• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ERGONOMI dan PSIKOSOSIAL Oleh: Dewi Sumaryani Soemarko Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ERGONOMI dan PSIKOSOSIAL Oleh: Dewi Sumaryani Soemarko Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ERGONOMI dan PSIKOSOSIAL

Oleh:

Dewi Sumaryani Soemarko Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

Pendahuluan

Dalam bekerja prinsip bekerja harus Aman, bebas dari Penyakit dan Kecelakaan, serta NYAMAN yaitu merasa suasana hati yang nyaman saat bekerja ditambah dengan lingkungan kerja yang nyaman yang mendukung pekerja untuk bekerja secara nyaman

Hazards, atau yang dikenal dengan bahaya potensial adalah suatu zat/ suatu hal yang mengenai pekerja secara terus menerus selama pekerja menjalankan pekerjaannya, yang efekya dapat menimbulkan gangguan kesehatannya. Hazards juga disebut dengan pajanan.

Sementara itu risiko atau sesuatu yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada saat pekerj melakukan pekerjaannya disebut dengan risiko kecelakaan kerjalakaan

Pajanan atau hazards dapat dibagi menjadi 5 golongan besar, yaitu

1.Fisik : bising, getaran, suhu, tekanan udara, gel elektromagnet, pencahayaan 2.Kimia : asam, basa, pelarut organik, pestisida, logam berat, dll

3.Biologi : semua jasad renik yanng dapat menimbulkan gangguan kesehatan 4.Ergonomi: proses kerja, disain tempat kerja, kenyamanan kerja

5.Psikososial: monotoni, stress kerja, hubungan antar teman, hubungan atasan-bawahan

Penanganan bahaya potensial (Management hazards)

Penanganan bahaya potensial harus dilakukan secara efektif (tepat sasasrannya) dan secara efisien serta

sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Secara garis besar maka harus mengikuti kaidah

Identify (identifikasi), Assess (penilaian), Control (pengendalian) dan Monitor (pengawasan)

Semua nya harus dilakukan minimal setahun sekali dan juga melakukan Medical Check Up (pemeriksaan kesehatan pekerja serta pemeriksaan biomonitoring dilakukan minimal setahun sekali. Pemeriksaan lingkungan kerja juga dilakukan dengan pengukuran yang sesuai dengan standar yang berlaku. 1. Identifikasi bahaya potensial

Merupakan suatu langkah yang harus dilakukan, untuk mengetahui bahaya potensial (hazards) apa yang ada di lingkungan kerja tersebut.

Bahaya potensial: sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (pajanan atau risiko kecelakaan)

Proses identifikasi dilakukan dengan melakukan aktiitas seperti inspeksi faktor fisik, analisis tugas/ jabatan, analisis proses kerja,pekerja, tempat kerja dan proses kerja

2. Penilaian Bahaya Potensial

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menilai hazards yang berbahaya yang ada di lingkungan kerja Pembagian hazards yang berbahaya sebagai berikut::

- serious harm - harm

(2)

2

- harm that can not be detected until a

significant time after exposure

Setelah melakukan kegiatan ini perlu dilakukan tindakan pengendalian hazards tersebut. Bahaya potensial yg sudah teridentifikasi dibuat dalam daftar (hazard register),

- potensial harm : potensi gangguan kesehatan - description of hazards: actual hazard that cause harm - significant hazard :hazard yg ‘serious harm’ - intervention method : eliminasi, isolasi, minimalis

- action proposed/control: identifikasi pengendalian utk mengatasi hazard - frequency : jumlah pajanan dan jumlah pengendalian

- completion : jadwal pengendalian, off control bila hazards terkendali - risk : risk assessment tools

3. Pengendalian bahaya potensial

Setiap bahaya potensial yang teridentifikasi harus dinilai untuk pengendaliannya

Pengendalian bahaya potensial diidentifikasikan secara mayoritas oleh keterlibatan individu pekerja Biasanya biaya murah yang dipertimbangkan  tapi ada juga yg perlu biaya agak tinggi

