ANALISIS STRATEGI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KAIN
SONGKET SUTRA BERDASARKAN METODE
FULL COSTING
PADA
WEAVING CENTER
PONI’S PENGERAJIN TENUN SONGKET SUTRA
DI DESA JINENGDALEM
1
Ni Putu Ayu Astiti Sari,
1
Arie Wahyuni,
2Eka Dianita Marvilianti Dewi
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
{ayuastiti35@gmail.com
,
wahyuni_arie@yahoo.com
,
ekadyanita@gmail.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi perusahaan menghitung harga pokok produksi, mengetahui cara menetapkan harga jual yang tepat jika berdasarkan metode penentuan harga pokok produksi sesuai dengan kaidah yang baku, dan mengetahui perbandingan penentuan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku dengan penentuan harga pokok produksi berdasarkan kaidah yang baku pada Weaving Center Poni’s.
Penentuan harga pokok produksi berdasarkan kaidah yang baku yaitu menggunakan metode full costing.
Penelitian ini dilaksanakan di Weaving Center Poni’s yang merupakan sentra industri
usaha kecil menengah (UKM) yang memproduksi kain songket sutra yang terletak di Dusun Gambang, Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pengumpulan data, penyajian data, dan reduksi data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh pemilik usaha dengan metode full costing. Perhitungan harga pokok produksi menurut Weaving Center Poni’s adalah sebesar Rp
1.945.000 per produk. Sedangkan menurut metode full costing, perhitungan harga pokok produksi yang sesungguhnya adalah sebesar Rp 2.045.000 per produk. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi pada Weaving Center Poni’s
kurang tepat karena pemilik usaha belum menghitung seluruh biaya yang terlibat dalam proses produksi. Sebaiknya pemilik usaha menghitung harga pokok produksi berdasarkan kaidah yang baku, yaitu metode full costing.
Kata Kunci: biaya, harga pokok produksi, metode full costing
Abstract
This study aimed at analyzing the company's strategy to calculate production cost, knowing how to set the right selling price if the method used to determine the based-cost of production was in accordance with the standard rules, and knowing the comparison of determining production based-cost without standard rules and of determination production based- cost through the standard rules in Poni's Weaving Center. The determination of based-cost of production was based on the standard rule that was through full costing method.
The research was conducted in Poni’s Weaving Center which is a center of small and medium enterprises (SMEs) producing silk songket fabric located in Gambang Hamlet, Jinengdalem Village, Buleleng Sub-district, Buleleng Disctrict. The methods of data collection were conducted through library study, observation, interview, and documentation, whereas
the type of data used were qualitative data. The data analysis technique in this research was conducted through three stages, i.e., data collection, data presentation, and data reduction.
The results of this study indicated that there were differences in the results of production based-cost calculation conducted by the business owners through the full costing method. The calculation of production based-cost according to Poni’s Weaving Center was Rp 1.945.000 per product. Meanwhile, according to the full costing method, the calculation of the actual production based-cost was Rp 2,045,000 per product. This study concluded that the calculation of based-cost of production at Poni’s Weaving Center was not appropriate because the business owners had not calculated all the costs spent in the production process. The business owners should calculate production based-cost according to the standard rules, namely the method of full costing.
Keywords: cost, production based-cost, full costing method PENDAHULUAN
Weaving Center Poni’s merupakan
sentra industri usaha kecil menengah (UKM) yang memproduksi kain songket sutra yang terletak di Desa Jinengdalem, Kecamatan
Buleleng. Weaving Center Poni’s
memproduksi kain songket sutra bertujuan
untuk melestarikan kain songket dan
mempertahankan nilai budaya setempat.
Pemilik Weaving Center Poni’s yang
bernama Ni Ketut Sriponi memang memiliki keahlian membuat songket yang sudah dipelajari sejak anak-anak.
Pada tahun 1993, Weaving Center
Poni’s hasil produksinya sudah mulai dijual kepada wisatawan asing yang merupakan tamu dari suami Ibu Ni Ketut Sriponi yang berprofesi sebagai tour guide. Namun, pada tahun 1996 produksi kain songket di Desa Jinengdalem ini sempat lesu, karena saat itu
pakaian adat Bali yang awalnya
menggunakan kain songket sudah beralih fungsi menggunakan pakaian dengan jenis kain yang berbeda. Permasalahan tersebut
merupakan tantangan bagi Weaving Center
Poni’s dalam menghadapi persaingan usaha.
