• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA

Oleh:

Fakhrizal Setiawan1, Gatot Santoso2, Eko Wahyu Handoyo2, Titi Setiyawati2, Yuyun Saeful Uyun 2

- Wildlife Conservation Society Indonesia Marine Program1 - Balai Taman Nasional Bunaken2

Abstract

Research on the effectiveness of zoning based on reef fish communities conducted in 26 sites in the Bunaken National Park (BNP) recorded 368 species in 46 families of reef fish. Bunaken Island coral reef ecosystems have conditions favorable to the island / location. Community structure viewed from the ecological index indicates the condition of coral reef fish communities are still in the good category. The results of cluster analysis and correspondence factorial analysis (AFK) grouped locations in the South Coast BNP is different from other North Shore BNP locations, Nain Island, Mantehage Island, Bunaken Island and Manado Tua Island. The effectiveness of zoning in BNP based on data in coral cover and reef fish are still good with an indication of reef fish biomass in the core zone of the highest relative to the size of a large fish / mature larvae that are expected to contribute to other zones.

Keywords : zonation, reef fish community structure, Bunaken National Park

Abstrak

Penelitian tentang keefektifan zonasi berdasarkan komunitas ikan karang dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2012. Penelitian di 26 site di kawasan Taman Nasional Bunaken mencatat 368 species dalam 46 famili ikan karang. Pulau Bunaken memiliki kondisi ekositem terumbu karang paling baik dibandingkan pulau/lokasi lainnya. Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi menunjukan kondisi komunitas ikan karang masih dalam kategori baik. Hasil analisis kluster dan analisis factorial korespondensi (AFK) mengelompokkan lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara TN. Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau Manado Tua. Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan karang dan ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa ikan karang di zona inti tertinggi

(2)

dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa sehingga diharapkan mampu menyumbang larva untuk zona lainnya.

Kata kunci: zonasi, struktur komunitas ikan karang, Taman Nasional Bunaken.

Pendahuluan

Terumbu karang di Taman Nasional Bunaken selama kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami tekanan yang tinggi. Beban limbah dan sampah yang di buang melalui Teluk Manado secara terus menerus, penambahan penduduk di dalam kawasan serta aktifitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan memberikan andil bagi penurunan degradasi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan Taman Nasional Bunaken.

Taman Nasional Bunaken adalah kawasan pelestarian alam berbasis lautan yang dikelola oleh pemerintah dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.730/Kpts-II/1991 dengan luas 89.065 Ha. Adapun wilayah TN Bunaken meliputi kawasan pulau-pulau yakni Pulau Bunaken, Manado Tua, Siladen, Mantehage, dan Nain, Pesisir Tongkaina, Tiwoho, serta wilayah pesisir Arakan-Wawontulap. Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem yang ada di TN Bunaken memberikan peranan tidak sedikit. Masyarakat desa yang berada di dalam dan sekitar bahkan luar TN Bunaken menggantungkan hidupnya pada terumbu karang sebagai tempat menangkap ikan. Melalui pengelolaan kawasan Taman Nasional diharapkan produksi perikanan dapat terjamin dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Namun disayangkan data dan informasi mengenai kondisi ekologis sangat minim di dapat sehingga diperlukan kajian mengenai kondisi status karang dan ikan karang untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keefektifan penetapan zonasi dan berjalan tidaknya zonasi di Kawasan Taman Nasional Bunaken berdasarkan data ekologinya.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan dari Juli - Oktober 2012. Metode pencatatan tutupan karang dan makro benthos, menggunakan transek titik yaitu point intercept

trancet (PIT) sepanjang 50 meter sebanyak 3 kali ulangan pada dua kedalaman

yaitu dangkal (2 - 4 meter) dan dalam (8 - 10 meter) (Marnane, et al, 2003). Ikan karang menggunakan metode fisual sensus pada transek yang sama dengan karang, transek pengamatan menggunakan garis maya yang ditarik paralel dengan transek garis membentuk luasan persegi panjang. Transek jenis ini dikenal dengan transek sabuk (Hill & Wilkinson, 2004). Analisis data tutupan karang :

Jumlah tiap Komponen

% Kemunculan Komponen = --- X 100 % 100 (Total Komponen)

