• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Triwulan

II

2018

Penyusun:

Penanggung Jawab: Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov.Lampung, Ketua Tim: Kepala Bidang PPA.II, Editor/Desain Grafis: Ander,

Anggota: Agus Ristanto, Edi, Eko Nugroho, Denny Jauhari, Prapti Lestari,

(3)
(4)
(5)
(6)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………. i

Daftar isi………..……... iii

Daftar Grafik……….. iv

Daftar Tabel………... vi

Daftar Gambar………... vii

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL……….………. 1

A.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………

1

B. Inflasi………. 3

C. Indikator Kesejahteraan……….…… 4

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN………... 6

A.

Pendapatan Negara……….

6

B.

Belanja Negara……….

8

C.

Prognosis Realisasi APBN………

10

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD………... 11

A.

Pendapatan Daerah……….

12

B.

Belanja Daerah……….

14

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun

2018

……….

15

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)………... 16

A. Laporan Keuan

gan Pemerintah Konsolidasian………..

16

B.

Pendapatan Konsolidasian………...

16

C.

Belanja Konsolidasian………

18

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik

Regional……….

18

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH………... 21

A. Program Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya

Guna sebagai Program Percepatan Sinergitas Pembangunan

Wilayah Pesisir Lampung………...

..

21

B. Dampak Pilkada Lampung 2018 terhadap Indikator Makro

Ekonomi La

mpung……….………..

23

(7)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik I.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung per triwulan Tahun

2017 dan 2018 (yoy)……….... 1 Grafik I.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung per triwulan Tahun

2017 dan 2018 (q to q)……… 2 Grafik I.3. Tingkat Inflasi Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2018.... 3 Grafik I.4. Tingkat Inflasi Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung dan

Metro Tahun 2018……….………

3

Grafik I.5. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung Tahun 2017 dan 2018………..

4

Grafik I.6 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Lampung Berdasarkan

tempat tinggal tahun 2017 dan 2018………. 5 Grafik I.7. Gini Ratio Provinsi Lampung dan Nasional 2017 dan 2018….. 5 Grafik II.1. Realisasi Penerimaan PPh Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi

Lampung Tahun 2018………... 6 Grafik II.2. Realisasi Penerimaan PPN Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi

Lampung Triwulan II 2018……….………. 7 Grafik II.3. Realisasi Penerimaan PPnBM Kabupaten/Kota Lingkup

Provinsi Lampung Tahun 2018……….. 7 Graik II.4. Perkembangan Pendapatan Cukai Triwulan II 2018……….…. 7 Grafik II.5. Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja

Modal, dan Belanja Bantuan Sosial Lingkup Provinsi lampung Triwulan II 2018………. 8 Grafik II.6. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup

Provinsi Lampung Tahun 2018……….. 9 Grafik II.7. Tingkat Kemandirian Satker BLU Provinsi Lampung Triwulan

II tahun 2018………... 9 Grafik III.1. Komposisi Pendapatan Daerah Lingkup Provinsi Lampung…. 12 Grafik III.2. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Lingkup Provinsi

Lampung Triwulan II 2018………... 12 Grafik III.3. Realisasi Retribusi Daerah Lingkup Provinsi Lampung

Triwulan II 2018……… 13 Grafik III.4. Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang

(8)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

v Grafik III.5. Rasio Dana Perimbangan Terhadap Pendapatan Daerah

Lingkup Provinsi Lampung Triwulan II 2018…………..……... 14 Grafik III.6. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan Lingkup

Provinsi Lampung Triwulan II 2018………..….. 15 Grafik IV.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di

Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun 2017 dan 2018…….. 16 Grafik IV.2. Perbandingan Penerimaan Pempus dan Pemda terhadap

Penerimaan Konsolidasian Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun 2018……….

17 Grafik IV.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pempus dan Pemda

Terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi

Lampung s.d Triwulan II 2018……….. 17 Grafik IV.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pempus dan Pemda

terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian Provinsi

Lampung Triwulan II Tahun 2018 …...……….. 18 Grafik IV.5. Kontribusi Belanja Pemerintah dan Investasi pada PDRB

(9)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

vi

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d

Akhir Triwulan II Tahun 2017 dan tahun 2018….……….. 6 Tabel II.2. Pendapatan PNBP Dengan Kontribusi Terbesar Triwulan II

Tahun 2018………..……….. 8 Tabel II.3. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d

Triwulan IV Tahun 2018………..……….. 10 Tabel III.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi Lampung s.d Akhir Triwulan

II Tahun 2017 dan Tahun 2018……….. 11 Tabel III.2. Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja

Modal Lingkup Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun

2018………. 14 Tabel III.3. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Lampung s.d

Triwulan IV Tahun 2018………...

15 Tabel IV.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah

Provinsi Lampung s.d Triwulan II 2018 (dalam jutaan)……….. 16 Tabel IV.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di

Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2017 dan 2018 (dalam

(10)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

(11)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 1

I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perekonomian Provinsi Lampung triwulan II yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tercatat Rp.84.93 trilliun dan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp.58.93 triliun. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tumbuh 5.35% (yoy) diatas pertumbuhan ekonomi nasonal sebesar 5.27%. Angka ini masih berada dalam koridor target yang mematok pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2018 sebesar 5.2-5.5%. Adapun di regional Sumatera, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung menempati posisi ketiga dibawah Sumatera Selatan dan Aceh.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan positif dicapai oleh hampir seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Listrik dan Gas yang terkontraksi 1%. Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah Konstruksi (11.85%) diikuti Jasa Pendidikan (10.72%) dan Jasa Lainnya (10.31%). Struktur perekonomian Provinsi Lampung masih tetap didominasi sektor Pertanian (31.73%). Sementara sumber utama pertumbuhan ekonomi (yoy) adalah sektor Industri Pengolahan dengan 1.34%. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini didorong oleh:

1. Momen Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan musim liburan sekolah yang menyebabkan pertumbuhan positif di beberapa sektor, antara lain:

a. Subsektor peternakan 10.40% (yoy) b. Subsektor Industri makanan dan minuman sebesar 11.06% (q to q) dan 17.08% (yoy)

c. Sektor transportasi meningkat saat arus mudik dan arus balik lebaran dimana subkategori angkutan rel naik 14.33% (yoy), ASDP naik 14.39% (yoy), dan angkutan udara naik 11.31% (yoy)

d. Sektor Penyediaan makanan, minuman, dan akomodasi naik 11.86% (yoy) e. Terkait dengan momentum liburan sekolah dan Idul Fitri sektor jasa

lainnya/rekreasi naik 10.31% (yoy)

2. Subsektor Perkebunan Semusim tumbuh 11% (q to q) karena memasuki masa panen dan giling tebu

4.80 4.90 5.00 5.10 5.20 5.30 5.40 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2017 2018 5.11 5.03 5.21 5.31 5.16 5.35 Grafik I.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung per triwulan Tahun 2017 dan

2018 (yoy)

(12)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 2

3. Kategori pendidikan naik 10.72% (yoy) sehubungan dengan masa pendaftaran sekolah dan pembayaran daftar ulang sekolah swasta pada bulan Mei dan Juni. Jika dibandingkan triwulan I tahun 2018 (q to q) perekonomian Lampung tumbuh 4.53%,melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q) yang mencapai 6.47%. Hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya karena subsektor tanaman pangan dan hortikultura sudah melewati masa panen. Analisis pertumbuhan q to q memang sangat bergantung pada faktor musiman. Lapangan usaha yang tumbuh tinggi pada triwulan II adalah Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (10.86%) serta Transportasi dan Pergudangan (7.69%) seiring dengan momen Ramadhan dan Lebaran.

