TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION DI
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh:
R. Ajeng Ratna Mustika
2013110035
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013
BANDUNG
2017
TRADE CREATION AND TRADE DIVERSION IN
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)
UNDERGRADUATE THESIS
Submitted to complete part of the requirements
for Bachelor’s Degree in Economics
By
R. Ajeng Ratna Mustika
2013110035
PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY
FACULTY OF ECONOMICS
PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS
Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013
BANDUNG
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis trade creation dan trade diversion pada saat AFTA yang dialami ASEAN 6 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Penelitian ini menggunakan adaptasi dari model gravitasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh Elliot dan Ikemoto (2004) dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dengan menggunakan data perdagangan bilateral antara ASEAN 6 dengan sesamanya dan dengan enam negara mitra dagang terbesar mereka yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, India, dan Australia tahun 1998 – 2014 didapatkan hasil sebagai berikut: AFTA yang berlangsung dari tahun 1998 – 2014, berhasil menciptakan trade creation yang berarti terjadi peningkatan perdagangan antar sesama anggota AFTA, tetapi trade diversion tidak terjadi karena perdagangan antar negara anggota dengan non-anggota AFTA tidak mengalami penurunan malah terjadi peningkatan. Selain itu PDB dan PDB per kapita berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan di AFTA, sedangkan jarak berpengaruh negatif terhadap peningkatan perdagangan di AFTA selama periode 1998 – 2014.
Kata kunci: ASEAN Free Trade Area (AFTA), trade creation, trade diversion, model gravitasi
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze trade creation and trade diversion during AFTA experienced by ASEAN 6 countries namely Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Philippines, and Vietnam. This research uses the gravity model previously adopted by by Elliot and Ikemoto (2004). Using Ordinary Least Square (OLS) method applied on bilateral trade data between ASEAN 6 countries also between ASEAN 6 countries and their biggest trading partners (China, Japan, South Korea, USA, India and Australia) from 1998 to 2014, it is found that AFTA has succeeded in creating trade creation, which means there is an increase in trade among AFTA members, but trade diversion has not happened because trade between member countries and non-members of AFTA does not decrease, but it increases instead. In addition, the GDP and GDP per capita have positive effect on trade, while distance negatively affects trade in AFTA during the period of 1998 - 2014.
Keywords: ASEAN Free Trade Area (AFTA), trade creation, trade diversion, gravity model
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya skripsi ini, berjudul
“Trade Creation dan Trade Diversion di ASEAN Free Trade Area (AFTA)”.
Melalui skripsi ini, saya berusaha mengetahui apakah terjadi dampak trade creation dan trade diversion pada AFTA selama periode 1998 – 2014, serta menganalisis akibat dari ada/tidaknya kedua dampak tersebut terhadap perdagangan bilateral intra-regional maupun inter-intra-regional di AFTA. Namun saya menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, sehingga saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk perbaikan observasi di masa mendatang.
Selain karena skripsi merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi yang saya cita-citakan, dukungan dari lingkungan sekitar juga menjadi motivasi bagi saya. Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Papah dan Mamah tercinta, Unang Mulyadhie dan R. Indri Suyatni. Terima kasih telah memberikan segala bentuk perhatian dan kasih sayang, juga sebagai tempat berkonsultasi untuk semua hal, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan percaya diri.
2. R. Mutia Ratna Puspita dan R. Sartika Ratna Juwita selaku kedua kaka serta Argya Raesakha dan Arkatama Rakaan sebagai keponakan yang selalu menjadi inspirasi dan selalu menyemangati saya.
3. Dosen pembimbing, Ibu Januarita Hendrani, Ph.D. Terima kasih telah menjadi panutan dan menjadi dosen pembimbing yang sangat baik kepada saya dan selama proses penyusunan skripsi telah banyak memberikan masukan, nasihat, dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Dosen kaijan EIP, Ibu Noknik Karliya H, Dra., MP. dan Bapak Ahmad Aswin Masudi, S.E., MSE. Terimakasih atas masukan dan saran sehingga membantu menyempurnakan skripsi ini.
5. Terimakasih R. Fiat Mahadhika yang selalu memberikan semangat, motivasi, bantuan, doa, perhatian, dan selalu menjadi tempat berkonsultasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan penulis selama kuliah yaitu Ifara Arijanto, Trisfian Suhardi, Viktor Galih Kusuma, Nadia Putri, Getha Fety, Mariska Ardilla, dan Rizal Syaepudin, terimakasih atas persahabatan yang luar
viii
biasa, segala kebersamaan, dukungan, waktu, semangat, doa, dan kasih sayangnya.