Analisis ikan karang meliputi: Kelimpahan komunitas terpilih dapat dihitung dengan rumus (Odum, 1971): Xi = ni / A, dengan: Xi = Kelimpahan komunitas terpilih ke-i (individu/koloni per meter persegi); ni = Jumlah total komunitas

(3)

terpilih pada stasiun pengamatan ke-i; A = Luas transek pengamatan. Biomassa ikan karang: Data panjang ikan (cm) kemudian dikonversi ke dalam berat (kg) dengan menggunakan rumus hubungan panjang dan berat ikan untuk tiap spesies (Kulbicki, 2005): W = a x Lb , dimana: W: Berat (gr); L : Panjang Total (cm); a & b : indeks spesifik (per species). Struktur komunitas ikan karang meliputi indeks keanekaragaman Shanon-Weiner: H’

S

i 1

pi ln pi, indeks kesamaan: E = H’/

H maks dan indeks dominansi: D =

S

i 1

pi2 (Ludwig & Reynolds, 1988). Untuk mengetahui tingkat pengelompokkan berdasarkan kesamaan species ikan karang digunakan Indeks kesamaan Bray-Curtis (Krebs, 1989): B = (𝑋𝑖𝑗 −𝑋𝑖𝑘 )

(𝑋𝑖𝑗 −𝑋𝑖𝑘 ) dimana: B = Pengukuran Ketidaksamaan Bray-Curtis, Xij, Xik = No. Individu dalam

species I dalam tiap sampel, I,j = baris dan kolom ke-1,2,3….x. Pengukuran indeks kesamaan Bray-Curtis dapat menggunakan rumus komplemen indeks pengukuran Bray-Curtis yaitu 1,0 – B (Krebs, 1989). Hasil perhitungan indeks Bray Curtis ditampilkan dalam bentuj bentuk dendogram dan juga dilakukan analisis menggunakan Analisis faktorial Korespondensi (AFK). Pengolahan data menggunakan perangkat lunak MVSP dan SAS.

Gambar 1. Lokasi pengamatan di Taman Nasional Bunaken (sumber peta TN. Bunaken)

(4)

Hasil dan Pembahasan Tutupan Karang

Hasil pengamatan kondisi tutupan karang hidup Taman Nasional Bunaken yang terdiri dari karang keras dan karang lunak berkisar antara 6,5 % - 71% dengan rata – rata 41,03 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2001, tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang , maka kondisi terumbu karang tersebut berkisar antara kategori buruk hingga baik. Tutupan karang tertinggi sebesar 71% terdapat di site Pangalisan dan terendah sebesar 6,5 % terdapat di Poopoh. Lokasi/site yang masuk dalam kategori baik ( 50 - 74,9 %) ada 8 site, sedang (25 - 49,9%) ada 13 site dan site yang masuk kategori buruk (0 – 24,9%) ada 5 site (Tabel 1).

Pangalisan merupakan daerah di sisi timur Pulau Bunaken dimana kontur terumbunya landai sehingga penetrasi cahaya dapat masuk dan merata di semua area, hal ini sesuai dengan pendapat Adrim (2007), Hewan koralia untuk membangun terumbu karang, sangat tergantung pertumbuhannya pada sinar matahari.

Tabel 1. Posisi geografis dan persentase tutupan karang hidup di TN. Bunaken.

Lokasi Zonasi Site Lintang Bujur Karang

(%) Kondisi Pesisir Selatan TN.. Bunaken Zona Pariwisata Arakan 01o 21' 04,73" 124o 31' 08,47" 47.92 Sedang Zona Pariwisata Poopoh 01o 25' 04,16" 124o 37' 46,72" 6.50 Buruk Zona Tradisional Sondaken 01o 23' 22,58" 124o 33' 37,86" 42.92 Sedang Zona Pariwisata Tatapaan 01o 17' 29,16" 124o 37' 53,23" 36.00 Sedang Zona Tradisional Wawantulap 01o 19' 38,39" 124o 30' 28,47" 54.00 Baik Pesisir Utara TN. Bunaken Zona

Tradisional Batu Hitam 01o 41' 57,54" 124o 56' 17,89"

