BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
2.I Kajian Teori
2.I.I Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Travers, (dalam Agus Suprijono, 2009:2) Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, berarti kegiatan menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar adalah the process of acquiring knowledge. (Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan).
Menurut James D. Whittaker, (dalam Max Darsono, 2000:4) bahwa belajar adalah proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. Lebih jauh Whittaker mengatakan bahwa perubahan fisik (pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan (maturitas) tidak termasuk belajar.Perubahan perilaku karena kelelahan, sakit dan akibat obat tidak termasuk belajar.
Menurut W. S. Winkel, (2005:4) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas.
Menurut Slameto (dalam Syaiful Bahri, 2000:13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner (dalam Syaiful Sagala, 2012:14) belajar adalah suatu proses dan perubahan adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progessif yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan mandiri, dengan belajar siswa yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu atau siswa yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai-nilai, dan sikap dari yang tidak tahu menjadi tahu atau dari yang tidak bisa menjadi bisa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat konstan, relatif menetap dan mempunyai tujuan terarah.
2.1.1.2 Prinsip-Prinsip Balajar
Menurut Suprijono, (2009:4) ada tiga prinsip belajaryaitu :Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri: (a) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang didasari pengetahuan, (b) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainya, (c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, (d) Positif atau berakumulasi, (e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reporoire that occurs as a result of experience, (g) Bertujuan dan terarah, (h) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, kontruktif, dan organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Prinsip-prinsip yang terkait dengan proses belajar menurut Gagne, (dalam Eveline dan Hartini, 2010:14) terutama berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Kesiapan belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar.Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit
dan kondisi psikologis yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan, tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek.Belajar sebagai suatu aktifitas kompleks sangat membutuhkan perhatian daei siswa yang belajar.
c. Keaktifan siswa
Melakukan kegiatan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa harus aktif tidak boleh pasif.Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari.Menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. d. Keterlibatan langsung siswa
Kegiatan belajar dan pembelajaran, siswa harus terlibat langsung sehingga mereka akan mudah memahami dan mengingat apa yang telah mereka pelajari.
e. Pengulangan belajar
Materi pelajaran ada yang mudah dan ada yang sukar.Untuk mempelajarinya siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan mengadakan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang materi yang telah dipelajari sehingga materi tersebut makin segar dalam pikiran siswa, sehingga makin mudah direproduksi.
f. Materi pelajaran yang merangsang dan menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu anak terhadap persoalan.Materi pelajaran yang merangsang dan menantang dapat membuat siswa menjadi aktif sehingga meningkatkan motivasi sbelajar.
g. Balikan dan penguatan terhadap siswa
Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun guru, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, di mana letak kekuatan dan kelemahanya.Untuk merealisir balikan ini, guru hendaknya memberitahu kemajuan belajar siswa.
Penguatan adalah suatu tindakan yang menyenangkan diri guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perubahan. Dengan penguatan, diharapkan siswa akan mengulangi lagi perbuatan yang sudah baik.
2.1.2.1 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2009:17) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum menerima pembelajaran.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Suprijono, (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Menurut Hamalik, (2006:30) bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Rusman, (2012:13) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencangkup ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat dan bakat, penyesuaian sosial, macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan pengalaman, perkembangan mental dari seseoarang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Perubahan perilaku mencangkup kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Winkel, 2004:272), hasil belajar dalam rangka studi dapat dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain :
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar instelektual yang terdiri dari 6 aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.Keenam aspek yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari 5 aspek. Kelima aspek teersebut dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek yaitu sebagai berikut :
a) Reciving / attending (penerimaan) b) Responding (jawaban)
c) Valuing (Penilaian) d) Organisasi
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan, yaitu :
a) Gerakan reflex yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. b) Keterampilan pad gerakan-gerakan sadar.
c) Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
Dari beberapa ranah hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa memperoleh kemampuan internal kepada siswa dan keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk mendapatkan suatu peningkatan kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Dalam penelitian ini menekankan pada aspek proses kognitif.
2.1.2.3 Macam-Macam Hasil Belajar
Menurut Gagne (dalam Suprijono,2010:22) menyatakan bahwa hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
b. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto, (2010:54) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
a. Faktor Intern (faktor yang ada di dalam individu), yaitu sikap dalam belajar, minat dalam belajar dan kemandirian belajar.
b. Faktor Ekstern (faktor dari luar individu), yaitu keadaan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Misalnya bimbingan orang tua, perhatian orang tua, pengawasan orang tua terhadap anak saat belajar dirumah.
Menurut Munadi (dalam Rusman, 2012:124) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal, yaitu :
1) Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pembelajaran.
b. Faktor psikologis, setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
2) Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan yaitu dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b. Faktor instrumental yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan berupa kurikulum, sarana dan guru.
2.1.3 Model Pembelajaran 2.1.3.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Slavin, 2007:54).Model pembelajaran kooperatif meliputi model pembelajaran TGT, model pembelajaran STAD dan model pembelajaran JIGSAW.Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas(Arends dalam Anita Lie,2002:28).
