• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUNGAI BELAWAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUNGAI BELAWAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) DI SUNGAI BELAWAN KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN

(Level of Heavy Metal Content of Lead (Pb) and Copper (Cu) in the district of Medan Belawan River Sunggal Medan)

Rahmad Ritonga¹, Yunasfi², Maragunung Dalimunthe2

1. Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2. Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The river has an important role in the life of every living creature. In his role, the water will affect and are affected by the condition / other components. Water is often contaminated by inorganic components include a variety of dangerous heavy metals. Some heavy metals are widely used in a variety of daily needs and directly or indirectly, can pollute the environment and when it exceeds the limit specified hazardous to life. This study aims to analyze the content of heavy metal lead (Pb) and Copper (Cu) in the central part of Belawan River flow and water quality based Belawan River water quality standards. This research was conducted in March-April 2014 in the district of Medan Belawan River Sunggal Medan. The number of stations observed were 3 stations. Parameters measured were physical-chemical parameters of waters, concentrations of heavy metals lead and copper in the water column were analyzed using Atomic Abrsorption Spectrophotometry (AAS). Concentrations of heavy metals Lead (Pb) in water between 0 to 0.241 mg / l, and the concentration of heavy metals Copper (Cu) between 0 to 0.025 mg / l. This shows the heavy metal content of Pb and Cu in the central part of Belawan River flow has exceeded the standard.

Keywords : Heavy metals Pb, Heavy metals Cu, Belawan River

PENDAHULUAN

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain Merkuri (Hg), Timbal (Pb),

Arsenik (As), Kadmium (Cd), Khromium (Cr), dan Nikel (Ni).

Sungai memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup. Dengan perannya, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Fungsi sungai bagi sektor pertanian adalah sebagai sarana irigasi bagi lahan pertanian seperti sawah, kebun dan sektor pertanian lainnya. Sungai mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami

(2)

dibutuhkan pelestarian agar sungai dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Sungai di Sumatera Utara dan khususnya sungai Belawan pemanfaatannya untuk irigasi, air minum dan industri. Namun belum ada kejelasan pengelolaan baik dari pemanfaatan dan pengelolaan maupun dari sudut pemeliharaan. Karena itu perlu dilakukan penanganan sungai baik sebagai sumber air, sebagai sumber air minum, irigasi dan serta keperluan industri.

Limbah domestik dibuang oleh penduduk yang bermukim disepanjang sungai Belawan dan anak-anak sungainya oleh penduduk yang bermukim di pinggir sungai seperti Desa Kutalimbaru, Lau Bicik, Sukadame, Tanjung Selamat dan lain-lain. Sejumlah penduduk mendiami pinggir sungai maupun anak-anak sungai. Diperkirakan penduduk dan kegiatannya mempengaruhi keberadaan sungai.

Logam dapat membahayakan bagi kehidupan manusia jika konsentrasi melebihi batas ambang yang diijinkan. Air limbah dari perindustrian dan pertambangan merupakan sumber utama polutan logam berat. Namun demikian, meskipun konsentrasinya belum melebihi batas ambang, keberadaan logam berat telah diketahui bersifat akumulatif dalam sistem biologis (Herwanto dan Santoso, 2006).

Berdasarkan dengan hal pencemaran air dan kualitas air, maka menteri lingkungan hidup telah menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri dan Peraturan Pemerintah No 82

Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.

Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) di sungai untuk mengetahui tingkat pencemaran air dan kualitas air pada sungai Belawan Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

Tujuan

1. Menganalisis tingkat kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada sungai Belawan di Kecamatan Medan Sunggal.

2. Menentukan kualitas air sungai Belawan berdasarkan baku mutu air dan tindakan pengelolaannya dari segi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada individu maupun kelompok atau instansi terkait tingkat pencemaran dan kualitas air sungai Belawan ditinjau dari parameter kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) serta diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya tingkat kualitas air terhadap tingkat kesehatan masyarakat.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan April 2014 di kawasan aliran sungai Belawan Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Analisis sampel air dan logam berat yang akan dilakukan di Balai Penelitian dan Teknologi

(3)

Perindustrian Provinsi Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan

Alat yang digunakan terdiri atas gelas ukur, peralatan titrasi, kertas label, pH meter, GPS, termometer air raksa, gelas piala 250 ml, shaker, coolbox, erlenmeyer, turbidimeter, kertas saring milipore dengan ukuran 0,45 μm, serta AAS

(Atomic Absorbtion

Spectrophotometer), serta lampu katoda berongga Pb dan Cu.

