• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN MERKURI PADA TUMBUHAN

YANG BERADA DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA HULAWA KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA

Ulfiana Djunaid1, Novri Y. Kandowangko2, Marini S. Hamidun3 1)

Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo

Email: ulfianadjunaid@rocketmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang berada di Kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata kabupaten Gorontalo Utara serta mengetahui tumbuhan apa saja yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan data awal atau sampel pada penelitian ini menggunakan metode survei dan teknik random

sampling, kemudian sampel dibawa ke Balai Riset Dan Standardisasi Industri

Manado (BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg). Berdasarkan hasil analisis pada penelitian menunjukkan bahwa di Kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata kabupaten Gorontalo Utara, tidak terdapat tumbuhan hiperakumulator dan terdapat 12 tumbuhan hipertoleransi. Kandungan merkuri Fimbristylis miliacea mampu menyerap logam yaitu 0,43 ppm, Davalia

denticulate yaitu 0,30 ppm, Cassia torra L yaitu 0,28 ppm, Melastoma malabathricum yaitu 0,28 ppm, Paspalum conjugatum yaitu 0,21 ppm, Hyptis capitata yaitu 0,21 ppm, Solanum torvum yaitu 0,20 ppm, Amaranthus spinosus L

yaitu 0,20 ppm , Ludwigia octovalvis 0,14 ppm, Nephrolepis exaltata yaitu 0,06 ppm, Ageratum conyzoides L yaitu 0,06 ppm, dan Kyllinga erecta schum yaitu 0,04 ppm.

Kata kunci: Merkuri, Tumbuhan Hiperakumulator, Tumbuhan Hipertoleransi.

PENDAHULUAN

Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan biasanya membentuk mineral sinabar atau mercuri sulfida (HgS) (Chamid dkk,2005). Merkuri atau Hydragium (Hg) yang berarti cairan perak adalah jenis logam sangat berat berbentuk cair pada temperature kamar, berwarna putih –keperakkan, memiliki sifat konduktor yang cukup baik, membeku pada temperatur -39 0C dan mendidih pada temperatur 357 0.C (Setiabudi,2005).

(2)

Merkuri dan turunannya diketahui sangat beracun sehingga keberadaannya di lingkungan khususnya perairan dapat mengakibatkan banyak kerugian berupa pencemaran lingkungan dan keracunan logam berat pada manusia. Sesuai dengan sifatnya sebagai logam beracun, merkuri dapat mengakibatkan keracunan akut dan kronis pada manusia yaitu rusaknya keseimbangan, tidak bisa berkonsentrasi, tuli,dan berbagai gangguan lainnya seperti yang terjadi pada kasus minamata (Sismanto dkk, 2007). Berbagai aktifitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri misalnya aktifitas penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara.

Aktifitas penambangan emas di Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara masih dilakukan secara tradisional. Sampai saat ini terdapat 12 unit tromol yang masih aktif. Merkuri yang biasa digunakan untuk mengolah bahan galian tambang yaitu ½ kg/ 120 kg bahan yang akan diolah. Hasil galian berupa batuan diolah menggunakan merkuri melalui proses amalgamasi. Proses amalgamasi adalah memisahkan biji atau butiran emas yang masih tercampur dengan komponen lain (Widodo,2008). Dimana, merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam dan sebagian hilang dalam proses.. Kegiatan penambangan di desa ini berlangsung di lingkungan rumah penduduk setempat, sedangkan limbahnya dibuang langsung ke sungai dan disekitar tempat pengolahan emas yaitu di sekitar rumah penduduk setempat. Jika limbah tidak dikelola dengan benar maka akan berpotensi sebagai polutan, tidak adanya vegetasi yang tumbuh, serta meningkatnya erosi tanah.

Kondisi ini membutuhkan penanganan yang serius karena dengan semakin meningkatnya pencemaran tanah yang umumnya berakibat pada pencemaran air tanah maka upaya untuk meminimalisir hal tersebut perlu dilakukan remediasi. Salah satu teknologi remediasi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan tumbuhan. Pada lahan yang mempunyai kandungan logam cukup tinggi diperlukan jenis tumbuhan yang mampu menurunkan akumulasi logam sehingga kualitas lingkungan

(3)

meningkat. Beberapa jenis tumbuhan menunjukkan reaksi positif namun ada pula yang memberikan reaksi sedikit atau tidak sama sekali terhadap proses remediasi, hal ini terkait dengan karakteristik tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang cocok digunakan adalah tumbuhan yang mampu tumbuh dalam lingkungan yang mengandung polutan.