Pembelajaran Kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggungjawab pribadi dan sikap menghormati sesama.Peserta didik bertanggungjawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasiuntuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Bentuk-bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya (Suprijono, 2009:54).
Dari pendapat para ahli dapat disimpilkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran.
2.1.3.2 Model PembelajaranMind Mapping (Peta Pikiran)
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Mapping memiliki sebuah idea tau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki.Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain (Buzan, 2005:9).
Peta pikiran (Mind Mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari, karena berbeda emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya (Bobbi de Porter, 1999:153). Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping (Sugiarto, 2004:92).
Visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreatifitas dan
seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan mudah lebih menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis (Rose dan Malcolm, 2006:33).
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah suatu yang dibentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak (Eric Jensen, 2002:21).
Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemrosesan logika, kata-kata, matimatika dan urutan atau yang disebut otak yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Otak kanan berkaitan dengan irama, rima, musik, gambar dan imajinasi atau disebut sebagai otak berkaitan dengan aktifitas kreatif. Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh Corpus Collosum yang secara konstan menyeimbangkan pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistic dengan pesan kongkret dan logis (Gordon Dryden Jeannette Vos, 2003:125).
Sebagaian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai berkomunikasi dan memperoleh informasi dalam bentuk verbal ataupun tertulis. Bidang pendidikan, bisnis dan sains cenderung yang digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa tidak dapat mempertahankan
ingatan tersebut dalam jangka waktu yang lama (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2000:38).
Otak tidak dapat langsung meolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian.Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kalimat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengar menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2000:152).
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan,bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta,bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana akan pergi dan dimanapun berada (Michael Gelb dalam Buzan, 2003:179).
Mind Mapping merupakan gagasan berbagai imajinasi.Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja, Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki, (2000:152) menjelaskan peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Mind Mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
Mind Mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerja
otak kiri dan kanan.Dengan Model Mind Mapping siswa dapat meningkatkan daya ingatan hingga 78% (Buzan, 2009:15).
Menurut Buzan, (2009:54) beberapa manfaat menggunakan Mind Mapping antara lain : a. Merencanakan b. Berkomunikasi c. Menjadi kreatif d. Menghemat waktu e. Menyelesaikan masalah f. Memusatkan perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan fikiran-fikiran h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar lebih cepat dan efesien j. Melihat gambar keseluruhan
Mind Mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu sisa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya menggabungkan kerja otak kiri dan kanan. Model ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind Mapping merupakan model yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan tehnik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.
Kegunaan Mind Mapping (Peta Pikiran) :
Menurut Michael Michalko, (dalam Buzan 2005:6) Model Mind Mapping dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagi bidang termasuk bidang pendidikan. Kegunaan Model Mind Mapping dalam bidang pendidikan, khususnya pada Sekolah Menegah Pertama kelas VIII, antara lain :
a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah
b. Memungkinkan merencanakan rute atau kerangka pemikiran suatu karangan
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif Cara membuat Mind Mapping (Buzan, 2005:15),yaitu :
a. Siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape. b. Pena dan pensil berwarna
c. Otak d. imajinasi
e. Tempatkan topik atau judul materi yang akan dibahas ditengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal.
f. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat
g. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada Mind Mapping yang dibuat.
Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreatifitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan.
Menurut buzan, (2004:149) Aplikasi Mind Mapping dalam pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis Mind Mapping, yaitu:
a. Overview : Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master Mind Mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.
b. Preview : Tinjauan awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah Inview.
c. Inview : Tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumusan penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
d. Review : Tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumusan penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk focus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingat kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
Kelebihan dan kelemahan Mind mapping, Buzan (2004:9)yaitu : a. Kelebihan pembelajaran Model Mind Mapping :
1. Dapat mengemukaan pendapat secara bebas. 2. Dapat berkerjasama dengan teman lainnya. 3. Catatan lebih padat dan jelas.
4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan. 5. Catatan lebih berfokus pada inti materi. 6. Mudah melihat gambaran keseluruhan.
7. Membantu otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan.
8. Memudahkan penambahan informasi baru. 9. Pengkajian ulang bisa lebih cepat.
10. Setiap peta bersifat unik.
b. Kelemahan pembelajaran Model Mind Mapping : 1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat. 2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
3. Mind Mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa Mind Mapping siswa.
2.2.1 Metode Ceramah
Menurut Sudjana, (2009:77) Metode ceramah adalah penuturan bahan
pelajaran secara lisan. Fungsinya, untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan seorang dosen atau maha guru member kuliah kepada mahasiswa-mahasiswa.
