• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Pengukuran Kinerja SC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "9 Pengukuran Kinerja SC"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja

Supply Chain

Supply Chain

Supply Chain

Supply Chain

Dosen :

Dosen :

Moch Mizanul Achlaq

Moch Mizanul Achlaq

(2)

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

 Salah satu aspek fundamental SCM adalah Salah satu aspek fundamental SCM adalah manajemen kinerjamanajemen kinerja

dan perbaikan secara

dan perbaikan secara berkelanjutanberkelanjutan

 Untuk itu diperlukan sistem pengukuran yang mampuUntuk itu diperlukan sistem pengukuran yang mampu

mengevaluasi kinerja supply chain mengevaluasi kinerja supply chain

 Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk:Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk: 

 i). Melakukan monitoring dan i). Melakukan monitoring dan pengendalian;pengendalian; 

 ii). Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi padaii). Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada

supply chain; supply chain;

 iii). Mengetahui di mana posisi suatu iii). Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadaporganisasi relatif terhadap

pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak

pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dandicapai, dan

 iv). Menentukan arah iv). Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulanperbaikan untuk menciptakan keunggulan

dalam bersaing dalam bersaing

(3)

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

 Salah satu aspek fundamental SCM adalah Salah satu aspek fundamental SCM adalah manajemen kinerjamanajemen kinerja

dan perbaikan secara

dan perbaikan secara berkelanjutanberkelanjutan

 Untuk itu diperlukan sistem pengukuran yang mampuUntuk itu diperlukan sistem pengukuran yang mampu

mengevaluasi kinerja supply chain mengevaluasi kinerja supply chain

 Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk:Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk: 

 i). Melakukan monitoring dan i). Melakukan monitoring dan pengendalian;pengendalian; 

 ii). Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi padaii). Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada

supply chain; supply chain;

 iii). Mengetahui di mana posisi suatu iii). Mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadaporganisasi relatif terhadap

pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak

pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dandicapai, dan

 iv). Menentukan arah iv). Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulanperbaikan untuk menciptakan keunggulan

dalam bersaing dalam bersaing

(4)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Suatu sistem pengukuran kinerja Suatu sistem pengukuran kinerja memiliki beberapa tingkatanmemiliki beberapa tingkatan

dengan cakupan yang berbeda-beda. dengan cakupan yang berbeda-beda.

 Suatu sistem pengukuran kinerja Suatu sistem pengukuran kinerja mengandung:mengandung: 

 1. Individual metrics1. Individual metrics 

 2. Metric sets2. Metric sets 

 3. Overall performance measurement 3. Overall performance measurement 'systems'systems 

 Individual metrics berada pada tingkat paling bawah denganIndividual metrics berada pada tingkat paling bawah dengan

cakupan yang paling sempit. Metrik adalah suatu ukuran

cakupan yang paling sempit. Metrik adalah suatu ukuran yangyang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif maupun bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference point) tertentu.

(5)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Beberapa hal yang harus dipenuhi agar suatu metrik bisa efektif:  a. Harus diwujudkan dalam bentuk yang masuk akal dan

dimengerti dengan baik oleh mereka yang menggunakan.

 b. Harus value-based. Artinya, suatu metrik harus dikaitkan

dengan bagaimana organisasi menciptakan value ke pelanggan atau memenuhi kepentingan stakeholders yang lain.

 c. Metrik harus bisa menangkap karakteristik atau hasil (outcome)  d. Metrik sedapat mungkin tidak menciptakan konflik antar fungsi

pada suatu organisasi. Metrik yang diciptakan untuk kepentingan satu fungsi sering kali menciptakan tindakan yang kontra-produktif terhadap pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

 e. Metrik harus bisa melakukan distilasi terhadap data yang

(6)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Jumlah metrik pada sebuah sistem pengukuran kinerja bisa cukup

banyak.

 Tiap metrik harus didefinisikan dengan jelas.

 Tiap metrik harus punya nama yang jelas, tujuan, target, ruang

lingkup, satuan, cara pengukuran, frekuensi pengukuran, sumber data, penanggung jawab, serta atribut lain yang terkait.