Terdapat lebih dari 400 jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai kemampuan hiperakumulator termasuk anggota family Asteraceae, Brassicaceae,

Caryohypylaceae, Cunouniaceae,Fabaceae, Flacourtiaceae, Lamiaceae, Poaceae, Violaceae, dan Euphorbiaceae. Famili yang paling banyak dijumpai sebagai

hiperakumulator adalah Brassicaceae, yang mampu mengakumulasikan lebih dari satu jenis logam. Thlaspi caerulescens merupakan salah satu jenis dari family Brassicaceae sudah dibuktikan mampu mengakumulasi logam Zn, Pb, Cd, Ni, Cr dan Co (Gratao dkk,2005 dalam Widyati,2011).

Tumbuhan dikatakan bersifat hiperakumulator apabila mampu menyerap logam dengan konsentrasi tinggi dan dapat menyerap logam berat sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.misalnya logam merkuri (Hg) mampu mengakumulasi sebesar 10 mg/kg berat kering. Hiperakumulator merupakan spesies tumbuhan yang mampu mengakumulasi satu atau lebih elemen organik seratus kali lipat lebih tinggi dari spesies lain yang tumbuh dalam kondisi yang sama (Pilon,2005, dalam Yanuarti, 2010). Selain tergolong hiperakumulator ada juga tumbuhan yang bersifat hipertoleransi yaitu, tumbuhan yang mampu bertahan hidup pada limbah yang banyak terkontaminasi zat-zat beracun dan tidak memperlihatkan tanda-tanda kerusakan atau keracunan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Pasolo Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara dan di Laboratorim Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bersifat deskiptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode survey dan teknik yang digunakan adalah teknik random sampling, untuk

(4)

mengetahui tumbuhan apa saja yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi, serta mengetahui kandungan merkuri (Hg).

Populasi dalam penelitian ini adalah Jenis-jenis tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, dan pemilihan sampel secara acak menyebabkan peneliti mempunyai cara objektif untuk memilih Jenis tumbuhan yang akan dianalisis kandungan merkuri (Hg). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua . tetapi , jika jumlah subjeknya besar, maka sampel yang dapat diteliti antara 10% - 15% atau 20% - 25 %. Parameter yang diamati adalah kandungan merkuri (Hg) yang terdapat pada tumbuhan yang akan dianalisis.

Data sekunder pada penelitian ini yaitu Data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara, hasil analisis kandungan merkuri pada tumbuhan yang diperoleh dari Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado, dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Data primer berupa Sampel tumbuhan hiperakumulator yang ditemukan di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, dan sampel tumbuhan hiperatoleransi yang ditemukan di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara.

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel yang diambil dari lokasi pembuangan limbah. Sampel yang diambil adalah semua jenis tumbuhan yang spesiesnya berbeda yang di pilih berdasarkan tekhnik random

sampling. Kenudian sampel dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri

Gorontalo untuk dibersihkan menggunakan aquadest, dipotong kecil-kecil,selanjutnya memasukkan bobot basahnya ke dalam oven pada suhu 40 0C sampai mendapatkan berat konstan. Kemudian ditimbang kembali bobot kering tumbuhan lalu dihaluskan. Setelah itu dibawa ke Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg). Analisis tumbuhan dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado menggunakan atomic absorption

(5)

spectrophotometer (AAS) Simatzu tipe AA 6300. Hasil analisis yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dideskripsikan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL

Tumbuhan Yang bersifat hipertoleran dan hiperakumulator di Kawasan Penambangan emas desa Hulawa

Berikut ini merupakan spesies tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebagai berikut

Tabel 1 : spesies tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Hulawa.

Data Primer 2013

Kandungan merkuri pada tumbuhan yang bersifat hipertoleransi dan hiperakumulator di Kawasan Penambangan Emas Desa Hulawa

Analisis penelitian yang dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND), menggunakan metode pengujian Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) Shimatzu AA-6300, SNI.06-2462-1991. Sampel yang di