Pada tahun 2012 setelah mengikuti
pembinaan mengenai proses pembuatan
kain songket, Weaving Center Poni’s mulai
bangkit kembali untuk memproduksi kain songket sutra.
Dalam persaingan ketat tersebut,
Weaving Center Poni’s harus menggunakan
dan menerapkan strategi manajemen analisis keuangan yang baik untuk mewujudkan tujuan perusahaan dengan menentukan bagaimana produk yang dihasilkan dapat diserap oleh pasar, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Harga jual kain
songket juga sangat mempengaruhi
keberlangsungan usaha. Harga jual yang
tidak sesuai dengan tingkat ekonomi konsumen, mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak akan laku di pasaran dan usaha tidak akan berkembang. Dengan demikian, pemilik usaha harus dapat
merencanakan dan mengendalikan
seluruh aktivitas perusahaan dalam
menghasilkan produk dengan tingkat biaya yang semestinya. Menurut Dunia
dan Wasilah (2014:22), biaya (cost)
adalah pengeluaran-pengeluaran atau
nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.
Biaya produksi merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik.
Widilestaringtyas, dkk (2012:3)
mengemukakan biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja
langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik,
keduanya disebut biaya konversi
(conversion cost). Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi (Dunia dan Wasilah, 2014:24). Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi (Dunia dan Wasilah, 2014:24). Biaya
untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung (Dunia dan Wasilah, 2014:25).
Dalam penentuan harga pokok
produksi, suatu UKM dapat menerapkan metode yang sesuai dengan kaidah baku atau metode yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu metode
full costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Adapun unsur-unsur biaya
overhead pabrik, yaitu: (1) biaya bahan penolong, (2) biaya listrik dan air, (3) biaya
reparasi dan pemeliharaan, (4) biaya
penyusutan mesin dan alat-alat pabrik, (5) biaya pemasaran, dan (6) biaya administrasi dan umum.
Penentuan harga pokok produksi
sesuai kaidah yang baku sangat perlu
dilakukan pada Weaving Center Poni’s,
karena selama ini pemilik usaha tidak menghitung biaya-biaya yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap harga pokok produk, seperti biaya overhead pabrik yaitu biaya penyusutan gedung, biaya reparasi dan pemeliharaan alat tenun, biaya air, dan biaya bahan penolong lainnya. Biaya-biaya tersebut perlu dihitung meskipun nilainya kecil, karena biaya-biaya tersebut sangat berpengaruh dalam menetapkan harga jual per unit dan dapat mempengaruhi laba rugi yang diperoleh.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang menjadi dasar awal dalam melakukan penelitian, yaitu (1) Bagaimanakah strategi penentuan harga pokok produksi kain songket sutra dalam
menetapkan harga jual produk pada Weaving
Center Poni’s Pengerajin Tenun Songket
Sutra? (2) Bagaimanakah cara menetapkan harga jual yang tepat pada Weaving Center
Poni’s Pengerajin Tenun Songket Sutra jika berdasarkan metode penentuan harga pokok produksi sesuai dengan kaidah yang baku? (3) Bagaimanakah perbandingan penentuan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku dengan penentuan harga pokok produksi berdasarkan kaidah yang baku
pada Weaving Center Poni’s Pengerajin
Tenun Songket Sutra?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui strategi penentuan harga pokok produksi kain songket sutra dalam menetapkan harga
jual produk pada Weaving Center Poni’s
Pengerajin Tenun Songket Sutra. (2) Untuk mengetahui cara menetapkan
harga jual yang tepat pada Weaving
Center Poni’s Pengerajin Tenun Songket
Sutra jika berdasarkan metode penentuan harga pokok produksi sesuai dengan kaidah yang baku. (3) Untuk mengetahui perbandingan penentuan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku dengan
penentuan harga pokok produksi
berdasarkan kaidah yang baku pada
Weaving Center Poni’s Pengerajin Tenun
Songket Sutra. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut
interpretative inquiry karena banyak melibatkan faktor subjektif, baik dari
informan, subjek penelitian maupun
peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini, difokuskan pada pengamatan strategi penentuan harga pokok produksi kain
songket sutra pada Weaving Center
Poni’s Pengerajin Tenun Songket Sutra di Desa Jinengdalem. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi terlebih dahulu ke
tempat penelitian untuk mengetahui
fenomena yang terjadi, kemudian
melakukan wawancara dengan pemilik usaha untuk mendapatkan data primer.