Upaya pengendalian (Hazard controlling) Ada 3 prinsip utama :

A. Pengendalian teknis B. Pengendalian administrasi C. Gunakan alat pelindung diri Hirarki pengendalian:

1. eliminasi (teknis) 2. Isolasi (teknis)

3. Meminimalkan pajanan (alat Pelindung diri) 4. ukur keparahan akibat pajanan (risk)

3.A. Pengendalian teknis

Pengendalian ini merupakan prioritas utama

Prinsip: pajanan di lingkungan kerja harus terkendali , dengan cara pngendalian hazards dibawah nilai TLV (Treshold Limit Value) atau NAB (Nilai Ambang Batas)

TLV atau NAB adalah rata-rata besarnya konsentrasi / kadar suatu substansi yang diperbolehkan berada di lingkungan kerja, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan pada sebagian besar pekerja

Pengendalian teknis berhubungan dengan aspek teknik, yang memerlukan bantuan dari ahli higiene industri. Dalam melakukan intervensi lingkungan kerja, maka perlu memperhatikan semua aspek, termasuk lingkungan kerja, roses kerja dan alat kerja, seperti disain mesin, disain tempat kerja, disain alat kerja, disain cara kerja

3.B. Pengendalian administrasi

Pengendalian Admnistrasiperlu memperhatikani semua regulasi dan peraturan yang ada, termsuk melihat UU ketenaga kerjaan, peraturan ketenagakerjaan,UU kesehatan, peraturan kesehatan kerja, kepmenaker, dan lain lain

Bila dianggap perlu maka perlu membuat sendiri aturan internal tempat kerja

Jangan lupa semua perlu disosialisasi ke setiap orang baik itu pihak manajemen ataupun pekerja. Mereka perlu diberitahu dan didik tentang pajanan di lingkungan kerja dan efek kesehatan/ risiko

(3)

3

kecelakaan

Contohnya bebeapa Peraturan dan Perundangan yang perlu diketahui dalam bidang K3: N  UUD’45 Pasal 27, 2  hak WN atas pekerjaan yg layak

 UU no 1/1970  Keselamatan Kerja

 UU no 13/2003 Ketenagakerjaan tentang Pelindungan bagi Tenaga Kerja  UU RI no 36 tahun 2009 ttg Kesehatan Bab 12 kesehatan kerja

 UU RI, No. 23 Tahun 1992 ttg Kesehatan. Bab VI, Bag. Keenam, Kesehatan Kerja, Pasal 23.  UU RI no 29 tahun 2004 ttg Praktek Kedokteran dan Petunjuk pelaksanaannya.

 S.E no 01/1997 dan Kep Men 51/1999 tentang NAB Faktor kimia dan fisika  Per Men 01/82 tentang kewajiban lapor kecelakaan kerja dan PAK

PerMenaker no 02/Men/80 tentang Pemeriksaan Kesehatan tenaga kerja, dalam Penyelengaraan Kesehatan Kerja

Permenaker RI No.Per.01/Men/76 tentang Wajib Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan  KepMen Tenaga Kerja KEP : 333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat

Kerja

3.C. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pengendalian dengan menggunakan Alat Pelindung Diri dilakukan apabila pengendalian teknis dan kendali admnistrasi tidak dapat dilakukan. Harus diingat ini adalah prioritas terakhir.

Prinsip penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk mengurangi masuknya pajanan ke adlam tubuh pekerja

Pemilihan APD harus memperhitungkan dan memperhatijan faktor-faktor di bawah ini: - pajanan masuk melalui apa?