Metode ceramah adalah suatu metode yang paling tua, dan di Indonesia, pada umumnya menggunakan metode ini, karena hanya menggunakan alat persepsi visual (Penglihatan) dan auditif secara lisan, walaupun mungkin penjelasanya menunjukan berapa gambaran pada gambar-gambar, tetapi penjelasannya hanya disampaikan secara lisan. Jadi tugas murid dalam metode ceramah ini adalah: murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru adalah benar, murid mengutip ikhtisar semampu murid itu sendiri dan menghapalkannya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Menurut Sudjana, (2009:70) Keuntungan dari metode ceramah ini diantaranya
adalah guru dapat mengusai seluruh kelas, maksudnya perhatian murid-murid tertuju kepada seorang guru, dalam metode ini gurulah yang mengusai, mengendalikan dari kegaduhan murid-murid mengajar, sedangkan kelemah dari metode ceramah adalah: Guru tidak dapat mengukur pengertian siswa dan siswadapat salah interpretasi penjelasan guru, maksudnya adalah bahwa guru tidak mengetahui mana murid yang sudah paham terhadap pelajaran yang disampaikan dan mana murid yang belum paham terhadap pelajaran yang telah
disampaikan. Dan begitu juga siswa dapat salah penafsiran atau penjelasan (interpretasi) terhadap pelajaran yang telah disampaikan oleh seorang guru dikarenakan terlalu cepatnya penyampaian materi pelajaran.
Dari metode ceramah tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran yang hanya disampaikan secara lisan, karena hanya menggunakan alat persepsi visual (penglihatan), jadi murid lebih cenderung pasif, melihat dan mendengarkan saat proses pembelajaran berlangsung.
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Shofia Hattarina (2008) tentang “Penerapan model pembelajaran mind Mapping (Peta pikiran) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah XI IPS SMAN I Talun”. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMAN 1 Talun semester genap tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 35 orang siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Keberhasilan penelitian ini diamati berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes evaluasi setiap akhir siklus. Siswa dinyatakan tuntas belajar bila mencapai nilai ≥ 65 dan satu kelas dikatakan tuntas apabila telah mencapai angka 75%, tersebut menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS dalam mata pelajaran sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata skor siswa dari hasil tes awal 33,75% meningkat menjadi 73,25% hal ini berarti terjadi peningkatan skor sekitar 39,5% pada post tes siklus I. sedangkan pada siklus II hasil tes awal siswa adalah 36% dan pada post tes meningkat menjadi 88,75% ini menunjukan telah terjadi peningkatan skor siswa sebanyak 52,75%.
Variabel yang dilakukan oleh Shofia Hattaria adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS, subjeknya penelitian ini adalah SMA.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ariadina Suim Dwi Fitri (2008) dengan penerapan model Mind Mapping untuk meningkatkan kemampuan berfikir kretifitas dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI SMA Darul Ulum Agung Malang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Darul ulum Agung Malang pada mata pelajaran ekonomi pada siklus I ke siklus II ditinjau dari aspek fluency sebesar 22, 07%, aspek flexibility sebesar 20,11%, aspek originality sebesar 27,59 %, aspek elaboration sebesar 20,3 % dan aspek evalution sebesar 17, 82%. Sedangkan peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan (klasikal) pada siklus I ke siklus II sebesar 10,62% untuk aspek kognitif dan pada aspek efektif sebesar 13,8%.
Variabel yang dilakukan oleh Ariadina Dwi Fitri dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS, subjeknya penelitian ini adalah SMA.
3. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rosdianan dan Lambertus (2006), tentang “Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping di SMP Negeri 15 Kendari”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) siswa pada kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek peneitian siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari yang berjumlah 35 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masih-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap-tiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Instrument yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan siswa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping (peta pikiran) teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskripstif kuantitatif dan kualitatif.Berdasarkan hasil observasi , evaluasi dan refleksi pada setiap tindakan maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dalam proses belajar mengajar IPS dapat ditingkatkan sehingga prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari dapat ditingkatkan, dari 44,44% siswa telah memperoleh nilai ≥ 6,0 dengan
rata- rata 5,48 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,55 % dengan rata- rata 6,47. Kejadian ini menunjukan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Mind Mapping dapat mengingkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP 15 Kendari.
Variabel yang dilakukan penelitian oleh Rosdianan adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelasVIII melalui model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran), subjek penelitian ini adalah SMP.
Jadi kesimpulan dari ketiga penelitian tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping (Peta pikiran) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.Diharapkan peneliti juga dapat berhasil menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Relevansinya terhadap penelitian ini yaitu meneliti hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pkiran) perbedaan penelitiannya adalah subjek penelitian.subjek penelitian ini adalah siswa SMK. 2.4 Kerangka berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini mengikuti skema sebagai berikut :
Proses Pembelajaran PKn (Prasiklus)
Metode Ceramah
Siswa pasif, bosan dan hasil belajar rendah
Tindakan perbaikan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping (Peta Pikiran) Hasil belajar siswa
meningkat.
Siswa menjadi aktif, kreatif dan mengingat pelajaran dengan baik.
Pada penelitian di SMK T & I Kristen Salatiga, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik bagi siswa. Proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah mengakibatkan siswa cenderung pasif hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan, serta kurang tertarik terhadap pembelajaran PKn. Dengan menerapkan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran siswa lebih bisa aktif, kreatif ketelibatan siswa secara aktif dan menyeluruh diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) dalam pembelajaran PKn dapat meningkat hasil belajar pembelajaran PKn siswa SMK T&I Kristen Salatiga.