakan waktu yang cukup lama, karena bagian dari kepercayaan Arat

(15)

10   

Sabulungan (kepercayaan kepada roh-roh). Sebelum melaksanakan ritual mentato, dilaksanakan sebuah upacara adat yang disebut “Punen Kepa”, yang bertujuan untuk menyingkirkan pengaruh jahat dan ancaman akan adanya pertumpahan darah terhadap kampung yang mereka huni. Acara puncak punen adalah dengan melakukan perjalanan ke Pulau Siberut sebagai asal orang Mentawai, acara itu disebut ‘Bulepak’, ke sana naik sampan sampai 40 orang, jika sudah kembali dengan selamat menempuh ombak yang besar dari Siberut dengan membawa manik-manik khas Siberut, maka semua warga suku sudah boleh menato diri.

Membuat tato di Mentawai dilakukan tiga tahap. Tahap pertama pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan pentatoan di bagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato bagian paha. Tahap ketiga setelah dewasa.

Anak laki-laki yang menginjak usia 11-12 tahun atau sudah akil balik dipanggilkan dukun (Sikerei) oleh orangtuanya dan kepala suku (Rimata), mereka merundingkan waktu pelaksanaan mentato, jika sudah disepakati hari dan bulan, baru dipanggilkan si pembuat tato (Sipatiti), sipatiti harus seorang lelaki dan tidak boleh perempuan.

Prosesi tato dimulai dengan “Punen Enegat’ atau upacara inisiasi yang dipimpin oleh seorang sikerei, bertempat di “Putukurat” yaitu tempat khusus penatoan milik Sipatiti. Tubuh anak laki-laki yang akan ditato itu mulai digambar dengan lidi, setelah sketsa gambar selesai, jarum yang terbuat dari kayu kerei ditusuk-tusukan kebagian kulit yang akan ditato secara berulang-ulang sesuai dengan sketsa, lalu pewarna akan masuk ke lapisan kulit dan akan terserap permanen di kulit, dan proses mentato selesai.

(16)

3.2.4 Alat Dan Bahan Pembuat Tato

Alat dan Bahan yang digunakan berasal dari alam sekitar, jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan pada bagian ujungnya. Kayu karai adalah tumbuhan asli mentawai. Pewarnanya menggunakan campuran arang tempurung kelapa dan daun pisang.

4. ANALISIS

Pada bab sebelumnya penulis telah membahas mengenai tato secara umum, tato suku Drung dan tato Mentawai, dari data yang didapat penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Perbedaan :

1. Tradisi mentato suku Drung dan suku Mentawai tidak

muncul secara bersamaan, tato Mentawai muncul pada zaman Logam 1500SM – 500SM, sedangkan tato Drung Muncul pada Dinasti Ming sekitar 350 tahun yang lalu.

2. tato pada suku Drung terletak hanya pada wajah wanita,

sedangkan tato Mentawai di design lengkap untuk seluruh

bagian tubuh, seperti dada, punggung, sisi rusuk, perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher.

3. Wanita Suku Drung mentato wajah sebagai ungkapan rasa

seni dan untuk kecantikan masyarakat suku Mentawai mentato tubuh karena kecintaannya terhadap seni yang indah dan mengidentifikasi dari suku mana mereka berasal.

4. Tato suku Drung disebabkan karena latar belakang suku

(17)

12   

para wanita suku Drung tidak diculik, diperkosa, dan dijadikan budak oleh suku luar, namun lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan sebagai kepentingan kecantikan, suku Mentawai mentato tubuh karena Tato dipergunakan sebagai penghormatan terhadap alam, nenek moyang, penolak bala, dan pengusir roh-roh jahat.

5. Motif garis garis yang menyerupai kupu-kupu di wajah

wanita suku Drung tidak memiliki arti yang khusus, motif pohon sagu, matahari, hewan , batu merupakan wujud penghormatan masyarakat suku Mentawai terhadap alam. Motif babi, rusa, kera, burung, buaya melambangkan hewan apa yang diburu oleh seorang pemburu. Motif tato alat perang dan daun beraneka motif sebagai hasil kreatifitas mereka sendiri.

6. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan tato

pada suku Drung yaitu menggunakan jarum yang berasal dari sebilah bambu yang diruncingkan, pewarna yang digunakan berasal dari duri, jarum dan benda tajam yang berasal dari sebilah bambu yang diruncingkan, pewarna yang digunakan berasal dari cucian panci kayu bakar, dibalikkan ke dalam api, kayu bakar berupa obor dan disebut kulit kayu kerang kerangan, korek keluar abu hitam dari pembakaran, ditambahkan sedikit air untuk mendamaikan pigmen tato. Jarum yang digunakan pada suku Mentawai yang berasal dari tulang hewan atau kayu Karai yang diruncingkan, pewarnanya berasal dari arang tempurung kelapa dan daun pisang.

(18)

7. Sebelum proses pentatoan dimulai tidak ada upacara atau ritual adat yang dilakukan para wanita suku Drung, suku Mentawai diadakan ritual atau upacara adat “Punen Lepa” yang bertujuan menyingkirkan pengaruh jahat dan ancaman akan adanya pertumpahan darah terhadap kampung yang mereka huni.

8. Proses pembuatan tato pada suku Drung dimulai pada

bagian daerah hulu sungai suku Drung,lebih dari alis ke hidung ditusuk dihubungkan dengan lima atau enam tato belah ketupat, kemudian di mulut bagian pusat, mulai dari kedua sisi hidung, dilanjutkan dengan menusuk belah ketupat kecil, dua belah pipi bertemu sampai ke rahang, membentuk satu lingkaran, lingkaran garis-garis persegi ditusuk vertikal, sisi lingkaran bagian atas sampai mata ditusuk horinzontal untuk pola titik. Daerah hulu sungai suku Drung lebih sederhana, umumnya dirahang bawah ditato dua atau tiga garis-garis vertikal. Bagian lainnya tidak ditato. Proses pembuatan tato pada suku Mentawai secara bertahap dimulai dari dada, punggung,sisi rusuk, perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher dan wajah.