(7)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Suatu sistem pengukuran kinerja biasanya memiliki beberapa

tingkatan dengan cakupan yang berbeda-beda. Menurut Melnyk et al. (2004) suatu sistem pengukuran kinerja biasanya

mengandung:

 1. Individual metrics  2. Metric sets

(8)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Metrik bisa diklasifikasikan berdasarkan fokus dan waktu (tense).  Metrik bisa berfokus pada kinerja finansial maupun operasional.  Metrik operasional mengukur kinerja dalam satuan waktu, output,

dan sebagainya.

 Banyak proses-proses dalam supply chain lebih baik dimonitor

dalam satuan non-finansial. Misalnya, lead-time dan waktu setup diukur dalam satuan waktu, tingkat persediaan diukur dalam unit, dan kualitas sebuah proses diukur dalam persentase output yang di luar batas spesifikasi.

 Dari segi waktu (tense), metrik bisa digunakan untuk mengukur

kinerja masa lalu (yang sudah terjadi) atau memprediksi kinerja masa mendatang (predictive metrics).

(9)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Metrik finansial (seperti return on investment, net profit per

employee, dan sebagainya) mengukur kinerja masa lalu.

 Predictive metrics biasanya digunakan untuk keperluan preventif

dan perbaikan.

 Misalnya, untuk memprediksi berapa waktu yang diperlukan untuk

memenuhi pesanan pelanggan, perusahaan perlu

mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang terjadi untuk memenuhi pesanan pelanggan serta perkiraan waktu dari masing-masing aktivitas tersebut. Seandainya waktu yang dibutuhkan diperkirakan terlalu lama, perusahaan bisa

mengidentifikasikan di bagian mana percepatan perlu dilakukan untuk mengurangi waktu pemenuhan pesanan tersebut. Gambar dibawah adalah tipologi metrik menurut dua atribut di atas (focus dan tense).

(10)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Jumlah metrik pada sebuah sistem pengukuran kinerja bisa cukup

banyak. Untuk menghindari kerancuan, tiap metrik harus

didefinisikan dengan jelas. Penggunaan metrik definition template seperti pada Tabel 1 bisa membantu menghindari tumpang tindih atau kerancuan antar metrik. Tiap metrik harus punya nama yang  jelas, tujuan, target, ruang lingkup, satuan, cara pengukuran,

frekuensi pengukuran, sumber data, penanggung jawab, serta atribut lain yang terkait.

(11)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Kumpulan dari beberapa metrik membentuk metric sets.  Kumpulan itu diperlukan untuk memberikan informasi kinerja

suatu sub-sistem.

 Sebagai contoh, kinerja persediaan tidak cukup hanya diukur

dengan satu metrik.

 Individual metrik untuk persediaan bisa berupa ongkos simpan,

tingkat perputaran persediaan, akurasi catatan persediaan, utilisasi sumber daya yang terkait dengan manajemen

persediaan, dan sebagainya.

 Semua metrik individual tersebut bisa dikatakan metric sets untuk

persediaan dan secara bersama-sama mengukur kinerja persediaan.

(12)

Struktur Sistem

Struktur Sistem

Pengukuran Kerja

Pengukuran Kerja

 Pada dasarnya sistem keseluruhan pengukuran kinerja tidak

hanya merupakan kumpulan dari banyak metric sets yang menyusunnya, tetapi juga menjadi alat untuk menciptakan

kesesuaian (alignment) antara metric sets dengan tujuan strategis organisasi.

 Dengan kata lain, tujuan yang ditetapkan di level organisasi yang

lebih tinggi harus terwujud dan didukung oleh metrik yang ada di masing-masing proses supply chain.

 Disamping menciptakan kesesuaian, sistem pengukuran kinerja

 juga harus menjadi jembatan koordinasi antar metrik.

 Dengan adanya koordinasi yang baik, konflik antar proses

(13)

Pendekatan Proses Dalam

Pendekatan Proses Dalam

Pengukuran Kinerja SC

Pengukuran Kinerja SC

 Proses adalah kumpulan dari aktivitas yang melintasi waktu dan

tempat, memiliki awal, akhir, dan input maupun output yang jelas.