Bahan yang digunakan terdiri atas air bebas mineral (akuades), asam nitrat (HNO3), larutan Pb dan CU, gas etilen (C2H2), larutan pengencer HNO3 0,05 M, larutan pencuci HNO3 5%, Asam nitrat 65 %, 4 M dan 0,15 M.

Prosedur Penelitian

Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan logam berat adalah “Purpossive Sampling” pada

tiga stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan 3 (tiga) kali ulangan. Stasiun I-III merupakan aliran yang melalui daerah-daerah pertanian, pemukiman penduduk dan industri.

Waktu pengambilan sampel akan dilakukan pada pagi hari dimulai dari pukul 08.00-16.00 WIB. Analisis sampel kualitas air untuk parameter fisika dilakukan secara langsung (insitu) pada

masing-masing stasiun dan untuk analisis parameter kimia air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun, kemudian akan dianalisis secara tidak langsung (eksitu) di Balai Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di lapisan permukaan menggunakan alat pengambil contoh sederhana dan secara langsung

(4)

dengan botol biasa. Untuk analisis parameter fisika dilakukan secara langsung (insitu) pada

masing-masing stasiun sedangkan untuk analisis parameter kimia air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun. Kemudian akan dianalisis secara tidak langsung (eksitu) di Balai Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Parameter fisika- kimia perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, dan kekeruhan, sedangkan untuk kadar logam Pb dan Cu dilakukan di Balai Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Penanganan sampel Preparasi sampel air

Analisis logam berat dengan AAS dilakukan di Balai Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara. Serapan Atom Spektrometri (AAS) adalah teknik untuk mengukur jumlah bahan kimia yang ada dalam lingkungan dengan mengukur radiasi yang diserap oleh unsur kimia yang menarik. Hal ini dilakukan dengan membaca spektrum yang dihasilkan ketika sampel terkena radiasi.

Sampel air diambil 50 ml dikeringkan sampai volume 10-15 ml selama ± 2 jam menggunakan

waterbath ditambahkan 5 ml HNO3 (asam nitrat). Kemudian dipanaskan kembali selama ± 15 menit, lalu ditambahkan 5 ml HNO3. Kembali sampel air dipanaskan ± 15 menit, dan ditambahkan 5 ml HNO3.

Setelah itu dipindahkan ke labu ukur volume 25 ml dan sampel air siap diuji ke AAS.

Analisis data

Untuk melihat kondisi pencemaran logam berat pada air di sungai Belawan maka hasil analisis logam berat dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan PP. No. 82 tahun 2001 untuk melihat kondisi pencemaran logam berat Pb dan Cu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kandungan Logam Berat Pb dan Cu dalam Air

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat Pb dan Cu pada air tertinggi diperoleh stasiun III yaitu dibawah jembatan Jalan Gatot Subroto Km. 9,1 Kampung Lalang dengan nilai 0,241 mg/l untuk Pb dan 0,025 mg/l untuk Cu. Nilai rata-rata kadar logam berat Pb dan Cu pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai Rata-rata Kadar Logam Pb dan Cu

Parameter Fisika Kimia

Kondisi lingkungan perairan hasil pengukuran secara insitu di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Suhu air tertinggi terdapat pada stasiun III, sedangkan DO

0,000 0,200 0,400 1 2 3 Ka n d u n g a n L o g a m ( m g /L ) Stasiun Pengamatan Timbal Tembaga

(5)

tertinggi terdapat pada stasiun I. Untuk lebih jelasnya masing-masing

pengukuran pada titik pengambilan sampel disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Parameter Kualitas Lingkungan Perairan Interval Parameter Kualitas Perairan Stasiun Suhu DO pH Kekeruhan (ºC) (mg/L) (NTU) 1 24-26 7,4-7,9 6,7-6,8 1,9-2,2 2 26-27 6,9-7,7 6,7-6,8 5,12-5,25 3 27-27,5 5,7-6,2 6,2-6,4 8,28-8,37 Pembahasan

Kandungan Logam Pb dalam Air Hasil pengukuran yang diperoleh pada stasiun I yaitu dibawah jembatan Kelurahan Sunggal Lingkungan X menunjukkan tidak ditemukannya logam berat Pb. Hal ini disebabkan letak stasiun yang merupakan daerah bebas aktivitas industri baterai yang menghasilkan limbah logam Pb tidak ada, sehingga kualitas air nya masih terjaga.

