• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. H. Purwanta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. H. Purwanta"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

SD NEGERI SAMIRONO YOGYAKARTA

PADA MATA PELAJARAN IPS

H. Purwanta

ABSTRACT

This collaborative action research focus on improving quality of learning processes and result through implementation of classroom based assessment. Research subject are fourth grade social studies students of Samirono Elementary Public School Yogyakarta. The research is divided into two cycles where each of them has four steps: planning, action, observation and reflection. Difference between the two cycles is that the second cycle depends on the result of first cycle.

Result of the research shows that implementation of classroom based assessment could improve students learning quality both processes and result. Nevertheless, there are many aspects that still need to be corrected and improved. One of the problems was teacher performance. Teacher said in reflection session that she was wrought up, because the coming of observer and researcher in her class. Impact of her stress, there is a learning activity that gone beyond. Besides her feeling, the teacher also still dominantly implemented chalk and talk method. It could cut off the development of students’ creativity.

Based on reflection of first cycle, in second cycle we make breakthrough with writing teaching scenario in detail that teacher could read it along her teaching processes. In order to optimalize students’ creativity, in second cycle is used project method. Every group of students has to make a replica of transportation vehicle. Many actions that we did could improve the quality of learning processes and result to be higher than first cycle.

H. Purwanta dosen Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Satra, Universitas Sanata Dharma. Alamat Korespondensi: Kampus I, Mrican, Jln. Affandi, Yogyakarta. Email: sastrosukamiskin@staff.usd.ac.id

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pembentukan warga negara yang baik. Meski telah lebih dari 30 tahun masuk dalam kurikulum nasional Indonesia, Pendidikan IPS belum mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan di masyarakat, IPS diplesetkan sebagai Ilmu Paling Sulit, karena rata-rata nilai siswa dalam Ujian Nasional relatif rendah.

Kegelapan yang menyelimuti mata pelajaran IPS merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji dan dicari solusi alternatifnya. Salah satu penyebab paling penting adalah berubahnya haluan IPS dari pembentuk warga negara yang baik menjadi mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang harus dihapalkan oleh para siswa. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran di kelas sebanyak tiga kali pertemuan pada bulan Februari 2008, ditemukan bahwa salah satu pihak yang mengubah tujuan pembelajaran IPS adalah guru. Guru mempergunakan hampir seluruh jam pelajaran untuk menjelaskan materi pembelajaran IPS di depan kelas dengan metode ceramah. Materi ceramah pun lebih banyak mengacu pada buku teks, termasuk contoh-contoh yang diberikan. Akibatnya, pembelajaran terkesan berpusat pada materi yang termuat dalam buku teks.

Situasi kelas yang didominasi guru mengakibatkan berkembangnya perasaan terpinggir di antara para siswa. Sebetulnya semua siswa di sekolah yang dijadikan subyek penelitian telah memiliki buku teks, sehingga mampu mempelajari isinya secara mandiri di rumah. Dari perspektif ini, dominasi guru di dalam proses pembelajaran justru akan dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu menurunnya minat baca dan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan. Selain itu, kegiatan para siswa di kelas menjadi sangat terbatas, yaitu mendengarkan dan mencatat.

Dalam 3 kali observasi, guru memang memberi ruang untuk terjadinya tanya jawab. Akan tetapi, dari setiap kali pertemuan rata-rata kurang dari 10 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab. Ketika dicermati lebih mendalam, ternyata siswa yang aktif relatif tetap dalam setiap pertemuan.

(3)

Setelah selesai melakukan ceramah dan tanya jawab, siswa kemudian diajak untuk mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdapat di buku atau menjawab pertanyaan yang tercantum di buku. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi bersama, nilainya terkadang dimasukkan ke daftar nilai, terkadang tidak. Guru juga memberikan tugas berupa pekerjaan rumah (PR) dan dikoreksi bersama pada pertemuan berikutnya. Sejauh ini, tugas atau PR yang diberikan tidak terlepas dari buku teks.

Akibatnya, suasana kelas terkesan tidak kondusif, lebih sering ramai, membosankan dan terkesan memboroskan waktu. Kalaupun muncul suasana “tertib”, hal ini dikarenakan siswa segan pada guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada minggu kedua dan ketiga bulan Februari 2008, sebagian besar siswa mengatakan paham dengan materi yang dijelaskan guru. Sebagian lagi mengaku tidak paham karena tidak mendengar penjelasan guru dan malas membaca sendiri di rumah. Siswa terkesan sebagai reproduktor dan bukan

kreator ilmu baru yang berhasil dikonstruksinya. Sebagian besar mengaku tidak senang dengan IPS karena banyak hapalan.