Sumber data primer berupa
informasi dari hasil wawancara mendalam
dengan pemilik usaha Weaving Center
Poni’s mengenai biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan strategi pemilik usaha dalam menentukan harga pokok produksi kain songket sutra. Teknik analisis data sangat diperlukan
untuk mengolah data yang telah
diperoleh, agar hasil penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan. Data yang terkumpul berupa data kualitatif, kemudian dianalisis dengan melakukan serangkaian kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan
data, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Weaving Center Poni’s merupakan
sentra industri usaha kecil menengah (UKM) yang memproduksi kain songket sutra yang
terletak di Dusun Gambang, Desa
Jinengdalem, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng.
Weaving Center Poni’s memproduksi
kain songket sutra bertujuan untuk
melestarikan kain songket dan
mempertahankan nilai budaya setempat.
Pemilik Weaving Center Poni’s yang
bernama Ni Ketut Sriponi atau yang akrab dipanggil Ibu Poni memang memiliki keahlian membuat songket yang sudah dipelajari sejak anak-anak.
Sejak tahun 1993, Ibu Poni sudah mulai menjual hasil produksinya kepada wisatawan asing yang merupakan tamu dari suami Ibu Poni yang berprofesi sebagai tour guide. Seiring perkembangan zaman, pada tahun 1996 produksi kain songket di Desa Jinengdalem ini sempat lesu, karena saat itu
pakaian adat Bali yang awalnya
menggunakan kain songket sudah beralih fungsi menggunakan pakaian dengan jenis
kain yang berbeda. Namun, keadaan
tersebut tidak menurunkan semangat Ibu Poni untuk melanjutkan memproduksi kain songket sutra khas Jinengdalem.
Pada tahun 2012, Weaving Center
Poni’s mulai bangkit kembali untuk
memproduksi kain songket sutra, hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 Ibu Poni
mengikuti pembinaan mengenai teknik
pembuatan songket. Pembinaan ini dilakukan oleh Yayasan CTI (Cita Tenun Indonesia)
dan PT. Garuda terhadap beberapa
pengerajin songket di Desa Jinengdalem.
Sejak usaha tenun songket kembali
bergairah, Ibu Poni mulai mempekerjakan dan menghimpun sampai 20 pengerajin songket yang ada di Desa Jinengdalem.
Weaving Center Poni’s hingga saat ini
masih tetap memproduksi kain songket sutra menggunakan alat tenun tradisional yang
disebut cag-cag, dengan berbagai motif khas
Buleleng. Motif khas Buleleng yang terkenal antara lain motif Patra Sari, Pot-potan, Bunga Sungigi, Semanggi Gunung, dan lain-lain.
Jenis Produk yang Dihasilkan pada Weaving Center Poni’s
Produk kain songket sutra yang
dihasilkan pada Weaving Center Poni’s
merupakan kain yang sering dipakai
masyarakat Bali saat upacara
keagamaan. Kain songket tersebut dapat
berupa kemban (kamen), saput,
selendang, dan destar. Namun, produk yang dominan diproduksi adalah kemban (kamen) karena produk ini yang paling banyak diminati oleh konsumen. Kemban (kamen) yang diproduksi merupakan kain songket sutra dengan panjang 2 meter dan lebarnya 1,1 meter. 2 lembar kain dengan ukuran tersebut akan dijahit lagi menjadi 1 lembar, agar 1 lembar kain dapat dipakai untuk 1 orang.