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 (yoy) didukung oleh Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21.59%. Pertumbuhan PK-LNPRT didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Gubernur Lampung dan Pemilihan Bupati di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Utara yang dilaksanakan tanggal 27 Juni 2018. Selain itu peningkatan aktivitas lembaga keagamaan selama Ramadhan dan Labaran juga turut memacu pertumbuhan komponen ini. Sementara Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 7.63% (yoy) seiring masih berlangsungnya pembangunan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar telah memasuki tahap akhir, juga pengerjaan perbaikan jalan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) juga tumbuh 6.17% (yoy) dipicu pola musiman peningkatan konsumsi saat Ramadhan, cuti bersama Lebaran, dan libur sekolah.

Jika dibandingkan triwulan sebelumnya (q to q), pada triwulan ini semua komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan kecuali komponen Ekspor dan Impor. Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi (15.27%) karena meningkatnya belanja pegawai terkait pembayaran THR bagi ASN dan pensiunan, pencairan dana BOS serta Dana Desa tahap I dan II.

-10.00 -8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2017 2018 6.59 4.29 3.52 -8.50 6.47 4.53 Grafik I.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung per triwulan Tahun 2017 dan

2018 (q to q)

(13)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 3

B. Inflasi

Tingkat inflasi Provinsi Lampung pada triwulan II 2018 yang dipantau di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro cukup terkendali, bahkan mengalami deflasi di bulan April dan Mei. Sepanjang kuartal kedua, inflasi gabungan Lampung hanya sekali tercatat lebih tinggi dari inflasi nasional yaitu di bulan Juni.

Pada bulan April tercatat deflasi 0.02%. Kelompok bahan makanan memberikan andil deflasi tertinggi (0.16%). Komoditi yang dominan memicu deflasi antara lain beras dan cabai. Harga kedua komoditi ini turun seiring meningkatnya pasokan di masa panen. Memasuki bulan Mei kembali terjadi deflasi 0.09%. Namun kelompok sandang dan transportasi mengalami kenaikan indeks karena bulan Mei telah memasuki masa festive season yaitu bulan Ramadhan dimana biasanya terjadi kenaikan permintaan pakaian serta aktivitas mudik. Baju muslim dan emas perhiasan dominan membentuk inflasi bulan ini.

Sementara bulan Juni tercatat inflasi 0.91%. Hal ini merupakan tren musiman dimana selalu terjadi lonjakan permintaan di masa Ramadhan dan Idul Fitri. Dari tujuh kelompok pengeluaran hampir semuanya mengalami inflasi kecuali kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi tertinggi yaitu sebesar 0.45%. Adapun subkelompok bumbu-bumbuan menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan 0.16% karena tingginya permintaan bawang merah dan cabai. Begitu juga ayam hidup dan daging ayam ras. Komoditi lain yang juga meningkat permintaannya menjelang lebaran adalah baju muslim wanita dan baju muslim anak-anak karena adanya tradisi pembelian baju baru untuk merayakan lebaran. Arus mudik dan arus balik menyebabkan inflasi pada komoditi angkutan antar kota sebesar 0.30% dan kendaraan carter/ travel sebesar 0.04%.

0.62 0.17 0 0.10 0.21 0.59 1.28 0.08 0.00 -0.02 -0.09 0.91 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Grafik I.3 Tingkat Inflasi Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2018

Nasional Lampung Sumber: BPS Provinsi Lampung

1.28 0.08 0.00 0.02 0.09 0.91 0.48 0.19 0.00 -0.12 -0.33 0.52 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

Grafik I.4 Tingkat Inflasi Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung &

Metro Tahun 2018

Lampung Bandar Lampung Metro Sumber: BPS Provinsi Lampung

(14)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 4

C. Indikator Kesejahteraan

Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin di Lampung mencapai 1.097,05 ribu orang, bertambah sebanyak 13,31 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017. Persentase penduduk miskin pun meningkat 0.1% menjadi 13,14% dengan kantong utama kemiskinan berada di pedesaan. Angka ini masih belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Lampung dimana penduduk miskin diharapkan dapat turun dikisaran 12-13%. Kenaikan ini sekaligus memperlebar gap kemiskinan Lampung dengan kemiskinan Nasional yang saat ini berada pada 9.82%. Naiknya jumlah penduduk miskin saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, naiknya harga bahan pangan terutama beras dan barang kebutuhan pokok mendorong kenaikan garis kemiskinan dari Rp.427.072 (September 2017) menjadi Rp. 444.246 (Maret 2018) karena kontribusi komoditi makanan mencapai 74.88% terhadap garis kemiskinan. Imbasnya penduduk yang berada disekitar garis kemiskinan dan pendapatannya tidak mampu mengimbangi kenaikan harga, saat ini berada dibawah garis kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin bertambah.

Kedua, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2018. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tercatat 5.03 % (yoy) berada dibawah target yang ditetapkan direntang 5.2-5.5%. Teori ekonomi menjelaskan dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan. Ketika perekonomian berkembang di suatu daerah, dalam hal ini terlihat dari pertumbuhan PDRB maka terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik diantara penduduk dapat mengurangi kemiskinan di wilayah tersebut. Dengan kata lain, melambatnya pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap kenaikan jumlah penduduk miskin. Selain itu, faktor disparitas kemiskinan antara rural dan urban dan rendahnya produktivitas tenaga kerja juga memicu kenaikan kemiskinan.

Perlu dicermati bahwa penurunan angka kemiskinan juga dipengaruhi kebijakan fiskal pemerintah khususnya penyaluran bantuan sosial (bansos) melalui program beras sejahtera (Rastra). Pada periode September 2017, penyaluran Rastra sudah mencapai 100%. Kondisi tersebut meningkatkan kesejahteraan penduduk karena

15.08 14.56 14.76 0 5 10 15 20

Maret'17 Sept'17 Maret'18 Grafik I.5 Persentase Penduduk Miskin

Provinsi Lampung Tahun 2017 dan 2018

Kota Desa Kota & Desa Sumber: BPS Provinsi Lampung

(15)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 5

garis kemiskinan juga diukur dengan ketersediaan pangan seperti beras. Oleh karenanya angka kemiskinan pada periode September 2017 menurun. Sedangkan penyaluran Rastra sampai dengan Maret belum mencapai 100% dan hal tersebut berdampak pada naiknya angka kemiskinan pada periode Maret 2018.

Jika dicermati lebih lanjut, jumlah penduduk miskin di perdesaan menurun dari 871,77 ribu orang menjadi 868,22 ribu orang. Namun disaat yang sama persentase penduduk miskin di desa justru naik dari 14.56% menjadi 14.76%. Artinya program pemerintah Provinsi Lampung dalam pengentasan kemiskinan di desa antara lain melalui

Program Gerbang Saburai dan pemanfaatan Dana Desa sebenarnya berhasil

menurunkan jumlah penduduk miskin. Adapun persentase penduduk miskin yang meningkat meski jumlah penduduk miskin berkurang dapat terjadi karena berkurangnya jumlah penduduk di desa akibat maraknya urbanisasi.

Sejalan dengan angka kemiskinan yang meningkat, Gini Rasio Provinsi Lampung sebagai salah satu ukuran ketimpangan juga naik. Diihat dari tempat tinggal, Gini Rasio di perkotaan (0.367) lebih tinggi daripada perdesaan (0.317). Berdasarkan Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2018 yang dilakukan BPS, secara nasional tercatat bahwa kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk kelompok 40% terbawah sedikit meningkat sedangkan kelompok 20% teratas meningkat cukup tajam. Sementara 40% penduduk menengah rata-rata pengeluarannya sedikit berkurang. Selain itu, kenaikan harga beberapa komoditas pangan mengubah rata-rata pengeluaran penduduk. Kenaikan harga terutama dirasakan oleh penduduk kelompok 40% menengah sehingga harus mengubah pola konsumsi dengan cara mengurangi kuantitas atau mengganti jenis barang yang dikonsumsi. Kenaikan harga tidak mengubah pola konsumsi penduduk kelompok 20% teratas sehingga rata-rata pengeluarannya meningkat tajam.