Hasil belajar siswa diketahui dengan memberikan tes tertulis

(paper and pencil test). Materi tes sama seperti materi presentasi guru yang diambil dari buku teks. Beberapa materi memiliki unsur penerapan konsep namun dalam soal tidak ada pengembangan lebih lanjut bahkan untuk contoh-contoh aplikasi juga menyerupai yang tertulis pada buku teks. Aspek penilaian afektif dan psikomotor belum nampak, baik dalam proses maupun hasil pembelajaran. Partisipasi siswa tidak langsung dinilai namun “dicatat dalam memori” guru untuk dituliskan dalam rapor. Secara garis besar hasil perolehan nilai pada mata pelajaran ini tergolong cukup.

Ketika dilakukan wawancara dengan seorang guru, dia menjelaskan bahwa tuntutan Kompetensi Dasar yang ditetapkan pemerintah mengakibatkan materi mata pelajaran IPS sangat banyak, sedang waktu yang tersedia hanya dua kali pertemuan setiap minggunya. Dia juga menjelaskan bahwa tanggung jawab guru SD tidak hanya mengajar, tetapi juga administrasi kelas dan sekolah. Hal itu menjadikan dia hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber belajar-mengajar.

(4)

1.2 Permasalahan

Dari berbagai permasalahan pembelajaran yang ditemukan di lapangan, penelitian akan difokuskan pada peningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan melalui penggunaan penilaian berbasis kelas. Apabila dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, permasalahan menjadi: bagaimana menggunakan penilaian berbasis kelas untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penerapan penilaian berbasis kelas atau dikenal juga sebagai penilaian otentik terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS pada kelas IV Sekolah Dasar.

2. SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini merupakan PTK kolaboratif dalam ar ti melibatkan guru kelas untuk melakukan tindakan tertentu dalam pembelajarannya. Subyek penelitian mengambil siswa kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakarta. Dipilihnya SD Negeri Samirono Yogyakarta, karena latar belakang sosial ekonomi para siswanya rata-rata berasal dari kelas bawah kaum urban. Orang tua mereka bekerja pada sektor informal, seperti penjual bakso, tukang becak, buruh dan pedagang kaki lima. Jumlah siswa kelas IV adalah 26 anak dengan seorang guru kelas yang bernama Tri Murwaningsih, S.Pd.

3. METODE PENELITIAN

Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahapan: perencanaan-tindakan-observasi-refleksi sebagai berikut:

1) Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan silabus, RPP, lembar kerja siswa, tugas, soal ulangan, dan instrument observasi.

(5)

2) Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya peningkatan pembelajaran.

3) Observasi, yaitu pengamatan hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.

4) Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. 3.1 Siklus Pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1. Perencanaan:

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:

a. Peneliti menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang, atau tinggi, dan membagi mereka secara heterogen menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 4 orang. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran untuk materi yang ditetapkan, meliputi: RPP, LKS, dan format jurnal guru.

b. Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: 1) Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa

berdasarkan pelaksanaan tindakan (lihat Tabel 2);

2) Instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas; 3) Instrumen observasi interaksi antarsiswa dalam kegiatan

kelompok;

4) Lembar penilaian proyek;

5) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan LKS; 6) Lembar penilaian kemampuan kelompok mengerjakan

ulangan;

7) Lembar penilaian kemampuan siswa memperagakan tugas; dan

8) Lembar penilaian produk yang dihasilkan siswa

c. Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data oleh ahli pembelajaran. Berdasarkan masukan ahli, tim melakukan revisi yang perlu.

d. Peneliti merekrut para observer yang akan memantau kegiatan setiap kelompok secara tersamar agar subyek penelitian dapat

(6)

berperilaku sewajar mungkin. Para observer adalah para mahasiswa semester IV.

e. Peneliti melakukan pelatihan bagi para obser ver untuk menyamakan persepsi tentang pengisian instrumen observasi. f. Peneliti dan observer melakukan simulasi pelaksanaan tindakan. g. Peneliti menyiapkan teknis perekaman kegiatan perkuliahan

menggunakan video camcorder. 2. Tindakan:

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru melakukan presentasi materi pelajaran

b. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 4 orang dan membagikan lembar kerja untuk tiap kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut.

c. Peneliti dan mahasiswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok secara bersama.

d. Peneliti memberi soal kuis (secara lisan atau tertulis), dan siswa mengerjakannya secara individual.

e. Guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya 3. Observasi:

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap Tindakan. Pada tahap ini, dilaksanakan pengamatan oleh observer (kepala sekolah) dan peneliti atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.