Proses Pembuatan Kain Tenun Songket Sutra pada Weaving Center Poni’s
Pembuatan kain songket sutra tentu saja tidak mudah, karena masih dibuat
dengan menggunakan alat tenun
tradisional yang disebut cag-cag dan
memiliki tingkat kerumitan tersendiri
sehingga memerlukan waktu pengerjaan yang cukup lama. Proses pewarnaan dalam pembuatan kain songket juga memerlukan waktu yang cukup lama karena warna-warna tersebut dibuat dari bahan-bahan alami. Proses pewarnaan dilakukan oleh Ibu Poni sendiri tanpa
bantuan dari pegawainya. Proses
pewarnaan dapat berlangsung selama 2 hari sampai 10 hari lamanya agar dapat menghasilkan warna yang pekat.
Bahan baku pembuatan kain
songket adalah benang lungsin, benang pakan, serta benang penghias berupa benang emas, benang perak, dan benang katun berwarna. Benang lungsin (warp)
adalah benang yang membujur
membentuk panjang kain pada alat tenun.
Benang pakan (weft) adalah benang yang
melintang pada benang lungsin dan akan membentuk lebar kain. Benang emas merupakan benang hias berwarna emas yang disisipkan dengan cara menjungkit benang lungsin yang mendasari.
Proses pertama dalam pembuatan kain songket sutra adalah pencucian
dicelupkan ke dalam pewarna alami. Setelah
pewarnaan, benang tersebut perlu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan saja tidak langsung terkena sinar matahari. Proses selanjutnya yaitu proses ngeliing atau melerai benang. Setelah itu dilakukan proses
nganyinin yaitu proses mengatur dan menggulung benang agar panjang dan lebar benang memiliki ukuran yang sama. Proses
selanjutnya yaitu proses nyasah dengan cara
mementangkan benang pada alat nyasah
atau disuntik dimasukkan ke sisir tenun.
Setelah proses nyasah, selanjutnya
dilakukan pembuatan motif untuk desain kain. Jika motif kain sudah selasai dibuat, barulah proses menenun dilakukan dengan menggunakan alat tradisional yang disebut
cag-cag.
Strategi Penentuan Harga Pokok Produksi pada Weaving Center Poni’s
Penentuan harga pokok produksi pada
Weaving Center Poni’s dihitung oleh Ibu Poni
hanya dengan pengetahuan seadanya agar mendapatkan laba yang sesuai. Perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan cara hanya menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya penunjang dalam proses produksi, sedangkan pemilik usaha tidak menghitung biaya-biaya lain yang juga terlibat dalam proses produksi. Berdasarkan wawancara yang telah saya lakukan, narasumber mengatakan sebagai berikut:
“Ibu menghitung harga pokoknya
cuma dengan menambahkan biaya
bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya-biaya penunjang lainnya, itu saja yang ibu hitung. Biaya-biaya lain tidak ibu hitung karena jumlahnya tidak begitu besar. Harga jual untuk 1 lembar kain songket biasanya ibu jual seharga Rp 2.500.000 per lembar sesuai dengan tingkat kerumitannya dan sesuai harga pasar”.
Perhitungan harga pokok produksi pada Weaving Center Poni’s yaitu:
1. Perhitungan Biaya Bahan Baku
Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi
(Dunia dan Wasilah, 2014:24). Bahan
baku yang digunakan dalam
pembuatan kain songket sutra yaitu
benang lungsin berbahan sutra,
benang pakan berbahan sutra, dan benang emas. Jumlah bahan baku
untuk 1 lembar kain songket
memerlukan 4 tukal benang lungsin, 3 tukal benang pakan, dan 0,4 kg benang emas.
2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi (Dunia dan Wasilah, 2014:24). Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
kain songket pada Weaving Center
Poni’s terdiri dari 20 orang yang dibagi dalam beberapa proses. Tenaga kerja dalam proses pencelupan terdiri dari 2 orang, proses ngeliing 2 orang, proses
nganyinin 3 orang, proses nyasah 2 orang, pembuatan motif hanya ada 1 orang, dan tenaga kerja langsung untuk proses penenunan terdiri dari 10 orang.
Penentuan biaya tenaga kerja
pada Weaving Center Poni’s
menggunakan sistem borongan
dimana dalam proses pembuatan kain
songket, biaya tenaga kerja
langsungnya dihitung berdasarkan
hasil kerja atau jumlah produk yang dihasilkan.
