GAMBARAN POLA PENGASUHAN GIZI PADA ANAK BALITA
DI KECAMATAN TAPALANG KAB. MAMUJU
PROP. SULAWESI BARAT
Syarfaini ** Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal.Praktik pengasuhan dan sumber -sumbernya berbeda antar daerah karena perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang sama. Namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan dan kasih sayang adalah universal.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju yang bertujuan untuk Mmberi gambaran tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Pendapatan, Sosial Budaya serta Pola Pengasuhan Gizi. Jenis penelitian ini deskriptif, adapun sampelnya diambil secara pro-porsional random sampling dengan jumlah sampel 288 sampel dan untuk pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan kuesioner sebagai instrumen yang dibagikan kepada sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 178 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 97,8 %, sedangkan dari 110 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 57,3%. dari 157 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 96,2 %, sedangkan dari 131 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan kurang ter-dapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 65,6 %. Hasil penelitian menun-jukkan dari 224 orang tua anak balita yang memiliki pendapatan cukup terdapat yang memi-liki status pola pengasuhan baik sebanyak 89,7 %, sedangkan dari 64 orang tua anak balita yang memiliki Pendapatan kurang terdapat yang memiliki pola pengasuhan gizi anak balita baik sebanyak 56,3 %. Hasil penelitian menunjukkan dari 257 orang tua anak balita yang memiliki sosial Budaya cukup terdapat yang memiliki pola pengasuhan anak balita baik sebanyak 81,7 %, sedangkan dari 64 orang tua anak balita yang memiliki Sosial Budaya kurang terdapat yang memiliki pola pengasuhan anak balita baik sebanyak 87,1 %.
Diharapkan pada instansi yang terkait khususnya di bidang kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada orang tua anak balita, sistematis dan berkesinambungan tentang pentingnya pola pengasuhan anak balit, Dan kepada orang tua agar memberikan perhatian yang penuh kepada anak balitanny agar kelak menjadi anak yang lebih penurut dan berguna.
Kata Kunci : Pola Pengasuhan Ibu
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
PENDAHULUAN
P
engasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang diparktikan oleh pengasuh (ibu, bapak,ne-nek, atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, mem-berikan stimuli serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh-kembang. Juga termasuk di dalamnya ten-tang kasih sayang dan ten-tanggung jawab orang tua.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, yang ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh - kembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktik memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, higiene makanan, kebersihan perorangan, dan praktik psikososial adalah faktor - faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh-kembang anak.
Demikian pula faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih dii dalam rumah, bahan pangan yang tersedia untuk makanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau pengasuh lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan ibu mempraktikan pengetahuan yang dipunyainya dalam kehidupan sehari-hari, serta hubungan emosional anggotan keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat, semuanya berakumulasi dalam membentuk
kualitas tumbuh kembang anak.
Praktik pengasuhan dan sumber -sumbernya berbeda antar daerah karena perbedaan budaya, dan bahkan antar keluarga pada daerah atau budaya yang sama. Namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan dan kasih sayang adalah universal. Perubahan di dalam keluarga dapat terjadi karena urbanisasi, peningkatan peranan wanita dalam ekonomi keluarga, dan pendidikan yang lebih tinggi, yang semuanya berakibat meningkat kebutuhan akan perubahan dan adaptasi dalam praktik pengasuhan anak.
Pengaruh budaya yang mendukung interaksi antara ibu dan anak perlu dilestarikan. Perilaku eksplorasi dan learning melalui interaksi ini perlu dicermati, dan anak membutuhkan dorongan dari orang-tua untuk mengembangkan kemampuannya.
Data UNICEF tahun 1999 menunjukan, 10 -12 juta anak balita di Indonesia (4 juta diantaranya dibawah satu tahun) bersatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak. Setiap tahun diperkirakan 7 % anak balita Indonesia (sekitar 300. 000 jiwa) meninggal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita dan 170. 000 anak (60 %) diantaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4 -24 Syarfaini Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Anak Balita...
bulan yang berjumlah 4, 9 juta di Indonesia, sekitar seperempat sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Wahyuni, 2001, dalam Herwin. B. 2004).