56.50 Baik Zona Pariwisata Dusun Bahowo 01o 39' 35,64" 124o 54' 30,43" 33.00 Sedang Zona Tradisional Kimabajo Batas atas 01o 36' 04,2" 124o 50' 43,2" 35.67 Sedang Zona Pariwisata Tanjung Pisok 01o 34' 09,5" 124o 48' 06,2" 44.67 Sedang Pulau Bunaken Zona Pariwisata Fukui 01o 36' 34,27" 124o 44' 25,31" 57.67 Baik Zona Tradisional Mandolin 01o 38' 02,71" 124o 44' 50,75" 46.58 Sedang Zona Tradisional Muka kampung 01o 35' 40,34" 124o 46' 16,37" 50.75 Baik Zona Pariwisata Pangalisan 01o 36' 36,901" 124o 46' 58,601" 71.00 Baik Zona Inti Tawara 01o 36' 59,35" 124o 44' 44,87"

64.00 Baik Pulau

Manado

Zona

Tradisional Batu Layar 01o 37' 47,5" 124o 40' 51,1"

(5)

tua Zona

Tradisional EcoReef 01o 37' 26,2" 124o 42' 53,5"

13.92 Buruk Zona

Pariwisata Papindangan 01o 38' 01,2" 124o 43' 08,4"

63.33 Baik Zona Inti Tg. Kopi 01o 39' 06,2" 124o 41' 43,3"

40.33 Sedang

Pulau Mantehage

Zona

Pariwisata Batu Gepe 01o 41' 41,1" 124o 46' 49,9"

44.33 Sedang Zona Tradisional Buhias 01o 43' 11,3" 124o 46' 41,3" 32.83 Sedang Zona

Tradisional Pulau Paniki 01o 45' 18,5" 124o 45' 54,2"

17.67 Buruk Zona Pariwisata Tanjung Jangkar 01o 46' 22,4" 124o 44' 33,8" 25.50 Sedang Pulau nain Zona

Pariwisata nain (negeri) 01o 47' 27,2" 124o 46' 12,3"

22.42 Buruk Zona Tradisional nain (tatampi) 01o 48' 07,5" 124o 47' 55,7" 45.42 Sedang Zona Pariwisata pintu masuk (nain) 01o 45' 29,6" 124o 46' 52,4" 38.50 Sedang Zona

Tradisional Timur nain 01o 45' 47,0" 124o 48' 03,7"

54.00 Baik

Tidak ada satupun lokasi pengamatan dimana tutupan karangnya masuk dalam kategori sangat baik atau tutupannya lebih dari 75 % (Tabel 1). Menurut Makatipu et al (2010) rendahnya tutupan karang di beberapa lokasi di TN. Bunaken disebabkan oleh pernah dilakukannya penangkapan ikan dengan cara merusak oleh masyarakat serta letaknya yang berada di daerah terbuka sehingga pada musim tertentu ombak sangat keras, sedangkan lokasi yang memiliki tutupan karang dalam kondisi baik berada pada daerah yang terlindung dan letaknya yang dekat dengan Pulau Bunaken sehingga pengawasan lebih mudah.

Ikan Karang

Survey ikan karang di Taman Nasional Bunaken sebanyak 26 site tercatat 368 species dalam 46 famili. Famili dominan antara lain Pomacentridae (60 species), Labridae (58 species), Chaetodontidae ( 31 species), Acanthuridae (23 species), Scaridae (23 species), Serranidae (19 species), Balistidae (11 species), Bleniidae (10 species), Pomacanthidae (10 species), Holocentridae (9 species), dan sisanya kurang dari 9 species per famili.

Kelimpahan ikan karang per site di Taman Nasional Bunaken sangat beragam dimana kelimpahan tertinggi terdapat site Pangalisan sebesar 47030 Ind/Ha dan terendah terdapat di site Kima Bajo sebesar 7715 Ind/Ha dengan rata – rata kelimpahan sebesar 18054, 44 Ind/Ha (Gambar 2). Pangalisan yang terletak di sisi timur Pulau Bunaken merupakan zona pariwisata dan pemantauan untuk aktifitas merusak terumbu karang juga mudah dilakukan sehingga aktifitas penangkapan maupun wisata yang tidak ramah lingkungan dapat terpantau. Berdasarakan nilai pada tabel 1 dan gambar 2, tutupan karang yang tinggi sejalan dengan kelimpahan ikan yang tinggi.