4. Refleksi:

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

(7)

a. Refleksi segera setelah pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau tindakan yang perlu disempurnakan).

b. Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis pertama-tama ketua peneliti melakukan refleksi diri dahulu dan anggota peneliti melakukan refleksi atas pengamatannya, lalu dilakukan refleksi bersama dan diskusi penyempurnaan tindakan untuk dilaksanakan dalam siklus kedua.

3.2 Siklus Kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Sama seperti pada siklus pertama, tindakan pada siklus kedua dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas. Meskipun demikian, pokok bahasan yang dipelajari berbeda. Apabila pada siklus pertama membahas masalah alat komunikasi, pada siklus kedua pembelajaran akan difokuskan pada alat transportasi. Indikator keoptimalan proses dan hasil belajar pada kedua siklus disajikan dalam Tabel di bawah ini.

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan

Siklus I Siklus II

Kemampuan siswa 25% 40% Jumlah siswa yang memperoleh Lembar memperagakan tugas nilai di atas 65 dibagi jumlah pengamatan

seluruh siswa

Partisipasi siswa 20% 25% Jumlah siswa yang mengajukan Lembar dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah pengamatan pertanyaan/ide dalam seluruh siswa

(8)

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan

Siklus I Siklus II

Interaksi antar siswa 30% 40% Jumlah siswa yang berinteraksi Lembar dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran, pengamatan

negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok

Hasil penilaian diri 25% 35% Jumlah siswa yang memperoleh Angket skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3) dibagi jumlah seluruh siswa

Kemampuan siswa 25% 35% Jumlah produk yang memperoleh Dokumen menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah

keseluruhan produk

Kemampuan siswa 25% 35% Jumlah portofolio yang mendapat Dokumen membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah

portofolio

Kemampuan 50% 55% Jumlah kelompok yang mendapat Lembar kerja kelompok nilai di atas 65 dibagi jumlah

mengerjakan lembar kelompok kerja

Daya serap siswa 40% 50% Jumlah siswa yang memperoleh Kuis di setiap nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah akhir siklus seluruh siswa

4. HASIL PENELITIAN

Pada siklus pertama, pembelajaran dalam Penelitian Kemitraan Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini disepakati akan membahas alat komunikasi, sedang untuk siklus kedua, akan membahas alat transportasi. Masing-masing siklus berlangsung selama 3 kali pertemuan guru-siswa di kelas, seperti tergambar pada tabel di bawah ini.

(9)

Tanggal Siklus/Pertemuan Penilaian Berbasis Kelas yang Digunakan Siklus 1

21-04-2008 Pertemuan 1 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Kuesioner, Test pada Lembar Kerja.

22-04-2008 Pertemuan 2 Penilaian Produk dan Penilaian Diri 23-04-2008 Pertemuan 3 Penilaian Portofolio dan Test Tertulis

Siklus 2

29-04-2008 Pertemuan 1 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Penilaian Diri dan Test pada Lembar Kerja

30-04-2008 Pertemuan 2 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Portofolio 1-05-2008 Pertemuan 3 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Produk,

4.1 Siklus Pertama

Pada tahap persiapan berhasil disusun rancangan pembelajaran untuk pokok bahasan alat komunikasi dengan indikator sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi contoh alat komunikasi 2. Menjelaskan fungsi alat komunikasi

3. Mempraktikkan penggunaan alat komunikasi

4. Mengidentifikasikan jenis teknologi komunikasi satu arah dan dua arah

5. Membuat model alat komunikasi sesuai dengan keinginannya 6. Mengidentifikasi 3 dari 4 perbedaan teknologi masa kini dan

masa lampau.