Untuk hasil pengukuran kandungan logam berat Pb pada stasiun II yaitu Jl. Abadi Kelurahan Sunggal adalah 0,065 mg/l. Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb di stasiun ini sudah melewati ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,03 mg/l. Hal ini disebabkan karena letak stasiun II yang berada di tengah pemukiman padat penduduk dan melewati lahan pertanian masyarakat di daerah tersebut. Sumber pencemaran yang berasal dari pertanian berupa residu bahan agrokimia,seperti pupuk dan pestisida akibat penggunaan yang cenderung berlebihan serta limbah industri yang menggunakan bahan kimia tertentu dan pengelolaan limbahnya kurang baik. Bahan-bahan agrokimia mengandung logam berat yaitu Cd (untuk pupuk fosfat), Pb

dan residu pestisida yang secara kumulatif di dalam tubuh dapat mengganggu kesehatan manusia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor).

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb terbesar ditemukan pada stasiun III Jalan Gatot Subroto Km. 9,1 Kampung Lalang dengan nilai 0,241 mg/l. Menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb pada stasiun ini juga sudah melewati ambang batas baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Hal ini disebabkan karena letak stasiun merupakan daerah pemukiman dimana dapat berasal dari kaleng karena proses pematrian pada saat penyambungan, atau dari campuran cat yang digunakan untuk melindungi metal. Air minum dapat tercemar cukup tinggi oleh timbal karena menggunakan pipa berlapis Pb (Palar, 2004). Adanya peningkatan kandungan logam berat Pb pada stasiun ini disebabkan karena aktifitas manusia pada pemukiman lebih besar di bandingkan pada stasiun II dan berada dekat dengan daerah industri baterai/aki .

Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 menunjukkan bahwa tingkat kadar logam berat Pb dari stasiun II sampai III sudah melewati nilai ambang batas baku mutu yaitu 0,03

(6)

mg/l. Dari sini dapat dilihat juga bahwa kadar Pb dari hulu ke hilir makin lama makin meningkat seiring dengan bertambahnya polutan yang masuk kedalam air sungai. Tingginya kandungan logam berat ini disebabkan oleh stasiun tersebut berada di dekat kawasan industri seperti baterai/aki, industri pipa PVC, pemukiman padat penduduk dan pertanian.

Selain melalui faktor tersebut, perbedaan nilai kandungan logam berat Pb dari stasiun I sampai stasiun III disebabkan karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan faktor lingkungan lainnya seperti perbedaan cuaca pada saat pengambilan sampel. Menurut Darmono (1995) bahwa pada musim hujan kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi.

Pb sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena cenderung terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni syaraf. Pada anak-anak, keracunan Pb dapat menyebabkan kerusakan jaringan syaraf otak, anemia, dan kelumpuhan.

Kandungan Logam Cu dalam air Hasil pengukuran di stasiun I yaitu dibawah jembatan Kelurahan Sunggal Lingkungan X menunjukkan hasil yang sama dengan logam berat Pb yaitu tidak ditemukannya logam berat Cu. Hal ini disebabkan letak stasiun yang merupakan bebas aktivitas industri yang menghasilkan Cu dan merupakan daerah yang aktifitas manusia tergolong rendah di sepanjang sungai Belawan.

Hasil pengukuran kandungan logam berat Cu pada stasiun II yaitu

0,022 mg/l dan stasiun III yaitu 0,025 mg/ l. Menurut Darmono (1995) Fluktuasi konsentrasi logam berat dapat dipengaruhi oleh masuknya buangan yang mengandung logam berat seperti limbah industri, limbah domestik dan limbah pertanian.

Penggunaan tembaga dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, logam, alat-alat dapur, dan industri pelapisan.