903.41 871.77 868.22 228.32 211.97 228.82 200 210 220 230 240 840 860 880 900 920

Maret'17 Sept'17 Maret'18 Grafik I.6 Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Lampung Berdasarkan tempat Tinggal Tahun 2017 dan 2018

Desa Kota Linear (Desa) Sumber: BPS Provinsi Lampung

0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4 Maret'17 Sept'17 Mar'18 0.334 0.333 0.346 0.393 0.391 0.389 Grafik I.7 Gini Ratio Provinsi Lampung dan Nasional 2017 dan 2018

lampung nasional Sumber: BPS Provinsi

(16)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 6

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Pendapatan perpajakan triwulan II Tahun 2018 masih menjadi sumber utama pendapatan negara di Provinsi Lampung sebesar Rp3,67 triliun atau dengan kontribusi 89,72% dari total pendapatan

Sementara itu Penerimaan Negara Bukan Pajak hanya memberikan kontribusi 10,28% atau sebesar Rp419.90 miliar. Sampai dengan triwulan II 2018, defisit APBN di lingkup Provinsi Lampung melebar 100,9% menjadi Rp7,39 triliun dari Rp3,68 triliun pada triwulan II 2017. Melebarnya defisit tersebut

didorong dari sisi pengeluaran dimana dana transfer meningkat 54,43% atau Rp4,04 triliun karena meningkatnya realisasi dana alokasi khusus non fisik secara signifikan menjadi Rp2,12 triliun atau 137,76%.

A. Pendapatan Negara

Penerimaan pemerintah pusat di Provinsi Lampung pada Triwulan II 2018 mencapai Rp4,08 tirliun, meningkat tipis 8,88% dibandingkan triwulan II 2017. Hal ini disebabkan diterapkannya penegakan hukum setelah program Tax Amnesty, cukup mampu untuk menikatkan pendapatan perpajakan pada triwulan II 2018.

a). Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan PPh pada triwulan II 2018 terus meningkat mencapai Rp921,41 miliar. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan PPh pasal 21 dan PPh pasal 25/29 terkait SPT Tahunan. Penerimaan PPh Triwulan II 2018 (Rp921,41

miliar) merupakan penerimaan tertinggi sepanjang 4 tahun terakhir pada triwulan yang sama. Hal ini terindikasi sudah semakin baik kinerja yang dilaksanakan oleh petugas pajak, dengan memberikan himbauan penyampaian SPT Tahunan dan pengawasan

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 7,921.87 3,751.77 10,978.74 4,084.99 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 7,921.87 3,751.77 10,978.74 4,084.99 1. Penerimaan Pajak Dalam Negeri 7,463.92 3,434.23 10,443.04 3,665.08 2. PNBP 457.95 317.54 535.70 419.90 II. HIBAH - - - -B. BELANJA NEGARA 30,682.25 10,733.59 31,859.79 15,440.01 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 8,469.64 3,303.68 9,823.49 3,827.11 1. Belanja Pegawai 3,130.95 1,417.72 3,310.26 1,535.36 2. Belanja Barang 3,271.34 1,184.82 3,942.48 1,340.33 3. Belanja Modal 2,020.04 694.57 2,551.68 943.53 4. Belanja Bantuan Sosial 47.32 6.56 19.06 7.90 5. Belanja Lain-Lain - - - -II. BELANJA KE DAERAH DAN DANA DESA 22,212.61 7,429.91 22,036.30 11,612.90 1. Transfer Ke Daerah 20,255.12 6,255.93 19,947.90 10,222.33 a. Dana Perimbangan 20,255.12 6,255.93 19,947.90 10,222.33 1) Dana Alokasi Umum 12,842.09 4,313.04 12,891.53 7,520.06 2) Dana Bagi Hasil Pajak 1,669.96 442.51 797.40 281.95 4) Dana Alokasi Khusus Fisik 2,031.91 610.00 2,361.71 303.32 5) Dana Alokasi Khusus Non Fisik 3,711.17 890.39 3,897.27 2,117.01 b. Dana Transfer Lainnya - - - 2. Dana Insentif Daerah 208.43 130.46 277.25 138.63 2. Dana Desa 1,957.49 1,173.99 2,088.40 1,251.95 Surplus / Defisit (14,290.74) (3,678.15) (11,057.57) (7,527.91)

Sumber : MEBE Apl i ka s i , SIMTRADA Apl i ka s i , LKBUN Ka nwi l DJPb Prov. La mpung (da ta di ol a h)

Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2017 dan Tahun 2018

Tahun 2017 Tahun 2018

Uraian

Dalam Miliar Rupiah

26 22 16 371 257 293 160 112 167 222 150 167 -50,00 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00

Jan Feb Maret April Mei Juni

M ili ar R up ia h

Grafik II.1. Realisasi Penerimaan PPh Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Lampung Tahun 2018

Provinsi Lampung Kab.Pringsewu Kab. Tanggamus Kab.Lampung Selatan Kab. Pesawaran Kota Bandar Lampung Kab.Lampung Timur Kab. Lampung Tengah Kota Metro Kab. Pesisir Barat Kab. Lampung Barat Kab. Tulang Bawang Kab. Tulang Bawang Barat Kab. Mesuji Kab. Way Kanan Kab. Lampung Utara

(17)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 7

pembayaran masa. Walaupun kinerja ini dapat ditingkatkan lagi, dikarenakan sampai dengan 30 Juni 2018, realiasi baru maencapai 17,27% dari target yang hendak dicapai pada tahun 2018.

b). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN sampai Triwulan II 2018, menurun signifikan 14,07% dibandingkan tri-wulan II 2017 menjadi Rp983,45 miliar. Penurunan di pertengahan tahun yang terjadi pada tahun ini memberikan sinyal kurang baik bagi

pencapaian target PPN. Hal ini disebabkan pembayaran di sektor perdagangan khususnya hasil bumi belum secara maksimal ditingkatkan. Masih menjadi tugas bagi pemerintah dalam menggali potensi pajak yang ada khususnya dalam potensi pedagang pengumpul.

c). Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Penerimaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Provinsi Lampung mengalami penurunan yang sangat signifikan pada triwulan II 2018 jika dibandingkan dengan tahun 2017 pada triwulan yang sama. Pada tahun 2017 mencapai Rp6,55 miliar, sedangkan pada

tahun 2018 hanya sebesar Rp458,40 juta. Hal ini ternyata disebabkan oleh penurunan konsumsi atas barang mewah.

d). Penerimaan Cukai

Pendapatan Cukai pada triwulan II 2018 sebesar Rp199,2 juta, lebih rendah 50,7% dibandingkan tahun 2017 pada triwulan yang sama yang mencapai Rp404,03

(10,00) (8,00) (6,00) (4,00) (2,00) -2,00 4,00 6,00

Jan Feb Maret April Mei Juni

M ili ar R upi ah Grafik II.3.