9. Pelaku tato suku Drung tidak harus ketua adat dan lelaki

seperti yang ada di suku Mentawai, pelaku tato wanita suku Drung adalah ibu dari wanita tersebut atau teman. Persamaan :

1. Cara pentatoan pada tubuh dan wajah pada kedua suku ini sama yaitu dengan cara memasukan cairan tinta ke sdalam kulit tubuh dengan menggunakan batang kayu

(19)

14   

yang diruncingkan dan diketuk-ketukan ke dalam kulit tubuh sampai pewarna masuk ke dalam kulit.

2. Pada masyarakat suku Drung hanya kaum wanita saja yang ditato pada bagian wajah dan dilakukan pertama kali ketika berumur 12- 13 tahun, pada masyarakat Mentawai baik pria dan wanita boleh mentato pada bagian tubuh ketika pria sudah menginjak usia 11-12 tahun dan wanita yang sudah akil balik.

5. Simpulan

Suku Drung dan suku Mentawai sama-sama memiliki tradisi mentato. Dapat disimpulkan latar belakang terbentuknya tradisi, fungsi, motif gambar tato pada kedua suku tersebut tidak sama dan memiliki arti yang berbeda sesuai dengan cara mereka mengartikannya. Kedua suku tersebut memiliki persamaan yaitu mempunyai cita rasa seni yang tinggi yang diungkapkan melalui tato sebagai simbol keindahan.

Sekarang tradisi mentato kedua suku sudah mulai punah. Anak cucu mereka tidak ada lagi yang mewarisinya, demikian juga di Mentawai karena sejak tahun 1950, pemerintah melarang suku Mentawai melanjutkan tradisi mentato ini karena dianggap sebagai suatu kepercayaan animisme dan mewajibkan masyarakat Mentawai memilih dan memeluk 5 agama yang ada di Indonesia.

     

(20)

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

IDENTITAS DIRI

Nama : Josi

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 9 Agustus 1989

Alamat : Jl. Cipulir Permai Blok y.9

Telepon/HP : 085692115711

Email : yoc.yoshi@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2007 – Sekarang Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Bahasa dan

Budaya Jurusan Sastra China Universitas Bina Nusantara di Jakarta

2004 – 2007 Sekolah Menengah Atas Tarsisius II di

Jakarta

2002 - 2004 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Tarakanita V di Jakarta

(21)

16   

PENDIDIKAN INFORMAL/PELATIHAN/KURSUS

2007 Mengikuti summer course di Xiamen

2008 Mengikuti kursus Bahasa Perancis di Culture

Centre Francais di Jakarta CCF

2009 – sekarang Mengikuti kursus Bahasa Inggris di English

First di Jakarta

2011 – sekarang Mengikuti kursus Bahasa Inggris di La Rose

Educational

PENGALAMAN KERJA

2007 Mannequin Life Surfer Girl di Senayan City

(22)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Juliana

Tempat/Tanggal lahir : Pangkalpinang,8 juli 1989

Alamat : Jl. Belanak V, Pangkalpinang Bangka

Email : Juliana_903@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2007 -2011 Mahasiswa tingkat akhir Universitas Bina

Nusantara, Jurusan Sastra China

2004 -2007 Lulus SMA Santo Yosef, Pangkalpinang,

Indonesia

2002 -2004 Lulus SMP Santo Paulus 1, Pangkalpinang,

Indonesia

1996 -2002 Lulus SD Santo Paulus 1, Pangkalpinang,

Indonesia

(23)

18   

PENDIDIKAN INFORMAL/PELATIHAN/KURSUS

2007-2008 mengikuti Kelas Belajar Bahasa Mandarin

Dasar II di BNMC (Bina Nusantara Mandarin Club)

PENGALAMAN KERJA

2010.12 Sebagai voluntir di acara Asian Social

Youth-Preneurship Summit

Referensi

Dokumen terkait

Arat Sabulungan inilah yang mencangkup seluruh pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat masyarakat Mentawai mengenai lingkungan alam, sosial dan budaya mereka yang mana

Ekowisata etnobotani dalam pelaksanaannya mengikutsertakan peran aktif masyarakat lokal, sehingga mampu menumbuhkan suatu kegiatan bisnis baru yang prospektif. Sebagai

adat, dan siklus pekerjaan umum yang terdapat masyarakat Batak Toba di.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah perkawinan dalam adat masyarakat Suku Rote Nusa Tenggara Timur khusunya Kecamatan Rote Barat Laut penentuan nilai

Temuan dalam penelitian ini adalah Dukun Adat Suku Tengger Desa Ngadiwono tidak memiliki Otoritas Legal-Rasional, dukun adat memiliki otoritas yang tidak dijelaskan Max

pendekatan deskriptif ini memjadikan penulis mudah dalam pengambilan data berupa tradisi Belis dalam perkawinan adat suku Weweleo, pada masyarakat Desa Sangu

Suku-suku bangsa dengan beragam budaya tradisionalnya selalu menarik untuk diperbincangkan. Salah satu suku yang memiliki kehidupan unik adalah Suku Mentawai. Masyarakat

Hasil dari penelitian Kepemilikan dan pengelohan tanah dalam perjalanannya berkorelasi dengan adat budaya masyarakatnya, terdapat peraturan adat yang sangat dipatuhi oleh masyarakat