Pada stasiun II merupakan daerah yang padat penduduk, hal ini

membawa pengaruh pada

pencemaran logam berat Cu di stasiun ini. Pemukiman padat penduduk menghasilkan limbah rumah tangga yang mereka buang langsung ke perairan. Sama seperti stasiun II keadaan di Stasiun III juga menunjukkan bahwa daerah aktifitas manusia pada pemukiman lebih besar di bandingkan pada stasiun II. Stasiun III juga merupakan bagian hilir dari ketiga stasiun tersebut dan berada dekat dengan daerah industri yang mana terdapat industri pelapisan logam sehingga daerah tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran logam berat Cu di perairan.

Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki Cu baru akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait ( Palar, 1994 ).

Logam Cu yang masuk ke dalam tatanan lingkungan perairan

(7)

dapat terjadi secara alamiah maupun sebagai efek samping dari kegiatan manusia. Secara alamiah Cu masuk kedalam perairan dari peristiwa erosi, pengikisan batuan ataupun dari atmosfer yang dibawa turun oleh air hujan. Sedangkan dari aktifitas manusia seperti kegiatan industri pelapisan, industri galangan kapal beserta kegiatan dipelabuhan merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan ( Palar, 1994 ).

Connel dan Miller ( 1995 ) menyatakan bahwa Cu merupakan logam essensial yang jika berada dalam kosentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan organisme sedangkan dalam konsetrasi yang tinggi dapat menjadi penghambat. Selanjutnya oleh Palar ( 1994 ) dinyatakan bahwa biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam perairan sebagai tempat hidupnya.

Parameter fisika dan kimia perairan

Suhu

Suhu air pada setiap stasiun berkisar antara 24 0C – 27,5 0C. Variasi tersebut diduga disebabkan karena perbedaan waktu pengambilan maupun perbedaan kondisi lingkungan di setiap stasiun. Suhu yang relatif rendah didapatkan pada pengambilan sampel pada pagi hari. Menurut Effendi (2003), suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altidude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun I

antara 24-26°C. kisaran suhu ini termasuk rendah (dingin) dikarenakan stasiun I dimana keadaan nya belum tercemar dan sedikit aktifitas manusia. Selain itu banyaknya vegetasi tumbuhan di daerah stasiun I menyebabkan sedikitnya intensitas cahaya matahari yang langsung mengenai badan air.

Sedangkan suhu air pada stasiun II antara 26-27ºC. Kisaran suhu ini lebih tinggi dari pada suhu pada stasiun I. Hal ini disebabkan oleh disebabkan tingginya aktivitas masyarakat pada stasiun II sehingga intensitas limbah-limbah domestik yang masuk ke perairan lebih tinggi dan pada stasiun ini jumlah vegetasi tumbuhan mulai berkurang yang menyebabkan intensitas cahaya matahari tinggi masuk ke perairan.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun III antara 27-27,5°C. Suhu ini lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun II, hal ini diduga disebabkan karena letak stasiun meruapakan daerah kawasan industri dimana banyak terdapat aktifitas industri dan sangat sedikit vegetasi tumbuhan disekitar stasiun.

Perbedaan suhu air pada tiap pengukuran disebabkan perbedaan intensitas cahaya yang mengenai air, maupun akibat penutupan permukaan air pada masing-masing stasiun. Pada stasiun II sampai III tampak bahwa vegetasi lebih sedikit dan terdapat aktivitas industri yang terjadi, namun kondisi sebaliknya ditemukan pada stasiun I.

Suhu pada masing-masing stasiun masih tergolong suhu air normal namun terlihat adanya peningkatan suhu pada perairan yang berada sekitar buangan limbah pabrik. Hal ini disebabkan karena kegiatan industri pada pabrik

(8)

tersebut dimana prosesnya disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18 - 300C (Effendi, 2003). pH