(6)

Gambar 2. Histogram rata-rata kelimpahan ikan karang per pulau / group lokasi. Hasil rata – rata kelimpahan per pulau / group lokasi tertinggi terdapat di Pulau Bunaken sebesar 29.633 Ind/Ha dan terendah di Pesisir Selatan TN. Bunaken sebesar 12.160 Ind/Ha. Pulau Bunaken memiliki kelimpahan tertinggi dikarenakan pulau ini paling mudah pengawasannya. Setiap aktifitas merusak atau tidak ramah lingkungan paling mudah terpantau di Pulau Bunaken, hal inilah mengapa lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken yang jauh atau susah untuk dilakukan pengawasan memiliki kelimpahan terendah.

a. Biomassa Ikan Karang

Hasil pengamatan menunjukkan biomassa ikan karang di semua site tertinggi terdapat di Pangalisan sebesar 2.574,78 Kg/Ha dan yang terendah di Wawantulap sebesar 152, 64 Kg/Ha dengan biomassa rata – rata sebesar 692, 12 Kg/Ha (gambar 3). Pangalisan memang lokasi terbaik selama di lakukannya survey, tutupan karang dan kelimpahan ikan yang tertinggi di semua lokasi sejalan dengan tertinggi biomassa ikan karangnya. Daerah seperti Wawantulap yang memiliki biomassa rendah harus menjadi perhatian yang serius dikarenakan produksi perikanan karang dari daerah ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi ekonomi masyarakaya. 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Batu Hi tam Dusu n Bahowo Kima Bajo Tanjung Pisok Fukui Ma ndol in Mu ka kampung Pa ng al isan Ta wara Batu layar Ecor ee f Pa pi nda ng an Tanjung Ko pi Batu Gepe Buhi as Pu lau Pa ni ki Tangjung Jangk ar Depa n Negeri Nai n Jal ur m asu k Nai n Ta tampi Nai n Ti mur na in Wawant ul ap Ar akan Poopoh Sonda ken Ta tap aa n Pesisir Utara TN. Bunaken

Pulau Bunaken Pulau Manado

Tua

Pulau Mantehage

Pulau Nain Pesisir Selatan TN.

Bunaken

(7)

Gambar 2. Histogram biomassa ikan karang di semua lokasi penelitian.

Biomassa ikan karang rata-rata per pulau / group lokasi menunjukkan Pulau Bunaken memiliki biomassa tertinggi sebesar 1,331,30 Kg/Ha dan terendah di Pesisir Selatan TN. Bunaken sebesar 278,49 Kg/Ha. Pulau Bunaken dimana memiliki tutupan karang dan kelimpahan ikan karang tertinggi dibandingkan lokasi lainnya sejalan dengan stok biomassa ikan karang alaminya. Begitu pula di Pesisir Selatan TN. Bunaken, tutupan karang dan kelimpahan ikan karang yang rendah berdampak pula pada biomassa ikan karangnya.

Hal ini memang sesuai dimana tutupan karang yang tinggi akan mengakibatkan kelimpahan dan biomassa ikan karangnya juga tinggi dan begitu juga sebaliknya. Tutupan karang yang tinggi memberikan banyak manfaat bagi biota penghuninya. Menurut Hutomo (1986), tutupan karang yang baik akan memberikan keuntungan berupa tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan dan biota yang berasosiasi dengannya.

b. Struktur Komunitas Ikan karang

Hasil yang didapat selama penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman berada pada kategori sedang hingga tinggi, berkisar antara 2,35 – 3,21 dengan nilai rata-rata 2,91 (Tabel 2). Nilai keanekaragaman ini menunjukkan bahwa keseluruhan lokasi masuk kategori sedang. Menurut Odum (1993) bahwa semakin besar nilai keanekaragaman (H’) menunjukkan komunitas semakin beragam dan indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah species yang terdapat dalam suatu habitat. Nilai keanekaragaman tertinggi terdapat di site Jalur Masuk Nain (3,21) dan terendah di site Wawantulap (2,35) (tabel 2). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Leuna (2006), dimana rata – rata H’ masuk dalam kisaran tinggi (3,50). Hal ini diduga terjadi tekanan terhadap komunitas baik dari lingkungan maupun aktifitas manusia.