Sesuai dengan proyeksi penduduk Indonesia yang disusun BPS, jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia mencapai 20,87 juta di tahun 2005 ini. Itu berarti ada seki-tar 1,67 juta anak balita yang menderita busung lapar. Diperkirakan jumlah anak balita yang terancam kurang gizi terus meningkat. Mengingat ada 5-6 juta bayi lahir di Indonesia dan dari jumlah itu 75%-85% berasal dari keluarga miskin.
Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%), sangat tinggi (=>30%).
Data dinas kesehatan kabupaten Mamuju menyebutkan bahwa hingga akhir Desember 2007 lalu tercatat 725 Balita yang menderita gizi buruk dari 30.899 jumlah Balita yang ada di kabupaten Mamuju yakni sebesar 9.9% (anak 6-23 bulan).
Data dari Puskesmas Tapalang menyebutkan terdapat 246 jumlah balita 0,5% yang terdapat kejadian kasus KEP
pada tahun 2008
METODE PENELITIAN
Desain dan Variabel Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberi gambaran Pola pengasuhan gizi balita di Desa Takan-deang Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju Propensi Sulawesi Barat
Variabel yang diteliti adalah Pola pengasuhan gizi sebagai variabel dependen dan pendidikan,pengetahuan,pendapatan serta sosial budaya variabel independent.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua balita yang ada di kelurahan Takandeang dengan jumlah populasi sebanyak 1152 Anak Balita Sampel adalah sebagian anak balita yang ada pada saat posyandu di ada-kan sebanyak 288 balita yang diambil secara proportional random sampling yai-tu mengambil secara acak anak balita dari masing- masing desa dan kelurahan yang telah ditentukan
Pengumpulan Data
Data primer Di peroleh dengan pemberian langsung kusioner kepada orang tua anak balita yang datang pada saat posyandu.
Untuk Data sekunder yang berkai-tan dengan penelitian di peroleh dari data instansi terkait.
Analisis Data
Data diinput dengan menggunakan
komputer dengan program SPSS versi 11.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa anak balita yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,1 %, dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 46,9 %.dan berdasarkan kelompok umur anak balita yang mempunyai Kelompok umur terting-gi 24-29 Bulan sebanyak 17,4%, dan ke-lompok umur terendah > 54 bulan sebanyak 7,6 %.
Syarfaini Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Anak Balita...
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel n(%) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 153(53,1) 135 (46,9) Kelompok umur 12 – 17 18 – 23 24 – 29 30 – 35 36 – 41 42 – 47 48 – 53 54 – 60 30 (10,4) 39 (13,5) 50 (17,4) 42 (14,6) 28 (9,7) 48 (16,7) 29 (10,1) 22 (7,6) Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan petani tertinggi sebanyak 40,3 %, dan pekerjaan PNS ter-endah sebanyak 4,2 %.Dari segi pendidi-kan menunjukpendidi-kan bahwa Orang Tua yang mempunyai pendidikan cukup sebanyak 61,8%, dan pendidikan kurang sebanyak 38,2%.
Untuk variabel pengetahuan hampir seimbang antara orang yang mempunyai pengetahuan cukup dan kurang yaitu 54,5%, dan 45,5%.Dari segi pendapatan rata-rata orang tua anak balita berada pada taraf pendapatan kurang yaitu 77,8% dan cukup sebanyak 22,2%,
Untuk variabel sosial budaya cukup sebanyak 10,8%, dan sosial budaya kurang sebanyak 89,2% Dan pola pengasuhan yang baik sebanyak 82,3 %, dan pola pengasuhan tidak baik sebanyak 17,7 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 178 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 97,8 %, sedangkan dari 110 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 57,3 %.
nam-pak bahwa orang tua anak balita yang me-miliki pengetahuan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik se-banyak 96,2 %, sedangkan dari 131 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 65,6 %.
Untuk pendapatan dari 224 orang tua anak balita yang memiliki pendapatan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 89,7 %, se-dangkan dari 64 orang tua anak balita
yang memiliki Pendapatan kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 56,3 %. Dan dari 257 orang tua anak balita yang memiliki sosial Budaya cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 81,7 %, se-dangkan dari 64 orang tua anak balita yang memiliki Sosial Budaya kurang ter-dapat yang memiliki status pola pen-gasuhan baik sebanyak 87,1 %.