 Suatu proses atau aktivitas membutuhkan sumber daya sebagai

input, melakukan penambahan nilai (add value) terhadap input tersebut sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

 Dengan kata lain, pendekatan pengukuran kinerja berdasarkan

proses tidak hanya sejalan dengan hakekat dari supply chain management, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan berkelanjutan.

 Pendekatan proses memungkinkan untuk mengidentifikasikan

masalah pada suatu proses sehingga bisa mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas.

 Contoh pada statistical process control, dengan mengamati

kinerja proses dari waktu ke waktu bisa melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali.

(14)

Pendekatan Proses Dalam

Pendekatan Proses Dalam

Pengukuran Kinerja SC

Pengukuran Kinerja SC

 Untuk merancang system kinerja yang berdasarkan proses,

disarankan tujuh langkah berikut:

 1.Indentifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat baik

yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.

 2. Definisikan dan batasi proses inti.

 3. Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari proses inti.

Misi, tanggung jawab, dan fungsi dari tiap proses harus jelas. Langkah ini perlu dilakukan sebagai acuan untuk menentukan mana aktivitas atau proses yang tidak memberikan value-added sehingga bisa dieliminasi.

 4. Uraikan dan identifikasi sub-proses. Setiap proses inti biasanya

merupakan agregasi dari sejumlah sub-proses. Oleh karena itu dalam pendekatan proses, setiap proses inti perlu diuraikan menjadi sub-proses yang menyusunnya.

(15)

Pendekatan Proses Dalam

Pendekatan Proses Dalam

Pengukuran Kinerja SC

Pengukuran Kinerja SC

 5. Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub-proses.  6. Uraikan lebih lanjut sub-proses menjadi aktivitas.

 7. Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses sampai ke

aktivitas. Manajemen puncak biasanya memiliki target yang

umum. Target ini tentu harus bisa diterjemahkan menjadi target-target yang lebih spesifik oleh manajer madya. Dengan

mengetahui semua sub-proses dan aktivitas elementer yang

terlibat dalam memenuhi order dari pelanggan serta berapa waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing sub-proses maupun

aktivitas elementer saat ini, perusahaan bisa lebih jelas

menentukan langkah-langkah untuk mencapai target tersebut serta memonitor progress dari waktu ke waktu.

(16)

Metrik untuk Kinerja SC

Metrik untuk Kinerja SC

 Dengan menurut model POA (Performance Of Activity), kinerja

aktivitas diukur dalam berbagai dimensi yaitu:

 1. Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu aktivitas. Ongkos

muncul karena dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Ongkos ini bisa berasosiasi dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan sebagainya. Ongkos bisa diukur dalam bentuk absolut maupun dalam ukuran relatif terhadap suatu nilai acuan.

 2. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas.

Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun proses dalam supply chain. Waktu pengembangan produk baru, waktu

pemrosesan pesanan pelanggan, waktu untuk riiendapatkan bahan baku dari supplier, dan waktu setup untuk kegiatan produksi adalah sebagian dari kontributor penting dalam menciptakan kecepatan respon pada supply chain.

(17)

Metrik untuk Kinerja SC

Metrik untuk Kinerja SC

 3. Kapasitas. Kapasitas adalah ukuran seberapa banyak volume

pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain pada suatu periode tertentu.

 4. Kapabilitas. Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat

suatu supply chain untuk melakukan aktivitas. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang sering digunakan dalam mengukur kinerja supply chain adalah:

 • Reliabilitas (kehandalan) mengukur kemampuan supply chain

untuk secara konsisten memenuhi janji.

 • Ketersediaan mengukur kesiapan, yakni kemampuan supply

chain untuk menyediakan produk atau jasa pada waktu diperlukan.

 •Fleksibilitas adalah kemampuan supply chain untuk cepat

berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan.