-500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 Batu Hi tam Dusu n Bahowo Kima Bajo Tanjung Pisok Fukui Ma ndol in Mu ka kampung Pa ng al isan Ta wara Batu layar Ecor ee f Pa pi nda ng an Tanjung Ko pi Batu Gepe Buhi as Pu lau Pa ni ki Tangjung Jangk ar Depa n Negeri Nai n Jal ur m asu k Nai n Ta tampi Nai n Ti mur na in Wawant ul ap Ar akan Poopoh Sonda ken Ta tap aa n Pesisir Utara TN. Bunaken

Pulau Bunaken Pulau Manado

Tua

Pulau Mantehage

Pulau Nain Pesisir Selatan TN.

Bunaken

(8)

Nilai indeks kemerataan (E) menunjukkan kesetabilan sebuah komunitas. Nilai E dimana semakin mendekati 1 menunjukan komunitas semakin stabil dan jika semakin mendekati 0, maka komunitas semakin tertekan (Setyobudiandy et

al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Menurut Odum (1993) indeks kemerataan

(E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar species dalam suatu komunitas ikan. Semakin merata sebaran individu antar species maka keseimbangan komunitas akan semakin baik.

Indeks kemerataan tertinggi terdapat di site Timur Nain sebesar 0,74 dan terendah di site Pangalisan sebesar 0,46 dengan rata – rata 0,56. Nilai tersebut masuk dalam kategori tertekan hingga labil dan tidak ada satupun yang masuk dalam kategori stabil (tabel 2). Hasil yang berbeda dari penelitian Leuna, 2006 dimana nilai kemerataan masuk kategori stabil. Hal ini menunjukan telah terjadi penurunan status dari stabil menjadi labil. Nilai Dominansi (C) bekisar antara 0 hingga 1 dimana apabilai nilainya mendekati 1 menunjukkan terjadinya dominasi species, begitu juga jika nilainya mendekati 0 dimana tidak ada dominasi oleh salah satu species (Setyobudiandy et al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Nilai dominansi (C) tertinggi terdapat di site Wawantulap (0,21) dan terendah di site Pulau Paniki (0,06) (tabel 2).

Hasil penelitian menunjukan semua lokasi masuk dalam kategori dominansi rendah, hal ini menunjukkan tidak adanya dominansi oleh salah satu species ikan karang di lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1993) dimana indeks keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) bersifat terbalik dengan indeks dominansinya. Nilai H’ dan E yang tinggi menunjukkan tingkat dominansi yang rendah.

Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shanon-weiner (H’), indeks kemerataan (E) dan indeks dominansi (C).

Lokasi Site name H` E C

Pesisir Utara TN.. Bunaken Batu Hitam 3.07 0.60 0.07 Dusun Bahowo 3.17 0.57 0.08 Kima Bajo 2.95 0.65 0.07 Tanjung Pisok 3.18 0.58 0.09 Pulau Bunaken Fukui 3.02 0.51 0.08 Mandolin 2.87 0.52 0.12 Muka kampung 2.95 0.50 0.10 Pangalisan 2.87 0.46 0.12 Tawara 2.87 0.51 0.10

Pulau Manado Tua

Batu layar 2.90 0.58 0.08 Ecoreef 3.12 0.57 0.07 Papindangan 2.43 0.48 0.21 Tanjung Kopi 3.01 0.57 0.08 Pulau Mantehage Batu Gepe 3.03 0.55 0.10 Buhias 3.10 0.59 0.09 Pulau Paniki 3.15 0.64 0.06 Tanjung Jangkar 3.19 0.63 0.06

Pulau nain Depan Negeri Nain 2.69 0.50 0.15 Jalur masuk Nain 3.21 0.59 0.07

(9)

Tatampi Nain 2.82 0.51 0.14 Timur nain 2.80 0.74 0.12 Pesisir Selatan TN.. Bunaken Wawantulap 2.35 0.52 0.21 Arakan 2.66 0.55 0.10 Poopoh 2.86 0.56 0.10 Sondaken 2.46 0.50 0.14 Tatapaan 2.91 0.57 0.10

c. Kesamaan Species Ikan Karang

Pada taraf penskalaan dendogram 49,7% yang merupakan nilai rata-rata dari indeks similaritas antar stasiun diperoleh 4 kelompok komunitas. Kelompok komunitas pertama adalah site Poopoh, kelompok habitat kedua adalah Arakan dan Wawantulap, kelompok komunitas ketiga adalah Sondaken dan Kima bajo, kelompok komunitas ke empat adalah Tanjung Jangkar, Negeri Nain, Tatampi Nain, Batu Layar, Timur Nain, Tatapaan/Popareng, Papindangan, Tawara, Pangalisan, Muka Kampung, Tanjung Kopi, Mandolin, Jalur Masuk nain, Fukui, Ecoreef, Pulau Paniki, Buhias, Dusun Bahowo, Tanjung Pisok, Batu Hitam dan Batu Gepe (gambar 6).