7. Keluarga besar IESP 2013: Rania, Imun, Tsana, Gege, Fina, Debora, Runi, Refi, Debora, Enrika, Ellen, Helena, Kaka, Dian, Asyifa, Aurel, Tari, Momo, Eno, Chyntia, Faisal, Dikcit, Hanan, Shafly, Faza, Nur, Jodi, Kevin, Feisal, Koji, Icul, Darryl, Aldwyn, Agung, Fikri, Dikgem, Deka, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas pertemanan dan kenangan indah yang telah dilalui selama kuliah.
8. Keluarga besar IESP: Ka Adot, Ka Andhara , Ka Vania, Ka Adew, Ka Iyay, Ka Rendra, Ka Vicky, Ka Faisal, Ka Nuy, Ka Gema, Ka Ferdy, Ka Rawafi, Ka Karin, Ka Jehoy, Ka Thesa, Ka Widi, Ka Swenanda, Ka Jojo, Ka Fikry, Ka Nicholas, Ka Chris, Ka Michael, Opi, Bilaa, Indhira, Mariany, Gisel, Mimin, Anas, Sarah, Tami, Tara, Miun, Barata, Naufal, Henk, Andrew, Rey, Mika, Catra, Radit, Sheby, Zeisha, Raisa, Sarah’15, Nada dan masih sangat banyak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi bagian selama masa perkuliahan.
9. Sahabat dekat Miriam Fajria. Terimakasih telah menjadi tempat berkeluh kesah, konsultasi, selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doanya.
10.Sahabat-sahabat SayBotai yaitu Laeila Apsari, Almira Suci, Auranni Naneta, Devy Nur, Maulida Yumnisari, dan Tatiana Dina. Terimakasih selalu menjadi sahabat terbaik dan selalu memberikan dukungan serta doanya.
11.Sahabat-sahabat SMA yaitu Lisani, Ica, Anggi, Tifat, Sendika, dan Eiza. Terimakasih untuk setiap dukungan dan doanya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan berkontribusi bagi perkembangan penelitian mendatang atau bidang ilmu terkait.
Bandung, 26 Juli 2017
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi PRAKATA ... vii DAFTAR GAMBAR ... xiDAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 4
1.4. Kerangka Pemikiran ... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Liberalisasi Perdagangan ... 8
2.2. Teori Perdagangan Internasional ... 8
2.3. Integrasi Ekonomi Regional dan Free Trade Area (FTA) ... 10
2.3.1. Pengertian Integrasi Ekonomi Regional dan Tahapan Integrasi Ekonomi Regional ... 10
2.3.2. Free Trade Area (FTA) ... 12
2.4. Teori Trade Creation dan Trade Diversion ... 14
2.5. Penelitian Terdahulu ... 16
3. METODE DAN OBJEK PENELITIAN ... 19
3.1. Metode Penelitian ... 19
3.2. Analisis Data Panel ... 20
3.3. Gravity Model ... 20
3.4. Spesifikasi Model ... 22
3.5. Objek Penelitian ... 23
3.5.1. Nilai Impor ... 24
3.5.2. PDB dan PDB per Kapita ... 25
3.5.1. Jarak ... 27
x
4.1. Hasil Penelitian ... 29
4.1.1. Hasil Regresi Model ... 29
4.1.2. Uji Heteroskedastisitas ... 29
4.1.3. Uji Multikolinearitas ... 31
4.1.4. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial ... 32
4.1.5. Koefisien Determinasi (R-squared) ... 33
4.2. Pembahasan ... 34
5. PENUTUP ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN ... A-1 RIWAYAT HIDUP PENULIS ... A-2
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tren Perdagangan Intra dan Inter Regional ASEAN (juta US$) ... 3
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian ... 5
Gambar 3. Nilai Impor Intra-Trade Tahun 1998 – 2014 (Juta US$) ... 24
Gambar 4. Nilai Impor Inter-Trade Tahun 1998 – 2014 (Juta US$) ... 25
Gambar 5. PDB at Current Market Price 1998 – 2014 (Juta US$) ... 26
Gambar 6. PDB per Kapita at Current Market Price 1998 – 2014 (Juta US$) ... 27
Gambar 7. PDB ASEAN 6 dan Impor ASEAN 6 tahun 1998 – 2014 ... 35
Gambar 8. Nilai Impor Intra-Trade ASEAN 6 Tahun 1998 – 2014 (Juta US$) .. 37
Gambar 9. Nilai Impor Inter-Trade ASEAN 6 Tahun 1998 – 2014 (Juta US$) .. 38