3. Perhitungan Biaya Penunjang
Biaya penunjang dalam usaha ini
dapat diartikan sebagai biaya
overhead pabrik. Biaya overhead
pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja
langsung (Dunia dan Wasilah,
2014:25). Namun, pada Weaving
Center Poni’s belum semua biaya overhead pabrik dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi kain songket sutra.
Tabel. 1
Penentuan Harga Pokok Produksi pada Weaving Center Poni’s
No Jenis Biaya Total Biaya (Rp)
1 Bahan Baku 6.450.000
2 Tenaga Kerja Langsung 12.500.000
3 Penunjang 500.000
Total Biaya Produksi 19.450.000
Jumlah Produk yang Dihasilkan 10 Produk
Harga Pokok Produksi per Produk 1.945.000
Sumber: data primer Weaving Center Poni’s (2017)
Tabel. 1 di atas menunjukkan bahwa
total biaya produksi pada Weaving Center
Poni’s yaitu sebesar Rp 19.450.000 dengan jumlah kain songket sutra yang dihasilkan sebanyak 10 produk. Jadi, penentuan harga pokok produksi kain songket sutra menurut
Weaving Center Poni’s adalah sebesar Rp
1.945.000 per produk.
Penetapan Harga Jual yang Tepat pada
Weaving Center Poni’s Berdasarkan
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Sesuai Kaidah yang Baku
Penentuan harga pokok produksi yang tepat sangat perlu dilakukan pada Weaving Center Poni’s, agar harga jual yang
ditentukan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar.
Pemilik usaha Weaving Center Poni’s
sebaiknya menerapkan metode yang sesuai dengan kaidah baku atau metode yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu metode full costing.
Metode full costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Dengan menggunakan metode full
costing, Weaving Center Poni’s dapat
menentukan harga jual yang tepat untuk
setiap produk yang telah dihasilkan,
sehingga tidak akan mengalami kerugian karena menjual produknya di bawah biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi. Penetapan harga jual yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan produk yang
ditawarkan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar.
Perhitungan biaya-biaya untuk
menentukan harga pokok produksi jika berdasarkan metode full costing adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku disebut juga
biaya bahan langsung. Menurut
Samryn (2012:29) biaya bahan
langsung terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi bagian yang integral dari produk jadi dan dapat
ditelusuri hubungannya dengan
mudah ke dalam produk yang
dihasilkan. Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan kain songket sutra yaitu benang lungsin
berbahan sutra, benang pakan
berbahan sutra, dan benang emas. Perhitungan biaya bahan baku
pada Weaving Center Poni’s sudah
dihitung dengan tepat, pemilik usaha mengalikan bahan baku yang dipakai dengan harga belinya. Total biaya bahan baku untuk 1 lembar kain songket sutra adalah sebesar Rp
645.000. Oleh karena proses
pengerjaan yang memakan waktu cukup lama, dalam waktu 1 bulan
Weaving Center Poni’s dapat
memproduksi 10 lembar kain songket sutra, sehingga total biaya bahan baku untuk 1 bulan adalah sebesar Rp 6.450.000.
2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja
pabrik yang dapat ditelusuri
dalam produk-produk tertentu. Biaya ini juga sering disebut toched labor karena
biaya ini dibayarkan kepada para
pegawai atau buruh yang secara
langsung melaksanakan proses produksi (Samryn, 2012:29). Tenaga kerja yang
langsung terlibat dalam proses
pembuatan kain songket sutra pada usaha ini terdiri dari 20 orang dengan keahliannya masing-masing.
Perhitungan biaya tenaga kerja langsung pada usaha ini sudah dihitung
dengan tepat, biaya ini dihitung
berdasarkan hasil kerja atau jumlah produk yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan keahliannya
masing-masing. Total biaya tenaga kerja
langsung yang dikeluarkan pada
Weaving Center Poni’s adalah sebesar
Rp 1.250.000 per produk. Jadi total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan dalam 1 bulan adalah sebesar Rp 12.500.000.
3. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik meliputi
semua biaya yang berhubungan dengan pabrik selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Secara umum, biaya ini
tidak dapat diidentifikasi hubungan
langsungnya dengan jumlah unit produksi
(Samryn, 2012:29). Biaya overhead
merupakan biaya yang paling kompleks dan tidak diidentifikasi pada produk jadi,
maka pengumpulan biaya overhead
pabrik baru dapat diketahui setelah barang selesai diproduksi.
Berdasarkan metode full costing,
biaya overhead pabrik yang dihitung
yaitu biaya overhead pabrik yang
berperilaku tetap dan biaya overhead
pabrik yang berperilaku variabel. Menurut Mulyadi (2009:195), biaya
overhead pabrik tetap adalah biaya
overhead pabrik yang tidak berubah
dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu. Sedangkan biaya
overhead pabrik variabel adalah biaya
overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Usaha Weaving Center Poni’s,
belum menghitung semua biaya
overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel. Biaya-biaya
yang termasuk dalam biaya overhead
pabrik tetap pada Weaving Center
Poni’s adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya pemeliharaan alat tenun. Sedangkan, biaya-biaya yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik
variabel adalah biaya bahan bakar,
biaya pengiriman barang, biaya
perlengkapan, biaya listrik, biaya air, dan biaya telepon.
Tabel. 2
Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Full Costing pada Weaving Center Poni’s
No Biaya Total Biaya per Bulan (Rp)
Biaya Overhead Pabrik Tetap
1 Biaya Penyusutan Peralatan 295.000
2 Biaya Pemeliharaan Alat Tenun 100.000
Total Biaya Overhead Pabrik Tetap 395.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel
1 Biaya Bahan Bakar 300.000
2 Biaya Pengiriman Barang 100.000
3 Biaya Perlengkapan 305.000
4 Biaya Listrik 100.000
5 Biaya Air 200.000
6 Biaya Telepon 100.000
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel 1.105.000
Total Biaya Overhead Pabrik per Bulan 1.500.000
Secara keseluruhan, total biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebesar Rp 1.500.000 per bulan, yang terdiri dari biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 395.000 dan biaya
overhead pabrik variabel sebesar Rp 1.105.000.
Tabel. 2 di atas menunjukkan bahwa total biaya overhead pabrik pada
Weaving Center Poni’s yaitu sebesar Rp
1.500.000 per bulan dengan
menjumlahkan biaya overhead pabrik
tetap sebesar Rp 395.000 dan biaya
overhead pabrik variabel sebesar Rp 1.105.000.
4. Penentuan Harga Pokok Produksi
Berdasarkan Metode Full Costing
Perhitungan harga pokok
produksi yang sesungguhnya
berdasarkan metode full costing pada
Weaving Center Poni’s disajikan
dalam tabel berikut ini: Tabel. 3
Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing
pada Weaving Center Poni’s
No Jenis Biaya Total Biaya (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 6.450.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 12.500.000
3 Biaya Overhead Pabrik 1.500.000
Total Biaya Produksi 20.450.000
Jumlah Produk yang Dihasilkan 10 Produk
Harga Pokok Produksi per Produk 2.045.000
Sumber: data diolah dari data primer Weaving Center Poni’s (2017)
Tabel. 3 di atas menunjukkan total harga pokok produksi kain songket sutra berdasarkan metode full costing yaitu sebesar Rp 2.045.000 untuk setiap produk yang dihasilkan.
Perbandingan Penentuan Harga Pokok Produksi Tanpa Kaidah yang Baku dengan Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Kaidah yang Baku pada Weaving Center Poni’s
Weaving Center Poni’s menghitung
harga pokok produksi dengan metodenya sendiri berdasarkan pengetahuan seadanya. Biaya yang dihitung dalam penentuan harga pokok produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya penunjang atau biaya overhead pabrik yang terlihat saat proses produksi. Namun biaya
overhead pabrik yang dihitung hanya terlihat saat proses produksi saja, sedangkan masih ada biaya overhead lain yang juga terlibat saat proses produksi walaupun nilainya terlihat kecil. Pengetahuan yang kurang mengenai perhitungan harga pokok produksi mengakibatkan pemilik usaha menganggap biaya-biaya tersebut tidak terlalu penting. Padahal dalam ilmu akuntansi, perhitungan
tersebut sangat penting bagi setiap usaha yang bergerak di bidang manufaktur. Perhitungan harga pokok produksi yang sesungguhnya akan memberikan laba atau rugi yang sebenarnya dalam setiap usaha, sehingga pemilik usaha dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan harga jual per produk.