(18)

Metrik untuk Kinerja SC

Metrik untuk Kinerja SC

 5. Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada

supply chain digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output.

 6. Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam

kegiatan supply chain.

 7. Outcome yang merupakan hasil dari suatu proses atau

aktivitas. Outcome bisa berupa value added.

 Ke tujuh metrik di atas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda

dalam pengukurannya dilapangan.

 Dalam prakteknya, ongkos, waktu, kapasitas, produktivitas relatif

mudah diukur sedangkan metrik lainnya relatif sulit. Sebagai contoh, fleksibilitas supply chain bisa diinterpretasikan berbeda-beda dengan ukuran yang berberbeda-beda-berbeda-beda.

(19)

SCOR

SCOR

(SC Operation Reference)

(SC Operation Reference)

 SCOR pada dasarnya merupakan model yang berdasarkan

proses.

 Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen

yaitu business process reeingineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain.

 Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

 • Business process reengineering pada hakekatnya menangkap

proses kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be).

 • Benchmarking adalah keglatan untuk mendapatkan data kinerja

operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

 • Process measuremeny berfungsi untuk mengukur,

(20)

SCOR

SCOR

(SC Operation Reference)

(SC Operation Reference)

 SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti

yaitu plan, source, make, deliver, dan return.

 • Plan yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan

pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan

pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian (alignment) supply chain plan dengan financial plan.

 • Source yaitu Proses pengadaan barang maupun jasa untuk

memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk

penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, dan sebagainya.

(21)

SCOR

SCOR

(SC Operation Reference)

(SC Operation Reference)

 • Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku /

komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan ini bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order), atau

engineer-to-order. Proses yang terlibat di sini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan

melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya.

 • Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan

terhadap barang maupun jasa. Proses yang terlibat diantaranya menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dsb.

 • Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian

produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian.

(22)

SCOR

SCOR

(SC Operation Reference)

(SC Operation Reference)

 • Fleksibilitas adalah kemampuan supply chain untuk cepat

berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan. Tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan setiap supply chain tentu saja berbeda dan sangat tergantung dari staregi mereka bersaing di pasar. Fleksibilitas supply chain ditentukan oleh banyak faktor. Pujawan (2004)

mengidentifikasikan elemen-elemen fleksibilitas pada supply chain yang terdiri dari fleksibilitas pengadaan, pleksibilitas produksi, dan fleksibilitas pengiriman

(23)

SCOR

SCOR

(SC Operation Reference)

(SC Operation Reference)

 SCOR memiliki tiga hirarki proses.

 1. Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum

dari lima proses di atas (plan, source, make, deliver, dan return).

 2. Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply

chain perusahaan bisa dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini (as is) maupun yang diinginkan (to be).

 3. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi

elemen proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta referensi (benchmark dan best practice).

 Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR bisa

mengukur kinerja-supply chain secara obyektif berdasarkan data yang ada serta bisa mengidentifikasikan di mana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing.

(24)

Metrik Pada Model SCOR

Metrik Pada Model SCOR

 Pada sistem pengukuran kinerja, SCOR juga menggunakan

beberapa dimensi umum yaitu:

  • Reliability  • Responsiveness  •Flexibility  • Costs, dan  •Asset

(25)

Metrik Pada Model SCOR

Metrik Pada Model SCOR

 • Fleksibilitas adalah kemampuan supply chain untuk cepat

berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan. Tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan setiap supply chain tentu saja berbeda dan sangat tergantung dari staregi mereka bersaing di pasar. Fleksibilitas supply chain ditentukan oleh banyak faktor. Pujawan (2004)

mengidentifikasikan elemen-elemen fleksibilitas pada supply chain yang terdiri dari fleksibilitas pengadaan, pleksibilitas produksi, dan fleksibilitas pengiriman

(26)

Metrik Pada Model SCOR

Metrik Pada Model SCOR

 • Fleksibilitas adalah kemampuan supply chain untuk cepat

berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan. Tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan setiap supply chain tentu saja berbeda dan sangat tergantung dari staregi mereka bersaing di pasar. Fleksibilitas supply chain ditentukan oleh banyak faktor. Pujawan (2004)

mengidentifikasikan elemen-elemen fleksibilitas pada supply chain yang terdiri dari fleksibilitas pengadaan, pleksibilitas produksi, dan fleksibilitas pengiriman