Realisasi Penerimaan PPnBM Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Lampung Tahun 2018

Provinsi Lampung Kab.Pringsewu Kab. Tanggamus Kab.Lampung Selatan Kab. Pesawaran Kota Bandar Lampung Kab.Lampung Timur Kab. Lampung Tengah Kota Metro Kab. Pesisir Barat Kab. Lampung Barat Kab. Tulang Bawang Kab. Tulang Bawang Barat

Sumber : Data Kanwil Pajak Bengkulu dan Lampung (diolah)

-500 1.000 1.500 2.000 2015 2016 2017 2018 1.755 276 404 199 Jut a R up ia h

Grafik II.4. Perkembangan Pendapatan Cukai Triwulan I

Cukai Sumber : LKPP Kanwil DJPb Prov Lampung (data diolah)

(18)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 8

juta. Tidak terlalu berbeda dengan penerimaan cukai pada tahun-tahun sebelumnya, penerimaan cukai meliputi Penerimaan Cukai Tembakau, Penerimaan Administrasi Cukai, Cukai Ethyl Alkohol dan Penerimaan Cukai Lainnya.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Sampai dengan akhir triwulan II 2018, Pendapatan PNBP untuk Provinsi Lampung sebesar Rp419.90 miliar, meningkat 32,24% dibandingkan pada tahun 2017 di triwulan yang sama sebesar Rp317,54 miliar. Berikut adalah PNBP yang berkontribusi tertinggi atas Penerimaan PNBP lingkup Provinsi Lampung.

a. Penerimaan PNBP Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan

Pada Triwulan II Tahun 2018, Pendapatan PNBP yang memberikan kontribusi terbesar di wilayah Provinsi Lampung adalah Pendapat-an Jasa PelayPendapat-anPendapat-an

Pen-didikan. Kontribusi yang diberikan sebesar Rp195,53 miliar atau 46,57%. Pada tahun sebelumnya jasa ini menempati urutan pertama dalam memberikan kontribusi sebesar Rp132,25 miliar atau 41,65%.

b. Penerimaan PNBP Pendapatan Biaya Pendidikan

Pendapatan Biaya Pendidikan pada triwulan II 2018 menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusinya terhadapat penerimaan PNBP sebesar Rp32,95 miliar atau 7,85%. Pendapatan ini pada tahun sebelumnya menempati urutan keempat dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan PNBP sebesar Rp22,2 miliar atau 6,99% dan dimasukkan ke dalam pendapatan Uang Pendidikan.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp3,83 triliun di luar transfer ke daerah, meningkat 15,84% dibandingkan tahun

-200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 M ili ar R upi ah

Grafik II.5. Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bnatuan Sosial Lingkup

Provinsi Lampung Tahun 2018

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial

(19)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 9

2017 (Rp3,30 triliun). Kenaikan realisasi belanja pegawai (8,30%), barang (13,13%), belanja modal (35,83%) dan Belanja bantuan sosial (20,40%) yang menyebabkan kenaikan realisasi agregat tersebut. Realisasi belanja modal penyerapannya pada triwulan ini termasuk baik namun belum mencapai target nasional yaitu 45%, karena hanya menyerap 36,25% dari pagu belanja modal dan kenaikkannya hanya 35,83% dari tahun sebelumnya pada triwulan yang sama.

2.Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa hingga akhir bulan Juni 2018 di Provinsi Lampung telah terealisasi sebesar Rp11,62 triliun atau 52,08%. Tren realisasi perbulan yang terjadi terlihat bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) meningkat setiap bulannya sesuai dengan pendapatan real bagi daerahnya, walaupun sampai dengan triwulan II baru tercapai 36,37% dari target transfer Dana Bagi Hasil atau sekitar Rp290,04 miliar. Begitu pula dengan DAK Fisik terealisasi Rp303,32 miliar, dengan realisasi sekitar 12,84%.

3. Pengelolaan BLU

Di wilayah Provinsi Lampung terdapat 5 (lima) satker BLU yaitu Universitas Lampung, Poltekes Tanjung Karang, IAIN Raden Inten, dan Baristrand Lampung. Dillihat dari ketersediaan dana yang bersumber dari BLU pada tahun 2018, Universitas Lampung memiliki kemandirian tertinggi sebesar 47%

dibandingkan dengan satker BLU lainnya, walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 53,71%. Satker BLU dengan kemandirian terendah adalah Satker Bandar Udara Radin Inten Lampung yang hanya mencapai 25,08% meningkat dibandingkan 2017 yang hanya mencapai 24.89%.

4. Manajemen Investasi Pusat.

Pemerintah Pusat menggunakan instrumen pembiayaan berupa Kredit Program dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (UMi) untuk pengembangan UMKM

22,34 6,40 26,16 45,11 271,86 67,41 8,79 57,79 111,20 234,26 35,01 6,73 24,57 53,91 210,00 104,60 10,66 69,73 141,72 236,81 24,89% 42,13% 31,16% 28,86% 53,71% 25,08% 38,70% 26,06% 27,56% 47,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% -50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 Bandar Udara Radin Inten Lampung Baristrand Industri Lampung Politeknik Kesehatan Tanjung Karang UIN Raden Intan Bandar Lampung Universitas Lampung M il ia r R up ia h

Grafik II.7. Tingkat Kemandirian Satker BLU Provinsi Lampung

2017 BLU 2017 RM 2018 BLU 2018 RM 2018 Kemandirian 2017 Kemandirian

Sumber : Aplikasi MEBE (data diolah)

Janu ari Febr uari Mar et APRI L MEI JUNI Transfer DBH 0,20% 7,69% 9,50% 4,19% 13,79% 1,01% Transfer DAU 16,64% 8,36% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% Dana Insentif Daerah 0,00% 0,00% 40,53% 0,00% 9,47% 0,00% DAK Non Fisik 0,00% 8,55% 8,04% 23,70% 2,03% 12,00% DAK Fisik 0,00% 0,00% 0,00% 1,40% 8,30% 3,14% Dana Desa 0,00% 5,62% 7,54% 6,84% 6,46% 33,49% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00%

II.6. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup Provinsi Lampung Tahun 2018

(20)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 10

dan Penerusan Pinjaman (SLA). Per 30 Juni 2018, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BPD Lampung,dan Bank BRI Syariah telah menyalurkan KUR di Provinsi Lampung untuk usaha Mikro sebanyak Rp1,08 triliun untuk 69.422 debitur, Usaha Ritel sebesar Rp416,56 miliar untuk 4.487 debitur, usaha TKI sebesar Rp15,19 miliar untuk 1.153 debitur dan disalurkan Usaha Mikro (UMi) sebesar Rp1,62 miliar untuk 359 debitur. Penerusan Pinjaman yang telah disalurkan untuk Pemerintah Daerah dan BUMN, masih terdapat 5 (lima) debitur yang masih diwajibkan melakukan rekonsiliasi posisi 30 Juni 2018, dengan nilai Rp34,13 miliar. Kelima Debitur itu yaitu PDAM Kab. Lampung Barat dan Pemkab Lampung Tengah dengan status menunggu Surat Keputusan telah Lunas (Tagihan Rp0,-), sedangkan PDAM Lampung Tengah dengan tagihan Rp15,75 miliar dan PDAM Lampung Utara dengan tagihan Rp21,10 miliar dan KLP Sinar Siwo Mego dengan tagihan Rp9,20 miliar.

C. Prognosis Realisasi APBN

Prognosis realisasi Triwulan III sampai dengan triwulan IV 2018, menggunakan tren realisasi APBN yang terjadi selama 5 tahun, mulai tahun 2012 sampai dengan 2018. Komponen yang diprognosis adalah Penerimaan Perpajakan, PNBP, Belanja

Barang, Belanja Modal, Belanja Pegawai dan Transfer ke daerah dan Dana Desa. Dengan melihat tren realisasi APBN dari tahun 2012 hingga 2017, perkiraan penda-patan yang terdiri dari pendapenda-patan perpajakan dan PNBP ditetapkan oleh pemerintah masih tinggi dibandingkan kemampuan daerah tersebut, sehingga realisasi yang dicapai pada tahun 2018 sampai dengan akhir triwulan IV kemungkinan besar hanya mencapai 84,54%. Pendapatan negara diperkirakan menurun 5,94% di dorong oleh penurunan pendapatan pajak. Dari sisi pengeluaran, belanja negara diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,30% didorong oleh tren realisasi belanja barang yang tidak mencapai 90%, kecuali di tahun 2017 yang mencapai 93,62%.

(21)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELKSANAAN APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri atas pendapatan, pengeluaraan, dan pembiayaan daerah. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijakan pengeluarannya, tetapi harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak mamadai. Melainkan harus memperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan atau meningkatkan pendapatannya.