Penentuan harga pokok produksi
yang sesungguhnya dapat dihitung
dengan berpedoman pada metode sesuai kaidah yang baku. Metode yang dapat digunakan sesuai dengan kaidah yang baku adalah metode full costing. Metode ini merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Metode full costing perlu diterapkan pada
Weaving Center Poni’s sehingga akan
lebih mudah dalam menghitung harga pokok produksi yang sesungguhnya.
Perbandingan antara penentuan
harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku yang dihitung oleh pemilik usaha
dengan penentuan harga pokok produksi berdasarkan kaidah yang baku yaitu metode
full costing disajikan pada tabel berikut:
Tabel. 4
Perbandingan Hasil Penentuan Harga Pokok Produksi Tanpa Kaidah yang Baku dengan
Kaidah yang Baku (Metode Full Costing) pada Weaving Center Poni’s
No Biaya Metode Tanpa Kaidah yang Baku (Rp) Metode Sesuai Kaidah yang Baku (Metode Full Costing) (Rp) Perbandingan (Rp) 1 Bahan Baku 6.450.000 6.450.000 -
2 Tenaga Kerja Langsung 12.500.000 12.500.000 -
3 Biaya Overhead Pabrik 500.000 1.500.000 1.000.000
Total Biaya Produksi 19.450.000 20.450.000 1.000.000
Jumlah Produk yang Dihasilkan 10 Produk 10 Produk -
Harga Pokok Produksi per
Produk 1.945.000 2.045.000 100.000
Sumber: data diolah dari data primer Weaving Center Poni’s (2017)
Berdasarkan tabel. 4 di atas, penentuan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku dengan kaidah yang
baku (metode full costing) terdapat
perbedaan harga pokok per produk yang
dihasilkan. Perbedaan perhitungan
disebabkan karena perbedaan saat
menghitung biaya overhead pabrik.
Perhitungan harga pokok produksi
menurut Weaving Center Poni’s sebesar
Rp 1.945.000 lebih kecil dibandingkan
dengan perhitungan harga pokok
produksi berdasarkan metode full costing
yaitu sebesar Rp 2.045.000. Selisih jumlah perhitungan harga pokok produksi antara kedua metode tersebut yaitu sebesar Rp 100.000.
Penentuan harga pokok produksi
berdasarkan metode full costing akan
berpengaruh terhadap keputusan
dalam menetapkan harga jual produk dan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh. Perhitungan harga
pokok produksi menurut Weaving
Center Poni’s mengakibatkan
perhitungan laba yang diperoleh dinilai sudah tinggi, padahal laba yang
sesungguhnya tidaklah sebesar
perhitungan yang dilakukan oleh
pemilik usaha. Perbedaan perhitungan harga pokok produksi juga akan mengakibatkan perbedaan jumlah laba yang diperoleh. Perbedaan laba yang
diperoleh dalam penjualan kain
songket sutra disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel.5
Perbandingan Perolehan Laba pada Weaving Center Poni’s
Keterangan Metode Tanpa Kaidah
yang Baku (Rp)
Metode Full Costing (Rp)
Harga Jual per Produk 2.500.000 2.500.000
Harga Pokok Produksi per Produk 1.945.000 2.045.000
Laba yang Diperoleh 555.000 455.000
Sumber: data diolah (2017)
Berdasarkan tabel. 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan laba yang diperoleh antara kedua
metode. Penentuan harga pokok
produksi dengan metode full costing
diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan laba yang diperoleh jika harga pokok produksinya dihitung tanpa kaidah yang baku. Penentuan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku akan mengakibatkan laba terlihat lebih tinggi, hal ini disebabkan karena perhitungan harga pokok produksi yang belum tepat dan masih ada beberapa biaya yang belum dihitung.