Jurnal Kesehatan Volume VII No. 1/2014
Variabel n(%) Pekerjaan Petani Nelayan Wiraswasta Sopir TNI PNS 116 (40,3) 85 (29,5) 29 (10,1) 22 (7,6) 24 (8,3) 12 (4,2) Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA DIPLOMA S1 27 (9,4) 82 (28,5) 96 (33,3) 69 (24,0) 6 (2,1) 8 (2,8) Pengetahuan Cukup Kurang 157 (54,5) 131 (45,5) Pendapatan Cukup Kurang 224 (77,8) 62 (22,2) Sosial Budaya cukup Kurang 31 (10,8) 257 (89,2) Pola pengasuhan Baik Tidak Baik 237 (82,3) 51 (17,7) Tabel 2. Karakteristik Variabel yang diteliti
PEMBAHASAN
Pendidikan dengan Pola pengasuhan Gizi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana bela-jar dan proses pembelabela-jaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, keperiba-dian kecerdesan akhlak mulia, serta kete-rampilan yang diperlukan dirinya dan mas-yarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat di lihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimban-gan dan kebijaksanaan.
Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang
tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pen-didikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 178 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik se-banyak 97,8 %, sedangkan dari 110 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 57,3%, ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama Syarfaini Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Anak Balita...
Tabel 3. Distribusi pendidikan,pengetahuan,Pendapatan,sosial budaya dan Pola Pengasuhan Gizi diKecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju
Variabel
Pola Pengasuhan Gizi
Nilai p Baik Kurang n % N % Pendidikan Cukup Kurang 174 63 97,8 57,3 4 47 2,2 42,7 0.000 Pengetahuan Cukup Kurang 151 86 96,2 65,6 6 45 3,8 34,4 0.000 Pendapatan Cukup Kurang 201 36 89,7 56,3 23 28 10,3 43,8 0.000 Sosial Budaya Cukup Kurang 210 27 81,7 87,1 47 4 18,3 12,9 0.458 Sumber : Data Primer
melalui masa media terutama dalam pola pengasuhan anak, Hal serupa juga dikatakan oleh L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya .
Pengetahuan dengan Pola pengasuhan Gizi
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.(sarnaini. 2003).
Evaluasi bila seseorang telah mam-pu untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajarinya Penguku-ran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan subyek penelitian atau responden. (Bloom dalam Ngatimin, 1997).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 157 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik se-banyak 96,2 %, sedangkan dari 131 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan kurang terdapat yang memiliki status pola
pengasuhan baik sebanyak 65,6 %.ini ber-arti bahwa Tingkat pengetahuan gizi ibu yang tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap masalah gizi,yang pada akhirnya pengetahuan akan mendorong seorang ibu untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas gizi yang sesuai dengan kebutuhan.kadar gizi anak dipengaruhi oleh pengasuhnya. Se-makin banyak pengetahuan gizinya,maka seorang ibu dapat memilih dan memberi-kan mamemberi-kanan bagi balita yang dapat me-menuhi kebutuhan gizi anak balitanya baik darin segi jenis maupun jumlah kebutuhan zat gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi balita.
Pengetahuan seorang ibu dibutuh-kan dalam perawatan anaknya,terutama dalam hal pemberian dan penyediaan ma-kanannya,sehinggan seorang anak tidak menderita kekurangan gizi.kekurangan gizi juga dapat disebabkan karena [emilihan bahan makanan yang tidak benar.pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang ba-han makanan.Ketidaktahuan dapat me-nyebabkan kesalahn pemilihan dan pen-golahan makanan meskipun bahan ma-kanan tersedia.
Pendapatan dengan Pola pengasuhan Gizi
Pendapatan adalah hasil, gaji, upah imbalan yang diterima seseorang atas kegiatan yang dilakukannya. Pendapatan
akan banyak mempengaruhi. Pada kegiatan dan pola pikir termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensi dan fasilitas yang tersedia guna memenuhi kebutuhan hidup-nya (BPS, 2004).