Tabel III.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi Lampung s.d Akhir Triwulan II Tahun 2017 dan Tahun 2018

Uraian Tahun 2017 Tahun 2018

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Pendapatan 27.778.660.465.284 12.619.788.756.567 29.700.323.753.147 12.802.200.451.072 PAD 4.473.472.608.160 1.725.072.233.982 5.373.885.642.246 1.680.629.939.931

Pajak daerah 3.217.674.184.035 1.264.803.473.063 3.836.913.193.856 1.238.903.350.325

Retribusi daerah 163.532.804.864 33.648.135.350 133.742.385.794 35.314.604.650

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 90.867.739.801 40.251.922.172 91.018.830.249 48.427.873.395

Lain-lain PAD yang sah 1.001.397.879.461 386.368.703.397 1.312.211.232.346 357.984.111.560

Dana Perimbangan 19.556.103.451.029 9.291.288.054.830 19.887.244.298.815 9.468.152.313.402

DBH 827.794.664.730 347.962.746.578 848.562.227.412 244.448.188.450

DAU 13.081.687.970.092 6.961.289.909.325 12.891.526.399.000 6.926.249.199.160

DAK 5.646.620.816.207 1.982.035.398.927 6.147.155.672.403 2.297.454.925.792

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.749.084.406.095 1.603.428.467.755 4.439.193.812.087 1.653.418.197.739 Belanja 28.898.163.733.432 9.830.355.822.780 31.699.106.407.873 10.312.569.658.308 Belanja Tidak Langsung 16.310.733.683.225 6.517.991.215.841 17.972.313.225.498 6.788.740.916.334

Belanja Pegawai 9.857.576.276.885 3.927.268.460.030 10.648.949.277.581 4.303.752.535.031

Belanja Bunga 30.699.630.000 6.390.139.896 69.463.333.333 13.839.152.462

Belanja Subsidi 2.000.000.000 708.749.448 4.744.844.438 926.000.000

Belanja Hibah 2.017.412.118.872 847.839.136.455 2.003.392.296.270 1.220.838.465.423

Belanja Bantuan sosial 50.329.040.000 3.862.444.800 416.849.704.845 5.079.000.000

Belanuja Lainnya 4.352.716.617.468 1.731.922.285.212 4.828.913.769.032 1.244.305.763.418

Belanja Langsung 12.587.430.050.208 3.312.364.606.939 13.726.793.182.375 3.523.828.741.973

Belanja Pegawai 1.227.961.330.094 646.474.095.913 812.019.841.418 618.037.707.064

Belanja Barang dan jasa 4.963.311.844.576 1.332.275.636.844 6.160.122.119.337 1.789.107.959.887

Belanja Modal 6.396.156.875.538 1.333.614.874.182 6.754.651.221.620 1.116.683.075.023

Surplus/(Defisit) (1.119.503.268.148) 2.789.432.933.787 (1.998.782.654.726) 2.489.630.792.764

Sumber : LRA TA 2018 Pemda se-Provinsi Lampung

Berdasarkan tabel tersebut realisasi pendapatan APBD sampai dengan triwulan II 2018 adalah Rp183 milyar meningkat dibanding dengan periode triwulan II 2017. Pendapatan Daerah terdiri dari PAD (Rp1.680 milyar) Dana Perimbangan (Rp9.468 milyar) dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah (Rp1.653 milyar). Pendapatan Pemda di Provinsi Lampung masih didominasi pendapatan transfer dari pemerintah pusat. Dapat disimpulkan bahwa ketergantungan Pemda terhadap dana transfer dari pemerintah pusat masih tinggi.

Surplus APBD semester II 2018 lingkup Provinsi Lampung turun Rp300 milyar dari Rp2,789 milyar menjadi Rp2.489 milyar. Penurunan tersebut akibat meningkatnya

(22)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 12

realisasi belanja triwulan II 2018 (Rp10.312 milyar) dibandingkan dengan realisasi triwulan II 2017 (Rp9,830 triliun). Realisasi belanja modal triwulan II 2018 (Rp1.116 milyar) menurun bila dibandingkan dengan realisasi triwulan II 2017 (Rp1.333 milyar). Penurunan tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemda karena bisa berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Lampung.

A. Pendapatan Daerah

Berdasarkan

grafik

III.1

pendapatan

daerah

di

Provinsi

Lampung

terdiri

PAD, Dana Perimbangan

dan Lain-lain Pendapatan

Yang

Sah.

Berdasarkan

kontribusi per komponen, pendapatan daerah masih di dominasi oleh

penerimaan Dana Perimbangan sedangkan pendapatan diluar Dana

Perimbangan kontribusinya masih tergolong rendah.

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi pajak daerah di Provinsi Lampung menurun -2% menjadi Rp1.238,903 milyar dibanding dengan triwulan II 2017. Penyebabnya karena menurunya realisasi penerimaan pajak daerah di Provinsi Lampung. Secara nominal, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kota Metro mencetak penerimaan pajak daerah tertinggi yaitu masing-masing Rp8,437 milyar, Rp10,103 milyar, Rp4,371 milyar dan Rp8,414 milyar. Dalam konteks penerimaan relatif Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan penerimaan pajak daerah terbesar (Rp.155.772,27 perkapita), merupakan satu-satunya daerah dengan pajak daerah per kapita di atas agregat Provinsi Lampung (Rp.113.428,9 perkapita).

(23)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 13

b. Penerimaan Retribusi Daerah

Pendapatan retribusi sebagai salah satu komponen PAD, realisasinya tidak terlalu besar namun dalam dua tahun terakhir menggam-barkan progres Pemda dalam menggali potensi penerimaan daerah diluar dana perimbangan. Penerimaan retribusi per semester II 2018 mencapai Rp35,314 milyar, naik 5% dibanding realisasi triwulan II 2017. Kenaikan tersebut didorong oleh naiknya pene-rimaan retribusi di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Barat yang cukup signifikan.

c. Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Realisasi penerimaan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan sampai dengan triwulan II 2018 adalah Rp48,427 milyar, naik 20,3% dibandingkan realisasi triwulan II 2017. Keniakan tersebut didorong oleh naiknya penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan dari Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang dan Kota Bandar Lampung.

2. Pendapatan Transfer

Penerimaan dana perimbangan semester II 2018 Rp9.468 milyar naik 1,9% dibandingkan triwulan II 2016. Dilihat dari komposisinya, penerimaan transfer Dana Alokasi Umum (Rp6.926 milyar), Dana Alokasi Khusus (Rp2.297 milyar) dan Dana Bagi Hasil (Rp244 milyar). DAK mendapat porsi yang signifikan sejalan dengan kebijakan transfer berbasis kinerja dimana penyaluran dana disesuaikan dengan perkembangan pelaksana-annya. Kontribusi dana transfer terhadap total pendapatan daerah di wilayah Provinsi Lampung masih diatas 50%, hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah daerah masih sangat

(24)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 14

tergantung dengan dana transfer dalam mendanai APBD-nya. Kapasitas penerimaan transfer relatif tertinggi adalah Kota Metro (Rp1.985.592,- perkapita), Kabupaten Pesisir Barat (Rp1.650.863,- perkapita) dan Kabupaten Lampung Barat (Rp1.387.331,- perkapita).