No Nama Lokal tumbuhan Nama Latin tumbuhan

1 Paku tertutup Davalia denticulate

2 Senduduk Melastoma malabathricum

3 Rumput Bola bumi Fimbristylis miliacea

4 Rumput Babawagan Kyllinga erecta schum

5 Bandotan Ageratum conyzoides L

6 Rumput jukut pahit Paspalum conjugatum

7 Ketepeng kecil Cassia tora L

8 Paku gunung Nephrolepis exaltata

9 Simambu Hyptis capitata

10 Cacabean Ludwigia octovalvis

11 Bayam duri Amaranthus spinosus L

(6)

analisis yaitu tumbuhan yang diambil langsung dari limbah penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo utara seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel.2.Kandungan Merkuri Pada Tumbuhan Yang Berada Di Kawasan Penambangan Emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa kandungan merkuri paling tinggi di kawasan penambangan emas desa Hulawa yaitu tumbuhan

Fimbristylis miliacea yang mampu mengakumulasi merkuri hingga 0,43 ppm

sedangkan akumulasi logam paling rendah yaitu pada tumbuhan Kyllinga erecta

schum yang mampu mengakumulasi logam merkuri 0,04 ppm. Akan tetapi

kandungan merkuri tertinggi yang terdapat pada spesies Fimbristylis miliacea tidak bisa dikategorikan ke dalam tumbuhan hiperakumulator. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardiani, (2008) bahwa sebagai acuan tanaman bersifat hiperakumulator apabila tumbuhan mampu mengakumulasi merkuri (Hg) sebesar ≥10 mg/kg berat kering. Dengan demikian semua tumbuhan yang dianalisis bersifat hipertolen. Karena mampu tumbuh pada kawasan penambangan emas yang sudah terkontaminasi logam

No Sampel Tumbuhan Kandungan Merkuri (ppm)

1 Fimbristylis miliacea 0,43 ppm 2 Davalia denticulate 0,30 ppm 3 Cassia torra L 0,28 ppm 4 Melastoma malabathricum 0,28 ppm 5 Solanum torvum 0,25 ppm 6 Paspalum conjugatum 0,21 ppm 7 Hyptis capitata 0,21 ppm 8 Amaranthus spinosus 0,20 ppm 9 Ludwigia octovalvis 0,14 ppm 10 Nephrolepis exaltata 0,06 ppm 11 Ageratum conyzoides L 0,05 ppm

(7)

merkuri tanpa memperlihatkan tanda-tanda keracunan dan hanya mampu mengakumulasi logam merkuri ≤ 10 mg/kg . Hal ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Widyati (2009) bahwa tanaman dikategorikan tumbuhan hipertoleransi apabila mampu tumbuh pada tanah dengan kandungan logam tinggi tanpa terganggu pertumbuhannya.

HASIL

Penambang emas yang ada di Dusun Pasolo Kecamatan Sumalata menggunakan merkuri pada proses amalgamasi. Merkuri yang digunakan dalam amalgamasi adalah merkuri metal (Hg0). Lestarisa (2010) menjelaskan bahwa Merkuri metal (Hg0) merupakan logam berwama putih, berkilau. Merkuri metal pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan dan banyak digunakan untuk pemurnian emas. Merkuri dan turunannya telah lama diketahui sangat beracun. disebutkan dalam Inswiasri (2008) bahwa merkuri di alam umumnya terdapat sebagai metil merkuri (CH3-Hg), yaitu bentuk senyawa organik dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Merkuri yang dapat diakumulasi adalah merkuri yang bentuk metil merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan atau kerang-kerangan, dan juga merupakan racun bagi manusia.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa semua spesies tumbuhan dapat dikategorikan hipertoleran karena hanya mampu mengakumulasi ≤ 10 mg/kg berat kering. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adanya penyerapan logam berat oleh tumbuhan yaitu Umur tumbuhan . Seperti yang dikatakan oleh Widyawati (2011), bahwa umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar, menentukan banyaknya serapan logam oleh tanaman tersebut. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Darmono (1995) dalam Ashraf dkk (2010), bahwa kandungan logam dalam sedimen sangat berpengaruh terhadap kandungan logam dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan logam yang tinggi atau rendah pada jaringan tumbuhan akan mencerminkan kandungan logam dalam sedimen. Namun pada penelitian ini

(8)

tidak diketahui umur dari masing-masing tanaman yang dianalisis sehingga dapat mempengaruhi besarnya akumulasi logam pada tanaman..