Gambar 10. Nominal Exchange Rate Indonesia terhadap US$ 1997 – 2014 (tahun dasar 1997) ... 39
Gambar 11. Nominal Exchange Rate Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam terhadap US$1997 – 2014 (tahun dasar 1997) ... 39
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Proses Perdagangan Internasional Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif ... 13 Grafik 2. Ilustrasi Trade Creation pada Free Trade Area ... 15 Grafik 3. Ilustrasi Trade Diversion pada Free Trade Area ... 16
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Pangsa Ekspor dan Impor 10 Besar Partner Perdagangan
ASEAN Tahun 2014 ... 2
Tabel 2. Data dan Sumber Data ... 19
Tabel 3. Jarak antar Negara ASEAN (KM) ... 28
Tabel 4. Hasil Regresi Model ... 29
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan White Heteroskedasticity Test 30 Tabel 6. Hasil Regresi Akhir ... 31
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Integrasi ekonomi adalah proses di mana negara-negara bergabung menjadi entitas yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan negara itu sendiri dan semua anggota dalam integrasi tersebut, dengan cara mengahapuskan semua hambatan-hambatan (barriers) bekerjanya perdagangan bebas (Jovanovic, 2011). Menurut Salvatore (2000), integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan nasional. Integrasi ekonomi tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya setiap negara dalam menghadapi globalisasi dan liberasasi ekonomi dunia.
Dalam integrasi ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara non-anggota dalam melakukan perdagangan, sehingga dapat memberikan dampak penciptaan (trade creation) dan dampak pengalihan (trade diversion). Trade creation merupakan dampak positif yang menjadi peluang bagi suatu negara akibat beralihnya konsumsi dari produk domestik yang bersifat high-cost menjadi produk impor yang bersifat low-cost. Sebaliknya, trade diversion merupakan perubahan orientasi perdagangan ke arah yang tidak efisien akibat adanya pengalihan dari produk impor yang bersifat low-cost dari negara non-anggota, menjadi produk yang bersifat high-cost dari negara anggota perjanjian (Viner, 1950).
Terdapat beberapa bentuk kerjasama diantaranya adalah perjanjian perdagangan bilateral, regional dan multilateral. Bentuk kerjasama tersebut dibuat untuk mengoptimalkan perdagangan internasional. Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh kebanyakan negara adalah dengan membentuk perjanjian area perdagangan bebas atau yang biasa disebut dengan Free Trade Area (FTA). FTA merupakan salah satu bentuk integrasi ekonomi di dunia yang akan memberikan perlakukan khusus kepada negara mitra dagangnya dan mendiskriminasikan negara mitra dagang yang tidak berada dalam FTA.
Dalam pelaksanaannya, terdapat dua bentuk FTA yaitu dapat berupa penetapan tarif dan non-tarif yang lebih rendah atau tidak ada sama sekali. Dengan menurunkan atau menghilangkan hambatan perdagangan di antara anggota, alokasi
2
sumber daya di dalam kawasan dan pendapatan setiap negara anggota akan mengalami peningkatan. Kerjasama ekonomi untuk negara-negara di Asia Tenggara dimulai dengan dibentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992 yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar dunia melalui liberalisasi perdagangan dan kerjasama ekonomi yang lebih dekat. Liberalisasi perdagangan tersebut dilakukan dengan cara penurunan atau penghapusan tarif dan non-tarif melalui skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sejak tahun 1993 dan direalisasikan mulai tanggal 1 Januari 2003 bagi ASEAN-6.