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Penerimaan Lain-lain pendapatan yang sah di Provinsi Lampung sebesar Rp1.653 milyar, penerimaan dana penyesuaian dan otonomi khusus merupakan penyumbang terbesar (Rp1.037 milyar). Secara keseluruhan, realisasi lain-lain pendapatan yang sah semester II 2018 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan realisasi triwulan II 2017.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Tabel III.2 Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal Lingkup Provinsi Lampung s.d Triwulan II Tahun 2018

Jenis Belanja Pagu 2018 Realisasi Triwulan II 2018

Realisasi Triwulan II 2018 (%) Realisasi s.d Triwulan II 2017 Realisasi (%) Belanja Pegawai 11,460,969,118,999 4,921,790,242,095 42.94% 4,573,742,555,943 7.61% Belanja Barang 6,160,122,119,337 1,789,107,959,887 29.04% 1,332,275,636,844 34.29% Belanja Modal 6,754,651,221,620 1,116,683,075,023 16.53% 1,333,614,874,182 -16.27% Belanja Hibah 2,003,392,296,270 1,220,838,465,423 60.94% 847,839,136,455 43.99% Belanja Lainnya 5,319,971,651,647 1,264,149,915,880 23.76% 1,742,883,619,356 -27.47% JUMLAH 31,699,106,407,873 10,312,569,658,308 32.53% 9,830,355,822,780 4.91%

Sumber : LRA Pemda se-Provinsi Lampung

Realisasi belanja pegawai triwulan II 2018 naik 7,61% bila dibandingkan dengan realisasi triwulan II 2017, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13 dan tunjangan hari raya bagi PNSD pada bulann Juni 2018. Belanja modal triwulan II 2018 juga menurun -16,27% dibandingkan dengan realisasi triwulan II 2017. Penurunan tersebut akibat rendahnya penyerapan belanja modal pada triwulan II 2018. Realisasi belanja barang triwulan II 2018 naik bila dibandingkan dengan triwulan II 2017 yaitu 34,29%, kenaikan tersebut karena penyerapan belanja hibah yang tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017.

(25)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 15

APBD wilayah Provinsi Lampung digunakan untuk membiayai empat puluh enam urusan antara lain urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, dan lain lain. Secara agregat, urusan pendidikan mendapatkan alokasi 27,80%, urusan keuangan 22,18%, urusan pemerintahan umum 18,86%, urusan kesehatan 11,04% dan urusan pertanian 1,61% dari total APBD. Dilihat dari klasifikasi urusan, kebijakan pemerintah daerah wilayah Provinsi Lampung lebih menitikberatkan pada pelayanan masyarakat, pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, dan pembangunan infrastruktur untuk menunjang perekonomian di wilayah Provinsi Lampung.

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun Anggaran 2018

Dalam melakukan perkiraan realisasi APBD wilayah Provinsi Lampung telah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, perkembangan indikator ekonomi makro dan kebijakan fiskal yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Perkiraan realisasi APBD sampai dengan triwulan IV 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel III.3. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Lampung s.d Triwulan IV Tahun 2018

Dalam Rupiah

Uraian Pagu 2018 Realisasi Triwulan II 2018 Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV 2018

Rp % Rp %

PENDAPATAN 29.700.323.753.147 12.802.200.451.072 43,10% 27.589.289.029.231 94,04%

BELANJA 31.699.106.407.873 10.312.569.658.308 32,53% 27.804.707.033.208 87,71%

DEFISIT (1.998.782.654.726) 2.489.630.792.764 (215.418.003.977)

Sumber : LRA Pemda se-Provinsi Lampung

Dengan memperhitungkan rata-rata persentase penambahan realisasi dari triwulan I hingga akhir tahun sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 pada masing-masing jenis pendapatan dan realisasi pendapatan maka pada akhir tahun 2018 pendapatan diperkirakan akan mencapai ±Rp27,59 triliun sedangkan realisasi belanja diproyeksikan mencapai ±Rp27,80 triliun.

(26)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 16

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. LKPK Tingkat Wilayah Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung periode triwulan II tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel VI.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Lampung Triwulan II Tahun 2018 (dalam jutaan)

Uraian 2017 2018

Konsolidasian Pusat Daerah Konsolidasian Kenaikan Pendapatan Negara 5.606.895,85 4.084.989,90 12.507.390,95 5.435.734,71 -3,05%

Pendapatan Perpajakan 4.379.527,18 3.665.084,90 1.237.670,14 4.902.755,04 11,95%

Pendapatan Bukan Pajak 1.177.524,83 419.905,00 637.029,11 454.982,30 -61,36%

Hibah 49.843,84 0,00 77.997,37 77.997,37 56,48% Transfer - - 10.554.694,33 - - Belanja Negara 13.218.439,26 15.958.056,56 9.912.270,56 14.910.578,70 12,80% Belanja Pemerintah 12.205.054,39 4.337.061,72 8.867.799,65 13.204.861,37 8,19% Transfer 1.013.384,87 11.620.994,84 1.044.470,91 1.705.717,33 68,32% Surplus/(Defisit) -7.611.543,41 -11.873.066,66 2.595.120,39 -9.474.843,99 24,48% Pembiayaan 317.774,68 0,00 305.570,61 305.570,61 -3,84%

Penerimaan Pembiayaan Daerah 370.771,25 0,00 370.233,71 370.233,71 -0,14%

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 52.996,57 0,00 64.663,10 64.663,10 22,01%

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran -7.293.768,73 -11.873.066,66 2.900.691,00 -9.169.273,38 25,71%

* Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.

Sumber : LKPK Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Pemerintah Umum (General Goverment Revenue) atau Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Berdasarkan grafik VI.1, Pendapatan Konsolidasian triwulan II 2018 adalah Rp5.435 milyar yang meliputi Pendapatan Perpajakan Rp4.902 milyar, Pendapatan Bukan

(27)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 17

Pajak Rp454 milyar dan Pendapatan Hibah Rp77 milyar. Pendapatan Konsolidasian triwulan II 2018 menurun 3,05% dibandingkan dengan triwulan II 2017. Setelah dieliminasi penerimaanya Rp5.606 milyar. Total penerimaan perpajakan konsolidasian triwulan II 2018 naik 11,95% dibandingkan dengan triwulan II 2017. 2. Analisis Perubahan Total pendapatan konsolidasian triwulan II 2018 menurun 3,05% dibandingkan dengan triwulan II 2016. Penurunan tersebut terjadi akibat rendahnya penerimaan pendapatan bukan pajak yang hanya mencapai Rp454.982,30 milyar (turun 61,36% dibandingkan dengan triwulan II 2017).

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi

pendapatan konsolidasian.

Tabel IV.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2017 dan 2018 (dalam juta)

Uraian Realisasi 2017 Kenaikan Realisasi 2018 Kenaikan

Penerimaan Perpajakan 4.379.527,18 11,92% 4.902.755,04 11,95%

PNBP 1.177.524,83 8,50% 454.982,30 -61,36%

Total 5.557.052,01 5.357.737,34

PDRB/Pertumbuhan Ekonomi 78,25 T 5,03% 84,93 T 4,53%

Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi Lampung

PDRB Provinsi Lampung tahun 2017 terealisasi sebesar Rp78,25 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 5,03%, sedangkan tahun 2018 terealisasi Rp84,93 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 4,53%. Berdasarkan data tersebut, di Provinsi Lampung masih terdapat potensi penerimaan yang belum dioptimalkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Secara umum

(28)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 18

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung berpengaruh positif terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.

C. Belanja Konsolidasian

Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi). Secara agregat belanja konsolidasian triwulan II 2018 naik 12,80% dibanding dengan periode triwulan II 2017.

Berdasarkan jenis belanja, belanja operasional masih didominasi oleh pegawai dan belanja barang. Sedangkan porsi belanja modal jumlahnya lebih kecil dibanding dengan porsi belanja pegawai dan belanja barang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung maka belanja/pengeluaran lebih difokuskan pada jenis program atau kegiatan yang mampu memberikan dampak langsung terhadap perekonomian (stimulus ekonomi).