(27)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut akan

didefinisikan beberapa metrik tersebut dan contoh perhitungannya:

 Inventory days of supply

 Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu

(hari). Jadi, inventory days of supply adalah lamanya rata-rata (dalam hari) suatu perusahaan bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki (apabila tidak ada pasokan lebih lanjut). Metrik ini berada pada klasifikasi asset. Kinerja supply chain dikatakan bagus apabila mampu memutar asset dengan tepat (dengan kata lain memiliki asset turnover yang tinggi). Dengan demikian maka semakin pendek inventory days of supply,

(28)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Contoh Perhitungan inventory days of supply

 Perusahaan rata-rata menyimpan suatu komponen sebanyak 150

unit. Kebutuhan rata-rata komponen tersebut per tahun adalah 4000 unit. Jumlah hari kerja dalam setalurn adalah 250. Dengan kata lain, rata-rata kebutuhan komponen per hari adalah 4000 / 250 unit = 16 unit sehingga jumlah hari rata-rata yang bisa ditutupi oleh persediaan yang dimiliki adalah 150 / 16 = 9.375 hari.

Perhitungan inventory days of supply ini bisa dilakukan per jenis barang atau secara agregat untuk sekelompok atau keseluruhan persediaan yang dimiliki perusahaan.

(29)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Cash-to-cash cycle time.

 Metrik ini mengukur kecepatan supply chain mengubah

persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang

dibutuhkan, semakin bagus bagi supply chain. Perusahaan yang bagus biasanya memiliki siklus cash-to-cash pendek.

 Ada tiga komponen dalam perhitungan cash to cash cycle time

yaitu:

 • Rata-rata account receivable (dalam hari) yang merupakan

ukuran seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima

 • Rata-rata account payable (dalam hari) yang mengukur

kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk material / komponen yang sudah diterima

(30)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Dengan tiga komponen tersebut, cash-to-cash cycle time bisa

dihitung sebagai berikut:

 Cash-to-cash cycle time = inventory days of supply + average

days of account receivable - average days of account payable

 Metrik ini pada dasarnya mengukur kesehatan finansial suatu

supply chain.

 Untuk memperpendek cash-to-cash cycle time, perusahaan bisa

melakukan salah satu atu kombinasi dari tiga cara berikut: menurunkan tingkat persediaan, melakukan negosiasi term pembayaran ke supplier (supaya lebih lama), dan melakukan negosiasi dengan pelanggan (supaya mereka membayar iebih cepat).

 Cash-to-cash cycle time mengintegrasikan siklus yang terjadi di

tiga fungsi yaitu pengadaan (purchasing), produksi

(31)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 • Fleksibilitas adalah kemampuan supply chain untuk cepat

berubah sesuai dengan kebutuhan output atau pekerjaan yang harus dilakukan. Tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan setiap supply chain tentu saja berbeda dan sangat tergantung dari staregi mereka bersaing di pasar. Fleksibilitas supply chain ditentukan oleh banyak faktor. Pujawan (2004)

mengidentifikasikan elemen-elemen fleksibilitas pada supply chain yang terdiri dari fleksibilitas pengadaan, pleksibilitas produksi, dan fleksibilitas pengiriman

(32)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Contoh Perhitungan cash-to-cash cycle time

 Misalkan nilai penjualan selama 30 hari adalah Rp. 300 juta,

Account receivable pada akhir bulan adl Rp. 60 juta. Nilai

persediaan di akhir bulan adl Rp. 120 juta. Cost of sales besarnya 60% dari nilai penjualan dan account payable di akhir bulan

besarnya Rp. 45 juta.

 Dengan data-data tersebut bisa dapatkan:

 • Nilai penjualan per hari adl Rp. 10 juta (300 jt / 30 hari).