7. Mengevaluasi teknologi komunikasi masa kini.

8. Mengembangkan imajinasi tentang teknologi masa depan. Pada tahap ini juga berhasil disusun penilaian berbasis kelas untuk masing-masing indikator, termasuk di dalamnya penyusunan rubrik penilaian.

Pada tahap pelaksanaan, penelitian relatif lancar. Pada saat melaksanakan pembelajaran guru tampak kaku, seperti terlihat dari hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah selama penelitian berlangsung.

(10)

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

1. NAMA GURU: ... Tri Murwaningsih, S.Pd. 2. NIP/NIK: ... 130566583

3. SEKOLAH: ... SDN Samirono Yogyakarta 4. KELAS: ... IV

5. MATA PELAJARAN: ... IPS

6. MATERI PEMBELAJARAN: ... Telekomunikasi 7. WAKTU: ... 70 menit

8. TANGGAL: ... 21/4/08 22/4/08 23/4/08

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak I Prapembelajaran

1 Kesiapan ruang, alat pembelajaran, v v v dan media

2 Memeriksa kesiapan siswa v v v II Membuka Pembelajaran

1 Melakukan kegiatan apersepsi v v v 2 Menyampaikan kompetensi yang akan v v v

dicapai dan rencana kegiatan III Kegiatan Inti Pembelajaran A Penguasaan materi pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi ½ ½ v v pembelajaran

2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain v v v B Pendekatan/strategi pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan v v v kompetensi yang akan dicapai

2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut v v v

3 Menguasai kelas v v v

4 Melaksanakan pembelajaran yang v v v bersifat kontekstual

(11)

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 5 Melaksanakan pembelajaran yang ½ ½ v v

memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)

6 Melaksanakan pembelajaran sesuai v v v dengan alokasi waktu yang direncanakan

C Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan ½ ½ v v sumber belajar/media pembelajaran

2 Menghasilkan pesan yang menarik v v v 3 Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau v v v

pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

D Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui v v v interaksi guru, siswa, dan sumber belajar

2 Merespon positif partisipasi siswa v v v 3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap v v v

respons siswa

4 Menunjukkan hubungan antarpribadi v v v yang kondusif

5 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme v v v siswa dalam belajar

E Penilaian proses dan hasil belajar

1 Memantau kemajuan belajar v v v 2 Melakukan penilaian akhir sesuai v v v

dengan kompetensi F Penggunaan bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas v v v dan lancar

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik v v v dan benar

3 Menyampaikan pesan dengan gaya v v v yang sesuai

(12)

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak IV Penutup

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman v ½ ½ ½ ½ dengan melibatkan siswa

2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan,

atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan v v v

Meski pembelajaran yang dilakukan masih jauh dari optimal, tetapi tampaknya tetap lebih baik daripada sebelum dilaksanakan penelitian. Hal itu terlihat dari pencapaian indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan.

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan Siklus

Target Hasil

Kemampuan siswa 25% 58% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai memperagakan tugas nilai di atas 65 jumlah seluruh siswa

Partisipasi siswa 20% 0% Jumlah siswa yang mengajukan Tidak terlaksana dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah

pertanyaan/ide dalam seluruh siswa diskusi kelas

Interaksi antarsiswa 30% 53% Jumlah siswa yang berinteraksi Tercapai dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran,

negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok

Hasil penilaian diri 25% 38% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3)

dibagi jumlah seluruh siswa

Kemampuan siswa 25% 0% Jumlah produk yang memperoleh Didiskualifikasi menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah

keseluruhan produk

Kemampuan siswa 25% 15% Jumlah portofolio yang mendapat Tidak tercapai membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah

(13)

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan Siklus

Target Hasil

Kemampuan 50% 92% Jumlah kelompok yang mendapat Tercapai kelompok nilai di atas 65 dibagi jumlah

mengerjakan lembar kelompok kerja

Daya serap siswa 40% 50% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai nilai kuis di atas 65 dibagi jumlah

seluruh siswa

Dari tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran menghadapi kendala:

1. Meskipun telah tercantum dalam skenario pembelajaran, diskusi kelas tidak dapat dilaksanakan.

2. Pembuatan produk berbentuk model alat komunikasi terpaksa didiskualifikasi dari penilaian, karena dalam pelaksanaannya guru terlalu banyak intervensi, sehingga hasil karyanya tidak dapat dikategorikan sebagai hasil kreativitas dan keterampilan siswa.