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Nilai PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran yaitu: Y = C + I + G + (X-M)

Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Lampung Triwulan III Tahun 2017:

Gambar IV.1

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Lampung Triwulan II Tahun 2018

Transaksi yang mempengaruhi kekayaan netto

(29)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 19 a. Pajak 4.902.755.041.800 b. Kontribusi social 0 c. Hibah 77.997.372.900 d. Pendapatan lain 454.982.299.570 Beban 14.910.578.702.096 a. Kompensasi Pegawai 6.410.633.903.207

b. Penggunaan Barang dan Jasa 3.275.293.680.265

c. Konsumsi Aset Tetap

2.266.826.617.878 d. Bunga 13.839.152.462 e. Subsidi 926.000.000 f. Hibah 1.219.825.205.423 g. Manfaat social 12.978.400.000 h. Beban Lainnya 1.710.255.742.861

Keseimbangan operasi bruto/netto -9.474.843.987.826

Transaksi Aset Non Keuangan Netto 0

a. Aset tetap 0 b. Persediaan 0 c. Barang berharga 0 d. Aset nonproduksi 0 Net Lending/Borrowing -9.474.843.987.826

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 305.570.609.130

a. Akuisisi Neto Aset Keuangan 370.233.709.570

- Domestik 370.233.709.570 - Luar Negeri 0 b. Keterjadian Kewajiban -64.663.100.440 - Domestik -64.663.100.440 - Luar Negeri 0

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov. Lampung

Berdasarkan Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Triwulan II 2018 di atas, Pendapatan mencapai Rp.5,44 triliun, yang terdiri dari Pendapatan Pajak sebesar Rp.4,90 triliun, Pendapatan Hibah sebesar Rp.77,00 milyar, dan Pendapatan Lainnya sebesar Rp.454,98 miliar. Beban mencapai Rp.14,91 triliun terdiri dari Kompensasi Pegawai Rp.6,41 triliun, Penggunaan Barang dan Jasa sebesar Rp.3,28 triliun, Bunga Rp.13,84 miliar, Subsidi Rp.926 juta, Hibah Rp.1,22 triliun, manfaat sosial sebesar Rp.12,98 miliar, dan Beban Lainnya Rp.1,71 triliun. Saldo Operasi Bruto/Neto (Gross/Net Operating Balance) sebesar minus Rp.9,47 triliun, yang setelah dikurangi dengan akuisisi aset non keuangan neto sebesar Rp.305,57 miliar. menghasilkan angka Pinjaman neto (net lending/borrowing) sebesar minus Rp.9,47 triliun. Pinjaman neto (Net lending/borrowing) tersebut ditutupi oleh akuisisi aset keuangan neto (net acquisition of financial assets) sebesar Rp.305,57 miliar.

(30)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 20

Kontribusi belanja pemerintah dan investasi terhadap PDRB Provinsi Lampung pada Triwulan II 2018 mengalami kenaikan sejak tahun 2015, demikian juga PDRB Provinsi Lampung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada Triwulan II 2018, PDRB mencapai Rp.58.980,56 milyar dengan kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB sebesar 25,28%, mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan II 2017 sebesar 5,35% (PDRB triwulan II 2017 Rp.55.984,87 milyar), dan kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB triwulan II 2016 sebesar 19,95% (Rp.53.301,37 milyar). Dari sisi investasi kontribusinya sebesar 0,95% pada Triwulan II 2018 terhadap PDRB, mengalami penurunan dibandingkan dengan kontribusi terhadapap PDRB pada triwulan II 2017 sebesar 2,69%. 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 2015 2016 2017 2018 14,56% 19,71% 19,95% 25,28% 1,89% 3,15% 3,64% 0,95%

Grafik IV. 1

.

Kontribusi Belanja Pemerintah dan Investasi pda PDRB Triwulan II 2018

Belanja Pemerintah Investasi Pemerintah

(31)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 21

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

Berita/Isu fiskal regional terpilih pada Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan II tahun 2018, kami menyajikan berita terkait Program Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna sebagai Program Percepatan Sinergitas Pembangunan Wilayah Pesisir Lampung dan Dampak Pilkada Lampung 2018 terhadap indikator Makroekonomi Lampung.

A. Program Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna

sebagai Program Percepatan Sinergitas Pembangunan Wilayah

Pesisir Lampung

Mewujudkan nawacita pemerintah butir ketiga yakni “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam Negara Kesatuan” dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Lampung dengan menggulirkan Program Gerbang Pelana (Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Disamping itu, melalui pemberdayaan masyarakat secara terus menerus merupakan suatu upaya dapat meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi pada masyarakat kelas bawah (grassroots). Program Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna (Gerbang Pelana) merupakan program pendamping Gerakan Membangun Desa Sai Bumi Ruwai Jurai (Gerbang Desa Saburai), yang bertujuan untuk mensinergikan pembangunan di wilayah darat dan pesisir agar tidak terjadi ketimpangan. Program tersebut merupakan upaya untuk mengoptimalkan segenap potensi SDM, SDA, Infrastruktur, kebijakan-kebijakan pusat dan derah yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, agar ikut mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif untuk mewujudkan Masyarakat Pesisir Lampung yang maju, sejahtera, dan berdaya saing.

Geografis Lampung yang memilki garis pantai sepanjang 1.105 kilometer dengan 132 pulau besar dan kecil, maka Pemerintah Provinsi Lampung menggulirkan program Gerbang Pelana difokuskan pada Masyarakat Pesisir Lampung. Pada Tahap pertama dilaksanakan pada masyarakat di Teluk Lampung. Program Gerbang Pelana bertujuan untuk mengembangkan usaha perikanan, hutan

(32)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 22

mangrove, terumbu karang, dan bahan bioaktif. Sedangkan garis pantai dikembangkan untuk kawasan pariwisata, transportasi, komunikasi, sumber energi, konservasi, sarana pendidikan untuk penelitian dan pertahanan keamanan. Program Gerbang Pelana untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada masyarakat pesisir yang belum banyak tersentuh secara terpadu, mengingat tingginya kemiskinan diwilayah pesisir karena akses pendidikan rendah, daya beli rendah, dan tingkat kesehatan juga masih rendah. Permasalahan itu terjadi karena pengelolaan dalam mengatasi permasalahan masih bersifat sektoral Instansi dan institusi bergerak secara sektoral dengan koordinasi yang lemah, peran masyarakat masih rendah, serta terbatasnya bidang infrastruktur seperti keterbatasan air bersih dan sanitasi. Permukiman tidak teratur dan cenderung kumuh, erosi pantai, sedimentasi, infiltasi air laut, dan pemanfaatan daerah pantai yang tidak sesuai dengan potensi.

Prinsip dasar dari Program Gerbang Pelana sebagai pendamping Program Desa Saburai Provinsi Lampung adalah :

1. Inisiatif, bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan harus berasal dari

usulan yang direncanakan oleh masyarakat desa sendiri.

2. Partisipatif, bahwa dalam proses pelaksanaan program/kegiatan yang

direncakanan mengedepankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif baik dalam bentuk pembiayaan, tenaga kerja, bahan material, maupun ide dan pemikiran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.

3. Demokratis, bahwa dalam penentuan kegiatan yang akan direncanakan

ditentukan dan diputuskan secara bersama baik di tingkat Desa maupun pada tingkat Kecamatan.

4. Manfaat, bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dapat bermanfaat

bagi kepentingan msayarakat di wilayah Desanya.

5. Gotong Royong, bahwa pelaksanaan kegiatan yang direncanakan mampu

mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat.

6. Berkelanjutan, bahwa kegiatan yang dilaksanakan dapat dipelihara, dan

dilestarikan oleh masyarakat itu sendiri.

7. Pemberdayaan, bahwa kegiatan yang dilaksanakan dapat memberdayakan

seluruh potensi masyarakat Desa sasaran. (petunjuk Teknis Operasional (PTO)Lampung)

(33)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 23

Sebagai salah satu program unggulan Pemprov Lampung outputnya adalah memperpendek rentang kemiskinan yang terjadi dimasyarakat di Lampung antara masyarakat (pesisir dan darat). Strategi yang dikembangkan adalah dengan menggabungkan antara perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat dan perencanaan pembangunan pemerintah daerah provinsi yang diimplemetasikan melalui sinkronisasi upaya-upaya penangulangan kemiskinan di Provinsi Lampung. Lebih lanjut Program ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, menyatukan program-program kegiatan, mengembangkan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan untuk masyarakat pesisir di Lampung. Pada akhirnya program tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam sehingga terwujud “Pesisir Lampung Terbangun Optimal, Terpadu dan Berkelanjutan bagi Kesejahteraan Masyarakat Lampung”

B. Dampak Pilkada Lampung 2018 terhadap Indikator Makro Ekonomi Lampung

Dinamika demokrasi yang terjadi di Lampung yang ditandai dengan pelaksanaan Pilkada Lampung yang merupakan hajatan domokrasi besar bagi masyarakat Lampung yang tentunya berdampak secara politik dan ekonomi, mengingat besarnya biaya politik, dana penyelenggaraan kampanye, serta peningkatan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kampanye turut memberikan pengaruh pada perekonomian di Lampung.