Pada setiap stasiun pH hampir mendekati netral yaitu berada di kisaran 6,2 – 6,8 masih dalam rentang pH baku mutu air baik untuk air kelas I maupun kelas II yang berkisar 6–9. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 kisaran pH di sungai Belumai masih memenuhi baku mutu kualitas air, kisaran pH yang diperbolehkan untuk kebutuhan baku mutu air minum kelas 1 yaitu 6 - 9. Menurut Yisa dan Jimoh (2010) bahwa pH perairan adalah indikator penting penentuan kualitas air dan pencemaran sungai. Jika pH air lebih rendah dari 5 dan lebih tinggi dari 9 mengindikasikan perairan tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan tidak layak digunakan untuk keperluan rumah tangga. Nilai pH ini juga mempengaruhi kadar logam Pb dan Cu di stasiun III, terlihat hubungan berbanding terbalik antara pH dan kandungan logam berat di perairan. Peningkatan toksisitas logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH , hal ini sesuai dengan Palar (2004), tokisisitas logam berat juga dipengaruhi oleh perubahan pH, toksisitas dari logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut berkisar 5,7-7,9 mg/l. Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi lingkungan perairan, dimana

sebagian besar organisme perairan tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas secara langsung. Nilai DO di stasiun I dan II lebih tinggi kemungkinan disebabkan waktu pengambilan sampel dan arus, stasiun ini memiliki arus deras yang dapat membantu proses difusi oksigen dari armosfer ke dalam air dan sampling dilakukan pada pagi dan siang hari dimana pada waktu tersebut proses fotosintesis meningkat sehingga jumlah oksigen meningkat.

Rendahnya nilai DO Stasiun III kemungkinan disebabkan oleh tingginya bahan organik yang masuk ke perairan sehingga sebagian besar oksigen dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam proses metabolisme bahan organik. Nilai pada stasiun ini lebih rendah dari stasiun I dan II juga disebabkan karena lebih banyak nya aktivitas industri di kawasan ini membuat suhu air nya lebih tinggi sehingga nilai DO nya semakin turun. Serta dipengaruhi oleh letak stasiun III yang berada di daerah yang mana limbah-limbah dari badan air akan terakumulasi di perairan tersebut. Suhu yang tinggi di stasiun tersebut juga mempengaruhi kadar DO. Nilai DO yang rendah ini juga berpengaruh terhadap toksisitas logam Pb dan Cu. Di stasiun ini nilai Pb adalah 0,241 mg/l dan Cu 0,025 mg/l dengan nilai DO 5,7-6,2. Nilai yang relatif rendah ini dapat mempengaruhi toksisitas logam berat terhadap ikan yang bermula dari terganggunya proses metabolisme dan respirasi ikan tersebut (Shindu, 2005).

Kekeruhan

Nilai kekeruhan terendah terdapat pada stasiun I yaitu antara

(9)

1,9-2,2 NTU, sedangkan nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu antara 8,28-8,37 NTU. Nilai kekeruhan pada stasiun II antara 5,12-5,25 NTU. Hasil ini menunjukkan bahwa badan air di stasiun III merupakan air yang paling keruh.

Nilai kekeruhan perairan merupakan gambaran dari banyaknya bahan-bahan yang tersuspensi di perairan diantaranya, liat, debu, plankton dan organisme renik. Kekeruhan dapat menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat mempengaruhi kehidupan organisme akuatik misalnya gangguan penglihatan, pernapasan dan penyaringan makanan. Nilai kekeruhan semakin meningkat semakin ke arah hilir. Peningkatan kekeruhan tersebut disebabkan oleh masukan dari arah hulu serta masukan dari limpasan air dari daratan yang dibawa oleh air hujan. Kondisi yang sama juga ditemukan di sungai Belawan yang telah mengalami penurunan kualitas perairan akibat adanya masukan bahan organik dan tingginya tingkat kekeruhan.

Menurut Effendi (2003), kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

Upaya Penanggulangan Pencemaran

Penanganan pencemaran dan kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belawan selama ini bersifat parsial. Upaya yang dilakukan tidak sebanding dengan cepatnya pembangunan di sektor industri di perkotaan wilayah Medan dan Belawan Serdang, yang berlangsung tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan, sehingga banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Ancaman pencemaran tersebut terutama dirasakan bagi pemerintah Kota Medan berupa ancaman pencemaran air, ancaman ketersediaan air bersih untuk minum, banjir di musin hujan, sedimentasi, penyempitan dan pendangkalan sungai. Berbagai problem kehidupan masyarakat telah memperkuat terjadinya degradasi lingkungan di daerah hulu hingga hilir yaitu akibat adanya penebangan hutan, pengambilan humus, erosi dari cultivation, aktivitas galian pasir, pembuangan sampah hingga buangan limbah - limbah indusri, rumah tangga dan lain - lain yang hal ini membuat polusi sungai Belawan.