3. Penyusunan portofolio tidak mencapai target yang telah ditetapkan.

Pada saat dilakukan refleksi bersama atas siklus pertama terungkap bahwa:

1. Kekakuan guru saat pelaksanaan pembelajaran disebabkan oleh ketegangan psikologis akibat diamati oleh beberapa orang, termasuk di dalamnya kepala sekolah. Ketegangan guru mengakibatkan tidak hanya terlewatkannya beberapa tahap pembelajaran, tetapi juga kesalahan material seperti penyebutan mesin faksimile sebagai email.

2. Kekurangsabaran guru dalam mendampingi siswa saat melakukan aktivitas pembuatan model alat komunikasi. Guru mengarahkan semua siswa untuk membuat model handphone

seperti yang telah dipersiapkannya. Akibatnya rubrik penilaian yang telah disusun tidak dapat menggambarkan realitas yang sesungguhnya.

(14)

3. Penyusunan portofolio yang pada siklus pertama berupa pembuatan karangan tentang alat komunikasi masa kini, gambar alat komunikasi imajinatif masa depan beserta deskripsi cara kerjanya mengalami kegagalan, karena para siswa terbiasa dengan model pembelajaran chalk and talk dan guru belum pernah menggunakan pendekatan konstruktivisme. Akibatnya siswa menghadapi kesulitan untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri.

4.2 Siklus Kedua

Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama, pada siklus kedua dilakukan perbaikan atau pengembangan pembelajaran terutama dari aspek guru sebagai ujung tombaknya. Inti pengembangan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan konstruktivisme yang memberi ruang (kegiatan dan waktu) bagi siswa untuk menemukan dan mengkonstruk pengetahuan secara lebih mandiri tentang alat transportasi yang menjadi pokok bahasan pada siklus kedua.

Dari aspek penilaian berbasis kelas, untuk mengembangkan proses pembelajaran, disepakati bahwa pada siklus kedua akan diimplementasikan: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian sikap, (3) penilaian produk, (4) tes tertulis dan tugas LKS, (5) penilaian diri, (6) portofolio, (7) proyek.

Dengan berbekal pendekatan yang akan digunakan dan penilaian berbasis kelas yang akan diterapkan, selanjutnya disusun indikator, rencana dan skenario pembelajaran, serta alat bantu dan media pembelajaran. Indikator pada siklus kedua adalah (1) mengidentifikasi contoh alat transportasi, (2) menjelaskan fungsi alat transportasi, (3) mengkategorisasi alat transportasi kuno, tengah, dan modern, (4) menjelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan alat transportasi modern, (5) mengidentifikasi alat transportasi pribadi dan umum, (6) menjelaskan pengalaman penggunaan alat transportasi umum, (7) membuat prototipe alat transportasi dengan lengkap dan rapi.

Setelah semuanya dipandang cukup, siklus kedua dilaksanakan dari tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2008. Secara garis besar, hasil penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut:

(15)

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)

1. NAMA GURU: ... Tri Murwaningsih, S.Pd. 2. NIP/NIK: ... 130566583

3. SEKOLAH: ... SDN Samirono Yogyakarta 4. KELAS: ... IV

5. MATA PELAJARAN: ... IPS

6. MATERI PEMBELAJARAN: ... Telekomunikasi 7. WAKTU: ... 70 menit

8. TANGGAL: ... 29/4/08 30/4/08 1/5/08

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak I Prapembelajaran

1 Kesiapan ruang, alat pembelajaran, v v v dan media

2 Memeriksa kesiapan siswa v v v II Membuka Pembelajaran

1 Melakukan kegiatan apersepsi v v v 2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai v v v

dan rencana kegiatan III Kegiatan Inti Pembelajaran A Penguasaan materi pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi v v v pembelajaran

2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain v v v yang relevan

B Pendekatan/strategi pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan v v v kompetensi yang akan dicapai

2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut v v v

3 Menguasai kelas v v v

4 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat v v v kontekstual

(16)

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 5 Melaksanakan pembelajaran yang memung v v v

kinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)

6 Melaksanakan pembelajaran sesuai v v v dengan alokasi waktu yang direncanakan

C Pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan v v v sumber belajar/media pembelajaran

2 Menghasilkan pesan yang menarik v v v 3 Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau v v v

pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran

D Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui v v v interaksi guru, siswa, dan sumber belajar