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2015 (data diolah kembali)
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2015
Trade Partner
Nilai (Juta US$) Pangsa Perdagangan ASEAN (%)
Ekspor Impor Total Ekspor Impor Total
ASEAN 330.318,07 278.240,23 608.558,3 25,6 22,5 24,05 Cina 152.545,53 197.962,84 350.508,37 11,8 16,1 13,95 Jepang 124.434,15 121.794,12 246.228,27 9,6 9,9 9,75 Amerika Serikat 122.863,23 117.903,97 240.767,20 9,5 9,5 9,5 EU-28 114.509,74 92.345,68 206.855,42 8,9 7,5 8,2 Korea Selatan 52.822,99 82.139,58 134.962,57 4,1 6,6 5,35 Taiwan 39.472,10 68.841,39 108.313,49 3,1 5,6 4,35 Hong Kong 85.275,45 14.096,87 99.372,32 6,6 1,1 3,85 Australia 45.526,07 22.531,39 68.057,46 3,5 1,8 2,65 India 41.935,24 25.926,65 67.861,89 3,2 2,1 2,65 Total perdagangan dengan 10 besar partner dagang 1.109.702,6 1.021.782,6 2.131.485,20 85,9 82,7 84,3 Lainnya 182.697,2 214.433,5 397.130,70 14,1 17,3 15,7 TOTAL 1.292.399,8 1.236.216,2 2.528.616,00 100 100 100
Tabel 1. Nilai Pangsa Ekspor dan Impor 10 Besar Partner Perdagangan ASEAN Tahun 2014
3 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 N ilai E ksp o r d an Im p o r (J u ta US $) Ekspor Inter Impor Inter Ekspor Intra Impor Intra Perdagangan intra-regional adalah perdagangan yang dilakukan antar negara dalam satu regional, sedangkan perdagangan inter-regional ASEAN adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara di luar regionalnya (Rahayu, 2015). Tabel 1 menunjukkan sepuluh negara utama partner perdagangan ASEAN pada tahun 2014. Terlihat bahwa perdagangan intra-regional ASEAN memiliki pangsa sebesar 24,05% persen, sedangkan perdagangan Inter-regional ASEAN sendiri masih didominasi oleh negara China yang berada di posisi pertama, dengan pangsa pasar yang cukup tinggi sebesar 13,95% persen diikuti Jepang (9,75%), Amerika Serikat (9,5%), EU-28 (8,2%), Korea Selatan (5,35%), Taiwan (4,35%), Hong Kong (3,85%), Australia 2,65%), dan India (2,65%). Negara-negara tersebut merupakan negara partner dagang terbesar ASEAN.
Pada gambar 1 terlihat bahwa tren perdagangan intra-regional ASEAN yang meningkat baik dari sisi ekspor dan impor dari tahun 2004-2014. Pada tahun 2009 terdapat penurunan dari kedua indikator perdagangan (ekspor dan impor) intra-regional ASEAN tersebut, hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi global pada tahun 2008-2009 yang ikut memengaruhi kondisi perdagangan intra-regional ASEAN. Hal ini menunjukkan kondisi perdagangan intra-regional ASEAN yang cukup baik, dan mengindikasikan dampak positif dari AFTA. Hal yang serupa juga terlihat dari tren
Gambar 1. Tren Perdagangan Intra dan Inter Regional ASEAN (juta US$)
4
perdagangan inter-regional ASEAN, yang menunjukkan tren meningkat di sisi ekspor dan impor nya. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai ekspor inter-regional hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Hal tersebut mengindikasikan adanya trade creation yang cukup besar yang terjadi akibat realisasi dari perdagangan bebas melalui skema CEPT.
1.2. Rumusan Masalah
AFTA memiliki 3 tujuan utama yaitu menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak FDI, dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN trade). Tujuan ketiga AFTA tersebut akan tercapai jika dapat menimbulkan trade creation yang merupakan dampak positif dari dilaksanakannya integrasi ekonomi. Akan tetapi, trade diversion atau pengalihan perdagangan yang merupakan dampak negatif dari integrasi ekonomi tidak dapat dihindari dan kemungkinan besar akan terjadi seiring semakin terintegrasinya perdagangan global.
Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Apakah akan terjadi trade creation dan trade diversion di sektor perdagangan antara negara-negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Cina, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, dan India?