Selisih laba yang diperoleh adalah sebesar Rp 100.000 dengan persentase 4% karena perbedaan dalam penentuan harga pokok produksi. Kedua metode tersebut tetap memberikan keuntungan karena harga jual lebih besar dari biaya produksinya. Namun, seharusnya setiap usaha dapat menentukan harga pokok
produksinya secara terperinci
berdasarkan metode full costing, karena akan berguna untuk melakukan efisiensi biaya, sehingga penetapan harga jual dapat disesuaikan dengan tingkat laba yang diharapkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil dan
pembahasan penelitian, penulis dapat
menyimpulkan bahwa: (1) Weaving Center
Poni’s menentukan harga pokok produksi tanpa menggunakan kaidah yang baku yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
penunjang yang terlihat saat proses
pembuatan kain songket sutra seperti biaya bahan bakar, biaya pengiriman barang, dan biaya listrik. Total biaya produksi yang
dihitung menurut Weaving Center Poni’s
yaitu sebesar Rp 19.450.000 per bulan dan hasil perhitungan harga pokok produksi yaitu sebesar Rp 1.945.000 per produk dengan menghasilkan 10 produk. (2) Berdasarkan hasil penelitian di lapangan melalui teknik
wawancara dengan pemilik usaha Weaving
Center Poni’s, perhitungan harga pokok
produksi yang dilakukan selama ini belum sesuai dengan kaidah akuntansi yang baku.
Penentuan harga pokok produksi
berdasarkan kaidah yang baku yaitu dengan
menggunakan metode full costing. Jika
perhitungan dilakukan berdasarkan metode
full costing, maka total biaya produksi dalam 1 bulan adalah sebesar Rp 20.450.000
menghasilkan 10 produk dan harga pokok produksi per produk yaitu sebesar Rp 2.045.000. (3) Perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik akan berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi kain songket sutra pada Weaving Center
Poni’s. Penentuan harga pokok produksi yang kurang tepat juga akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menentukan harga jual dan besarnya laba yang diperoleh. Jika perhitungan harga pokok produksi tanpa kaidah yang baku, maka total harga pokok produksi per produk adalah sebesar Rp 1.945.000 per produk dan akan memperoleh laba sebesar Rp 555.000 per produk. Namun, jika berdasarkan metode full costing maka total harga pokok produksi adalah sebesar Rp 2.045.000 per produk dan laba yang diperoleh yaitu sebesar Rp 455.000. Selisih laba yang diperoleh adalah sebesar Rp 100.000 dengan persentase 4% karena adanya perbedaan dalam penentuan harga pokok produksi.
Saran
Sebaiknya usaha Weaving Center
Poni’s dalam menghitung harga pokok produksinya menggunakan metode sesuai
kaidah yang baku yaitu metode full
costing. Menentukan harga pokok produksi secara terperinci berdasarkan metode full costing, akan berguna untuk
melakukan efisiensi biaya, sehingga
penetapan harga jual dapat disesuaikan dengan tingkat laba yang diharapkan. UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam proses penyusunan
penelitian ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, masukan,
dorongan, arahan, dan saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Made Arie Wahyuni, S.E., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan penelitian ini dari awal hingga akhir sehingga dapat berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Putu Eka Dianita Marvilianti Dewi, S.S.T.Ak., M.Si selaku pembimbing II
yang telah memnerikan arahan,
masukan, dan dukungan dalam
penyusunan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia, Firdaus A. dan Wasilah Abdullah.
2014. Akuntansi Biaya Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya Edisi Ke-5. Yogyakarta: UPP-Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Samryn, L. M. 2012. Akuntansi Manajemen:
Informasi Biaya untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Informasi. Jakarta: Kencana.
Suarmini, Ni Luh dkk. 2015. Analisis Penentuan Harga Pokok Produk Kain Endek-Warna Alam (Natural Colour) Pada Usaha Tenun Ikat Bali Arta Nadi (Traditional Weaving). JIMAT, Vol 3, No 1.
Susilo, Dodi. 2014. Analisis Perhitungan
Harga Pokok Produksi Pada Usaha Songket Palembang (Studi Pada Cek Nani Songket Dan Harapan Baru Songket). Tugas Akhir. Jurusan
Akuntansi. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Widilestariningtyas, Ony dkk. 2012.
Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.