Pengelompokkan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi species ikan karang antar groupnya. Terlihat pengelompokkan group 1 hingga group 3 umumnya berada di Pesisir Selatan Taman Nasional Bunaken. Pengelompokkan ini diduga karena lokasi di Pesisir Selatan Taman Nasional Bunaken kondisi habitatnya banyak yang telah rusak sehingga ikan karang yang mendiami area tersebut jauh berkurang.

(10)

Berdasarkan data ikan karang dalam tabel kontingensi dua arah yaitu 368 baris species dan 26 kolom stasiun, dilakukan Analisis Faktorial Korespondensi (AFK). Terlihat site Poopoh dan Wawantulap terpisah dari site lainnya, hal ini berarti kedua site tersebut memiliki species ikan karang yang berbeda dengan site lainnya. Kedua lokasi tersebut memang terletak di bagian selatan Taman Nasional Bunaken. Kondisi ekosistem terumbu karang yang kurang bagus ditambah kelimpahan dan biomassa ikannya yang terkecil dibandingan lokasi lainnya yang menyebabkan lokasi ini terpisah dalam pengelompokkannya.

Gambar 7. Proyeksi dari site dan species dalam bidang dua dimensi (sumbu 1 dan sumbu 2) dengan menggunakan Analisis Faktorial Korespondensi.

Tingkat Keefektifan Zonasi Di Taman Nasional Bunaken

Tutupan Karang Hidup di Taman nasional Bunaken tertinggi terdapat di zona inti (52,17 %) diikuti zona pariwisata (41,82%) dan yang terendah di zona tradisional (39,30%) (gambar 12). Rata-rata tutupan karang hidup di ketiga zona tersebut berdasarkan KEPMEN LH No. 4 tahun 2001 masuk dalam kategori sedang hingga baik. Berdasarkan tertingginya tutupan karang di zona inti menunjukkan pengawasan dan pengelolaan berjalan baik, begitu juga di zona pariwisata dimana di zona ini tidak diperkenankan aktifitas penangkapan memperlihatkan tutupan kedua terbaik setelah zona inti. Zona tradisional memiliki tutupan karang terendah, hal ini sang wajar dimana zona tradisional dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan bagi nelayan di sekitar kawasan TN. Bunaken.

Tabel 3. Nilai Rata-rata persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikan di ketiga zonasi di Taman Nasional Bunaken.

Zonasi

Nilai rata-rata Tutupan karang (%) Kelimpahan (Ind/Ha)

Biomassa (Kg/Ha)

(11)

Zona Pariwisata 41.82 20.330,14 810.46

Zona Tradisional 39.3 15.646,71 561.15

Kelimpahan ikan karang di Taman Nasional Bunaken tertinggi terdapat di zona pariwisata (20.330,14 Ind/Ha), diikuti zona inti (18.846,67 Ind/Ha) dan terendah di zona Tradisional (15.646,71 Ind/Ha). Biomassa ikan karang di TN. Bunaken tertinggi di zona inti (819,19 Kg/Ha), diikuti zona pariwisata (810,46 Kg/Ha) dan terendah di zona tradisional (561,15 Kg/Ha). Hal yang menarik disini adalah kelimpahan tertinggi terdapat di zona pariwisata sedangkan biomassa tertinggi terdapat di zona inti, hal ini menunjukkan di zona inti ukuran ikannya relatif lebih besar. Sedangkan di zona pariwisata ukuran ikannya relatif lebih kecil namun jumlahnya banyak.