Pada tanggal 27 Juni 2018, Lampung melangsungkan Pemilihan Kepala Daerah yang diikuti oleh empat pasangan calon kepala daerah yaitu nomor urut satu pasangan petahana Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, paslon urut dua Herman HN-Sutono, paslon urut tiga Arinal Djunaidi-Chusnuniah, paslon urut empat Mustafa-Ahmad Jajuli. Daftar pemilih tetap yang tercatat di KPU Provinsi Lampung 6.087.813 orang.

Biaya yang dialokasikan dalam penyelenggaran Pilkada Lampung oleh Pemerintah Provinsi Lampung sebesar Rp360,432 miliar yang ditandai dengan dengan menandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) oleh Pemda Provinsi Lampung ke KPU Lampung. Dana Hibah ini disalurkan dalam dua tahap yakni pada tahun anggaran 2017 dan tahun anggaran 2018. Hibah tersebut disalurkan oleh Pemda Provinsi Lampung sebesar Rp267.932.424,- untuk KPU Provinsi dan untuk Panwaslu Lampung sebesar Rp92.501.321,- Pelaksanaan

(34)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 24

Pilkada bukan hanya terjadi dalam rangka pemilihan gubernur dan wakil gubernur saja tetapi Pilkada serentak juga dilaksanakan pada 2 kabupaten di Provinsi Lampung yaitu Lampung Utara dan Tanggamus.

Sedangkan batas maksimal penggunaan dana kampanye pilgub Lampung masing-masing paslon sebesar 72 miliar dengan rincian kegiatan/aktivitas kampanye (Rapat umum, pertemuan terbatas, tatap muka, jasa manajemen/konsultan, bahan kampanye, kegiatan lain) sebesar Rp60.438.707.500,-, alat peraga kampanye (Baliho, Umbul-umbul, dan spanduk) Rp3.881.075.400,-, bahan kampanye (selebaran, brosur, pamflet, dan poster) sebesar Rp8.074.258.400,-. Sedangkan untuk pelaksanaan pengamanan Pilkada Lampung, Polri mengalokasikan dana sebesar Rp31 miliar dengan rincian tahap I tahun 2017 dalam rangka pengamanan persiapan pilkada lampung sebesar Rp3.43 miliar, tahap II tahun 2018 pengamanan pelaksanaan pilkada lampung sebesar Rp27,544 miliar, dan tahap III pengamanan pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih sebesar Rp123,22 juta.

Besarnya biaya politik dalam pelaksanaan demokrasi pemilihan Kepala Daerah Provinsi Lampung tentunya tidak hanya berdampak terhadap aspek sosial-politik masyarakat, tetapi juga fenomena multidimensi yang berpengaruh terhadap perekenomian. Besarnya perputaran dana penyelenggaran pilkada Lampung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung. Hal ini terlihat pada triwulan II tahun 2018 ekonomi Lampung tumbuh 5,35 persen menguat dibanding tiwulan II 2017 (yoy ) sebesar 5,03 persen yang ditandai dari sisi produksi dengan penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh dalam kisaran sebesa 11,85 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q) juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,53 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,86 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi ditandai dengan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,27 persen. Sedangkan secara semester I 2018 (c to c) tumbuh 5,23 persen yang ditandai dari sisi pengeluaran yang didorong oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga sebesar 20,45 persen. Pertumbuhan konsumsi Lemabga Non-Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tersebut didorong oleh pelaksanaan pemilihan Gubernur Provinsi Lampung dan pemilihan bupati di kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Utara. Namun selain itu, peningkatan tersebut juga disebabkan adanya

(35)

Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung 25

peningkatan aktivitas keagamaan pada saat ramadhan dan lebaran sehingga Ramadhan dan perayaan Idul Fitri serta libur panjang cuti bersama menyebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga. Sedangkan pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) peningkatan terjadi juga disebabkan masih berlangsungnya pembangunan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.

Konstelasi politik Lampung yang terjadi dengan biaya demokrasi yang besar ,telah memberikan dampak bukan hanya pada sosial-politik namun juga berpengaruh terhadap perekonomian Lampung. Pemilihan Kepala Daerah di Lampung bukan hanya sekedar memilih kepala Daerah tapi memilih Pemimpin daerah yang merupakan penentu keberhasilan pembangunan Lampung selama lima tahun (2019-2024), karena pemimpin daerah harus mampu menjawab tantangan multidimensi salah satunya masalah ekonomi Lampung. Pemimpin Lampung harus mampu memperkuat struktur perekonomian Lampung agar dapat meningkatkan PDRB per kapita selama periode 2019-2024, ekonomi Lampung harus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,4%-6,4%, dengan inflasi pada kisaran 3,5 ± 1%, tingkat pengangguran 5%, tingkat kemiskinan turun 10%-12%, Gini Rasio di kisaran 0,30-0,32, serta dengan indek pembangunan manusia (IPM) pada angka minimal 70. Tantangan terbesar Lampung agar tidak terjebak ke dalam middle income trap (MIT) maka pemimpin Lampung harus bertekad dengan visi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lampung minimal 6% selama periode 2019-2024. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut maka pemimpin Lampung mesti inovatif, memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, dan mampu secara kreatif mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, agroindustri, industri manufaktur, pariwisata, dan ekonomi digital. Harapan masyarakat Lampung tentu saja bahwa biaya penyelenggaraan pilkada Lampung yang telah di keluarkan sebanding dengan diperolehnya Pemimpin dengan Kapabilitas dan Integritas yang tinggi untuk menghadapi tantangan yang multidimensi sepanjang tahun 2019-2024.

Gambar

Grafik  III.5.  Rasio Dana Perimbangan Terhadap Pendapatan Daerah
Tabel  II.1.  Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d
Grafik  I.3 Tingkat Inflasi Provinsi  Lampung dan Nasional Tahun 2018
Grafik I.7 Gini Ratio Provinsi  Lampung dan Nasional 2017 dan 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi ini dipilih dan digunakan dalam penelitian ini karena perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan yang memiliki kinerja baik, kondisi keuangan, prospek pertumbuhan dan

Eklektisme tersebut tampak pada digunakannya beberapa gaya arsitektur dalam bangunan Gereja Paulus, yaitu gaya Arsitektur Gotik, Arts and crafts dan Art deco serta

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis

Pada bagian 2 ini berisikan Unit Kompetensi yang anda ajukan untuk dinilai/diuji kompetensi dalam rangka mendapatkan pengakuan sesuai dengan latar belakang pendidikan, pelatihan

Syarat-syarat penggunaan cek tersebut merupakan ketentuan minimal yang harus dipenuhi. Akan tetapi bank biasanya memberikan syarat tambahan. Syarat tambahan ini

Dengan adanya fitur penjadwalan on line ini member akan dimudahkan dalam mengatur jadwal latihan yang diinginkan dengan lebih tepat dan baik, waktu yang dibutuhkan untuk

Kartika, Laura., 2014, Perancangan Tata Letak dan Pengorganisasian Gudang dengan Metode Grouping dan Penerapan 5S di Toko Petruk Jepara, Skripsi, Program Studi

Seluruh proyek harus didokumentasikan dalam laporan tertulis yang tentunya menampilkan mulai dari langkah awal yakni identifikasi masalh, pendekatan-pendekatan yang