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi sedikitnya kandungan merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang dianalisis adalah adanya sistem Perakaran dan kedalaman akar. Sistem perakaran serabut yang tersebar di dalam tanah memungkinkan terjadi kontak maksimum dengan tanah karena besarnya luasan akar. Setiap jenis tumbuhan memiliki kedalam akar yang berbeda-beda. Kedalaman akar tanaman dalam meremidiasi lahan tercemar adalah 30-60 cm karena sangat efektif dalam meremidiasi lahan tercemar logam berat. Salah satu contoh tumbuhan yang memiliki tipe perakaran serabut dan kedalaman akar mencapai 30 cm adalah tumbuhan Paspalum conjugatum. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Laradju (2013) bahwa Akar Jukut Pahit merupakan akar serabut (radix adventica) yang halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) mencapai 30 cm di dalam tanah. Selain itu, akar terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung akar (calyptra). Sehingga termasuk dalam Kriteria tumbuhan hiperakumulator. Namun, dari analisis yang diperoleh tumbuhan Paspalum conjugatum hanya tergolong tumbuhan hipertoleran karena hanya mampu mengakumulasi logam ≤ 10 mg/kg berat kering.

Akar adalah organ pertama dan lebih lama bersentuhan dengan limbah padat mengandung merkuri dan biasanya mengakumulasi logam lebih banyak dari tajuk (Salt et al, 1995; Wojcik dan Tukiendorf 1999, Rout et al. 2001) dalam Schulze et

al.,(2005). Menurut Gosh dan Singh (2005) bahwa dalam menyerap logam berat

tumbuhan membentuk suatu enzim reduktase di membran akarnya yang berfungsi untuk mereduksi logam yang kemudian merkuri ditranslokasikan ke bagian lain tumbuhan melalui jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul kelat (molekul pengikat) yang selanjutnya diakumulasikan ke seluruh bagian tanaman yaitu akar, batang dan daun. Lebih lanjut menurut Rose (1994) dalam Nopriani (2011) bahwa tanaman melakukan mekanisme toleransi penting yang bersifat induktif terhadap logam berat dengan

(9)

mensintesis polipeptida pengikat logam, yaitu fitokelatin. Fitokelatin terbentuk bersama-sama dengan sintesis enzim glutathione sintetase. Fitokelatin disintesis secara enzimatis oleh fitokelatin sintase (γ-glutamylcystein dipeptidyl transpeptidase) dari glutation. Mekanisme detoksifikasi logam oleh fitokelatin menurut beberapa peneliti Rauser, (1990); Abrahamson dkk, (1992); Speiser dkk., (1992); Ow, (1993); Moffat, 1995, Wang dan Evangelou, (1995) dalam Nopriani (2011) terjadi dengan jalan fitokelatin mengikat logam yang selanjutnya akan ditransport ke dalam vakuola tanaman untuk disimpan.

Pengikatan logam oleh zat khelat terjadi melalui bulu-bulu akar dan masuk ke sistem penyerapan air dan unsur hara. Pengkhelatan merkuri oleh zat khelat dapat membentuk senyawa kompleks dan garam. Fitokelatin juga merupakan enzim sehingga ketika terjadi proses pengkhelatan, merkuri berikatan dengan gugus S (sulfur) pada asam amino fitokelatin. Senyawa kompleks dan garam yang dibentuk selanjutnya dapat diserap. Schulze dkk.,(2005).

Setelah terjadi penyerapan diakar maka selanjutnya akan ditranslokasikan kebagian organ tumbuhan yang lain melalui jaringan pengangkut secara apoplas. Pengangkutan secara apoplas ini dikarenakan zat yang akan diangkut berupa logam berat yang membutuhkan zat pendamping/khelat. Karena logam berat merkuri tidak dibutuhkan oleh tumbuhan maka dalam proses pengangkutannya berbeda dengan berbagai unsur hara seperti P, K, H, dan Mg yang pengangkutannya melalui jalur simplas. Karena bersifat apoplas maka logam berat merkuri diangkut dari luar ke dalam sel melintasi membran, namun proses ini tidak dapat berjalan dengan difusi biasa karena molekul merkuri yang besar. Sehingga melibatkan protein atau enzim untuk dapat melewati membran. Ketika melibatkan protein atau enzim maka dengan menggunakan ATP, proton dapat dipompa keluar membran menuju daerah apoplas sehingga terjadi perbedaan konsentrasi proton antara di dalam dan di luar membran, kemudian energi dari gradien proton dimanfaatkan untuk menggerakkan ion merkuri ke dalam sel yang selanjutnya ion akan masuk ke dalam sitoplasma dan akhirnya diakumulasi didalam vakuola (Hamim,2007).