Dengan ukuran yang relatif lebih besar di zona inti, mengindikasikan ikan karang di zona ini masuk kisaran dewasa atau matang gonad. Dengan asumsi yang sama diharapkan transfer larva atau penyebaran larva baik karang, ikan maupun biota lainnya kedaerah penyangga seperti zona pariwisata dan tradisional dapat terus berjalan. Hasil ini mengindikasikan pengelolaan di Taman Nasional Bunaken masih berjalan efektif selama regulasi pengelolaan zonasi tetap berjalan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

- Selama penelitian tercatat 368 species dalam 46 famili ikan karang.

- Nilai persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikannya menunjukan Pulau Bunaken paling baik dibandingan lokasi lainnya. - Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi (H’ di semua site masuk

kategori sedang, E kategori labil dan C kategori rendah) menunjukan kondisi komunitas ikan karang masih baik.

- Tingkat kesamaan species ikan karang mengelompokkan lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara TN. Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau Manado Tua.

- Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan karang dan ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa di zona inti/perlindungan tertinggi dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa sehingga sangat potensial dalam penyebaran larva untuk zona lainnya.

Daftar Pustaka

Adrim, M.2007. Komunitas Ikan Karang Di Perairan Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI. Jurnal 33. 139-158.

(12)

Allen,G, R.Steene, P. Hulmann dan N. Deloach. 2003. Reef Fish Tropical Pacific

Identification. New World Publication, Inc. Jackson ville. Florida. USA.

Hutomo, M. 1986. Komunitas Ikan karang dan Metode Sensus Visual. LON LIPI.Jakarta.

Krebs,Ch.J. 1989. Ecological Methodology. Univ. of British Columbia. Harper Collins Publisher.645

Kulbicki, M, N. Guillemot dan M. Amand. 2005. A General Aproach to Length-Weight Relationships for New Caledonian Lagoon Fishes. Journal Cybium: 235-252p.

Latuconsina, H, M. N. Nessa dan RA. Rappe. 2012. Komposisi Spesies Dan Struktur Komunitas Ikan Padang lamun Di Perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.4 No.1. Hal 35-46.

Leuna, M.W., dan P.C. Makatipu. 2006. Struktur Komunitas Ikan karang Di

Perairan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara.

Laporan. WWF Indonesia. Bunaken Project. 19 hal.

Ludwig, J. A., & J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods

and Computing. John Wiley & Sons, New York: xviii + 337 hlm.

Makatipu, P.C., T. Peristiwady, dan M. Leuna. 2010. Biodiversitas Ikan target di Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Jurnal.Volume 36(3). LIPI. Jakarta.

Marnane et al . 2003. Laporan Teknis Survey 2003-2004 Di Kepulauan

Karimunjawa, Jawa tengah. WCS.75p.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada Univerity Press. Yogyakarta. 697 hal.

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengamatan di Taman Nasional Bunaken (sumber peta TN.
Tabel 1. Posisi geografis dan persentase tutupan karang hidup di TN. Bunaken.
Gambar 2. Histogram rata-rata kelimpahan ikan karang per pulau / group lokasi.
Gambar 2. Histogram biomassa ikan karang di semua lokasi penelitian.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metode BATIK (baca, tulis dan karya) dapat meningkatkan minat siswa dan mahasiswa untuk belajar bahasa Indonesia, dengan menggunakan dan mengenalkan budaya masayarakat

Saudara Loisa Wijaya Berhubungan ada t ugas yang mendadak, saya t idak dapat hadir sebagai juri unt uk Pemilihan Pelajar Teladan Senin, 9 November 2009 pukul 08.00 di

Berdasarkan penjabaran beberapa proses alternatif baik pada proses oksidasi maupun proses pemurnian maleic anhydride, kami memilih fixed bed process untuk

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian referensi serta memberikan informasi dan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara pengalaman kerja dengan

Tetapi terdapat kelompok yang anggotanya sama antara yang menggunakan bobot dengan nilai c tinggi dengan nilai c rendah, hal ini disebabkan dari tingginya kolaborasi antar Penulis

Hal ini juga ditandai oleh persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, mulai dari perusahaan-perusahaan besar ,perusahaan menengah hingga perusahaan

Hasil belajar siswa menggunakan nilai post test dengan teknik analisis data statistik uji-t satu sampel (one sample t-test). Hasil penelitian ini menunjukan penuntun

Sama halnya dengan spesimen uji kelenturan hal yang menyebabkan spesimen komposit PU-Serat gelas lebih tinggi adalah karena memang pada dasarnya kekuatan mekanik pada serat