 • Account receivable (dalam hari) adl 6 hari (60 jt / 10 jt per hari).  • Cost of sales per hari adl 60% x Rp. 10 juta = 6 juta.

 • Account payable per hari adl 7.5 hari (Rp. 45 jt / 6 jt per hari)  • Inventory days of supply adl 20 hari (Rp. 120 jt / 6 jt per hari)  Dengan demikian maka cash-to-cash cycle time = 20 + 6 - 7.5 =

(33)

Beberapa Contoh Perhitungan

Beberapa Contoh Perhitungan

 Dalam pengoperasian metrik-metrik tersebut di lapangan, banyak

hal yang perlu didefinisikan secara lebih detail. Misalnya untuk metrik fleksibilitas. Tiap perusahaan bisa mendefinisikan

fleksibilitas produksi dengan cara yang berbeda. Hanya saja, untuk bisa melakukan pembandingan (bechmark) dengan perusahaan lain, definisi-definsi kinerja mestinya standar.

(34)

Ringkasan

Ringkasan

 1. Sistem pengukuran kinerja supply chain diperlukan untuk

mengetahui posisi supply chain saat ini relatif terhadap kompetitor maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai serta berguna

sebagai dasar untuk menentukan arah perbaikan berkelanjutan.

 2. Salah satu komponen penting dalam sistem pengukuran kinerja

adalah metrik. Metrik adalah suatu ukuran yang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif, dan

didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference point) tertentu.

 3. Sistem pengukuran kinerja supply chain biasanya merupakan

integrasi dari metrik individual maupun kelompok, tetapi juga menjadi alat untuk menciptakan kesesuaian (alignment) antara metric sets dengan tujuan strategis organisasi. Disamping

menciptakan kesesuaian, sistem pengukuran kinerja juga harus menjadi jembatan koordinasi antar metrik sehingga bisa

(35)

Ringkasan

Ringkasan

 4. Sejalan dengan filosofi supply chain management yang

menghendaki integrasi antar fungsi, kebanyakan sistern

pengukuran kinerja pada supply chain dirancang berdasarkan proses (process-based). Proses adalah kumpulan dari aktivitas yang melintasi waktu dan tempat, memiliki awal, akhir, dan input maupun output yang jelas.

 5. Dalam perancangan sistem pengukuran kinerja berdasarkan

proses, langkah kritis yang harus dilakukan adalah mendefinisikan proses-proses inti pada supply chain, menguraikan proses-proses inti tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, serta

menghitung sumber daya (waktu, biaya, tenaga kerja, dll.) yang terlibat di masing-masing elemen proses tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada perusahaan go publik return yang positif atau lebih dari biaya kapitalnya maka akan memiliki nilai pasar yang tinggi (premium stock market

Peningkatan kemampuan membaca permulaan tersebut dapat terlihat berdasarkan persentase yang meningkat dari pra tindakan anak yang berada pada kriteria baik sebesar

Ukuran kinerja yang mungkin adalah jumlah rata-rata pengguna terhubung ke sistem apda waktu yang berbeda dalam satu hari, peluang seorang pengguna tidak bisa masuk ke dalam

Dalam perhitungan itu ada pengakuan biaya tahun berjalan, karna biaya belum terealisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya sehingga dikoreksi

h) Menu selanjutnya adalah Overview, dimana konfigurasi pada tahap sebelum-sebelumnya akan ditampilkan sebelum paket CMS Joomla di instalasi. Ada hal yang harus diperhatikan

Nilai pantulan Schmidt hammer akan terus menurun seiring dengan Derajat Pelapukan yang semakin tinggi hingga akhirnya tidak terukur pada batuan yang telah lapuk sempurna

Siswa sekolah dasar (SD) merupakan kelompok rentan terhadap kejadian karies gigi.Beberapa penyebab utamanya adalah jenis makanan yang dikonsumsi dan peranan orang

Pengamatan terhadap struktur mikro dilakukan untuk mengetahui struktur mikro maupun ukuran butir di daerah weld metal, HAZ, dan base metal sehingga dapat