(10)

Selain itu pula tidak ditemukan adanya tumbuhan bersifat hiperakumulator disebabkan oleh adanya penggunaan merkuri yang sedikit oleh para penambang emas untuk proses amalgamasi yaitu ½ kg untuk masing-masing tromol. Sehingga jumlah merkuri yang terbuang hanya sedikit.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian spesies tumbuhan yang bersifat toleransi adalah spesies tumbuhan Fimbristylis miliacea, Davalia denticulate, Cassia torra L,

Melastoma malabathricum, Paspalum conjugatum, Hyptis capitata, Solanum torvum, Amaranthus spinosus, Ludwigia octovalvis, Nephrolepis exaltata, Ageratum conyzoides L, Kyllinga erecta schum.

Kandungan merkuri pada tumbuhan yang diambil langsung dari limbah penambangan emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu pada tumbuhan Fimbristylis miliacea yang mampu menyerap logam yaitu 0,43 ppm, Davalia denticulate yaitu 0,30 ppm, Cassia torra L yaitu 0,28 ppm, Melastoma

malabathricum yaitu 0,28 ppm, Paspalum conjugatum yaitu 0,21 ppm, Hyptis capitata yaitu 0,21 ppm, Solanum torvum yaitu 0,20 ppm, Amaranthus spinosus L

yaitu 0,20 ppm , Ludwigia octovalvis 0,14 ppm, Nephrolepis exaltata yaitu 0,06 ppm, Ageratum conyzoides L yaitu 0,06 ppm, dan Kyllinga erecta schum yaitu 0,04 ppm.

Bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini, dapat menggunakan tanaman ini unutk meneliti lebih lanjut mengenai kemampuan tumbuhan dalam meremediasi logam berat merkuri dan logam berat lain pada berbagai konsentrasi.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Chamid, Chusharini, N. Yulianita, P. Renosari. 2010. Kajian Tingkat Konsentrasi

Merkuri Pada Rambut Masyarakat Kota Bandung. Prosiding SnaPP Edisi

Eksakta.

Setiabudi,Bambang . 2005. Penyebaran Merkuri Akibat UsahaPertambangan Emas

Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta. Kolokium Hasil

Lapangan – DIM. Yogyakarta : Subdit Konservasi.

Sismanto, Luqman Hakim, Sherly Suharto dan Nur Evi Oktavianti. 2007. Remediasi

Elektrokinetik Menggunakan Elektroda 2-d Hexagonal pada Tanah Limbah Pertambangan Emas yang Mengandung Tembaga (Cu) Dan Merkuri.

Widodo, 2008. Pencemaran Air Raksa (Hg) sebagai Dampak Pengolahan Bijih Emas

di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Geologi

Indonesia. Vol: 3 (3): 139-149.

Widyati,Enni.2011. Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat

untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang.Mitra Hutan

Tanaman.Vol 6(2)(46-56).

Yanuarti,Ika Sri.2012. Seleksi Tumbuhan.Universitas Pendidikan Indonesia: Repositori.upi.edu.

Gambar

Tabel  1  :  spesies  tumbuhan  yang  berada  di  kawasan  penambangan  emas  Desa  Hulawa

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa p HVDQ LNODQ 3RQG¶V White Beauty YHUVL ³:DMDK %DUX ,QGRQHVLD´ PHQLPEXONDQ NHFHQGHUXQJDQ UHVSRQGHQ LQJLQ PHPEHOL SURGXN 3RQG¶V White Beauty didukung melalui

Berdasarkan hasil analisis filogentik menunjukan jarak 0,004 yang artinya memiliki kedekatan hubungan atau kemungkinan dari spesies yang sama. Saran untuk penelitian

Selamat, Saudari terpilih untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “ Pengaruh Pemakaian BB Cream ( Blemish Balm Cream ) terhadap Kejadian Akne

Berbagai penelitian telah mengembangkan beberapa metode dalam penilaian dampak lingkungan untuk mengidentifikasi pengukuran yang efektif dalam dampak yang terkait

Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 (y-on-y) adalah 6,04 persen. Angka ini adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB provinsi

Kopertis Wilayah X Jurnal Pemilih TPS PPS PPK KPU Catat data pemilih SSN Kartu Pemilih A Kartu pemiilih Hasil rekapitulasi per kelurahan SSN Memilih/ mencobl os SSY

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIPA MA Negeri 1 Kota Tasikmalaya sebanyak 4 kelas yang terdiri dari 161 peserta didik dan sampel yang digunakan

Kekhawatiran Pemerintah Filipina dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh MILF dan juga beberapa kelompok terorisme internasional lainnya adalah apabila paham