1.3
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
AFTA merupakan perjanjian perdagangan bebas pertama yang dibentuk oleh ASEAN. AFTA dibentuk pada tahun 1992 dan diubah menjadi ASEAN Economic Community pada akhir tahun 2015. Salah satu tujuan didirikannya AFTA adalah untuk meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Dibentuknya AFTA, terdapat dua dampak yang mungkin ditimbulkan, yaitu trade creation yang merupakan dampak positif dan trade diversion yang merupakan dampak negatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trade creation dan trade diversion di sektor perdagangan yang terjadi saat AFTA antara negara-negara ASEAN 6 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam) dengan Cina, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, dan India selama periode
5
tahun 1998 – 2014. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca mengenai dampak integrasi regional AFTA yang berupa trade creation dan trade diversion di sektor perdagangan dan dapat menambah literatur mengenai perdagangan internasional.
1.4
Kerangka Pemikiran
Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian. Variabel pertama adalah produk domestik bruto yang diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak (Rifqi, 2013).
Ukuran ekonomi suatu negara dapat dilihat dari kemampuan potensial negara tersebut untuk melakukan perdagangan luar negeri, yaitu kemampuan kedua negara untuk menjual atau membeli produk antar negara. Semakin besar ukuran ekonomi negara maka semakin besar pula kemampuan untuk melakukan produksi barang. Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Maka, semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, dan semakin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan barang-barang tersebut, impor akan semakin tinggi.
PDB diperkirakan memiliki hubungan positif dengan perdagangan. Peningkatan PDB sebagai pendapatan nasional, dengan asumsi bahwa populasi tetap, mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat dengan indikator, yaitu PDB per
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
PDB PDB per
kapita Jarak RTA (I)
Impor ASEAN 5
6
kapita yang merupakan variabel kedua pada penelitian ini. Peningkatan daya beli masyarakat ini memperbesar peluang peningkatan impor. Oleh karena itu, jika PDB dan PDB per kapita meningkat maka suatu negara akan mengimpor dalam jumlah yang lebih besar.
Variabel ketiga adalah jarak yang merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan perdagangan, sehingga jarak akan meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa di pasar internasional. Semakin jauh jarak suatu negara dengan negara lain, maka semakin besar biaya transportasi pada perdagangan diantara keduanya, sehingga perdagangan menjadi menurun. Walaupun demikian, adanya perkembangan teknologi transportasi dapat meminimalisir perbedaan waktu tempuh dan biaya pada perbedaan jarak antar negara tersebut.
Krugman et.al (2009) mempertimbangkan bahwa jarak dua negara yang berdagang merupakan determinan penting dalam pola perdagangan secara geografis. Semakin besar jarak, biaya transportasi semakin besar. Oleh karena itu, jarak diperkirakan berkolerasi negatif dengan perdagangan bilateral. Menurut Krugman et.al (2009), terdapat hubungan negatif antara jarak geografis dan total perdagangan bilateral. Ini merupakan indikasi bahwa semakin jauh jarak dua negara yang berdagang, maka semakin tinggi biaya transportasi yang harus ditanggung dalam proses perdagangan. Jarak merupakan proxy dari berbagai biaya seperti biaya transportasi, komunikasi, dan transaksi yang diperlukan dalam melakukan suatu perdagangan. Akan tetapi, jarak yang dimaksud adalah jarak yang diukur secara garis lurus dari ibukota negara pengekspor ke ibukota negara pengimpor. Semakin jauh jarak antar negara, maka semakin kecil transaksi perdagangan yang dilakukan, karena biaya yang dikeluarkan negara akan semakin besar.
Variabel keempat adalah variabel dummy RTA (I) yang bertujuan untuk mengukur tingkat trade creation yang terjadi di AFTA dan variabel terakhir adalah varibel dummy RTA (O) yang bertujuan untuk mengukur tingkat trade diversion yang terjadi di AFTA. Variabel RTA (I) diharapkan memiliki hubungan positif dengan perdagangan. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan tarif untuk anggota AFTA yang menyebabkan harga barang impor dari negara anggota menjadi murah, sehingga terjadi penciptaan pasar (trade creation) dan konsumen beralih dari barang domestik yang bersifat high cost ke barang impor yang bersifat low cost. Variabel
7
RTA (O) diharapkan memiliki hubungan negatif dengan perdagangan. Menurut Jovanovic (2011), pembentukan Free Trade Area diperkirakan akan berujung pada penurunan perdagangan antar negara anggota dan non-anggota. Nilai koefisien RTA (O) yang negatif menunjukkan bahwa adanya AFTA akan membuat negara anggota AFTA memilih untuk berdagang dengan sesama anggota AFTA dibandingkan dengan yang non-anggota.