- perkiraan besar partikel pajanan - bahan APD yang cocok dg pajanan - bentuk APD yang sesuai

- harga terjangkau

Macam-macam Alat Pelindung Diri 1. Pelindung kepala (helm)

2. Pelindung telinga

3. Pelindung mata dan wajah 4. Pelindung hidung dan mata 5. Pelindung badan

6. Pelindung tangan (sarung tangan) 7. Pelindung kaki

Cara menggunakan Alat Pelindung Diri 1. PELINDUNG KEPALA (Helm)

- atur lingkar kepala yang ada dalam helm - atur tali pengikat

- atur posisi helm dan kepala anda 2.a. PELINDUNG MATA

- atur tangkai/tali pengikat kacamata yang ada - atur posisi kacamata

(4)

4

- atur lingkar kepala yang ada

- atur tali pengikat

- atur posisi lingkar kepala dan kepala 3a.PELINDUNG TELINGA EARPLUG

- angkat daun telinga kanan dengan tangan kiri, kemudian masukan ear plug ke dalam liang telinga

- pastikan liang telinga tersumbat dengan baik

- angkat daun telinga kiri dengan tangan kanan, kemudian masukan ear plug ke dalam liang telinga

- pastikan liang telinga tersumbat dengan baik - atur tali penghubungan (bila ada)

3.b.PELINDUNG TELINGA EARMUFF

- perhatikan mana bagian atas dan bawah

- atur panjang penghubung antara dua telinga lingkar kepala yang ada - atur posisi kedua penutup telinga

- pastikan telinga tertutup dengan rapat Urutan menggunakan APD secara keseluruhan di industri

Baju kerja Sepatu Pelindung telinga Masker Kacamata Helm sarung tangan

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL FISIKA A. Pengendalian teknik

Mengurangi kebisingan dengan menutup mesin yang bising menggunakan bahan peredam suara Melakukan maintenance mesin agar saat berputar tidak mengeluarkan suara bising

Mengganti mesin yang sangat bising dengan mesin yang kurang bisingnya B. Pengendalian administrasi

Membuat peraturan: di lingkungan dengan bising > 85 dB harus pakai ear plugs Ada pola kerja pekerja untuk terpajan panas tinggi  2 jam - >30 WBGT

C. Penggunaan Alat Pelindung diri

Gunakan bila kendali teknik, administrasi tidak dapat mengendalikan pajanan di lingkungan kerja Ear plug, ear muff, sarung tangan kulit, sarung tangan asbes, baju tahan panas, apron Pb, kacamata anti sinar ultra violet

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL KIMIA A. Kendali Tekni (Handling of Chemicals)

Tutup semua wadah bahan kimia (Cover all containers) Containment - glove box

Hati-hati saat memindahkan bahan kimia bentuk bubuk (Transfer powders carefully) Avoid liquid splashes

B. Kendali Admnistrasi (Rules for Good Ventilation)

(5)

5

Don’t put head under canopy hood, Enclose process, 100% exhaust to outside, Don't place

exhausts next to air intakes, Maintenance Contoh : Local Exhaust Systems

Contoh: Exhaust fan, Work Practices and Hygiene, No smoking, eating or drinking in studio area

Wear separate work clothes and Wash separately, Eyewash fountains, Do not use eyewash bottles Emergency showers, Avoid electrical outlets near shower, Wash-up - do not use solvents

C. Personal Protective Equipment

Face and Eye protection, Don’t work without protection, Select type according to hazard Gloves: Make sure is suitable for type of liquid used

Hearing protection Protective clothing Respirators

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL ERGONOMI A. Kendali Teknik

Membuat disain tempat kerja, disain mesin, disain alat kerja B. Kendali Administrasi,

Membuat atura aturan dan standar prosedur untuk angkat angkut, cara kerja dan lainnya C. Penggunaan APD

Penggunaan sepatu yang sesuai, misal dengan alas yang tidak licin

PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL PSIKOSOSIAL A.Kendali Teknik

Membuat sistem ortala (organisasi tata laksana) B.Kendali Administrasi

Membuat peraturan tentang hubungan antar pekerja, atasan-bawahan, sanksi dan reward Membuat aturan kesejahteraan pegawai

Membuat program pendampingan pekerja C.Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tidak ada secara khusus