Kegiatan masyarakat cukup komplit berada pada daerah pengaliran sungai mulai dari kegiatan pertanian, perkebunan, kegiatan hotel, restoran dan rumah makan, industri rumah sakit, cucian kenderaan bermotor, penangkapan ikan. Semua limbah air domestik maupun limbah industri usaha pada daerah tangkapan air sungai Belawan mengalir kedalam sungai tanpa melalui pengolahan.

Pemantauan yang lebih teratur oleh instansi terkait maupun masyarakat sekitar tentang status kualitas sungai Belawan juga sangat

(10)

diperlukan dengan tujuan mendapat hasil yang terbaru tentang kualitas air sungai Belawan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Kandungan tertinggi logam berat Pb adalah 0,0241 mg/l dan logam berat Cu adalah 0,025 mg/l terdapat pada stasiun III yang berada dibawah jembatan Jalan Gatot Subroto Km. 9,1 Kampung Lalang. Kandungan tersebut sudah melampaui nilai baku mutu.

2. Tingkat kandungan logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) di aliran sungai Belawan berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan sungai Belawan dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia.

Saran

1. Perlu dilaksanakan pemantauan kualitas air sungai Belawan secara berkala oleh instansi terkait agar konsentrasi logam berat Pb dan Cu tidak berada di atas ambang batas baku mutu air. 2. Perlu dilakukan sosialisasi dan

pengawasan oleh pihak terkait terhadap pelaku pencemaran agar lingkungan aliran sungai Belawan tetap terjaga kualitas nya.

3. Perlu diterapkan secara tegas peraturan pemerintah atau perundang-undangan yang mengatur agar menimbulkan efek jera bagi pelaku pencemaran sungai Belawan.

DAFTAR PUSTAKA

Connell DW dan G.J Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti Koestoer, penerjemah;

Sahati, pendamping. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

MENLH. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010. Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri. Jakarta.

Palar. H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rhineka Cipta Jakarta. Palar, H. 2004. Pencemaran dan

Toksikologi Logam Berat. Rhineka Cipta Jakarta. Peraturan Pemerintah [PP] RI No 82

Tahun 2001.

Shindu, S.F. 2005. Kandungan Logam Berat Cu, Zn dan Pb Dalam Air, Ikan Nila

(Oreochromis Niloticus) dan

Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Dalam Keramba Jaring Apung Waduk Saguling. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Nilai Rata-rata Kadar  Logam Pb dan Cu
Tabel 1. Analisis Parameter Kualitas Lingkungan Perairan  Interval Parameter Kualitas Perairan       Stasiun  Suhu  DO  pH  Kekeruhan (ºC) (mg/L)   (NTU)  1  24-26  7,4-7,9  6,7-6,8  1,9-2,2  2  26-27  6,9-7,7  6,7-6,8  5,12-5,25  3  27-27,5  5,7-6,2  6,2-

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijuala. 249,084 c Bagian efektif dari lindung nilai arus kas

Grafik disamping memperlihatkan Bahwa jumlah responden yang menilai Fasilitas Pendukung Layanan Layanan Perpustakaan Jurusan Bahasa lnggris Baik (hijau)

Mutan padi beras merah toleran terhadap cekaman kekeringan yaitu pada penurunan kadar lengas tanah 75% pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur panen, berat biji

Pengaruh pH terhadap aktivitas pro- tease yang dihasilkan dilakukan terhadap ekstrak enzim yang diperoleh pada masa inkubasi 7 hari dan penambahan pepton 2% dengan 5 variasi pH

Sawahlunto adalah kota tambang yang menikmati kejayaan akibat ekploitasi batubara oleh pemerintah kolonial Belanda yang dimulai 1880an.. Tetapi pada awal tahun 1930an hingga

Terdapat beberapa pengakuan aset tetap perusahaan yang sebaiknya dilakukan penyesuaian terkait tanggal perolehan dan penggunaan aset tetap dalam operasional perusahaan sehingga

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur

Berdasarkan hasil traffic counting , total jumlah kendaraan maksimal di jalan S.Parman terjadi pada hari selasa yaitu 17.098 kendaraan. Konsentrasi CO dan SO 2