2 Merespons positif partisipasi siswa v v v 3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap v v v

respons siswa

4 Menunjukkan hubungan antarpribadi yang v v v kondusif

5 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme v v v siswa dalam belajar

E Penilaian proses dan hasil belajar

1 Memantau kemajuan belajar v v v 2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan v v v

kompetensi F Penggunaan bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas v v v dan lancar

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik v v v dan benar

3 Menyampaikan pesan dengan gaya v v v yang sesuai

(17)

No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak IV Penutup

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman ½ ½ v v dengan melibatkan siswa

2 Melaksanakan tindak lanjut dengan v v v memberikan arahan, atau kegiatan,

atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan

Dari instrumen penilaian terlihat bahwa kinerja guru mengalami perkembangan relatif baik. Pada hari pertama guru masih kesulitan untuk mengurangi dominasinya dalam proses pembelajaran, terutama saat dalam interaksi dengan siswa dan sumber belajar. Guru langsung menjelaskan secara rinci, sehingga mempersempit ruang siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan. Selain itu, bahasa yang digunakan guru masih terlalu formal, sehingga cenderung menjadikan siswa menyerapnya sebagai hapalan. Kesulitan guru secara bertahap dapat diatasi pada hari-hari berikutnya, meski belum dapat dikategorikan sebagai sangat baik.

Peningkatan yang signifikan pada kemampuan guru menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Hal itu dapat disimak dari hasil penilaian berbasis kelas untuk siklus kedua di bawah ini.

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan Siklus II

Target Hasil

Kemampuan siswa 40% 62% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai memperagakan tugas nilai di atas 66 dibagi jumlah seluruh

siswa

Partisipasi siswa 25% 38% Jumlah siswa yang mengajukan Tercapai dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah

pertanyaan/ide dalam seluruh siswa diskusi kelas

Interaksi antarsiswa 40% 77% Jumlah siswa yang berinteraksi Tercapai dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran,

negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok

(18)

Indikator

Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen Tindakan Siklus II

Target Hasil

Hasil penilaian diri 35% 65% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3)

dibagi jumlah seluruh siswa

Kemampuan siswa 35% 90% Jumlah produk yang memperoleh Tercapai menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah

keseluruhan produk

Kemampuan siswa 35% 67% Jumlah portofolio yang mendapat Tercapai membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah

portofolio

Kemampuan kelompok 55% 100% Jumlah kelompok yang mendapat Tercapai mengerjakan lembar nilai di atas 65 dibagi jumlah

kerja kelompok

Daya serap siswa 50% 99% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah

seluruh siswa

Dari tabel capaian siklus kedua terlihat bahwa secara keseluruhan semua target dapat tercapai. Bahkan kemampuan siswa dalam menyusun produk yang berupa pembuatan replika alat transportasi sangat tinggi, yaitu 90%. Dengan antusias para siswa berdiskusi untuk memutuskan alat transportasi yang akan dibuat replika, mengidentifikasi perlengkapan yang diperlukan, membagi tugas secara demokratis dan bekerja sama dalam pembuatan. Realitas itu menunjukkan pemahaman lama yang mengatakan bahwa apabila diberi kebebasan siswa akan liar lebih merupakan mitos.

Meski semua target dapat tercapai, dari skor pencapaian perlu diperhatikan bahwa diskusi kelas perlu lebih dikembangkan. Dengan skor 38% menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas.

(19)

5. KESIMPULAN

Dari penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan guru dan kepala sekolah yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakarta dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Melalui penilaian berbasis kelas, pembelajaran tidak hanya dapat dievaluasi dari sisi hasil belajar siswa, tetapi juga proses yang dilalui siswa. Dari sudut pandang ini, penilaian berbasis kelas akan memberikan evaluator gambaran yang lebih komprehensif terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

2. Melalui rubrik yang disusun dengan jelas dan rinci serta pemberian skor pada setiap itemnya mampu menghindarkan guru dari subyektifitas selama melakukan penilaian. Penilaian yang dilakukan menjadi dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

3. Penerapan penilaian berbasis kelas berhasil mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rubrik yang telah disusun, sehingga secara tidak langsung meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Linsay Ann. 1999. Adult ESL Student Attitudes Towards Performance Based Assessment. Tersedia pada http:// www.collectionscanada.ca/obj/s4/f2/dsk1/tape7/ PQDD_0002/MQ45956.pdf. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2007.