PROGRAM MANAGEMENT HAZARDS Identifikasi Hazards

- mapping hazards , dengan melakukan pengukuran dan penentuan pajanan dan risiko kecelakaan di lingkungan kerja

Penilaian Hazards

- dilakukan dengan Risk Assessment

- tentukan: High Risk worker yang harus dimonitor dan high risk tempat kerja yang dikendalikan - Contoh: Bising

Kendali Hazards

(6)

6

Monitoring Hazards

- di lingkungan kerja perlu dilakukan evaluasi pajanan tiap tahun

- untuk pekerja perlu dilakukan pemeriksaan MCU yang sesuai dan pemeriksaan Biomonitoring yang sesuai setiap tahun

Pada akhir program harus dilakukan evaluasi untuk - Pajanan di lingkungan kerja - Hasil MCU pekerja

- Hasil pemeriksaan biomonitoring

Contoh: KEBISINGAN , pada masalah ini dilakukan Program Konservasi Kebisingan (HCP= Hearing Conservation Program) , dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

– Survey pajanan bising (identifikasi dan penilaian) – Pengendalian kebisingan (kendali)

– Pendidikan dan motivasi pekerja (kendali) – Perlindungan pendengaran pekerja (kendali) – Pemeriksaan audiometri (monitoring)

– Penilaian program (monitoring)

– Pencatatan dan pelaporan (monitoring) Kesimpulan

Pengendalian bahaya potensial sesuai pajanan (fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial) harus dilakukan secara efektif dan melibatkan pekerja/orang yang terpajan bahaya potensial serious harm dan pihak manajemen

Pada pengendalian perlu dibuat perencanaan pengendalian hazards secara terpadu dan menyeluruh (Program hazard management)

Semuanya membutuhkan kerjasama dan psrtisipasi semua pihak, demi tercapainya suasana kerja yang aman, nyaman

Kepustakaan

• Committee of Management of Chemical Hazards. Guidelines on Prevention ad Control of Chemical Hazards. Occupational Health Department, Ministry of Manpower, Singapore. 2011 • US department of Health and Human Services. Medcial Surveilance. Federal Occupational

Health. Diunduh dari http://www.hhs.gov/service/MedSurv/MedicalSurveilance tanggal 10 November 2014

• Viseltear AJ. John R Paul and the Definition of Preventive Medicine. The Yale Journal of Biology and Medicine 55(1982), 167-172

• Wesdock JC and Sokas RK. Medical Surveillance in Work-Sita Safety and Health programs. Am Fam Physician.2000 May 1:61(9):2785-2790

• Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Hazards Control. Diunduh dari: http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/hazards_control-html

• The Navy Occupational Medicine. Preventive medicine and Occupational Health. Chapter 22. 1980

• Milde.JJ. Guidelines for Occupational Medical Examinations. Deutsche geselzliche Unfallversicherung DGUV. Stutgard Germany. 2007

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, objek penelitian adalah gaya kepemimpinan Mudîr dalam pengelolaan Pondok

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan atau menguraikan tentang sanksi kebiri kimia

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat banyak masalah yang teridentifikasi maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih focus dalam penelitian ini

yang bersedia menandatangani BAPP, maka BAPP cukup ditandatangani oleh anggota Panitia Pengadaan Barang/Jasa yang hadir. 10.9 Apabila dalam BAPP sebagaimana dimaksud

Persyaratan utama dalam penyusunan kriteria ini harus mengacu pada PP 20/2010 tentang Angkutan di Perairan, yang penjabarannya sekurang-kurangnya memenuhi aspek-aspek Wajib

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman diri siswa dengan motivasi belajar rendah kelas IV SDN Kalegen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau meliputi bobot rata-rata tablet, keseragaman bobot

Walhasil, implementasi manajemen mutu model SM3S pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan pelanggan (dalam hal ini para santri), sekaligus dalam kerangka pemenuhan ibadah