Besar kecilnya pendapatan suatu wilayah, sangat tergantung pada sumber-sumber perekonomian yang ada di daerah itu. Dengan tidak memandang dari kepemilikan dari sumber-sumber itu. Ting-gi tingkat pendapatan masyarakat menc-erminkan status kesehatan seseorang. Masyarakat dalam suatu negara tingkat pendapatan tinggi akan lebih baik dibandingkan antara masyarakat dalam suatu negara tingkat pendapatan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan dari 224 orang tua anak balita yang memiliki pendapatan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 89,7 %, sedangkan dari 64 orang tua anak bali-ta yang memiliki Pendapabali-tan kurang terda-pat yang memiliki pola pengasuhan gizi anak balita baik sebanyak 56,3 %.ini berar-ti bahwa semakin cukup berar-tingkat pendapa-tan orang tua maka semakin baik pula ting-kat pengasuhanan gizinya, Pendapatan keluarga mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan yang tidak memadai pada keluarga dapat mengakibat-kan gizi kurang.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan M.K Bennet bahwa tingkat pendapatan akan mengakibatkan individu
cenderung meningkatkan kualitas konsum-si pangannya dengan harga yang lebih ma-hal per unit zat gizinya. Pada tingkatan pendapatan perkapita yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang be-rasal dari hidrat arang, terutama padi-padian. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan beragam, serta umumnya akan terjadi peningkatan kon-sumsi pangan yang lebih bernilai gizi ting-gi. Peningkatan pendapatan tidak hanya meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi terjadinya pening-katan konsumsi pangan diluar rumah. Oleh karena itu, setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pan-gan seluruh anggota keluarpan-ganya.
Sosial Budaya dengan Pola pengasuhan Gizi
Sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola bu-daya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Hirschman mengatakan bahwa kebosanan
manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya Syarfaini Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Anak Balita...
komunikasi; cara dan pola pikir masyara-kat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, ter-jadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan peru-bahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hasil penelitian menunjukkan dari 257 orang tua anak balita yang memiliki sosial Budaya cukup terdapat yang memi-liki pola pengasuhan anak balita baik se-banyak 81,7 %, sedangkan dari 64 orang tua anak balita yang memiliki Sosial Buda-ya kurang terdapat Buda-yang memiliki pola pengasuhan anak balita baik sebanyak 87,1 %.ini mengindikasikan bahwa sosial buda-ya orang tua baik buruk ataupun tidak, cen-derung memiliki pola pengasuhan yang sama.
Pola Pengasuhan gizi setiap ke-lompok masyarakat memiliki sistem klas-ifikasi makanan yang didefinisikan sebagai budaya. Setiap kebudayaan memiliki pengetahuan tentang bahan makanan yang dimakan,bagaimana makanan tersebut ditanam atau diolah, bagaimana mendapat-kan mamendapat-kanan, bagaimana mamendapat-kanan tersebut disiapkan, dihidangkan dan di-makan.Makanan bukan saja sebagai sum-ber gizi,lebih dari itu makanan memainkan beberapa peranan dalam berbagai aspek kehidupan.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini memperlihatkan pendidikan, pengetahuan,pendapatan yang cukup serta sosial budaya akan dapat memberikan pola pengasuhan yang baik pada anak balita yang pada akhirnya akan memberi dampak positif terhadap status gizi anak balita.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan pada instansi yang terkait khususnya di bidang kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada orang tua anak balita, sistematis dan berkesinambungan tentang pentingnya pola pengasuhan anak balita, dan juga kepada orang tua agar memberikan perhatian yang penuh kepada anak balitanya agar kelak menjadi anak yang sehata dengan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsir, S. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Ja-karta, 2001.
Arisman, MB. Gizi Dalam Daur
Ke-hidupan. Jakarta: EGC, 2007.
Dep.Kes.Rl, Pedoman Pencegahan Gizi
Kurang di Rumah Sakit,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. 1999.
Gibney, Michael J., et al. Public Health
Nutrition. Diterjemahkan oleh dr.
Andry
Hartono dengan judul Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2009. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
____________________, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007.
___________________, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rine-ka Cipta,2002.
Riza Mazidu Sholihin. 2008. Mengurai
Akar Gizi Buruk.
Sediaoetama, A. D, Ilmu Gizi untuk
maha-siswa dan profesi jilid I dan jilid II,
PT Dian Rakyat, Jakarta, 2006. Suparyanto. 2010. Konsep Pola Asuh
Anak. http://dr-suparyanto.blogspot.com. Di
akses 4 Agustus 2010.
Yuniastuti, A. Gizi dan Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008