Dasim Budimansyah. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT. Genesindo.

Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian

Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Epstein, Andrew. 2006. Assessment the Portfolio Process. Tersedia pada http://www.teacher vision.fen.com/teaching-methods/exp-educ/4537.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006

Fajar, Arnie M. P. 2002. Por tfolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

George, Paul. 1995. What is Portfolio Assessment Really and How Can I Use It in My Classroom? Gainesville, FL: Teacher Education Resources. Tersedia pada http://wwwpgcps.pg. k.12.md.us/~elc/potfolio1. html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2007.

Hard, D. 1994. Authentic Assessment: A Hardbook for Educators. Menlo Park, CA; Addision-Wesley Pub Co. Tersedia pada http://www.teacher vision.fen.com/teaching-methods/ grading/5942.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006. Gronlund, Norman E. 1998. Assesment of Student Achievment Sixth

(21)

Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Edisi ke-2. Buckingham: Open University Press.

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay. Thousand Oaks, California: Corwin Press.

Jonassen, D. 1999. “Designing Constr uctivist Lear ning Environments”. in C.M. Reigeluth (Ed.). Instructional-Design Theories and Models, Volume II. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum.

Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching. Edisi ke-5. Boston: Allyn & Bacon.

Kagan, S. 1992. Cooperative Learning. Edisi ke-10. San Juan Capistrano, CA: Kagan Cooperative Learning.

Kemmis S. & McTaggart C. 1988. The Action Research Planner.

Deakin: Deakin University Press.

Kemp, J & Toperoff, D. 1998. Guidelines for Portfolio Assessment in Teaching English. Tersedia pada http://www.anglit.net/ main/portofolio/default.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.

Mardapi, D., dkk. 2001. Pola Induk Pengembangan Sistem Pengujian Hasil Belajar Berbasis Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nelson, L. M. 1999. “Collaborative Problem Solving. Dalam

Reigeluth”. C.M. (Ed.), Instructional-Design Theories and Models, Volume II: A New Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ.: Lawrence Erlbaum.

Paulson, F. Leon, PasrI R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a Portofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. February.

Paulson, F. Leon, P. R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a Portofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. February.

(22)

Saunders, Pearl. I. 1996. A Pilot Program: Por tfolio-Based Instruction in Developmental of Pre-College Writing Courses. Tersedia pada http://eric.ed.gov/ERICWebPor tal/ custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp?_nfpb= true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED398590& ERICExtSearch_SearchType_0=eric_accno&accno= ED398590Eric. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2007. Sewel, Meg., Marczak, Mary., Horn, Melanie. 2006. The Use of

Portfolio Assessment in Evaluation. Tersedia pada http:// ag.arizona.edu/fcs/cyfernet/cyfar/Potfo~3.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.

Smith, B. L., & MacGregor, J. 1992. “What is collaborative learning?”. Dalam Goodsell, A., Maher, M., Tinto, V., Smith, B.L., & MacGregor, J. (Eds.). Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher Education. Pennsylvania State University: National Center on Postsecondary Teaching, Learning, and Assessment.

Sumaji. 2004. ”Studi tentang Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Model Portofolio”. MIPA. Vol 14, No. 1, Januari 2004: p 32-39.

Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP YOGYAKARTA.

Tim Pengembang PPL. 2007. Pedoman Pengajaran Mikro FKIP, USD, Edisi II. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. The Dapartment of Staff Development. 2006. Why Use a Portfolio.

Tersedia pada http://www.pgcps.pg.k.12.md.us/~elc/ portfolio.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.

Referensi

Dokumen terkait

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. MEDAN

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bahan baku 4 kg selama 21 hari variasi pencampuran kotoran gajah dan urine gajah (1 : 2) dapat memproduksi biogas paling tinggi

dapat terlepas dari unsur knowledge yang menjadi potensi manusia dalam mengetahui hal-hal. yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan haram (Alawneh,

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sebagaimana hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ekstrak daun ketapang ( Terminalia catappa ) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

skripsi dengan judul “ Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer Pada Pelaporan Penggunaan Dana Puskesmas (Studi Pada Puskesmas Kedawung Wetan Kabupaten

It may be scary having to actually speak with the collection agency, but ignoring the contact will only make the situation worse?. Most of the time, a collection agency will be